PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan penyebab paling utama tingginya angka
kesakitan (mordibity) dan angka kematian (mortality) terutama pada Negara-
negara berkembang seperti halnya Indonesia. Penyakit infeksi merupakan suatu
penyakit yang disebabkan karena adanya mikroba patogen (Darmadi, 2008).
Salah satu penyebab penyakit infeksi adalah bakteri (Radji, 2011).
Menurut penelitian WHO (World Health Organization) pada rumah sakit
berasal dari 14 negara yang berada di empat kawasan (regional) WHO, sekitar
8.7% penderita yang dirawat di rumah sakit mengalami infeksi nosokomial rumah
sakit. Studi surveilans dari tahun 2007-2010 pada unit perawatan intensif
(Intensive Care Unit-ICU) di Amerika Latin, Asia, Afrika, dan Eropa,
menunjukkan bahwa infeksi-infeksi yang berhubungan dengan sirkulasi darah,
dan pneumonia akibat penggunaan alat ventilator, serta infeksi saluran kemih
akibat penggunaan kateter yang dilaporkan dari negara-negara yang diteliti di luar
USA lebih tinggi frekwensinya dibandingkan dengan kejadian yang dilaporkan
dari ICU di USA.
Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa frekwensi MRSA
(Methicillinresistant Staphylococcus aureus), spesies Enterobacter yang resisten
terhadap ceftriaxone, serta Pseudomonas aeruginosa yang resisten terhadap
fluoroquinolone juga lebih tinggi frekwensinya di negara-negara di luar USA.
Suatu penelitian pada anak-anak di Afrika menunjukkan bahwa mikroba
penyebab bakteremia nosokomial rumah sakit berbeda jenisnya dari mikroba
penyebab bakteremia yang terjadi pada penduduk di luar rumah sakit. Bakteremia
nosokomial menyebabkan meningkatnya angka kesakitan (morbiditas) dan angka
kematian (mortalitas) serta memperpanjang waktu rawat inap di rumah sakit.
Karena data-data infeksi nosokomial rumah sakit di negara-negara miskin tidak
diketahui, sehingga keadaan ini akan menjadi masalah kesehatan masyarakat
yang harus lebih diperhatikan. Sekitar 5-10% penderita yang dirujuk ke bagian
kedaruratan rumah sakit atau fasilitas keperawatan, yang di USA saja dapat
mencapai satu juta orang penderita setiap tahunnya. Infeksi yang didapat di
rumah sakit biasanya berhubungan dengan tatalaksana diagnosis dan pengobatan
yang dilakukan terhadap penderita yang dirawat karena sakit atau karena
mengalami cedera. The Centers for Disease Control (CDC) USA menyatakan
bahwa 36% dari infeksi tersebut dapat dicegah melalui penatalaksanaan yang
ketat dalam merawat penderita.
Masalah yang menyebabkan infeksi ini sulit ditangani adalah bahwa pada
waktu baru masuk rumah sakit, sistem imun kesehatan penderita sudah dalam
kondisi yang rendah (immunocompromised). Penyakit nosokomial yang didapat
di rumah sakit dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau parasit.
Mikroorganisme ini bisa berasal dari dalam tubuh penderita sendiri (sumber
endogin) atau mungkin berasal dari sumber eksogin, yaitu dari lingkungan, dari
perlengkapan rumah sakit yang tercemar, dari petugas rumah sakit, atau berasal
dari penderita lain yang sedang dirawat di rumah sakit tersebut. Sumber endogin
adalah bagian tubuh yang biasanya menjadi tempat hidup koloni mikroorganisme,
misalnya nasofaring, alat pencernaan atau saluran urogenital.
B. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui epidemiologi dan pengendalian penyakit penyakit (
penyebab infeksi pada manusia ditinjau dari pengertian, etiologi, aspek fisiologi,
pathogenesis , patologi diagnosa, terapi/ pengobatan dan pencegahan pada infeksi
Nosokomial).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Infeksi adalah peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di
dalam tubuh pejamu yang mampu menyebabkan sakit (Linda Tietjen, 2007).
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat seseorang dalam waktu
3x24 jam sejak mereka masuk rumah sakit (Depkes RI, 2010).
Infeksi nosokomial diakibatkan oleh pemberian layanan kesehatan dalam
fasilitas perawatan kesehatan. Rumah sakit merupakan satu tempat yang paling
mungkin mendapat infeksi karena mengandung populasi mikroorganisme yang
tinggi dengan jenis virulen yang mungkin resisten terhadap antibiotik (Perry &
Potter, 2007).
