Kumpulan literatur ilmiah mengenai penyakit-penyakit menular yang dihimpun oleh Mahasiswa Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya Angkatan 2010
Infeksi Nosokomial
Infeksi Nosokomial
Bab I
Pendahuluan
Resume
Salah satu komplikasi yang sering terjadi pada pasien pasca operasi adalah terjadinya infeksi tambahan
yang disebut infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial merupakan infeksi silang yang terjadi akibat
perpindahan mikroorganisme melalui petugas kesehatan dan alat yang dipergunakan saat melakukan
tindakan.
Makalah ini berisikan informasi Mengenai Infeksi Nosokomial, seperti Pengertian, Batasa-batasan yang
dipakai untuk Infeksi Nosokomial, Triad Epidemiologi, Transmisi, Riwayat Alamiah, Pencegahan dan
Pengobatan.
Saran ditujukan kepada pihak penyelenggaran pelayanan kesehatan agar memberikan pelatihan
berkelanjutan kepada para perawat dan petugas kesehatan lainnya, serta melengkapi sarana dan
prasarana menunjang pelaksanaan program pengendalian infeksi nosokomial.
Bab II
Isi
2.1. Pengertian
Infeksi Nosokomial (Hospital Acquired Infection/Nosocomial Infection) adalah infeksi yang didapat ketika
penderita itu dirawat di rumah sakit. 1
Infeksi Nosokomial (INOK) merupakan masalah kesehatan sejak ratusan tahun lalu. Perhatian terhadap
infeksi nosokomial telah ada sejak tahun 1840-an di mana Ignaz Semmelweiz memperhatikan tingginya
angka kematian pada ruangan persalinan. Ia menduga bahwa ini terjadi akibat infeksi yang dibawa oleh
dokter dan mahasiswa dari ruang otopsi. Oleh karena itu ia meminta agar para dokter dan mahasiswa
mencuci tangan dulu dengan larutan klronitaed sebelum memeriksa para ibu di ruangan. Ternyata
setelah itu angka kematian menurun tajam. Di Indonesia masalah infeksi nosocomial juga merupakan
masalah yang cukup serius. Apalagi di rumah sakit yang jumlah penderita dirawatnya banyak dengan
tenaga perawatnya banyak dengan tenaga perawatnya masih terbatas. 1,4
Masalah Infeksi Nosokomial pada tahun terakhir ini telah menjadi topik pembicaraan di banyak negara.
Telah diketahui bahwa pengelolaan infeksi nosokomial menimbulkan biaya tinggi, baik yang ditanggung
pihak penderita maupun pihak Rumah Sakit. Bahkan di Amerika, infeksi nosokomial termasuk dalam 10
besar penyebab kematian. Di negara maju, angka kejadian infeksi nosokomial telah dijadikan salah satu
tolok ukur mutu pelayanan rumah sakit. Izin operasi suatu rumah sakit bisa dicabut karena tingginya
angka kejadian infeksi nosokomial. Infeksi Nosokomial dapat terjadi dimana saja diruang perawatan
rumah sakit, kapan saja, tanpa membedakan umur dan jenis penyakit. 1,2
Dari data yang didapat dari surveilan WHO menyatakan angka kejadian Infeksi Nosokomial cukup tinggi :
5% tahun atau 9 juta orang dari 190 juta yang dirawat, angka kematiannya cukup tinggi.6. Infeksi
Nosokomial dapat menyebakan kematian dan ketidakwajaran, memperpanjang pasien untuk berada di
rumah sakit dan meningkatkan pengeluaran pasien. Semenjak 1970, National Nosocomial Infection
Surveillance System (NNIS) telah mengumpulkan dan menganalisis data frekuensi infeksi nosocomial
yang ada di U.S. rumah sakit. Rumah sakit yang tergabung di NNIS dilaporkan dari 26,965 infeksi, 64%
disebabkan oleh single pathogen dan 20% disebabkan oleh multiple pathogen. Dari 84% infeksi yang
mana pathogen telah terinfeksi, 86% disebabkan oleh bakteri aerobic, 2% bakteri anaerobic, dan 8%
fungi. Virus, protozoa, dan parasite lainnya terhitung 5%. Escheria coli, Pseudomonas aeruginosa,
enterococci, dan Staphyloccocus yang teridentifikasi pathogen. Data dari rumah sakit individual
didapatkan 50% infeksi pada pasien yang mati ketika di rumah sakit. 42 rumah sakit dilaporkan dari total
22.432 infeksi, diantara 1.253 yang mati, ditemukan 1.811 yang terinfeksi. Kira-kira 1% dari semua Infeksi
Nosokomial menyebabkan kematian dan 3% terinfeksi yang memungkinkan juga kematian tersebut.
