ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi media semai lokal terbaik bagi pertumbuhan bibit
bawang merah asal biji (True Shallot Seed, TSS). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan
Acak Kelompok dengan 10 perlakuan serta 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media semai
terbaik dengan persentase pertumbuhan tertinggi adalah media campuran tanah Andisol+pupuk kandang
kuda yang merupakan kontrol, namun media ini tidak tersedia di Brebes. Sedangkan, media lokal terbaik
adalah media campuran tanah sawah Alluvial, pasir, dan pupuk kandang (1:1:1) dengan persentase
pertumbuhan sebesar 46,5%.
ABSTRACT
The objective of the experiment was to find out the best nursery local media for the growth of shallot
seedling. The experimental design was Randomized Complete Block Design with three replicates. The
mixture of Andisol soil + horse manure (control) was gave the best results in percentage of seedling growth
but the disadvantage of this mixtures is the poor availability in Brebes. However, the best local nursery was
the mixture of paddy field soil, sandy soil, and horse manure (1:1:1) with 46,5% seedling growth.
ketersediaan bahan media semai lainnya seperti panjang akar, jumlah daun, bobot basah, bobot
pupuk kandang dan kompos. Penelitian ini kering serta kadar air. Jumlah sampel adalah 10
dilakukan untuk mendapatkan suatu komposisi tanaman untuk tiap petak percobaan. Data
media semai terbaik yang menggunakan bahan pengamatan tinggi tanaman, diameter umbi,
lokal Brebes bagi persemaian TSS. Keluaran yang panjang akar, serta jumlah daun dianalisis dan diuji
diharapkan adalah informasi media semai berbahan lanjut dengan DMRT pada selang kepercayaan 5%.
lokal yang baik untuk persemaian TSS. Sedangkan data persentase pertumbuhan, bobot
basah, bobot kering, serta kadar air tidak diuji
BAHAN DAN METODE lanjut.
Bionatura – Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik, Vol. 12, No. 1, Maret 2010
Pengaruh Komposisi Media Semai Lokal terhadap Pertumbuhan Bibit Bawang Merah 3
Tabel 2. Bobot basah, bobot kering dan kadar air bibit TSS umur 21 hss.
Bobot Basah
Bobot Kering per Kadar Air
Pelakuan Per Tanaman
Tanaman (gram) (%)
(gram)
A = Tanah Sawah Alluvial 4.8 0.38 92.2
B = Tanah Lahan Kering Alluvial 7.6 0.62 91.8
C = Pasir 4.5 0.42 90.7
D = Tanah Sawah Alluvial : Pasir (1:1) 4.7 0.42 91.1
E = Tanah Lahan Kering : Pasir (1:1) 6.9 0.55 92.0
F = Tanah Sawah Alluvial : Pasir : Pupuk Kandang Kuda (1:1:1) 2.2 0.19 91.4
G = Tanah Lahan Kering : Pasir : Pupuk Kandang Kuda (1:1:1) 5.2 0.38 92.7
H = Tanah Sawah Alluvial : Pasir : Sekam Bakar (1:1:1) 6.5 0.55 91.6
I = Tanah Lahan Kering : Pasir : Sekam Bakar (1:1:1) 5.7 0.50 91.2
J = Tanah Andisol : Pupuk Kandang Kuda (1:1) (Kontrol) 6.2 0.56 91.0
Diameter umbi berbanding terbalik dengan tidak ada perbedaan mencolok antar tanaman asal
persentase pertumbuhan. Media dengan persentase media yang berbeda. Karena itu, media semai
pertumbuhan yang tinggi cenderung memiliki terbaik adalah media dengan persentase
diameter umbi yang kecil dan sebaliknya media pertumbuhan tertinggi.
dengan persentase pertumbuhan yang rendah Pada Tabel 2 dapat dilihat bobot basah, bobot
memiliki diameter umbi yang besar. Diameter kering serta kadar air bibit TSS umur 21 hst. Bobot
umbi terbesar diperoleh pada media campuran basah serta bobot kering tertinggi diperoleh pada
tanah lahan kering, pasir (E) 0,47 cm dengan media tanah halaman Alluvial (B). Hal ini terjadi
persentase pertumbuhan 13,2%, sedangkan karena bibit pada perlakuan tersebut memiliki
diamater umbi terkecil diperoleh pada media tinggi tanaman dan diameter umbi yang besar
campuran tanah sawah Alluvial, pasir, pupuk dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
kandang (F) 0,25 cm dengan peresentase Sementara itu, kadar air setiap perlakuan tidak
pertumbuhan 48,5%. Hal ini terjadi karena adanya berbeda jauh. Kadar air berkisar antara 91.0–
kompetisi antar individu tanaman di dalam baki 92.7%.
persemaian. Seperti yang dilaporkan Putrasamedja
(1995a) dan Sumarni dkk. (2001) bahwa jarak SIMPULAN
tanam serta kerapatan tanam berpengaruh nyata
terhadap bobot dan diameter umbi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
Variabel panjang akar dan jumlah daun tidak media semai TSS lokal terbaik adalah campuran
berbeda nyata untuk setiap perlakuan. Panjang akar tanah sawah, pasir dan pupuk kandang kuda
berkisar antara 3.8–5.2 cm, sedangkan jumlah daun dengan persentase pertumbuhan 46,5%.
berkisar antara 2–4 helai daun. Kondisi tanaman Pertumbuhan bibit dari berbagai media setelah
adalah normal. Tanaman diamati pada umur 21 hst pindah tanam cenderung seragam.
dan menurut Putrasamedja (1995b) tanaman dapat
dipindah tanam ke lapangan setelah memiliki 2 UCAPAN TERIMA KASIH
helai daun.
Pada umur 5–6 minggu setelah semai tanaman Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
dipindahkan ke lapangan. Dari pengamatan secara Proyek HORTIN II (Indonesia-Belanda) yang telah
visual pertumbuhan tanaman cenderung seragam, membiayai penelitian ini.
Bionatura – Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik, Vol. 12, No. 1, Maret 2010
4 Gina Aliya Sopha dan Rofik Sinung Basuki
Bionatura – Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik, Vol. 12, No. 1, Maret 2010