Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS PENENTUAN KANDUNGAN COD DAN BOD PADA SAMPEL LIMBAH

LINDI DI TPA BENGKALA

I. Tujuan
1. Untuk menentukan BOD pada air lindi di TPA Desa Bengkala.
2. Untuk menentukan COD pada air lindi di TPA Desa Bengkala.

II. Dasar Teori

Sampah menjadi salah satu permasalahan serius yang dihadapi oleh


masyarakat. Sampah semakin bertambah dari tahun ke tahun seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk, berkembangnya sektor industri dan perubahan pola
konsumsi masyarakat. Sampah tersebut berasal dari berbagai sumber, misalnya
sampah dari rumah tangga, rumah makan, pasar, kawasan komersial, kawasan indutri,
dan dari fasilitas umum. Sampah tersebut jika tidak dikelola dengan baik maka akan
mempengaruhi tigkat kebersihan dan mencemari lingkungan kota, yang pada akhirnya
menurunkan tingkat kesehatan masyarakat. .Di kota Singaraja terdapat TPA Bengkala
yang terletak di desa Bengkala, kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Bali seluas
kurang lebih 4,6 Ha. Sampah yang masuk ke TPA Bengkala ini setiap hari sekitar ±
400 meter kubik sampah di seluruh Buleleng.
Dari berbagai kenyataan yang ada dilapangan, diketahui bahwa penanganan di
tempat pembuangan akhir ( TPA ) Bengkala adalah sistem pembuangan terbuka (open
dumping), dimana sistem ini kurang memperhatikan aspek perlindungan lingkungan.
Kondisi penumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bengkala yang
sebagian terdiri dari berbagai jenis sampah akan menimbulkan permasalahan yang
sangat komplek, yang akan berdampak terhadap lingkungan. Salah satu dampak yang
mempengaruhi lingkungan adalah dihasilkannya air lindi (leachate) hasil dari
pembusukan sampah dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bengkala. Air lindi
(leachate) dari pembusukan sampah tersebut akan bercampur dengan air hujan dan
menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu air lindi (leachate) merupakan cairan
yang berbahaya karena mengandung logam yang bersifat toksik. Apabila air lindi
(leachate) tersebut dibiarkan begitu saja maka akan mencemari lingkungan sekitar
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bengkala. Air lindi dapat digolongkan sebagai
senyawa yang sulit didegradasi, yang mengandung bahan-bahan polimer (makro
molekul) dan bahan organik sintetik
Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya
sangat rendah. Hal itu karena oksigen yang terlarut di dalam air diserap oleh
mikroorganisme untuk memecah/mendegradasi bahan organik sehingga menjadi
bahan yang mudah menguap (ditandai dengan bau kurang sedap). Dengan melihat
kandungan oksigen yang terlarut di dalam air dapat ditentukan seberapa jauh tingkat
pencemaran air lingkungan telah terjadi. Cara yang ditempuh untuk maksud tersebut
adalah dengan uji:
1. COD (Chemical Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen kimia
untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan di dalam air.
2. BOD (Biological Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen biologis
untuk memecah bahan buangan di dalam air oleh mikroorganisme.

Melalui kedua cara tersebut dapat ditentukan tingkat pencemaran air


lingkungan. Perbedaan dari kedua cara uji oksigen yang terlarut di dalam air tersebut
secara garis besar adalah sebagai berikut ini:

COD adalah kapasitas air untuk menggunakan oksigen selama peruraian


senyawa organik terlarut dan mengoksidasi senyawa anorganik seperti amonia dan
nitria. Sedangkan BOD adalah kuantitas oksigen yang diperlukan oleh
mikroorganisme aerob dalam menguraikan senyawa organik terlarut.

Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan


Republik Indonesia Tahun 2016 mengenai standar baku mutu Lindi adalah sebagai
berikut:

Tabel 1. Baku Mutu Lindi

Parameter Nilai Kadar Paling Tinggi


pH 6-9
BOD 150 mg/L
COD 300 mg/L
TSS 100 mg/mL
N total 60 mg/L
Merkuri 0,005 mg/L.