Pasien yang mati ketika di rumah sakit, 9% dilaporkan mati, 38% memungkinkan mati, dan 37% tidak
tidak terkait, 15% akibat infeksi lain. 7
Sehubungan dengan infeksi nosokomial ini, maka ada baiknya mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1. Secara umum infeksi nosocomial adalah infekksi yang didapatkan penderita selama dirawat di
rumah sakit
2. Infeksi nosocomial sukar diatasi karena sebagai penyebabkan adalah mikrooraganisme/bakteri yang
sudah resisten terhadap antibiotika
3. Bila terjadi infeksi nosocomial, maka akan terjadi penderitaan yang berkepanjangan serta
pemborosan waktu serta pengeluaran biaya yang bertambah tinggi kadang-kadang kualitas hidup
penderita akan menurun
4. Infeksi nosokomial disamping berbahaya bagi penderita, juga berbahya bagi lingkungan baik selama
dirawat dirumah sakit ataupun diluar rumah sakit setelah berobat jalan
5. Dengan pengendalian infeksi nosokomial akan menghambat biaya dan waktu yang terbuang
6. Dinegara yang sudah maju masalah ini telah diangkat menjadi masalah nasional, sehingga bila
angka infeksi noskomial disuatu rumah sakit tinggi, maka izin operasionalnya dipertimbangkan untuk
dicabut oleh istansi yang berwenang. 5
Infeksi Nosokomial disebut juga dengan “Hospital acquired infection” apabila memenuhi batasan/kriteria
sebagai berikut :
1. Apabila pada waktu dirawat di RS, tidak dijumpai tanda-tanda klinik infeksi tersebut
2. Pada waktu penderita mulai dirawat tidak dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut
3. Tanda-tanda infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya 3 x 24 jam sejak mulai dirawat
1. Agent
Pasien yang berada dirumah sakit memungkinkan mereka tidak terlindungi dari bermacam-macam
mikroorganisme. Hubungan antara pasien dan mikoroorganisme itu sendiri akibat dari perkembangan
penyakit klinis – factor lain yang mempengaruhi sifat dasar dan frekuensi dari infeksi nosocomial.
Kemungkinan pertama yang penting untuk mempercayai sebagian infeksi dalam karakteristik
mikroorganisme, termasuk resistensi terhadap antimicrobial agen, virulensi dan jumlah dari bahan yang
terinfeksi. Banyak bakter, virus, fungi dan parasite lain yang memungkinkan menyebabkan infeksi
nosocomial. Infeksi kemungkinan disebabkan oleh mikroorganisme yang diperoleh dari orang lain di
rumah sakit (cross-infeksi) atau dapat disebabkan oleh dari dalam diri individu itu sendiri (endogenous-
infeksi). Beberapa organisme diperoleh dari kontaminasi yang bersumber dari manusia lain. 3
Sebelum pengenalan dasar-dasar praktik yang hygiene dan antibiotic ke dalam praktik medic,
kebanyakan rumah sakit berhubungan dengan zat-zat pathogen (penyakit yang disebabkan oleh
makanan dan udara, tetanus, etc) ataujuga dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang tidak ada
didalam diri individu (diphtheria, tuberculosis). Kebanyakan infeksi diperoleh di rumah sakit disebabkan
oleh mikroorganisme yang mana biasanya dari populasi yang umum, yang mereka menyebabkan tidak
atau lebih sedikit penyakit daripada diantara pasien rumah sakit. 3
Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri gram negatif yang dapat menyebabkan penyakit pada
hewan dan manusia. Bakteri ini ditemukan di air dan tanah. Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang
dengan ukuran sekitar 0,6 x 2 μm.
