DISUSUN OLEH :
3. 7 menit Evaluasi :
Menanyakan kepada peserta Menjawab pertanyaan
tentang materi yang telah
diberikan, dan reinforcement
kepada peserta yang dapat
menjawab pertanyaan.
4. 3 menit Terminasi :
Mengucapkan terimakasih atas Mendengarkan
peran serta peserta.
Mengucapkan salam penutup Menjawab salam
H. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
Komitmen terhadap kontrak waktu, tempat dan peserta
Kontrak waktu dan tempat 1 hari sebelumnya
Ketersediaan dan kesesuaian fungsi alat, bahan, dan media promosi kesehatan
sesuai dengan yan dibutuhkan
2. Evaluasi proses
Tim promosi kesehatan mampu memberikan informasi dengan jelas sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan
Peserta bisa mendengarkan dan berpatisipasi aktif sampai akhir kegiatan
Peserta mampu menjelaskan kembali apa yang sudah di berikan
3. Evaluasi hasil
Peserta mengerti terhadap Gagal Ginjal Kronik
Peserta dapat memahami apa yg sudah dijelaskan
Peserta mampu menanyakan apa yang belum jelas
MATERI
1. DEFINISI
2. ETIOLOGI
Menurut Muttaqin & Sari (2011) Kondisi klinis yang memungkinkan dapat
mengakibatkan gagal ginjal kronis bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan luar ginjal
A. Penyakit dari Ginjal
Penyakit pada saringan: Glomerulonefritis
Infeksi kuman : Pyelonefritis & Ureteritis
Batu ginjal: nefrolitiasis
Kista di ginjal: polcystis kidney
Trauma langsung pada ginjal
Keganasan pada ginjal
Sumbatan: batu, tumor, penyempitan
B. Penyakit umum di luar ginjal
Penyakit sistemik: diabetes mellitus, hipertensi, kolestrol tinggi
Dyslipidemia
SLE
Infeksi di badan: TBC Paru, sifilis, malaria, hepatitis
Preeklamsi
Obat-obatan
Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar)
3. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Terry & Weaver (2013) manifestasi klinis yang terjadi pada penyakit gagal
ginjal kronis sesuai dengan stadium pasien yaitu:
1) Stadium I (penurunan cadangan ginjal)
Asimtomatik
Peningkatan (BUN, Kreatinin, dan LFG)
2) Staidum II (Insufisiensi ginjal
BUN dan kreatinin meningkat
Anemia
Ketidakseimbangan elektrolit
Nokturia
Polyuria
3) Satidum III (gagal ginjal stadium akhir)
Oliguria < 500 ml/ hari
Meningkatkan racun-racun uremia menyebabkan ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit berat dalam tubuh.
4. KLASIFIKASI
Menurut Suharyanto & Madjid (2009) klasifikasi gagal ginjal kronis dibagi menjadi
tiga yaitu:
1). Stadium I (Penurunan cadangan ginjal)
Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal, dan penderita
asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal hanya dapat diketahui dengan tes pemekatan
kemih dan tes GFR yang teliti.
2). Stadium II (Insufisiensi Ginjal)
Pada stadium ini lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak. GFR
besarnya 25% dari normal. Kadar BUN dan kreatinin serum mulai meningkat dari
normal. Gejala-gejala nokturia atau sering berkemih dimalam hari sampai 700 ml
dan polyuria (akibat kegagalan dari pemekatan) mulai timbul.
3). Stadium III (Gagal ginjal stadium akhir/ uremia)
Sekitar 90% dari massa nefron telah hancur atau rusak, atau hanya sekitar
200.000 nefron saja yang masih utuh. Nilai GFR hanya 10% dari keadaan normal.
Kreatinin serum dan BUN akan meningkat dengan mencolok. Gejala-gejala yang
timbul karena ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan homeostatis cairan dan
elektrolit dalam tubuh, yaitu: oliguria karena kegagalan glomelurus, sindrom
uremik.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Muttaqin & Sari (2011) adapun pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan
pada pasien dengan gagal ginjal kronis adalah:
A. Pemeriksaan kimia darah dan fungsi ginjal (Laju endap darah, Ureum dan kreatinin,
hiponatremi, hipokalsemia, hipoalbuminemia, peningkatan gula darah,
hipertrigliserida, asidosis metabolik.
B. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal
C. Intra Vena Pielografi ( IVP) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter
D. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tabel parenkim ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih
dan prostat.
E. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri serta sisa fungsi ginjal
F. EKG untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia dan gangguan elektrolit (hyperkalemia).
6. PENATALAKSANAAN
Menurut Suharyanto & Madjid (2009) pengobatan gagal ginjal kronik dibagi menjadi
dua tahap yaitu tindakan konservatif dan dialysis atau transplantasi ginjal.\
1) Tindakan Konservatif
a. Pengaturan diet protein, kalium, natrium dan cairan
b. Pencegahan dan pengobatan komplikasi (hipertensi, hyperkalemia, anemia,
asidosis, diet rendah fosfat dan hiperurisemia)
2) Dialisis
Pengobatan gagal ginjal stadium akhir adalah dengan dialisis. Dialisis dapat
digunakan untuk mempertahankan penderita dalam keadaan klinis yang optimal
sampai tersedia donor ginjal. Dialisis dilakukan apabila kadar kreatinin serum
biasanya di atas 6 mg/ 100 ml pada wanita, dan GFR luring dari 4 lt/menit. Dialisis
memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein, dan natrium
dapat dikonsumsi secara bebas.