B. Etiologi
Mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial (WHO, 2002):
a. Conventional pathogens
Menyebabkan penyakit pada orang sehat, karena tidak adanya
kekebalan terhadap kuman tersebut: Staphylococcus aureus,
streptococcus, salmonella, shigella, virus influenza, virus hepatitis.
b. Conditional pathogens
Penyebab penyakit pada orang dengan penurunan daya tahan tubuh
terhadap kuman langsung masuk dalam jaringan tubuh yang tidak steril:
pseudomonas, proteus, klebsiella, serratia, dan enterobacter.
c. Opportunistic pathogens
Menyebabkan penyakit menyeluruh pada penderita dengan daya tahan
tubuh sangat menurun: mycobacteria, nocardia, pneumocytis.
F. Pengobatan/ Terapi
Sesudah ditentukan penyebab infeksinya, jika penyebabnya adalah
bakteri, dilakukan uji kepekaan terhadap antibiotika sehingga penderita dapat
segera diobati dengan tepat. Sambil menunggu hasil uji kepekaan antibiotik,
pengobatan dapat dimulai menggunakan antibiotik spektrum lebar, misalnya
penisilin, cefalosporin, tetrasiklin, atau eritromisin. Jika bakteri yang ditemukan
sudah resisten terhadap antibiotik spektrum lebar standard yang dicobakan, maka
antibiotik yang lebih kuat yang biasanya masih efektif dapat diberikan, yaitu
vancomycin atau imipenem.
Jika penyebab infeksi adalah jamur, dapat diberikan obat-obatan
antijamur, misalnya amphotericin B, nystatin, ketoconazole, itraconazole dan fl
uconazole.
Virus tidak dapat diobati dengan antibiotik. Sejumlah obat antiviral telah
diuji cobakan untuk menghambat reproduksi virus, misalnya acyclovir,
ganciclovir, foscarnet, dan amantadine
G. Pencegahan
Tindakan yang dapat dilakukan oleh rumah sakit untuk mencegah
penyebaran infeksi nosokomial rumah sakit, antara lain adalah:
Isolasi penderita yang sudah diketahui penyebab infeksinya
Pengawasan dan pengendalian infeksi untuk setiap 200 tempat tidur
Identifikasi semua prosedur berisiko tinggi dan kemungkinan adanya sumber
infeksi lainnya
Melaksanakan dengan tegas aturan untuk mencuci tangan bagi petugas
kesehatan dan pengunjung untuk mencegah penularan mikroorganisme ke
penderita atau penularan antar penderita yang dirawat
Melaksanakan dengan ketat pelaksanaan teknik aseptik pada semua prosedur
termasuk penggunaan pakaian steril, sarung tangan, masker, dan alat
pencegah penularan lainnya
Melakukan sterilisasi semua alat kesehatan yang digunakan ulang, misalnya
ventilator, pelembab ruangan, dan semua hal yang berhubungan dengan
saluran pernapasan
Mengganti sesering mungkin perban penutup luka dan memberikan salep
antibiotik di bawah perban.
Lepaskan pipa nasogastrik dan endotrakeal sesegera mungkin sesudah tidak
diperlukan lagi.
Menggunakan kateter vena yang sudah dibubuhi antibakteri untuk mencegah
bakteri agar tidak dapat masuk ke dalam aliran darah
Mencegah kontak petugas kesehatan dengan sekresi pernapasan dengan
menggunakan pelindung, misalnya masker
Menggunakan kateter urine yang sudah dilapisi silveralloy untuk mencegah
bakteri menginfeksi kandung kemih
Kurangi penggunaan prosedur berisiko tinggi dan lama pemakaian alat-alat
berisiko tinggi misalnya kateterisasi saluran kemih
Melakukan sterilisasi semua instrumen medis dan perlengkapan lainnya untuk
mencegah kontaminasi
Mengurangi penggunaan antibiotik secara berlebihan agar tidak menganggu
sistem imun penderita dan mengurangi terjadinya resistensi bakteri.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi nosokomial diakibatkan oleh pemberian layanan kesehatan dalam
fasilitas perawatan kesehatan. Rumah sakit merupakan satu tempat yang paling
mungkin mendapat infeksi karena mengandung populasi mikroorganisme yang tinggi
dengan jenis virulen yang mungkin resisten terhadap antibiotik (Perry & Potter,
2007).
Mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial (WHO, 2002):
a. Conventional pathogens
b. Conditional pathogens
c. Opportunistic pathogens
Aspek fisiologi patogen penyebab infeksi nosokomial dapat berupa bakteri, virus,
parasit dan jamur.
Patologi diagnosis infeksi nosokomial ditetapkan berdasar atas gejala klinis
infeksi di tempat dilakukan operasi dan di tempat terjadinya infeksi.