Sumber : http://muhammadsaink.blogspot.com/2011/04/stop-nosocomial-infection-in-your.html
2. Host
- pasien sendiri
Pasien mungkin mendapak infeksi nosocomial akibat kondisi tubuhnya tidak fit atau imunitas yang
rendah, umur, penyakit bawaan, diagnosis dan terapi. Dapat menyerang seluruh umur, anak-anak, muda,
tua yang mana resistensi tubuhnya terhadap infeksi menurun. Pasien yang mempunyai riwayak penyakit
kronis seperti tumor ganas, leukemia, diabetes militus, gagal ginjal, AIDS mempunyai kemungkinan yang
lebih besar untuk terserang bakteri pathogen. 3
Dokter dan personeil paramedic merupakan sumber infeksi yang penting dalam terjadinya infeksi
nosocomial, perlu diperhatikan kesehatan dan kebersihannya, pengetahuan tentang septik dan aseptic,
dan keterampilan teknik perawatan. 2
Jika keluarga pasien tidak mematuhi peraturan yang ada di rumah sakit, maka akan menyebabkan
kemungkinan bagi mereka untuk terserang infeksi nosocomial ini. Terlebih lagi mereka mempunya
kemiripan factor gen.
3. Lingkungan
Faktor Lingkungan tak kalah pentingnya sebagai penunjang untuk terjadinya infeksi nosocomial bagi
pasien yang dirawat. Umumnya pasien yang dirawat diharuskan menampung sputumnya setiap kali
batuk. Kebanyakan pasien membuang sputum yang berkumpul tersebut di WC atau di kamar mandi
terkontaminasi bakteri yang ada di sputum. Hal ini perlu mendapat perhatian, arena dilaporkan bahwa
air mandi yang terkontaminasi mikroorganisme pathogen dan berhasil merenggut korban sebanyak 128
dan meninggal 29 orang. Sedangkan sirkulasi udara perlu mendapat perhatian. Sepeti dibangsal-bangsal
yang dihuni oleh banyak pasien. Di ruangan ini sirkulasi udara kurang baik, sehingga terjadinya infeksi
nosocomial pada pasien yang dirawat mungkin sekali. Mengenani pembuangan bahan yang harus
dibuang yang perlu mendapat perhatian adalah pembuangan sputum yang dilakukan oleh pasien di
kamar mandi / WC akan berbahaya tidak saja bagi pasien, tetapi juga bagi petugas / orang lain. 3
2.4. Transmisi Infeksi Nosokomial
Sumber : http://muhammadsaink.blogspot.com/2011/04/stop-nosocomial-infection-in-your.html
Bakteri yang menyebabkan infeksi nosokomial dapat menyebar dalam berbagai cara :
(endogenous infection). Bakteri ada dikeadaan normal yang menyebabkan transmisi baik dari habitat
luar dan dalam (system urinaria), merusak jaringan (melukai) atau penggunaan antiobiotik yang tidak
tepat. Sebagai contoh, bakteri gram negative yang menyerang saluran pencernaan sering kali disebabkan
daerah pembedahan atau bekas operasi yang terinfeksi setelah melakukan operasi di bagian perut atau
menyerang sisitem urinaria di salauran kencing. 3
(exogenous cross-infection). Bakteri menular diantara pasien : (a). kontak langsung diantara pasien
(tangan, kelenjar saliva (air ludah)). (b). dari udara (debu atau sirkulasi udara yang terkontaminasi oleh
bakteri yang sudah menyerang pasien). (c). melalui kontaminasi oleh pegawai/perawat (tangan, baju,
hidung dan tenggorokan/kerongkongan) yang dapat jadi itu terjadi untuk sementara atau karir
permanen. (d). melalui objek yang terkontaminasi dari pasien (termasuk peralatan), tangan pegawai,
pengunjung atau sumber dari lingkungan itu sendiri (air, gas, makanan). 3
3. Ke lingkungan
(endemic or epidemic exogenous environmental infections). Beberapa tiper dari mikroorganisme yang
selalu ada di lingkungan rumah sakit :
- Di air, area yang lembab/basah, dan adakalanya di produk yang steril atau tidak terinfeksi
(Pseudomonas, Acineotobacter, Myobacterium).
