Anda di halaman 1dari 5

Pengobatan Syok Hipovolemik

Syok hipovolemik merupakan kondisi gawat darurat., oleh karena itu penanganan harus segera
dilakukan. Bila Anda mencurigai kondisi ini terhadap seseorang, segera minta pertolongan medis. Sambil
menunggu pertolongan medis, ada beberapa upaya yang bisa Anda lakukan untuk membantu penderita,
di antaranya adalah:

Jangan memberikan cairan apa pun ke dalam mulut penderita.

Jangan ubah posisi penderita jika diduga terdapat cedera pada bagian kepala, tungkai, leher, atau
punggung, kecuali posisi pasien dalam kondisi yang berbahaya, misalnya dekat dengan benda yang
mudah meledak.

Bila tidak terdapat cedera kepala, leher, punggung, maupun tungkai, posisikan tubuh pasien di
permukaan yang rata, yaitu kepala sejajar dengan tungkai. Bila memungkinkan, angkat kaki sekitar 30
cm, sehingga posisi kepala lebih rendah daripada kaki.

Jangan mencabut jika ada benda (pecahan kaca atau pisau) yang menancap di tubuh pasien.

Tekan titik perdarahan dengan menggunakan kain atau handuk untuk meminimalkan volume darah yang
terbuang. Bila perlu, ikat kain atau handuk tersebut.

Buat suhu tubuh penderita tetap hangat untuk mencegah hipotermia, misalnya dengan menyelimutinya.

Pada kasus cedera di leher atau kepala, beri penyangga khusus terlebih dahulu pada bagian leher
sebelum memindahkan penderita ke dalam ambulans.

Penanganan Medis

Penanganan medis untuk kasus syok hipovolemik pada seorang pasien bertujuan untuk memaksimalkan
pasokan oksigen, mengembalikan volume cairan dalam tubuh, serta mengendalikan kehilangan darah
bila disebabkan karena perdarahan. Pemberian oksigen tambahan atau pemasangan alat bantu napas,
dapat diberikan jika ditemukan gangguan pernapasan pada pasien. Pemberian cairan infus secara cepat
ataupun transfusi darah (bila diperlukan) dapat membantu tubuh untuk mengembalikan volume cairan.
Untuk menghentikan perdarahan, dapat dilakukan tindakan operasi, terutama bila perdarahan terjadi
akibat cedera dan mengenai organ dalam.

Pada kasus tertentu, guna membantu meningkatkan volume darah yang dipompa oleh jantung serta
membantu meningkatkan tekanan darah, dokter dapat memberikan obat-obatan berupa dopamine,
norepinephrine, epinephrine, atau dobutamin.
Pada kasus syok hipovolemik, syok yang ringan lebih berpeluang untuk pulih. Sedangkan syok
hipovolemik yang berat cenderung menjurus pada kematian, terutama jika dialami oleh orang-orang
lanjut usia.

Secara garis besar syok dapat diklasifikasikan sebagai:

Syok hipovolemik

Syok kardiogenik

Syok sepsik

Syok neurogenik

Syok hipoadrenal

Secara garis besar syok dapat diklasifikasikan sebagai:

Tatalaksana Syok Hipovolemik

Patogenesis utama dari syok hipovolemik adalah kehilangan darah dan cairan (bisa karena proses
perdarahan, diare dan sebagainya). Terapi cairan yang adekuat adalah tatalaksana utama. Transfusi darah
perlu dipertimbangkan (< 10 g/dL).

Pada keadaan hipovolemia yang berat atau berlanjut, dukungan obat-obat inotropik mungkin dibutuhkan
untuk menjaga performans ventrikular yang adekuat setelah volume darah dikembalikan ke normal.

Keberhasilan resusitasi juga memerlukan dukungan fungsi respirasi. Suplementasi oksigen harus
diberikan, dan intubasi endoktrakeal mungkin penting untuk menjaga oksigenasi arterial.

Tips Praktis Tatalaksana Syok Hipovolemik

Tentukan defisit cairan (lihat tabel di atas)

Terapi cairan: cairan kristaloid 20 mL/kgBB

dalam ½ - 1 jam, dapat diulang

Sisa defisit: 50% dalam 8 jam pertama,


50% dalam 16 jam berikutnya

Cairan RL atau NaCl 0,9%

Indikator Syok Teratasi: produksi urin: 0,5 – 1 mL/kgBB/jam

Tatalaksana Syok Kardiogenik

Syok kardiogenik adalah komplikasi yang banyak ditemui pada pasien Sindroma Koroner Akut. Inti dari
tatalaksana syok kardiogenik adalah penilaian masalah utamanya : volume, pompa atau irama.