Gambaran klinis di daerah infeksi
Sebaran infeksi nosokomial
Tindakan yang dapat dilakukan oleh rumah sakit untuk mencegah penyebaran
infeksi nosokomial rumah sakit, antara lain adalah:
Isolasi penderita yang sudah diketahui penyebab infeksinya
Identifikasi semua prosedur berisiko tinggi dan kemungkinan adanya sumber
infeksi lainnya
Melaksanakan dengan tegas aturan untuk mencuci tangan bagi petugas
kesehatan dan pengunjung untuk mencegah penularan mikroorganisme ke
penderita atau penularan antar penderita yang dirawat
B. Saran
Diharapakan mahasiswa keperawatan mengetahui epidemiologi
dan pengendalian penyakit penyakit ( penyebab infeksi pada manusia ditinjau
dari pengertian, etiologi, aspek fisiologi, pathogenesis , patologi diagnosa, terapi/
pengobatan dan pencegahan pada infeksi Nosokomial).
Soal
1. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat seseorang dalam waktu 3x24 jam
sejak mereka masuk rumah sakit, dari penjelasan diatas merupakan pengertian dari…
a. Perry, 2008
b. Depkes RI, 2010
c. Potter, 2007
d. Linda Tietjen, 2007
2. Yang merupakan patologi diagnosis infeksi nosokomial ditetapkan berdasar atas
gejala klinis infeksi di tempat dilakukan operasi dan di tempat terjadinya infeksi
adalah…
a. Gambaran klinis di daerah infeksi
b. Sebaran infeksi nosokomial
c. A dan B benar
d. A dan B salah
3. Aspek fisiologi patogen penyebab infeksi nosokomial adalah…….
a. Bakteri, virus, dan Jamur
b. Bakteri dan Virus
c. Bakteri, parasit, dan jamur.
d. Bakteri, virus, parasit dan jamur
4. Pencegahan infeksi nosokomial dibawah ini yang benar adalah…..
1) Isolasi penderita yang sudah diketahui penyebab infeksinya
2) Pengawasan dan pengendalian infeksi untuk setiap 200 tempat tidur
3) Identifikasi semua prosedur berisiko tinggi dan kemungkinan adanya sumber
infeksi lainnya
4) Melaksanakan dengan tegas aturan untuk mencuci tangan bagi petugas kesehatan
dan pengunjung untuk mencegah penularan mikroorganisme ke penderita atau
penularan antar penderita yang dirawat
a. 1 dan 4
b. 2 dan 3
c. 1,3 dan 4
d. Semua benar
5. Penyebab penyakit pada orang dengan penurunan daya tahan tubuh terhadap kuman
langsung masuk dalam jaringan tubuh yang tidak steril: pseudomonas, proteus,
klebsiella, serratia, dan enterobacter adalah pengertian dari……
a. Conditional pathogens
b. Opportunistic pathogens
c. Conventional pathogens
d. Conditional opportunistic pathogens
6. Pengobatan yang bisa diberikan berupa obat pada pasien infeksi nosokomial yang
disebabkan oleh jamur adalah…
a. Ganciclovir dan foscarnet
b. Acyclovir
c. Amphotericin B, Nystatin, dan ketoconazole
d. Acyclovir, ganciclovir, foscarnet, dan amantadine
7. Yang merupakan sebaran infeksi nosokomial dibawah yang paling benar ini
adalah…..
a. Infeksi saluran kemih, dan pneumonia nosokomial
b. Infeksi di tempat dilakukan operasi, dan infeksi saluran kemih
c. Pneumonia nosokomial, bakteremia nosokomial, infeksi saluran kemih dan
Infeksi di tempat dilakukan operasi
d. Bakteremia nosokomial, pneumonia nosokomial, dan infeksi saluran kemih
8. 1) Bakteri anaerobik Gram-positif
2) Bakteri Gram-positif
3) Bakteri Gram-negatif
Yang di atas merupakan bagian dari bakteri….
a. Bakteri komensal
b. Bakteri patogenik
c. Bakteri anaerobic
d. Bakteri Arobic
9. Menyebabkan penyakit pada orang sehat, karena tidak adanya kekebalan terhadap
kuman tersebut: Staphylococcus aureus, streptococcus, salmonella, shigella, virus
influenza, virus hepatitis adalah pengertian dari…..
a. Conditional pathogens
b. Opportunistic pathogens
c. Conventional pathogens
d. Conditional opportunistic pathogens
10. Infeksi akan dimulai dari tempat masuknya mikoorganisme dan akan menimbulkan
infeksi setempat (lokal) dan menimbulkan gejala klinis yang terbatas… adalah
penjelasan dari.
a. Pengertian dari infeksi
b. Pengobatan dari infeksi nosokomial
c. Aspek fisiologi infeksi nosokomial
d. Patogenesis penyakit nasokomial
DAFTAR PUSTAKA