- Pada makanan
- Pada debu (bakteri yang diameternya lebih kecil dari 10µm tinggal pada udara pada beberapa jam
dan dapat terhirup pada keadaan yang bersamaan dengan debu). 3
Masa Inkubasi pada Infeksi Nosokomial adalah 3 x 24 jam sejak mulai pasien dirawat
Masa Laten dan Periode Infeksi Noskomial ini tergantung dari imunitas pasien sendiri. Jika ia mempunyai
imunitas yang kuat terhadap factor eksogen (kelompok yang merawat, alat medis, serta lingkunga) yang
tidak baik. Maka bisa jadi ia tidak terserang Infeksi Nosokomial. Dan jika imunitasnya tidak cukup kuat,
maka dapat jadi pasien tersebut dirawat berhari, berminggu-minggu dan lebih parahnya berbulan-
bulan.3
2.6. Pencegahan
Perolehan Infeksi Nosokomial di tentukan dari semua pasien factor, seperti imunitas yang
membahayakan dan melakukan campur tangan yang dapat meningkatkan factor risiko. Perawatan pasien
harus dibedakan berdasarkan macam-macam infeksi yang ada. Penilaian risiko akan sangat membantu
untuk mengkategorikan pasien dan mengontrol infeksi yang kira-kira akan ada pada kedepannya.
- Hand decontamination
Dapat dilakukan dengan mencuci tangan, menjaga kehigienisan diri khususnya tangan
- Personal hygiene
Para pegawai harus mempunyai personal hygiene yang baugs. kuku harus bersih dan tetap pendek.
Rambut sekiranya pendek dan terikat. Jambang atau kumis pendek dan bersih
2.6.3. Clothing
- Working clothes
Normalnya para pegawai memakai pakaian yang seragam dan ditutupi oleh jas putih
- Sepatu
Diderah yang harus terjaga kebersihannya dan di ruang operasi, para pegawai harus memakai sepatu
yang sudah distandarkan, yang mana mudah dipakai dan dibersihkan
2.6.4. Masker
Menggunakan masker yang terbuat dari wool, atau bahan-bahan lain yang tidak mudah terinfeksi.
- Melindungi pasien : para staff menggunakan sarung tangan yang steril untuk operasi, dan kegiatan
lain
- Rutin untuk membersihkan area rumah sakit, memungkinkan pengurangan mikroorganisme yang hidup
dalam kondisi kotor.
- harus mengetahui jumlah bakteri yang ada, tingkat kebahayaannya di air atau kehadiran mereka di
sabun dan protein
- Menggunakan air hangat untuk membersihkan alat-alat seperti peralatan kebersihan, alat dapur, dll.
- Sterilisasi
Sterilisasi digunakan untuk membasmi mikroorganisme. Dengan cara ini dapat mengurangi mikroba yang
berukuran 10-6. 3
2.7. Pengobatan
Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik berperan dalam seluruh tahapan asuhan/pelayanan medis yang
berhubungan dengan tatalaksana/pengobatan penderita penyakit infeksi yang meliputi :
· Tahapan Penapisan
· Tahap Diagnostik
2. Tes Immuno-Serologi : Demam Tifoid, Sifilis, Demam Berdarah, AIDS, TORCH, SARS, Avian Flu, dsb
Pemriksaan mikrobiologi klinik memungkinkan untuk mengetahui kuman penyebab infeksi beserta
gambaran pola keperkaan kuman terhadap antibiotic, sehingga akan membantu klinisi dalam pemilihan
antibiotika. Hanya saja untuk pemeriksaan sampai indentifikasi memerlukan waktu 3-4 hari, sementara
itu pemberian antibiotic kepada pasien tidak dapat ditunda. Dalam keadaan seperti ini maka pemilihan
antibiotic secara educated guess sangat penting berdasarkan gambaran pola kepekaan kuman setempat.