III. Metode

Prinsip Pemeriksaan BOD dan COD


COD (Chemical Oxygen Demand = Kebutuhan Oksigen Kimia) adalah jumlah
oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada
dalam sampel air, dimana pengoksidasi KMnO4/K2Cr2O7 digunakan sebagai
sumber oksigen (oxidizing agent). Angka COD merupakan ukuran bagi
pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan
melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut
dalam air (Anonim, 2011).
Oksidi-reduktometri merupakan salah satu macam titrasi. Oksidi-reduktometri
adalah metode titrimetri berdasarkan reaksi reduksi dan oksidasi dari titran dan
titrat. Oksidireduktometri digunakan untuk analisis logam dalam suatu
persenyawaan dan analisis senyawa organik. Oksidimetri adalah teknik titrasi
yang menggunakan titran sebagai suatu oksidator. Salah satu teknik ini adalah
permanganometri. Pada metode ini, titran yang digunakan adalah ion
permanganat, khususnya dalam bentuk garam kalium permanganat. Ion
permanganat bertindak sebagai oksidator dengan hasilreaksi berupa ion Mn2+
(Rezki, 2010).
Biological Oxygen Demand (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB)
adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses
mikrobiologis yang benar-benar terjadi di dalam air Sedangkan angka BOD
adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan
(mengoksidasikan) hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat
organik yang tersuspensi dalam air. Melalui kedua cara tersebut dapat ditentukan
tingkat pencemaran air lingkungan (Habib, 2011).
Pada titrasi iodometri, analit yang dipakai adalah oksidator yang dapat
bereaksi dengan I- (iodide) untuk menghasilkan iod, iod yang terbentuk secara
kuantitatif dapat dititrasi dengan larutan tiosulfat. Dari pengertian diatas maka
titrasi iodometri adalah dapat dikategorikan sebagai titrasi kembali. Metode titrasi
iodometri langsung (kadang-kadang dinamakan iodimetri) mengacu kepada titrasi
dengan suatu larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung (kadang-
kadang dinamakan iodometr i), adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang
dibebaskan dalam reaksi kimia (Dinda, 2010).
Perbedaan dari kedua cara uji oksigen terlarut di dalam air secara garis besar
yaitu chemical oxygen demand adalah kapasitas air untuk menggunakan oksigen
selama peruraian senyawa organik terlarut dan mengoksidasi senyawa anorganik
seperti amonia dan nitrit. Sedangkan biological (biochemical) oxygen demand
adalah kuantitas oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme aerob dalam
menguraikan senyawa organik terlarut. Jika BOD suatu air tinggi maka dissolved
oxygen (DO) menurun karena oksigen yang terlarut tersebut digunakan oleh
bakteri.
Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan
oleh banyaknya oksigen dalam air. Oleh sebab pengukuran parameter ini sangat
dianjurkan disamping paramter lain seperti BOD dan COD. Di dalam air, oksigen
memainkan peranan dalam menguraikan komponen-komponen kimia menjadi
komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki kemampuan untuk beroksida
dengan zat pencemar seperti komponen organik sehinggazat pencemar tersebut
tidak membahayakan. Oksigen juga diperlukan oleh mikroorganisme, baik yang
bersifat aerob serta anaerob, dalam proses metabolisme. Dengan adanya oksigen
dalam air, mikroorganisme semakin giat dalam menguraikan kandungan dalam air
(Rizki, 2010).
Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan
mengamati beberapa parameter kimia seperti aksigen terlarut (DO). Semakin
banyak jumlah DO (dissolved oxygen ) maka kualitas air semakin baik. Jika kadar
oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap
akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi. Satuan DO dinyatakan
dalam persentase saturasi. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup
untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen
juga dibutuhkan untuk oksidasibahan ± bahan organik dan anorganik dalam proses
aerobik. Sumber utama oksigen. dalam suatu perairan berasal dari suatu proses
difusi dari udara bebas dan hasilfotosintesis organisme yang hidup dalam perairan
tersebut (Salmin, 2000).