Bila masalah utamanya pada volume cairan maka pemberian cairan atau darah/komponennya adalah
langkah pertama yang harus diambil. Setelah volume diyakini cukup maka seperti halnya bila masalah
utama pada pompa jantung, perhatikan keadaan tekanan darah

Bila tekanan darah sistolik lebih dari 100 mmHg, apalagi bila terdapat kondisi edema paru, vasodilator
seperti nitrogliserin dapat digunakan

Bila tekanan darah sistolik 70–100 mmHg tanpa disertai gejala dan tanda syok, dapat diberikan inotropik
seperti dobutamine

Bila tekanan darah sistolik 70–100 mmHg dengan disertai gejala dan tanda syok, pemakaian vasopresor
seperti dopamine dianjurkan Bila tekanan darah sistolik kurang dari 70 mmHg disertai gejala dan tana
syok, gunakan vasopresor kuat seperti norefinefrin

Bila masalah utamanya pada irama jantung, dapat diklasifikasi atas bradiaritmia dan takiaritmia yang
tatalaksananya disesuaikan dengan diagnosis gangguan irama tersebut

Pada keadaan syok yang berhasil diatasi, tatalaksana lanjutan dapat mencakup :

Identifikasi dan tatalaksana penyebab yang reversibel

Kateterisasi arteri pulmonalis bila diperlukan

Pompa balon intra-aorta bila diperlukan

Angiografi dan Intervensi Kardiovaskular perkutan

Intervensi bedah

Pemeriksaan penunjang tambahan

Terapi obat tambahan


Kamu bisa pelajari Tatalaksana Syok Kardiogenik akibat komplikasi Infark Miokard Akut lebih lanjut di
DVD Sindroma Koroner Akut (dr Ragil, SpJP). Ada sebuah video 60 menit yang menjelaskan tentang

Algoritma Penanganan Pasien Sindroma Koroner Akut

Diagnosis Sindroma Koroner Akut

Kelainan EKG pada Sindroma Koroner Akut

Tatalaksana Sindroma Koroner Akut

Obat Pilihan dan Dosis Terapi Sindroma Koroner Akut

Patofisiologi Sindroma Koroner Akut

Penanganan komplikasi Sindroma Koroner Akut

Penatalaksanaan Syok Hipovolemik

Pasang satu atau lebih jalur infus intravena no. 18/16. Infus dengan cepat larutan kristaloid atau
kombinasi larutan kristaloid dan koloid sampai vena (v. jugularis) yang kolaps terisi. Sementara, bila
diduga syok karena perdarahan, ambil contoh darah dan mintakan darah. Bila telah jelas ada
peningkatan isi nadi dan tekanan darah, infus harus dilambatkan. Bahaya infus yang cepat adalah udem
paru, terutama pasien tua. Perhatian harus ditujukan agar jangan sampai terjadi kelebihan cairan.

Pemantauan yang perlu dilakukan dalam menentukan kecepatan infus:

Nadi: nadi yang cepat menunjukkan adanya hipovolemia.

Tekanan darah: bila tekanan darah < 90 mmHg pada pasien normotensi atau tekanan darah turun > 40
mmHg pada pasien hipertensi, menunjukkan masih perlunya transfusi cairan.

Produksi urin. Pemasangan kateter urin diperlukan untuk mengukur produksi urin. Produksi urin harus
dipertahankan minimal 1/2 ml/kg/jam. Bila kurang, menunjukkan adanya hipovolemia. Cairan diberikan
sampai vena jelas terisi dan nadi jelas teraba. Bila volume intra vaskuler cukup, tekanan darah baik,
produksi urin < 1/2 ml/kg/jam, bisa diberikan Lasix 20-40 mg untuk mempertahankan produksi urine.
Dopamin 2–5 µg/kg/menit bisa juga digunakan pengukuran tekanan vena sentral (normal 8–12 cmH2O),
dan bila masih terdapat gejala umum pasien seperti gelisah, rasa haus, sesak, pucat, dan ekstremitas
dingin, menunjukkan masih perlu transfusi cairan.
Kesimpulan

Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan mengenal gejala-gejala syok,
mengetahui, dan mengantisipasi penyebab syok serta efektivitas dan efisiensi kerja kita pada saat-
saat/menit-menit pertama penderita mengalami syok.

Daftar Pustaka

Franklin C M, Darovic G O, Dan B B. Monitoring the Patient in Shock. Dalam buku: Darovic G O, ed,
Hemodynamic Monitoring: Invasive and Noninvasive Clinical Application. USA : EB. Saunders Co. 1995 ;
441 – 499.

Alexander R H, Proctor H J. Shock. Dalam buku: Advanced Trauma Life Support Course for Physicians.
USA, 1993 ; 75 – 94

Haupt M T, Carlson R W. Anaphylactic and Anaphylactoid Reactions. Dalam buku: Shoemaker W C, Ayres
S, Grenvik A eds, Texbook of Critical Care. Philadelphia, 1989 ; 993 – 1002.

Thijs L G. The Heart in Shock (With Emphasis on Septic Shock). Dalam kumpulan makalah: Indonesian
Symposium On Shock & Critical Care. Jakarta-Indonesia, August 30 – September 1, 1996 ; 1 – 4.

Zimmerman J L, Taylor R W, Dellinger R P, Farmer J C, Diagnosis and Management of Shock, dalam buku:
Fundamental Critical Support. Society of Critical Care Medicine, 1997.

Atkinson R S, Hamblin J J, Wright J E C. Shock. Dalam buku: Hand book of Intensive Care. London:
Chapman and Hall, 1981; 18-29.

Wilson R F, ed. Shock. Dalam buku: Critical Care Manual. 1981; c:1-42.

Bartholomeusz L, Shock, dalam buku: Safe Anaesthesia, 1996; 408-413

Anda mungkin juga menyukai