9
Bab III
Penutup
3.1.Kesimpulan
Berdasarkan dari informasi yang saya dapat mengenai Infeksi Nosokomial di dunia, bahkan di Indonesia
dapat disimpulkan bahwa Infeksi Nosokomial ini sangat perlu dikendalikan dan harus diprioritaskan agar
bisa memutus rantai infeksi. Apabila tidak maka semakin banyak orang yang akan menderita penyakit ini,
menurunkan derajat kesehatan, dan juga infeksi nosocomial akan mencemari citra rumah sakit.
3.2.Saran
1. Rumah Sakit
Perlu adanya tim pengendalian Infeksi Nosokomial. Harus ada pengawasan ketat untuk pemberian
antibiotika, diadakan pemeriksaan kultur ruangan secara berkala, disediakan alat kesehatan yang
dibutuhkan diruang-ruang perawatan yang menunjang untuk kejadian Infeksi Nosokomial
2. Perawat
Manajer keperawatan harus mampu memberikan support system kepada perawat pelaksana agar
pelayanan tetap berkualitas dan perawatan jalan nafas sesuai dengan instruksi kerja. Bagi supervise
keperawatan harus selalu ikut survey terhadap pencegahan Infeksi Nosokomial. Perawat pelaksana
hendaknya memotivasi diri sendiri serta belajar mandiri dalam meningkatkan skill keperawatan intensif.
3. Pengunjung
Kepada Pengunjung, terutama kepada keluarga terdekat dari pasien diharapkan kesadaran dari dalam
dirinya sendiri untuk tetap mematuhi semua peraturan yang ada di rumah sakit, berperilaku hygiene
dengan tidak meludah sembarangan, membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan diri
maupun lingkungan yang ada disekitar di rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Andreas Budi K, Sri Seiyarini, Syahirul Alim. Gambaran Ketaatan Perawatan Jalan Nafas dan kejadian
Infeksi Nosokomial Saluran Pernafasan di ICU Rs. X Yogyakarta. Jurnal di Internet. 2009.
www.pdii.lipi.go.id
3. Prevention of hospital-acquired infections A practical guide 2nd edition World Health Organization
Department of Communicable Disease, Surveillance and Response.2002. http://www.who.int/emc.
4. Mardan Ginting. Infeksi Nosokomial dan Manfaar Pelatihan Keterampilan Perawat Terhadap
Pengendaliannya di Ruang RAwat Inap Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2001.
www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_082_infeksi_nosokomial_(i).pdf
5. Parhusip. Factor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi Nosokomial serta Pengendaliannya di
BHG UPF Paru RS. Dr. Pirngadi?Lab. Penyakit Paru FK-USU. 1993.
www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_082_infeksi_nosokomial_(i).pdf
6. Djoko Roeshadi, Alit Winarti. Pengendalian Infeksi Nosokomial di RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
1993. www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_082_infeksi_nosokomial_(i).pdf
7. 7. Teresa C. Horan, M.P.H. John W. White, Ph.D. William R. Jarvis, M.D. T. Grace Emori, R.N., M.S.
David H. Culver, Ph.D. Van P. Munn, B.S. Clyde Thornsberry, Ph.D. David R. Olson, Ph.D. James M. Hughes,
M.D. Hospital Infections Program Center for Infectious Diseases. Nosocomial Infection Surveillance,
1984. www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/00001772.htm
9. Hendro Wahjono. Peran Mikrobiologi Klinik Pada Penaganan Penyakit Infeksi. 2007.
eprints.undip.ac.id/320/1/Hendro_Wahjono.pdf
Gambar Pendukung
Sumber : http://diemazcaeem.blogspot.com/2011/05/konjungtivitis-bakteri.html
Sumber : Lia Natalia. Pseudomonas aeruginosa, Penyebab Infeksi Nosokomial.
mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/lia-natalia078114123.pdf
Berbagi
Posting Komentar
Beranda
Download
Beranda
Masuk
Cari Dokter
Proteksi Alodokter
Penyakit A - Z
Obat A - Z
Tanya Dokter
Privasi
Kontak
Tentang Alodokter
Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial adalah istilah yang merujuk pada suatu infeksi yang berkembang di lingkungan rumah
sakit. Artinya, seseorang dikatakan terkena infeksi nosokomial apabila penularannya didapat ketika
berada di rumah sakit. Termasuk juga infeksi yang terjadi di rumah sakit dengan gejala yang baru muncul
saat pasien pulang ke rumah, dan infeksi yang terjadi pada pekerja di rumah sakit.