IV. Alat dan Bahan

Tabel 02. Daftar alat


No Nama Alat Ukuran Jumlah
1 Labu Erlenmeyer 250 mL 1 buah
2 Tutup Labu Erlenmeyer 250 mL 1 buah
3 Gelas kimia 100 mL 3 buah
4 Buret 50 mL 1 buah
5 Statif dan klem - 1 set
6 Pipet tetes - 3 buah
7 Pipet volum 10 mL 1 buah
8 Gelas ukur 10 mL 1 buah
9 Labu ukur 100 mL 1 buah
10 Labu ukur 25 mL 1 buah
11 Labu ukur 50 mL 1 buah
12 Kaca arloji - 1 buah
13 Spatula - 3 buah
14 Batang pengaduk - 1 buah
15 Neraca analitik - 1 buah
16 Mantel pemanas
1 buah
-

Tabel 03. Daftar Bahan


No. Nama Bahan Jumlah
1 Sampel limbah air 100 mL
2 MnSO4 10 %
3 H2SO4 pekat Secukupnya
4 Natrium Thiosulfat 0.1 N
5 Natrium thiosulfat 0.05 N
6 Larutan amilum 2%
7 KMnO4 0.1 N
8 H2SO4 6M
9 KI 10 %
10 Larutan alkali azida (NaOH-KI) secukupnya
11 Aquades Secukupnya
12 BOD Meter 1 Buah

V. Prosedur Kerja Dan Hasil Pengamatan

No. Prosedur Kerja Hasil Pengamatan


A. Pembuatan Larutan Natrium Thiosulfat 0,05 N
1. Menimbang sebanyak 3.1 gram Sebanyak 3.1 gram Natrium Thiosulfat
Natrium Thiosulfat dan ditimbang dan dilarutkan dalam 250 mL
melarutkan dalam aquades aquades. Dalam pembuatan larutan ini,
kemudian diencerkan hingga 250 didapatkan larutan Natrium Thiosulfat yang
mL. berwarna bening.
B. Pembuatan Larutan Amilum 2%
1. Sebanyak 2 gram amilum atau Sebanyak 2 gram amilum atau serbuk kanji
serbuk kanji ditimbang dengan ditimbang dan dilarutkan dalam 100 mL
menggunakan neraca analitik. aquades. Dalam pembuatan larutan ini,
Kemudian dilarutkan dan didapatkan larutan amilum yang berwarna
dimasukkan ke gelas kimia putih keruh.
sebanyak 100 mL dan kemudian
dipdidihkan beberapa menit.
C. Pembuatan Larutan KMnO4 0,1 N
1. Sebanyak 0.316 gram KMnO4 Sebanyak 0.316 gram KMnO ditimbang dan
ditimbang dengan menggunakan dilarutkan dalam 100 mL aquades. Dalam
neraca analitik. Kemudian pembuatan larutan ini, didapatkan larutan
dilarutkan dan dimasukkan ke KMnO yang berwarna orange.
dalam labu ukur 100 mL dan
ditambahkan aquades hingga
tanda batas.
D. Pembuatan Larutan H2SO4 6 M
1. Sebanyak 6.25 mL larutan H2SO4 Sebanyak 6.25 mL larutan H2SO4 ditimbang
diambil menggunakan pipet tetes kemudian diencerkan kedalam 100 mL
dan gelas ukur. Kemudian aquades. Dalam pembuatan larutan ini,
dilarutkan dan dimasukkan ke didapatkan larutan H2SO4 yang berwarna
dalam labu ukur 100 mL dan bening.
ditambahkan aquades hingga
tanda batas.
E. Pembuatan Larutan KI 10%
1. Sebanyak 5 gram KI ditimbang Sebanyak 5 mL larutan KI ditimbang
dengan menggunakan neraca kemudian diencerkan kedalam 50 mL
analitik. Kemudian dilarutkan dan aquades. Dalam pembuatan larutan ini,
dimasukkan ke dalam labu ukur didapatkan larutan KI yang berwarna kuning
50 mL dan ditambahkan aquades kecoklatan.
hingga tanda batas.
F. Pengujian COD
1. Sebanyak 50 mL larutan sampel Larutan Sampel dimasukkan kedalam
dimasukkan kedalam Erlenmeyer Erlenmeyer. Larutan yang masukkan berwara
250 mL. coklat kekuningan

