institusi sosial
BAB 1
PENDAHULUAN
Dampak dari depresi pada lansia yaitu biasanya lansia sering menunjukkan
keluhan nyeri fisik, kecemasan, dan perlambatan berfikir, gangguan aktifitas sehari-
hari, dan dapat berpikir atau melakukan percobaan bunuh diri (Irawan, 2013 : 2). Hal
ini tidak menguntungkan karena dapat memperpendek harapan hidup dengan
mencetuskan atau memperburuk kemunduran fisik. Dampak terbesarnya sering terjadi
di kurangnya kepuasan dan kualitas hidup menurun, juga dapat menghambat
pemenuhan tugas-tugas perkembangan lansia. Lebih lanjut lagi, depresi dapat
menguras habis emosi dan finansial orang yang dekat seperti keluarga dan sistem
pendukung sosial informal dan formal yang dimilikinya. Akhirnya, angka bunuh diri
yang tinggi menjadi konsekuensi yang serius dari depresi yang tidak ditangani. Bunuh
diri mungkin merupakan konsekuensi dari depresi yang paling menghancurkan dan
bunuh diri merupakan fenomena yang paling umum terjadi baik pada usia tua maupun
muda. Namun tidak seperti pada kaum muda, kebanyakan lansia yang mencoba bunuh
diri benar-benar ingin membunuh dirinya sendiri. Jarang sekali bunuh diri merupakan
permintaan bantuan belaka atau mekanisme mendapatkan perhatian di antara lansia
lain, tentu saja hal ini merupakan hal yang harus mendapatkan pencegahan karena
dapat mengancam nyawa.(Stantley, 2006 : 368). Individu termasuk lansia hidup dalam
sistem dengan kata lain banyak sistem yang turut mempengaruhi perkembangan
individu. Salah satu sistem tersebut adalah nilai-nilai ketuhanan dan keyakinan kepada
kekuatan sang pencipta atau kesejahteraan spiritualnya.
Konsep yang terkait dengan spiritual salah satunya adalah Agama, dimana
agama merupakan sistem kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan Yang
Maha Kuasa. Agama sebagai suatu pencarian kebenaran, dimana seringkali kata
spiritual dan agama digunakan secara bertukaran tetapi sebenarnya ada perbedaan
diantara keduanya. Dari definisi agama, dapat digunakan sebagai dasar bahwa agama
merupakan sebuah konsep yang lebih sempit dari pada spiritual. Dimana spiritual lebih
mengacu pada suatu bagian dari dalam diri manusia, yang berfungsi untuk mencari
makna hidup melalui hubungan intrapersonal, interpersonal, dan transpersonal. Jadi
dapat dikatakan bahwa agama merupakan jembatan menuju spiritualitas yang
membantu cara berpikir, merasakan dan berperilaku serta membantu seseorang
menemukan makna hidup. Sementara religi merupakan cara individu mengekspresikan
spiritualnya (Mubarak, et al., 2015 : 64).
Spiritual berasal dari bahasa latin spiritus, yang memiliki arti bernafas atau angin.
Yang memiliki arti sesuatu yang menjadi aspek semua pusat kehidupan seseorang.
Spiritual merupakan suatu keyakinan dimana berkaitan dengan hubungan kepada yang
Maha Kuasa dan Maha Pencipta. Spiritual sendiri merupakan suatu kesatuan yang unik
yang bergantung pada budaya, perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan, dan
ide-ide tentang kehidupan seseorang. Spiritual memiliki beberapa aspek yaitu
berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui, menemukan arti dan tujuan hidup,
menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri
(Mubarak, et al., 2015 : 60). Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan, salah
satunya penelitian yang dilakukan oleh Hyun Woong Rooh, et al., (2015) dalam “
Participation in Physical, Social, and Religious Activity and Risk of Depression in the Elderly: A
Community-Based Three-Year Longitudinal Study in Korea” menunjukkan hasil yang baik dari
aktifitas fisik, aktifitas sosial dan aktifitas religi terhadap, Namun terdapat kesenjangan
dalam penelitiannya yaitu menargetkan beberapa aktivitas perlindungan resiko depresi
secara bersamaan sehingga kurang memperkuat hasil faktor secara independennya.
Maka dari itu perlu dilakukan penelitian lanjutan yang ditekankan secara independen
terhadap aktivitas yang diberikan, untuk memperkuat efek perlindungan mereka.
Sedangkan dari penelitian yang dilakukan oleh Dimitrios Anyfantakis, (2015) dalam
“Effect of religiosity/spirituality and sense of coherence on depression within a rural population in
Greece: the Spili III project” menunjukkan hasil yang signifikan antara
religiusitas/spiritualitas terhadap depresi, namun dalam penelitian ini parameter
keagamaan yang digunakan kurang menambahkan item seperti waktu sholat, kehadiran
di greja, pengakuan kebiasaan makan dan pengakuan tidak diperiksa. Penelitian ini
dilakukan untuk lebih memahami hubungan antara spiritualitas dengan depresi pada
lansia yang tinggal di institusi sosial untuk mendapatkan wawasan baru tentang
mekanisme penanggulangan kejadian depresi pada lansia.