Infeksi nosokomial terjadi di seluruh dunia dan berpengaruh buruk pada kondisi kesehatan di negara-
negara miskin dan berkembang. Selain itu, infeksi nosokomial termasuk salah satu penyebab terbesar
kematian pada pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit.
Pneumonia.
Jumlah dan virulensi (kekuatan) bakteri yang tinggi, serta resistensi bakteri terhadap antibiotik dapat
meningkatkan risiko terjadinya infeksi nosokomial. Umumnya, infeksi nosokomial disebabkan oleh
bakteri yang ada di rumah sakit. Bakteri tersebut bisa didapat dari orang lain yang ada di rumah sakit,
bakteri yang menjadi flora normal (bakteri yang secara normal ada di dalam tubuh dan pada keadaan
normal tidak menyebabkan gangguan) orang itu sendiri, atau bakteri yang mengontaminasi lingkungan
dan alat-alat di rumah sakit. Selain bakteri, jamur dan virus atau parasit juga dapat menjadi penyebab
infeksi nosokomial.Yang dimaksud dengan bakteri yang resisten adalah ketika antibiotik menjadi kurang
efektif untuk membunuh bakteri tersebut. Hal ini disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang tidak
sesuai dengan anjuran dokter. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat akan mengakibatkan bakteri yang
ada di dalam tubuh manusia berubah karakter dan menjadi tahan terhadap antibiotik. Rumah sakit
merupakan tempat beragam jenis pasien, sehingga bakteri yang resisten tersebut dapat menyebar di
lingkungan rumah sakit dan akan lebih sulit untuk ditangani bila menjangkiti seseorang.
Kondisi Pasien
Selain bakteri, kondisi dari pasien tersebut juga memengaruhi dapat atau tidaknya terkena infeksi
nosokomial. Beberapa kondisi pasien yang membuat lebih mudah terserang infeksi nosokomial:
- Usia. Pasien lansia (usia di atas 70 tahun) dan bayi lebih mudah terserang infeksi nosokomial.
- Daya tahan tubuh dan penyakit yang dimiliki. Pasien dengan penyakit kronis seperti diabetes, gagal
ginjal, dan kanker meningkatkan risiko seseorang terkena infeksi nosokomial. Keadaan akut seperti koma,
gagal ginjal akut, cedera berat (seperti habis kecelakaan atau luka bakar), dan syok juga berkontribusi
dalam meningkatkan risiko infeksi nosokomial. Kondisi yang mengakibatkan daya tahan tubuh turun
seperti pada penyakit HIV/AIDS, malnutrisi, dan menggunakan obat-obatan yang dapat menurunkan
daya tahan tubuh. (misalnya: immnunosuppresant, kemoterapi) akan meningkatkan risiko terkena infeksi
nosokomial.
- Prosedur yang dilakukan terhadap pasien. Prosedur seperti tindakan operasi, pemasangan alat bantu
napas (ventilator), endoskopi, atau kateter meningkatkan risiko seseorang untuk terkena infeksi
nosokomial melalui kontaminasi langsung dengan alat yang masuk ke dalam tubuh.
Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah sakit yang padat, kegiatan memindahkan pasien dari satu unit ke unit yang lain, dan
penempatan pasien dengan kondisi yang mudah terserang infeksi nosokomial (misalnya pada ruang
perawatan intensif, ruang perawatan bayi, ruang perawatan luka bakar) di satu tempat dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi nosokomial. Lamanya waktu perawatan di rumah sakit
juga semakin meningkatkan risiko terkena penyakit nosokomial.
Gejala yang dialami sama dengan tanda-tanda infeksi lainnya seperti demam, takikardia, sesak, dan
lemas. Pada pneumonia dapat terjadi batuk dengan dahak yang kental dan pada infeksi saluran kemih
terdapat nyeri daerah punggung bawah atau perut bawah. Yang terpenting, seluruh gejala ini timbul
setelah perawatan di rumah sakit dan tidak sesuai dengan keluhan awal saat masuk rumah sakit.
Dokter dapat mencurigai seorang pasien terkena infeksi nosokomial berdasarkan tanda-tanda atau gejala
yang dialaminya. Diagnosis infeksi nosokomial dipastikan dengan menemukan bakteri penyebab dari
tempat yang dicurigai mengalami infeksi. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel urine,
dahak, darah, atau cairan lainnya (misalnya cairan luka operasi) untuk dibiakkan atau dikultur dalam
sebuah medium untuk melihat adanya pertumbuhan bakteri. Pemeriksaan kultur ini juga dapat
dilakukan untuk jamur, bila dicurigai penyebab infeksi nosokomial adalah jamur.
Selain pemeriksaan kultur, untuk mendiagnosis infeksi nosokomial juga didukung dari pemeriksaan lain
seperti:
Analisis urine dan USG saluran kemih untuk mendeteksi terjadinya infeksi saluran kemih.
Seluruh alat yang menempel pada tubuh dan mengakibatkan infeksi seperti kateter, selang napas, selang
infus, atau lainnya bila memungkinkan segera dicabut. Terapi suportif seperti pemberian cairan, oksigen,
atau obat untuk mengatasi demam dapat diberikan.
Prosedur operasi debridement dapat dilakukan untuk infeksi pada luka operasi, dengan cara
memmotong atau mengangkat jaringan yang tidak sehat.
Endokarditis.
Gagal ginjal.
Sepsis.
Langkah-langkah pencegahan infeksi nosokomial menjadi tanggung jawab seluruh orang yang ada di
rumah sakit termasuk petugas kesehatan, pasien dan orang yang berkunjung. Beberapa langkah yang
dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi ini adalah:
Cuci tangan. Tangan merupakan media yang paling baik bagi kuman untuk berpindah. Oleh karena itu
penting bagi seluruh orang yang berada di rumah sakit untuk mencuci tangan dengan cara dan waktu
yang tepat. Terdapat lima saat yang penting untuk melakukan cuci tangan:
Menjaga kebersihan lingkungan rumah sakit. Kebersihan lingkungan rumah sakit dilakukan dengan cara
membersihkan lingkungan rumah sakit dengan menggunakan cairan pembersih atau disinfektan dengan
frekuensi 2-3 kali per hari untuk lantai dan 2 minggu sekali untuk dinding.
Penggunaan alat dan prosedur. Menggunakan alat atau selang yang menempel pada tubuh seperti alat
bantu napas atau kateter urine, serta melakukan tindakan medis lainnya sesuai dengan indikasi (tepat
guna).
Penempatan pasien di ruang isolasi. Pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah atau pasien yang
berpotensi untuk menularkan penyakit diharuskan untuk ditempatkan di ruang isolasi.
Mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP). Bagi staf rumah sakit penting untuk mengikuti SOP
setiap melakukan tindakan seperti menggunakan pelindung standar seperti sarung tangan, masker, atau
perlengkapan lain yang dianjurkan.
Referensi
Info Terkait
Hidup Sehat
Diskusi Terbaru
Oleh: doppleganger234
Dok, saya telah cek urinalisis dengan hasil sbb: Berat jenis 1.015; ph 8.0; NEGATIF protein, glukosa, keton,
HB, bilirubin, nitrit, leukosit esterase;...
3 Balasan
2 jam yang lalu
sore dok , dok barusan ini saya makan sambel , terus perut saya langsung mules sampai mencret ,
apakah akan berpengaruh pada...
1 Balasan
Hallo dok, selamat sore. Saya mau nanya ni salep untuk jerawat batu yang cocok untuk laki laki apa ya
dok, Soal nya...
1 Balasan
Selanjutnya
TANYA DOKTER
Tentang Alodokter
Gabung di Tim Dokter
Iklan
Karier
Kontak
Privasi
Tim Editorial
Proteksi Alodokter
pobpad.com
alomedika.com