2. Menambahkan sebanyak 5 mL  Setelah penambahaan KMnO4 Larutan


KMnO4 0,1 N kemudian
sampel berwarna ungu
dipanaska selama satu jam dalam
penangas air.  Larutan KMnO4 berfungsi sebagai
katalisator.
3. Didnginkan selama 10 menit, Selanjutnya dilakukan penambahan KI 10%
tambahkan larutan KI 10% dan 10 dan H2SO4 larutan sampel warna coklat
ml H2SO4 6 M

4. Titrasi dengan larutan thiosulfat Larutan sampel diambil sebanyak 10 mL


0.05 N sampai warna kuning, untuk titrasi.
tambah 1- 2 ml indikator kanji
sampai timbul warna biru dan
lanjutkan titrasi sampai warna biru
hilang

Pada saat titrasi larutan yang bermula


berwarna coklat berubah menjadi warna
kuning. Dalam hal ini titrasi dihentikan jika
larutan berwarna kuning. Adapun volume
Natrium Thiosulfat yang dihabiskan dalam
titrasi adalah

Tabung Volume
Natrium Thiosulfat
1 8,4 mL
2 7 mL
3 7,4 mL
Rata- rata 7,6 mL

Kemudian larutan yang berwarna kuning


habis titrasi ditambahkan 2 mL amilum
hingga warna kuning berubah menjadi warna
biru.

Selanjutnya larutan yang berwana biru


kembali dititrasi hingga warna biru berubah
menjadi bening. Adapun volume Natrium
Thiosulfat yang dihabiskan dalam titrasi
adalah

Volume
Tabung
Natrium thiosulfat
1 0.5 mL
2 0.6 mL
3 0.5mL
Rata- rata 0.53 mL
5. Lakukan hal yang sama terhadap Dalam titrasi pada blanko, adapun volume
Natrium Thiosulfat yang dihabiskan dalam
blanko.
titrasi adalah

Volume
Tabung
Natrium thiosulfat
1 3.6 mL
2 3.4 mL
3 3.2 mL
Rata-rata 3.4 mL
G. Pengujian BOD
1. Siapkan alat DO meter

Gambar Alat DO meter


2. Lakukan pengenceran terhadap Warna sampel menjadi coklat kehitaman
sampel air lindi sampai 1 liter dan ketika dilakukan pengenceran.
masukan ke dalam botol.
Kemudian dimasukkan kedalam botol besar
dan botol ditutup rapat

Kemudian dilakukan pengujian

Pada saat pengukuran usahakan dalam kondisi


kedap udara (vakum) karena untuk
meminimalisir pertukaran udara yang terdapat
di botol yang nantinya akan berdampak pada
hasil akhir DO.
3. Pengukuran DO dilakukan dari Pada hari pertama didapatkan DO = 4, 31
hari -1 sampai hari- 7
mg/L
Pada hari ke- 7 didapatkan DO = 0,001 mg/L

4. Setelah dilakukan pengujian DO Dalam pengujian didapatkan


larutan sampel diuji suhu dan pH-
Suhu sampel sebesar 29, 7OC
nya
pH sampel sebesar 7, 74

VI. Analisis Data

 Pembuatan Larutan-larutan
1. Pembuatan larutan Natrium Thiosulfat
N = M x Valensi
𝑁
𝑀=
𝑉𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
0.1 𝑁
𝑀= = 0.1 𝑀
1
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
𝑀= ×
𝑀𝑟 𝑉
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
0.05 = ×
248.21 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 250
𝑔𝑟𝑎𝑚
0.05 = ×4
248.21 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙
12.4 gram = 4 gram

gram = 3.1 gram

2. Pembuatan larutan Amilum 2%


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡
% 𝑧𝑎𝑡 =
100 𝑚𝐿 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑥
2%=
100 𝑚𝐿 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
x = 2 gram

3. Pembuatan larutan KMnO4 0.1 N

𝑁
𝑀=
𝑉𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
0.1
𝑀= = 0.02 𝑀
5
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
𝑀= ×
𝑀𝑟 𝑉
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
0.02 𝑀 = ×
158 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙 250

10 𝑋
0.02 𝑀 =
158 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙

3.16 = 10 X

X = 0.316 gram

4. Pembuatan larutan H2SO4 6%


10 × % × 𝜌
𝑀=
𝐵𝑀
10 × 96 % × 1.84
𝑀= = 18 𝑀
98.08
Maka M untuk H2SO4 6% adalah
10 × % × 𝜌
𝑀=
𝐵𝑀
10 × 6 % × 1.84
𝑀= = 1.125 𝑀
98.08
𝑀1 𝑉1 = 𝑀2 𝑉2
18 𝑉1 = 1,125 . 100
18 𝑉1 = 112,5
𝑉1 = 6.25 𝑚𝐿

5. Pembuatan larutan KI 10%


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡
% 𝑧𝑎𝑡 =
100 𝑚𝐿 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑥
10 % =
50 𝑚𝐿 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

x = 5 gram

 Penentuan COD dan BOD


Diketahui:
pH awal pada bak 2 (keadaan langsung dilapangan)= 8,89
Suhu awal = 32,20C
pH akhir (pada hari ke-7) = 7,74
Suhu Akhir = 29,70C
Volume rata-rata Blanko = 3,4 mL
Volume rata-rata sampel = 0,53 mL
Konsentrasi Tiosulfat = 0,05 N
V sampel = 10mL
DO awal = 4,31
DO akhir = 0,001

(𝑉𝑏 − 𝑉𝑠)𝑥 𝑁 𝑡ℎ𝑖𝑜𝑠𝑢𝑙𝑓𝑎𝑡 𝑥 𝐵𝐸 𝑂2 𝑥1000


𝐶𝑂𝐷 = 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

(3.4 − 0,53)𝑥 0,05 𝑁 𝑥 32𝑥1000


𝐶𝑂𝐷 = 𝑥 20
10
𝐶𝑂𝐷 = 2,87 𝑥 0,05𝑁 𝑥 32 𝑥 100 𝑥 20
𝐶𝑂𝐷 = 9184

 Penentuan BOD
𝐵𝑂𝐷 = 7(𝐷𝑂𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝐷𝑂𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 )𝑥𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
𝐵𝑂𝐷 = 7(4,31 − 0,001)𝑥 50 = 1508,5 𝑚𝑔/𝐿

VII. Pembahasan
Percobaaan ini dilakukan untuk menentukan kandungan COD dalam sampel air lindi
yang ada di TPA Bengkala. Kandungan COD merupakan kandungan bahan pencemar berupa
senyawa kimia yang menyerap oksigen terlarut (DO) dalam air yang digunakan untuk
keperluan oksidasi dan mengubahnya menjadi bentuk senyawa lain. Dengan tingginya kadar
bahan kimia yang menyerap oksigen terlarut dalam air dapat menyebabkan biota-biota yang
hidup dalam air seperti ikan dan hewan lainnya mengalami kekurangan oksigen, yang akan
berakibat menurunkan daya hidup biota tersebut. Satndar mutu air tersebut diukur dengan
angka parameter dalm satuan mg/L. dengan indeks baik (I),sedang (II),kurang (III), dan
kurang sekali (1V). Untuk COD masing-masing berturut-turut 20,100,300 dan 500.
Sedangkan untuk BOD 40,200,500,dan 1000.

Sampel yang praktikan amati pertama-tama diberi pelarut KMnO4 dan


memanaskannya selama setengah jam dalam penagas, larutan berwarna ungu. Selanjutnya
didinginkan dan ditambah larutan KI dan H2SO4 warna larutan menjadi coklat dan
selanjutnya dititrasi dengan Natrium thiosulfat, titrasi dihentikan setelah indikator kanji
berwarna biru hilang. Volume pentiter didapat 3,0mL sedangkan blangko di dapat 3,4mL.
Setelah dilakukan perhitungan terhadap kandungan COD dengan rumus di dapat kandungan
COD dalam sampel air yang diberikan adalah 9184 mg/L.

Apabila dibandingkan dengan baku mutu air lindi menurut kementerian lingkungan
hidup yang sebesar 300mg/mL, air lindi TPA Bengkala ini sangat jauh dari baku mutu yaitu
sebesar

Melihat data indeks dari hasil perhitungan tersebut di dapat bahwa mutu dari
kandungan COD yang diberikan dalam sampel adalah kurang. Berarti sampel air yang
diberikan kurang berkualitas. Ditandai banyaknya zat kimia yang menggunakan oksigen
untuk meguraikan suatu senyawa kimia yang terdapat dalam sampel air limbah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai