Anda di halaman 1dari 8

KELOMPOK 10

1. Esty Adianty 0416115350123. Indah Oktavia U. 041611535014


2. Winda Febri A.F 041611535013 4. Izzatul Izma 041611535045

RESUME BAB 17
AUDIT SAMPLING FOR TESTS OF DETAIL OF BALANCES

1. Comparisons of audit sampling for tests of details of balance and for tests of
controls and substantive tests of transactions.
Perbedaan utama antara pengujian pengendalian, pengujian substantive atas
transaksi, dan pengujian atas rincian saldo terletak pada apa yang ingin di ukur
oleh auditor. Auditor melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian
substantifatas transaksi :
a. Untuk menentukan apakah tingkat pengecualian populasi cukup rendah.
b. Untuk mengurangi penilaian resiko pengendalian dan karenannya mengurangi
pengujian atas rincian saldo.
c. Untuk perusahaan publik, guna menyimpulkan bahwa pengendalian telah
beroperasi secara efektif demi tujuan audit pengendalian internal atas
pelaporan keuangan.
2. Nonstatistical Sampling
Terdapat 14 langkah yang diperlukan dalam sampling audit untuk
pengujian atas rincian saldo.
Langkah-Sampling Audit untuk Pengujian atas Langkah-Sampling Audit untuk Pengujian
Rincian Saldo Pengendalian dan Pengujian Substantif atas
Transaksi
Merencanakan Sampel Merencanakan Sampel
1. Menyatakan tujuan pengujian audit 1. Menyatakan tujuan pengujian audit
2. Memutuskan apakah sampling audit dapat 2. Memutuskan apakah sampling audit dapat
audit dapat diterapkan . audit dapat diterapkan .
3. Mendifinisikan salah saji. 3. Mendefinisikan atribut dan kondisi
pengecualian.
4.Mendefinisikan populasi 4. Mendefiniskan populasi
5. Mendefiniskan unit sampling 5. Mendefiniskan unit sampling
6.Menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi 6.Menetapkan tingkat pengecualian ditoleransi.
yang dapat
7. Menetapkan risiko yang dapat diterima atas 7.Menetapkan risiko yang dapat penilian risiko
diterima atas penerima yang salah terlalu rendah. pengendalian yang (ARACR)

8. Mengestimasi salah saji dalam populasi. 8.Mengestimasi tingkat pengecualian populasi


9. Menentukan ukuran sampel awal 9. Menentukan ukuran sampel awal

Memilih sampel dan Melaksanakan Prosedur Memilih sampel dan Melaksanakan


Audit Prosedur
10. Memilih sampel 10. Memilih sampel
11. Melaksanakan Prosedur Audit 11. Melaksanakan Prosedur Audit

Mengevaluasi Hasil Mengevaluasi Hasil


12. Menggeneralisasi dari sampel ke populasi 12. Menggeneralisasi dari sampel ke populasi
13. Menganalisis salah saji 13. Menganalisis pengecualian
14. Memutuskan akseptibilitas populasi 14. Memutuskan akseptibilitas populasi

2.1 Menyatakan Tujuan Pengujian Audit


Auditor mengambil sa,pel untuk pengujian atas rincian saldo guna
menentukan apakah saldo akun yang sedang diaudit telah dinyatakan secara wajar.
2.2. Memutuskan Apakah Sampling Audit Dapat Diterapkan
Sampling audit dapat diterapkan setiap kali auditor berencana membuat
kesimpilan mengenai populas berdasarkan sampel.
2.3. Mendefinisikan Salah Saji
Karena sampling audit untuk pengujian atas rincian saldo mengukur salah saji
moneter, yaitu salah saji yang terjadi apabila item sampel disalahsajikan.
2.4. Mendefiniskan Populasi
Dalam pengujian atas rincian saldo, populasi definiskan sebagai item yang
membentuk populasi dolar yang tercatat.
Sampling Berstratifikasi, bagi kebanyakan populasi, auditor memisahkan
populasi ke dalam dua atau lebih subpopulasi sebelum menerapkan sampling
audit. Hal ini disebut sebagai sampling berstratifikasi (stratified sampling), di
mana setiap subpopulasi disebut sebagai strata. Stratifikasi memungkinan
auditor untuk menekankan item populasi tertentu dan mengabaikan yang lain.
2.5. Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi
Auditor menggunakan salah saji yang dapat ditoleransi, untuk menentukan
ukuran sampel dan mengevaluasi hasil sampling nonstatistik. Auditor untuk
memulainnya dengan pertimbangan pendahuluan mengenai materialitas dan
menggunakan total tersebut untuk memutuskan salah saji yang dpat ditoleransi
bagi setiap akun
2.6. Menetapkan Risiko yang Dapat Diterima atas Penerimaan yang Salah
Resiko yang dapat diterima atas penerimaan yang salah (acceptable risk of
incorrect acceptance= ARIA ) adalah jumlah risiko yang bersedia ditaggung
auditor karena menerima suatu saldo sebagai benar padahal salah saji yang
sebenarnya dalam saldo tersebut melampaui salah saji yang dapat ditoleransi.
ARIA mengukur keyakinan yang diinginkan auditor atas suatu saldo akun. Untuk
memperoleh keyakinan yang lebih besar ketika mengaudit suatu saldo akun.
Untuk memperoleh keyakinan yang lebih besar ketika mengaudit suatu saldo,
auditor akan menetapkan ARIA yang lebih rendah. ( Perhatikan bahwa ARIA
adalah istilah yang ekuivalen dengan ARACR (acceptable risk of assessing
control risk too low) untuk pengujian pengendalian dan pengujian sebstantif atas
transaksi. Seperti ARACR, ARIA dapat ditetapkan secara kualitatif (seperti
rendah, sedang, atau tinggi).
Ada hubungan terbalik antara ARIA dan ukuran sampel yang diperlukan.
Sebuah faktor penting yang mempengaruhi keputusan auditor mengenai ARIA
adalah penilaian risiko pengendalian dalam model risiko audit. Jika pengendalian
internal sudah efektif, resiko pengendalian dapat dikurangi sehingga
memungkinkan auditor untuk meningkatkan ARIA. Pada gilirannya, hal ini akan
mengurangi ukuran sampel yang diperlukan untuk pengujian atas rincian saldo
akun yang berkaitan.
2.7. Mengestimasi Salah Saji dalam Populasi
Biasanya auditor membuat estimasi ini berdasarkan pengalaman
sebelumnya dengan klien dan dengan menilai risiko inheren, yang
mempertimbangkan hasil pengujian pengendalian, pengujian substantif atas
transaksi, dan prosedur analitis yang telah dilaksanakan. Ukuran sampel yang
direncanakan akan meningkat apabila jumlah saji yang diharapkan dalam
populasi mendekati salah saji yang dapat ditoleransi.
2.8. Menetntukan Ukuran sampai Awal
Jika menggunakan sampling nonstatistik, auditor menetukan ukuran
sampel awal dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang telah kita bahas
sejauh ini. Untuk membantu auditor membuat keputusan menyangkut ukuran
sampel, auditor seringkali mengikuti pedoman yang disebabkan oleh kantor
akunntannya atau beberapa sumber lainnya.
2.9. Melaksnakan Prosedur Audit
Untuk melaksanakan prosedur audit, auditor menerapkan prosedur audit
yang tepat pada setiap item sampel untuk menetukan apakah item tersebut
mengandung salah saji. Dalam konfirmasi piutang usaha, auditor mengirimkan
sampel konfirmasi positif. Jika terjadi nonrespons, mereka akan menggunakan
prosedur alternatif untuk menentukan salah saji.
2.10 Menggenerelisasi dari Sampel ke Populasi dan Memutuskan Akseptibilitas
Populasi
Auditor harus menggeneralisasi dari sampel ke populasi dengan (1)
memproyeksikan salah saji dari hasil sampel ke populasi dan (2)
mempertimbangkan kesalahan sampling serta resiko sampling (ARIA). Karena
itu, auditor harus memproyesikan dari sampel ke populasi.
Langkah pertama adalah menghitung titik estimasi (point estimate).
Titik estimasi dapat dihitung dengan berbagai cara, tetapi pendekatan yang
umum adalah mengasumsikan bahwa salah saji populasi yang belum diaudit
adalah proporsional dengan salah saji sampel. Perhitungan tersebut harus
dilakukan untuk setiap strata dan kemudian dijumlahkan, bukan
menggabungkan total salah saji dalam sampel.
Auditor, yang menngunakan sampling nonstatistik tidak dapat
mengukur secara formal kesalahan sampling sehingga harus
mempertimbangkan secara subjektif kemungkinan bahwa salah saji populasi
yang sebenarnya melampaui jumlah yang dapat ditoleransi. Auditor melakukan
hal ini dengan mempertimbangkan :
a. Perbedaan antara titik estimasi dan salah saji yang dapat ditoleransi ( yang
disebut perhitungan kesalahan sampling)
b. Sejauh mana item dalam populasi telah diaudit 100 persen.
c. Apakah salah saji cenderung mengoffset atau hanya bersifat satu arah
d. Jumlah salah saji individual
e. Ukuran sampel
2.11. Menganalisis Salah Saji
Auditor harus mengevaluasi sifat dan penyebab setiap salah saji yang
ditemukan dalam pengujian atas rincian saldo. Auditor harus menganalisis salah
saji untuk memutuskan apakah setiap modifikasi model resiko audit memang
diperlukan. Dalam paragraph sebelumnya, jika auditor menyimpulkan bahwa
kelalaian untuk mencatat retur yang disebabkan oleh lemahnya pengendalian
internal, auditor mungkin perlu menilai kembali resiko pengendalian. Hal
tersebut pada gilirannya akan menyebabkan auditor mengurangi ARIA, yang
akan meningkatkan ukuran sampel yang direncanakan.
2.12. Tindakan yang Diambil Apabila Populasi Ditolak
Jika auditor menyimpulkan bahwa salah saji dalam suatu populasi mungkin
lebih besar dari salah saji yang dapat ditolerensi setelah mempertimbangkan
kesalahan sampling, populasi tidak dianggap dapat diterima. Pada titik tersebut,
auditor memiliki beberapa tindakan yang dilakukan
a. Tidak Mengambil Tindakan Hingga Pengujian atas Bidang Audit Lainnya
telah Selesai
b. Melaksanakan Pengujian Audit yang Diperluas pada Bidang Tertentu
c. Meningkatkan Ukuran Sampel
d. Menyesuaikan Saldo Akun
e. Meminta Klien untuk Mengoreksi Populasi
f. Menolak untuk Memberikan Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian
3. SAMPLING UNIT MONETER
Sampling unit moneter (monetary unit sampling = MUS ) merupakan metode
sampling statistic yang paling umum digunakan untuk pengujian atas rincian
saldo karena memiliki kesederhanaan statistic bagi sampling atribut serta
memberikan hasil statistic yang diekspresikan dalam dolar ( atau mata uang
lainnya yang sesuai ). MUS juga disebut sebagai sampling unit dolar, sampling
jumlah moneter kumulatif, dan sampling dengan probabilitas yang proporsiaonal
dengan ukuran.
3.1 Perbedaan Antara Sampling Unit Moneter ( MUS ) dan Sampling Nonstatistik
MUS serupa dengan penggunaan sampling nonstatistik. Ke-14 langkahnya
juga harus dilakukan dalam MUS, walaupun beberapa dilakukan dengan cara
yang berbeda. Perbedaan tersebut yaitu:
a. Definisi Unit Sampling adalah suatu Dolar Individual
b. Ukuran Populasi adalah Populasi Dolar yang Tercatat
c. Pertimbangan Pendahuluan Mengenai Materialitas Digunakan untuk Setiap
Akun dan Bukan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi
d. Ukuran Sampel Ditentukan dengan Menggunakan Rumus Statistik
e. Aturan Keputusan Formal Digunakan untuk Memutuskan Akseptabilitas
Populasi
f. Pemilihan Sampel Dilakukan dengan Menggunakan PPS
g. Auditor Menggeneralisasi dari Sampel ke Populasi dengan Menggunakan
Teknik MUS
3.2 Menggeneralisasi dari Sampel ke Populasi Jika Tidak Ada Salah Saji
yang Ditemukan dengan Menggunakan MUS
Anggaplah bahwa auditor mengkonfirmasi populasi piutang usaha
untuk melihat kebenaran moneternya. Total populasi adalah $1.200.000, dan
sampel sebanyak 100 konfirmasi telah diperoleh. Setelah melakukan audit,
tidak ada salah saji yang ditemukan dalam sampel. Auditor ingin menentukan
jumlah lebih saji maksimum dan jumlah kurang saji yang dapat saja terjadi
dalam populasi meskipun sampel tidak mengandung salah saji. Hal tersebut
masing-masing disebut sebagai batas salah saji atas dan batas salah saji bawah.
3.2.1 Persentase Asumsi Salah Saji yang Tepat
Asumsi yang pas bagi persentase salah saji dalam item populasi yang
mengandung salah saji tersebut secara keseluruhan merupakan keputusan
auditor. Auditor harus menetapkan persentase tersebut berdasarkan
pertimbangan profesionalnya dalam situasi tersebut. Dalam situasi di mana
tidak ada informasi sebaliknya, sebagian besar auditor yakin bahwa lebih baik
mengasumsikan jumlah 100 persen baik untuk lebih saji maupun kurang saji
kecuali ada salah saji dalam hasil sampel. Pendekatan ini dianggap sangat
konservatif, tetapi lebih mudah dijustifikasi ketimbang asumsi lainnya.
3.3 Menggeneralisasi Ketika Salah Saji Ditemukan
Empat aspek dalam menggeneralisasi dari sampel ke populasi, tetapi
penggunaannya telah dimodifikasi sebagai berikut:
a. Jumlah lebih saji dan kurang saji ditangani secara terpisah dan
kemudian digabungkan. Pertama, batas salah saji atas dan bawah
awal dihitung secara terpisah untuk jumlah lebih saji dan kurang saji
dihitung.
b. Asumsi salah saji yang berbeda dibuat untuk setiap salah saji, termasuk
salah saji nol. Jika tidak ada salah saji dalam sampel, asumsinya
akan diperlukan sebagai persentase rata-rata salah saji untuk item
populasi yang mengandung salah saji. Setelah salah saji tersebut
ditemukan, auditor dapat menggunakan informasi yang tersedia
tentang sampel untuk menentukan batas salah saji.
c. Auditor harus berhadapan dengan lapisan CUER dari tabel sampling
atribut. Auditor melakukan hal ini karena ada asumsi salah saji yang
berbeda bagi setiap salah saji. Lapisan tersebut dihitung dengan
terlebih dahulu menentukan CUER dari tabel untuk setiap salah saji
dan kemudian menghitung setiap lapisan.
d. Asumsi salah saji harus dikaitkan dengan setiap lapisan. Metode yang
paling umum untuk mengaitkan asumsi salah saji dengan lapisan
adalah mengaitkan secara konservatif persentase salah saji dolar
yang terbesar dengan lapisan yang terbesar.
Sebagian besar pengguna MUS yakin bahwa pendekatan ini terlalu konservatif
jika ada jumlah yang mengoffset. Jika ditemukan jumlah kurang saji, sangatlah
logis dan masuk akal bahwa batas jumlah lebih saji harus lebih rendah
ketimbang tidak ada jumlah kurang saji yang ditemukan, dan sebaliknya.
Penyesuaian atas batas untuk mengoffset jumlah dilakukan sebagai berikut:
a. Titik estimasi salah saji dibuat untuk jumlah lebih saji dan kurang saji.
b. Setiap batas dikurangi sebesar titik estimasi sebaliknya
3.4 Memutuskan Akseptabilitas Populasi dengan Menggunakan MUS
Setelah batas salah saji dihitung, auditor harus memutuskan apakah
populasi dapat diterima. Untuk melakukan hal tersebut, diperlukan suatu aturan
keputusan. Aturan keputusan untuk MUS adalah sebagai berikut: Jika batas
salah saji bawah dan batas salah saji atas berada di antara jumlah salah saji
yang berupa lebih saji dan kurang saji yang dapat ditoleransi, kesimpulan
bahwa nilai buku tidak mengandung salah saji yang material dapat diterima.
Jika tidak, ambil kesimpulan bahwa nilai buku mengandung salah saji yang
material.
3.5 Tindakan Jika Populasi Ditolak
Jika satu atau kedua batas salah saji itu berada di luar batas salah saji yang dapat
ditoleransi dan populasi dianggap tidak dapat diterima, auditor memiliki
beberapa opsi.
3.6 Menentukan Ukuran Sampel dengan Menggunakan MUS
Metode yang digunakan untuk menentukan ukuran sampel bagi MUS serupa
dengan yang digunakan untuk sampling atribut unit fisik, yang menggunakan
tabel sampling atribut.
a. Materialitas
b. Asumsi Persentase Rata-rata Salah Saji untuk Item Populasi yang
Mengandung Salah Saji
c. Risiko yang Dapat Diterima atas Penerimaan yang Salah (ARIA)
d. Nilai Populasi yang Tercatat
e. Estimasi Tingkat Pengecualian Populasi
f. Hubungan Model Risiko Audit dengan Ukuran Sampel untuk MUS

OBJEKTIF 17- 4 Deskripsi Variabel Sampling


Variable sampling merupakan metode statistik yang digunakan oleh seorang
auditor. Variabel sampling dan nonstatistical sampling dalam test detail of balances
memiliki objektiv yang sama yaitu untuk mengukur salah saji pada account balance.
Alasan mengapa auditor perlu mengetahui serta memahami variable sampling
yaitu untuk memahami sampling distribution dan bagaimana pengaruhnya terhadap
kesimpulan statistik oleh auditor . Untuk setiap sampel, auditor menghitung nilai rata-
rata sebagai berikut:

Setelah menghitung nilai rata-rata item sampel, auditor memplotnya ke dalam


distribusi frekuensi.

STATISTICAL INFERENCE
Jika sampel diambil dari satu populasi dalam situasi audit actual, auditor tidak
mengetahui karakteristik populasi itu dan biasanya, hanya satu sampel yang akan
diambil dari populasi bersangkutan. Pengetahuan mengenai distribusi sampling akan
memungkinkan auditor untuk menarik kesimpulan statistik, atau inferensi statistik
mengenai populasi.
Auditor dapat memberikan kesimpulan dari interval keyakinan menggunakan
statistical inference. Auditor dapat mengatakan bahwa prosedur yang digunakan untuk
memperoleh sampel dan menghitung interval keyakinan akan menghasilkan interval
yang berisi nilai rata- rata populasi yang sebenarnya dalam persentase tertentu. Rumus
dalam menghitung interval keyakinan rata-rata populasi :

METODE VARIABLE
a. Estimasi Perbedaan , Auditor menggunakan Estimasi Perbedaan untuk mengukur
total estimasi salah saji dalam populasi apabila ada nilai tercatat dan nilai audit
bagi setiap item sampel.
b. Estimasi Rasio, Estimasi rasio serupa dengan estimasi perbedaan kecuali auditor
menghitung rasio antara salah saji dan nilai tercatatnya serta memproduksikan hal
ini dengan populasi untuk mengestimasi total salah saji populasi.
c. Estimasi Rata-rata per unit, auditor berfokus pada nilai yang teraudit dan bukan
pada jumlah salah saji setiap item dalam sampel. Kecuali untuk definisi apa yang
sedang diukur, estimasi rata-rata per unit dihitung dengan cara yang sama seperti
estimasi perbedaan.

OBJEKTIF 5 ILUSTRASI PENGGUNA ESTIMASI PERBEDAAN


Menetapkan Resiko yang Dapat Diterima
a. Risiko yang dapat diterima atas penerimaan yang salah ( ARIA ), ARIA
dipengaruhi oleh risiko audit yang dapat diterima, hasil pengujian pengendalian
dan pengujian substansif atas transaksi, prosedur analitis, dan signifikansi relative
piutang usaha dalam laporan keuangan
b. Risiko yang dapat diterima atas penolakan yang salah ( ARIR ), ARIR
dipengaruhi oleh biaya tambahan resampling
Mengestimasi Salah Saji Dalam Populasi
Terdapat dua bagian antara lain :
a. Estimasi titik estimasi yang diharapkan. Auditor memerlukan estimasi dimuka atas
titik estimasi populasi bagi estimasi perbedaan, seperti ketika mereka memerlukan
estimasi tingkat pengecualian populasi untuk sampling atribut.
b. Melakukan estimasi deviasi standar populasi dimuka – variabilitis populasi. Untuk
menentukan ukuran sampel awal, auditor memerlukan estimasi di muka atas
variasi salah saji dalam populasi seperti yang diukur oleh deviasi standar populasi.
Menghitung Ukuran Sampel Awal :

Memilih Sampel dan melaksakan Prosedur


Memilih Sampel, karena memerlukan sampel acak ( selain PPS ), auditor harus
menggunakan salah satu metode pemilihan sampel probabilistic guna memilih 100
item sampel untuk konfirmasi.
Melaksanakan Prosedur Audit, dalam konfirmasi salah saji adalah perbedaan
antara respons konfirmasi dan saldo klien setelah merekonsiliasi semua perbedaan
waktu serta kesalahan pelanggan
Empat langkah menggambarkan perhitungan batas keyakinan ;
1. Menghitung Titik Estimasi total salah saji. Titik estimasi merupakan
ekstrapolasi langsung dari salah saji dalam sampel kesalah saji dalam produksi.
2. Menghitung Estimasi Deviasi standar populasi. Deviasi standar populasi adalah
ukuran statistic dari variabilitas nilai setiap item dalam populasi. Jika ada
sejumlah besar variasi dalam nilai item populasi, deviasi standar akan lebih
besar dibandingkan jika variasinya kecil.
3. Menghitunng Interval Presisi. Interval presisi dihitung dengan menggunakan
rumus statistic. Hasilnya adalah berupa ukuran dolar dari ketidakmampuan
memprediksi salah saji populasi yang sebenarnya karena pengujian didasarkan
pada sampel, bukan pada populasi secara keseluruhan.
4. Menghitung Batas Keyakinan. Auditor menghitung batas keyakinan, yang
mendefinisikan interval keyakinan, dengan mengombinasikan titik estimasi dari
total salah saji dan interval presisi yang dihitung pada tingkat keyakinan yang
diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai