Anda di halaman 1dari 172

OPTIMASI SISTEM JARINGAN PRODUKSI PADA LAPANGAN

SUKOWATI PAD “INB”

SKRIPSI

Oleh :
INDRA BAYU
113130099

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2018

i
OPTIMASI SISTEM JARINGAN PRODUKSI PADA LAPANGAN
SUKOWATI PAD “INB”

SKRIPSI

DISUSUN OLEH :
INDRA BAYU
113130099

Disetujui Untuk
Program Studi Teknik Perminyakan
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Oleh Dosen Pembimbing :

Ir. Suwardi, MT Ir. Sunindyo, MT


Pembimbing I Pembimbing II

ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa judul dan
keseluruhan isi skripsi ini adalah asli karya ilmiah saya dan saya menyatakan bahwa
dalam rangka menyusun, berkonsultasi dengan dosen pembimbing hingga
menyelesaikan skripsi ini tidak epernah melakukan penjiplakan (plagiasi) terhadap
karya orang atau pihak lain baik karya lisan maupun tulisan, baik sengaja maupun
tidak sengaja.
Saya menyatakan bahwa apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi
saya ini mengandung unsur penjiplakan (plagiasi) dari karya orang atau pihak lain,
maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya, di luar tanggung jawab dosen
pembimbing saya. Oleh karenanya saya sanggup bertanggung jawab hukum dan
bersedia dibatalkan/dicabut gelar kesarjanaan saya oleh otoritas/Rektor Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta, dan diumumkan kepada khalayak
ramai.
Demikian pernyataan ini saya buat. Terima kasih.
Yogyakarta, 2019
Yang menyatakan

Indra Bayu

No. Telepon/HP : +62 81215169159


Alamat Email : indrabayu94@gmail.com
Nama dan Alamat Orang Tua : Djoko Isjanto
Jl. Rajawali no.11, Karangpacar, Bojonegoro
Bojonegoro, Jawa Timur

iii
LEMBAR PERSEMBAHAN

"In the name of the father, the son, and the holy spirit"
Puji syukur kepada Allah Tritunggal karena atas kasihNya saya Indra Bayu dapat
menyelesaikan laporan resmi dengan baik dan tepat waktu. Pada kesempatan ini
saya ingin juga berterimakasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan berkatNya sehingga saya
masih tetap mendapatkan kekuatan, kesehatan dan tuntunan hingga saya
menjadi seperti sekarang.
2. Kedua orangtua saya papa & mama yang tidak pernah lelah memberikan
doa, dukungan, serta nasihat kepada saya serta saudara saya wisnu dan
ipung.
3. Saudara-saudariku angkatan 2013, Hompila dan Patrapala atas dukungan
kepada saya. Semoga kedepan kita semakin sukses dan tetap erat.
4. Abang Frans, Abang Apri, Pak Abraham dan Pak Mashari untuk
menyempatkan waktu disela kesibukan pekerjaan untuk membimbing saya.
5. Untuk semua orang yang mendukung dan membantu saya secara langsung
ataupun tidak langsung yang tidak bisa saya sebutkan semua. Kasih dan
berkat dari Tuhan selalu menyertai. Amin.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan begitu besar berkat dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Optimasi Sistem Jaringan
Produksi pada Lapangan Sukowati Pad INB.”
Skripsi ini adalah sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik
di Jurusan Perminyakan Fakulas Teknologi Mineral UPN Veteran Yogyakarta.
Penulis pada kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Sari Bahagiarti K, M.Sc. selaku Rektor UPN “Veteran”
Yogyakarta.
2. Dr. Ir. Suharsono, M.T. selaku Dekan Fakultas Teknologi Mineral UPN
“Veteran” Yogyakarta.
3. Drs. Ir. Herianto, M.T, Ph.D. selaku Ketua Jurusan Teknik Perminyakan UPN
“Veteran” Yogyakarta.
4. Ir. Suwardi, MT selaku Sekretaris Jurusan Teknik Perminyakan UPN “Veteran”
Yogyakarta dan selaku Pembimbing I.
5. Ir. Bambang Bintarto, M.T. selaku Dosen Wali.
6. Ir. Sunindyo, M.T., selaku Pembimbing II.
7. Seluruh Staf pengajar Jurusan Teknik Perminyakan UPN “Veteran”
Yogyakarta.
8. Teman-teman angkatan 2013 Jurusan Teknik Perminyakan UPN Yogyakarta.
Semoga segala bantuan yang diberikan mendapat balasan berkat yang
berlimpah dari Tuhan. Penulis menyadari skripsi ini masih sangat jauh dari
sempurna, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran membangun
untuk lebih sempurnanya dalam penyusunan selanjutnya. Penulis berharap semoga
penyusunan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Amin.
Yogyakarta , September 2018

Penulis

v
RINGKASAN

Lapangan Sukowati pad “INB” terletak di Kelurahan Campurejo,


Kecamatan Bojonegoro, Kabupaten Bojonegoro memiliki 14 sumur per data 27
Desember 2017 dengan status 10 sumur berproduksi, 2 sumur ditutup sementara, 1
sumur mati dan 1 sumur injeksi. Sumur-sumur yang berproduksi dengan sembur
alam. Total produksi lapangan minyak pad “INB” adalah 2886 bpd, produksi gas
5,297 mmcfd dan produksi air 10185 bpd. Dalam sistem jaringan, diperlukan
analisa optimasi sistem jaringan yang akan memberikan solusi terbaik untuk
dilakukan dalam usaha menghindari kemungkinan terjadinya tekanan balik
sehingga mendapatkan hasil optimal dari sistem jaringan yang ditinjau dari aspek
produksi yaitu memperoleh laju produksi yang besar, penambahan kumulatif
produksi minyak dan gas yang besar juga berlangsung lama.
Secara garis besar prosedur pengerjaan penelitian ini dilakukan dengan
mengumpulkan data, menganalisa produktivitas sumuran, menganalisa sistem
jaringan produksi dan mengevaluasi skenario jaringan produksi. Dalam
pengembangan block station ini digunakan 3 skenario produksi yaitu skenario
dasar, skenario 1 dan skenario 2,. Pada skenario dasar, tiap sumur menggunakan
data ukuran choke pada kondisi existing pada tanggal 27 Desember 2017. Skenario
ini merupakan base case. Pada skenario 1, sumuran dikelompokan kembali atau
regrouping untuk separator yang berbeda berdasarkan tekanan downstream pada
choke dan jarak tiap sumur. Pada skenario 2, melakukan regrouping sumuran
dengan menaikkan atau menurunkan ukuran choke. Untuk melakukan analisa
produktivitas sumuran dan sistem jaringan dibantu oleh simulator pipesim.
Skenario 1 dengan dilakukan pengelompokan kembali sumuran pada sistem
jaringan produksi tanpa merubah tekanan separator, lapangan Sukowati pad INB
menghasilkan produksi sebesar 4,66 bopd dari 2860,89 bopd menjadi 2865,55 bopd
dengan water cut 78,09 % menjadi 78,07 %. Skenario 2 dengan dilakukan
pengelompokan kembali sumuran disertai perubahan ukuran choke pada sistem
jaringan produksi tanpa merubah tekanan separator, lapangan Sukowati pad INB
menghasilkan 20,55 bopd dari 2860,89 bopd menjadi 2881,44 bopd dengan water
cut 78,09 % menjadi 78,02 %.

vi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................ iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
RINGKASAN .................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 1
1.3. Maksud dan Tujuan .......................................................................... 2
1.4. Batasan Masalah............................................................................... 2
1.5. Metodologi ....................................................................................... 2
1.6. Hasil yang Diperoleh........................................................................ 3
1.7. Sistematika Penulisan....................................................................... 4
BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN .................................................... 7
2.1. Sejarah Dan Letak Geografis Lapangan IB ..................................... 7
2.2. Kondisi Geologi ............................................................................... 7
2.2.1. Stratigrafi Regional ............................................................... 9
2.2.2. Struktur Geologi Regional .................................................... 13
2.3. Lapangan Sukowati .......................................................................... 14
BAB III. TEORI DASAR ................................................................................. 19
3.1. Aliran Fluida dalam Media Berpori ................................................. 19
3.1.1. Productivity Index ................................................................. 23

vii
DAFTAR ISI
(Lanjutan)

Halaman
3.1.2. Inflow Performance Relationship (IPR)................................ 25
3.1.3. Pembuatan Kurva IPR ........................................................... 28
3.2. Aliran Fluida dalam Pipa ................................................................. 29
3.2.1. Persamaan Dasar Aliran Fluida dalam Pipa .......................... 29
3.2.2. Kehilangan Tekanan dalam Pipa produksi ............................ 33
3.2.2.1. Korelasi Aliran Fluida Multifasa dalam Pipa .......... 34
3.2.2.2. Metode Kehilangan Tekanan pada Pipa Horizontal. 41
3.3. Analisa Nodal ................................................................................... 42
3.4. Choke................................................................................................ 44
3.5. Gathering System ............................................................................ 46
3.6. Simulator Pipesim ............................................................................ 48
3.6.1. Analisa Pipeline & Facilities ................................................ 49
3.6.2. Analisa Well Performance .................................................... 49
3.6.3. Analisa Jaringan (Networking).............................................. 49
3.6.4. Persiapan Data Lapangan ...................................................... 50
3.6.4.1. Data Reservoir dan Sumur ....................................... 50
3.6.4.2. Data Pipa dan Jaringan ............................................. 50
3.6.5. Pembuatan Model pada Pipesim ........................................... 50
BAB IV. SKENARIO PRODUKSI LAPANGAN SUKOWATI PAD INB 60
4.1. Persiapan Data Lapangan ................................................................ 60
4.1.1. Data Reservoir....................................................................... 60
4.1.2. Data Sumur............................................................................ 61
4.1.3. Data Produksi ........................................................................ 62
4.1.4. Data Pipa dan Jaringan .......................................................... 62
4.2. Pembuatan Model Produksi Existing Lapangan Sukowati Pad INB 63
4.2.1. Pemilihan Fluida Pada Menu Setup ...................................... 63
4.2.2. Pemilihan Model Korelasi Aliran Fluida Pada Menu Setup . 64

viii
DAFTAR ISI
(Lanjutan)

Halaman
4.2.3. Pembuatan Model Sumur Produksi Single Branch INB 5 .... 65
4.2.4. Pembuatan Model Jaringan Permukaan Pad INB ................ 72
4.3. Pembuatan Skenario ......................................................................... 84
4.3.1. Skenario 1.............................................................................. 84
4.3.2. Skenario 2.............................................................................. 89
BAB V. PEMBAHASAN .................................................................................. 94
BAB VI. KESIMPULAN ................................................................................. 98
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 99
LAMPIRAN ....................................................................................................... 100

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gmabar 1.1. Flowchart Metodologi.................................................................... 4
Gambar 1.2. Lanjutan Flowchart Metodologi .................................................... 5
Gambar 1.3. Lanjutan Flowchart Metodologi .................................................... 6
Gambar 2.1. Peta Lokasi Lapangan Sukowati JOB-PPEJ Tuban, 2017 ............. 8
Gambar 2.2. Susunan Stratigrafi Lapangan Sukowati ........................................ 12
Gambar 2.3. Sejarah Produksi Sumur INB 2 ...................................................... 16
Gambar 2.4. Sejarah Produksi Sumur INB 3 ...................................................... 17
Gambar 2.5. Model Jaringan Produksi Existing Lapangan Sukowati Pad INB .. 18
Gambar 3.1. Aliran Fluida pada Sistem Linier ................................................... 21
Gambar 3.2. Aliran Fluida pada Sistem Radial................................................... 22
Gambar 3.3. Productivity Index Ideal ................................................................. 25
Gambar 3.4. Kurva Inflow Performance Relationship........................................ 26
Gambar 3.5. Diagram Moody ............................................................................. 33
Gambar 3.6. Korelasi Faktor Hold Up ................................................................ 36
Gambar 3.7. Korelasi Faktor Viskositas ............................................................. 36
Gambar 3.8.Flow Regime Korelasi Beggs-Brill ................................................. 42
Gambar 3.9. Sistem Sumur Produksi .................................................................. 43
Gambar 4.1. Inputing Data Fluida Sumur INB 5 ................................................ 64
Gambar 4.2. Korelasi Aliran Fluida Pipa Vertikal .............................................. 65
Gambar 4.3. Langkah 1 ....................................................................................... 66
Gambar 4.4. Langkah 2 ....................................................................................... 66
Gambar 4.5. Langkah 3 ....................................................................................... 67
Gambar 4.6. Inputing Completion Data Sumur INB 5 ....................................... 67
Gambar 4.7. Kurva IPR Sumur INB 5 ................................................................ 68
Gambar 4.8. Inputing Data Tubing Sumur INB 5 ............................................... 69
Gambar 4.9. Inputing Data Choke INB 5 ............................................................ 70
Gambar 4.10. Nodal Analysis.............................................................................. 70

x
DAFTAR GAMBAR
(Lanjutan)

Halaman
Gambar 4.11. Kurva IPR danTIP Sumur INB 5 ................................................. 71
Gambar 4.12. Langkah 1a ................................................................................... 73
Gambar 4.13. Langkah 1b ................................................................................... 74
Gambar 4.14. Langkah 2a ................................................................................... 74
Gambar 4.15. Model Jaringan Produksi Existing Lapangan Sukowati Pad INB 75
Gambar 4.16. Langkah 2c ................................................................................... 75
Gambar 4.17. Langkah 2e ................................................................................... 76
Gambar 4.18. Model Jaringan Skenario 1........................................................... 86

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel III-1. Konstanta a, b, dan c ........................................................................ 38
Tabel III-2. Konstanta untuk Menghitung Harga C ............................................ 39
Tabel IV-1. Data Kondisi Reservoir ................................................................... 61
Tabel IV-2. Data Komplesi ................................................................................. 61
Tabel IV-3. Data Produksi .................................................................................. 62
Tabel IV-4. Data Jaringan Pipa ........................................................................... 62
Tabel IV-5. Hasil Analisa IPR Sumur INB 5 ...................................................... 68
Tabel IV-6. Kurva TIP Sumur INB 5 dengan Berbagai Korelasi ....................... 71
Tabel IV-7. Perbandingan Liquid Rate Antara Simulasi dan Aktual .................. 72
Tabel IV-8. Grup Existing ................................................................................... 73
Tabel IV-9. Masing-Masing Tekanan Header Hingga Separator Existing ......... 83
Tabel IV-10. Perhitungan Masing-Masing Tekanan Sumur Existing Hingga
Separator ....................................................................................... 83
Tabel IV-11. Pengelompokan Ulang Berdasarkan Tekanan Kepala Sumur ....... 84
Tabel IV-12. Masing-Masing Tekanan Header Hingga Separator Skenario 1 .. 87
Tabel IV-13. Perhitungan Masing-Masing Tekanan Sumur Hingga Header pada
Skenario 1...................................................................................... 87
Tabel IV-14. Perbandingan Produksi Sumuran Skenario Dasar dengan Skenario 1
....................................................................................................... 88
Tabel IV-15. Skenario 2 ...................................................................................... 89
Tabel IV-16. Masing-Masing Tekanan Header Hingga Separator Skenario 2... 90
Tabel IV-17. Perhitungan Masing-Masing Tekanan Sumur Hingga Header pada
Skenario 2...................................................................................... 90
Tabel IV-18. Perbandingan Produksi Sumuran Skenario Dasar dengan Skenario 2
....................................................................................................... 91
Tabel IV-19. Perbandingan Hasil Kumulatif Produksi Skenario Dasar dengan
Masing-Masing Skeanario ............................................................ 93

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
Lampiran A. Skematik Pad INB ......................................................................... 101
Lampiran B. Kurva IPR ...................................................................................... 104
Lampiran C. Perhitungan Tekanan di Permukaan .............................................. 115

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Lapangan Sukowati pad “INB” terletak di Kelurahan Campurejo,
Kecamatan Bojonegoro, Kabupaten Bojonegoro memiliki 14 sumur per data 27
Desember 2017 dengan status 10 sumur berproduksi, 2 sumur ditutup sementara, 1
sumur mati dan 1 sumur injeksi. Sumur-sumur yang berproduksi dengan sembur
alam. Produksi di lapangan Sukowati pad “INB” adalah 2886 bopd, produksi gas
5,297 mmcfd dan produksi air 10185 bwpd telah terjadi penurunan produksi pada
bulan sebelumnya yaitu 3052 bopd, produksi gas 5,163 mmcfd dan produksi air
10204 bwpd. Berdasarkan permasalahan tersebut, penyebab terjadinya penurunan
produksi adalah karena bertambahnya umur produksi sumur-sumur di lapangan
Sukowati sehingga secara natural mengalami penurunan produksi.
Dalam sistem jaringan produksi pad “INB”, dilakukan pengelompokan
sumur untuk meminimalkan tekanan balik (back pressure) maka di lapangan
Sukowati pad INB dipisahkan menjadi 2 gathering system. Pad INB memiliki 10
sumur, 4 sumur menjadi satu kelompok dan dialirkan ke header 16 in dan sisanya
6 sumur dialirkan dengan header 10 in. Kedua gathering system ini terikat sehingga
dapat dilakukan regruoping kembali. Kesepuluh sumur ini jaraknya berdekatan,
menggunakan flowline 3,82 in dan memiliki tekanan kepala sumur yang beragam
mulai dari 170 – 465 psig. Tekanan di header 16 in adalah 172 psia dan tekanan di
header 10 in adalah 177 psia Panjang dari header 10 in dan 16 in hingga stasiun
pengumpul adalah 9000 m.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah dengan melakukan regrouping laju produksi dapat meningkat?
2. Apakah dengan melakukan regrouping disertai perubahan choke laju
produksi dapat meningkat lebih optimal?

1
2

1.3. Maksud dan Tujuan


Maksud Mengetahui kinerja dari sumur-sumur di pad “INB” dengan
menganalisa laju produksi dengan menggunakan perangkat lunak
pipesim.
Tujuan Mengoptimasikan produksi dengan membuat skenario.

1.4. Batasan Masalah


Dalam penelitian ini, cakupan masalah yang akan diteliti memiliki batasan
tidak merubah tekanan kerja separator.

1.5. Metodologi
Pipesim merupakan salah satu simulasi produksi yang digunakan penulis
untuk mensimulasikan pad INB. Secara garis besar, prosedur yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Persiapan data yaitu pengumpulan, pengelompokan dan pemilihan data
lapangan yang berupa data reservoir, data sumur dan penunjang untuk
tiap sumur yang nantinya digunakan dalam proses inisialisasi. Data yang
diperlukan dalam mengembangkan model simulasi diantaranya :
 Data reservoir dan sifat fisik fluida (Ps, APIo, GOR).
 Data produksi (Pwh, Psep, WC, laju produksi).
 Data jaringan dan pipeline (choke, jenis pipa, ID dan panjang
pipa, Pheader).
 Data komplesi (letak perforasi, ID & OD tubing).
2. Membuat model produksi existing masing-masing sumur (model single
branch) dengan menggunakan pipesim.
a. Membuat Kurva IPR sehingga mendapat inflow performance
tiap sumur menggunakan metode Vogel.
b. Menghitung kehilangan tekanan vertikal sehingga mendapat
kurva outflow performance. Terdapat 3 alternatif pilihan metode
yang digunakan yaitu Hagedorn & Brown, Beggs & Brill, atau
Duns & Ros.
3

c. Perpotongan dari inflow & outflow performace didapatkan laju


alir (q).
d. Laju alir (q) divalidasi dengan data aktual, apabila memiliki
error tidak lebih dari 5%, maka dilanjutkan ke langkah tiga (3).
Apabila error lebih dari 5%, maka kembali ke poin b dan
menggunakan metode lain.
3. Membuat model jaringan (model network) existing di permukaan
dengan menggunakan pipesim.
 Menghitung beda tekanan (∆P) pipa horisontal untuk tiap sumur
dari kepala sumur hingga di flowline 1 meter sebelum masuk ke
header menggunakan metode Beggs & Brill.
4. Melakukan analisa jaringan existing di header meliputi :
 Membandingkan tekanan di flowline (1 meter sebelum masuk ke
header) untuk tiap sumur terhadap header.
 Jika Pflowline lebih besar dari Pheader, maka sumur dapat
berproduksi.
 Jika Pflowline lebih kecil dari Pheader, maka sumur akan mati.
5. Melakukan 2 skenario produksi yaitu skenario 1 adalah regrouping dan
skenario 2 adalah skenario 1 dengan perubahan ukuran choke.
Pembuatan skenario dibantu oleh simulator pipesim.
6. Melakukan analisa hasil skenario untuk memilih skenario terbaik
berdasarkan penambahan laju produksi di separator.
7. Membahas, menyimpulkan dan menulis laporan.
8. Flow chart metodologi penelitian ini disajikan di Gambar 1.1.

1.6. Hasil yang Diperoleh


Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah didapatkan suatu model
simulasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam
perencanaan pengembangan pad INB yang ditinjau dari aspek produksinya.
4

1.7. Sistematika Penulisan


Penulisan tugas akhir ini secara garis besar dibagi menjadi 6 bab. Bab I
adalah PENDAHULUAN yang memberikan gambaran umum mengenai tugas
akhir ini. Bab II yaitu TINJAUAN UMUM LAPANGAN yang menjelaskan
mengenai deskripsi umum lapangan Sukowati dan data yang diperlukan untuk
analisis. Bab III yaitu TEORI DASAR, bab ini mengenai teori dasar aliran fluida
dalam media berpori, aliran dalam pipa vertikal maupun horizontal, analisa nodal,
choke, gathering system, dan simulator Pipesim. Teori dasar ini diambil dari
berbagai literatur. Kemudian Bab IV SKENARIO PRODUKSI LAPANGAN
SUKOWATI PAD INB, berisi tentang hasil pengamatan data-data lapangan,
pembuatan model berdasarkan simulator pipesim, validasi model, pembuatan dan
hasil skenario produksi. Bab V yaitu PEMBAHASAN, berisikan pembahasan
terhadap studi secara keseluruhan meliputi alasan-alasan dilakukannya tahapan
tersebut. Bab VI yaitu KESIMPULAN, menyimpulkan hasil studi dan memberikan
beberapa saran untuk produksi sehingga optimalisasi produksi tercapai.

OPTIMASI SISTEM JARINGAN PRODUKSI


LAPANGAN SUKOWATI PAD INB

PENGUMPULAN DATA SUMURAN DAN


JARINGAN PAD INB

Data Jaringan Data Komplesi Data Produksi Data Reservoir,


sifat fisik fluida
 Data Flowline  Letak perfo  Laju produksi
 Choke  Data Tubing  Psep  Ps
 APIo, GOR

B A

Gambar 1.1.
Flow chart Metodologi
5

B A

Membuat model tiap sumur


a. Membuat kurva inflow dengan metode Vogel.
b. Menghitung kehilangan tekanan vertikal
(outflow) dengan alternatif metode Hagedorn
Brown, Beggs Brill, atau Duns Ros.
c. Perpotongan kurva inflow dan outflow didapat
laju alir (q).

Laju alir (q) Error > 5% ke poin b


divalidasi dengan
data aktual

Error < 5%

Membuat model jaringan


 Menghitung ∆P pipa horisontal dari kepala
sumur hingga di flowline 1 meter sebelum
masuk ke header

Melakukan analisa jaringan existing di header


 Membandingkan tekanan di flowline dengan
header
 Jika Pflowline > Pheader, sumur berproduksi
 Jika Pflowline < Pheader, sumur mati

Melakukan skenario regrouping dan skenario


regrouping dengan merubah ukuran choke

Gambar 1.2.
Lanjutan Flowchart Metodologi
6

Melakukan analisa hasil skenario terbaik berdasarkan


penambahan produksi terbanyak di separator

Pembahasan

Kesimpulan

Rekomendasi

Gambar 1.3.
Lanjutan Flowchart Metodologi
BAB II
TINJAUAN UMUM LAPANGAN

2.1. Letak Geografis lapangan Sukowati JOB PPEJ


JOB PPEJ saat ini terdiri dari 2 lapangan yaitu lapangan Mudi yang berada
di Tuban dan Sukowati yang berada di Bojonegoro. Lapangan tersebut terbagi
menjadi beberapa cluster, dimana lapangan Sukowati dibagi menjadi 2 cluster (pad
“INB” dan pad B) dan untuk lapangan Mudi dibagi 3 cluster (Mudi A, Mudi B dan
Mudi C). Rincian dari lapangan Sukowati sebagai berikut :
 Lapangan Sukowati
1. Pad “INB”: #1, #2, #3, #4, #5, #6, #16, #18, #19, #20, #21, #22, #32
2. Pad B : #7, #8C, #9, #10, #10C, #12, #12A, #14, #15, #17,#23, #24,
#25, #26, #27, #28, #29, #30, #31, #33, #34, #35
Jumlah keseluruhan sumur yang masih berproduksi di lapangan “INB”
adalah sebanyak 35 sumur.
JOB Pertamina-Petrochina East Java di Indonesia adalah Production
Sharing Contrator yang bekerja sama dengan Pertamina. JOB Pertamina-Petrochina
East Java beroperasi antara lain di Tuban (Jawa Timur), Sorong (Papua) dan Jambi
dengan kantor pusatnya di Jakarta.
Wilayah operasi JOB PPEJ meliputi 6 kabupaten yaitu : Tuban, Bojonegoro,
Lamongan, Gresik, Sidoarjo dan Mojokerto. Lapangan Sukowati JOB PPEJ terletak
di kecamatan Bojonegoro, kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur. Dengan
lokasi seperti yang ditunjukan pada gambar 2.1.

2.2. Kondisi Geologi


Reservoir lapangan Sukowati terletak di cekungan Jawa Timur. Cekungan
ini adalah cekungan dengan sistem pengendapan tersier, analog dengan cekungan-
cekungan lain yang menghasilkan minyak di cekungan-cekungan Sumatera.
Reservoir minyak terdapat pada batuan karbonat formasi Tuban yang terendapkan
pada awal Miosen ( kurang lebih 21 juta tahun lalu). Batuan limestone pada formasi

7
8

Tuban ini pada umumnya ditandai dengan kemunculan fosil alga-foraminiferal.


Batuannya cukup bervariasi dengan butiran yang masih cukup bersar yaitu
wackestone hingga packestone dengan sedikit grainstone. Lapangan Sukowati
mempunyai lapisan produktif berkisar pada kedalaman ft.

Gambar 2.1.
Peta Lokasi Lapangan Sukowati
JOB-PPEJ Tuban, 2017
(2009. Sukowati Profile)
Struktur lapangan ini diperkirakan terbentuk oleh penumpukan batuan
karbonat dengan rentang waktu pembentukan dari Oligosen sampai Miosen. Batuan
karbonat lapangan Sukowati dapat dibagi menjadi dua horizon, yang pertama
adalah Oligosen akhir (dinamakan “Oligocene build-ups”) dan karbonat awal
miosen tengah (dinamakan “Early miocen build-ups”).
Oligocene build-ups terbentuk sebagai akibat kenaikan permukaan air laut
yang menghasilkan terumbu karang lokal dan juga dipengaruhi oleh penumpukan
lumpur, yang didominasi oleh tekstur wackestone dan floatstone. Sedangkan Early
miocen build-ups terbentuk dibawah pengaruh tingginya gelombang relatif
terhadap permukaan air laut dan kenaikan kecil dari permukaan air laut.
Reservoir middle miocene clastic terbentuk secara tidak umum diatas batuan
karbonat miocene awal selama periode penurunan permukaan air laut pada middle
reservoir lowstand clastic bawah dan yang kedua reservoir transgressive atas.
Batuan pasir diendapkan diatas batuan karbonat build-ups.
9

Secara umum reservoir lapangan Sukowati memiliki dua lapisan limesotne


yang dapat dikarakteristikan berdasarkan hasil seismik. Middle buildups dapat
dilihat pada seismik section sebagai refleksi bebas dan kemudian batas build-ups
memiliki laminasi yang menggambarkan pembentukan build-ups sebagai rim
carbonat platform.

2.2.1. Stratigrafi Regional


Menurut Harsono (1983), stratigrafi lapangan Sukowati masuk dalam
cekungan Jawa Timur bagian utara dan termasuk ke dalam zona Randublatung
dimana merupakan daerah aliran Bengawan Solo, cekungan ini mempunyai
ketebalan sedimen tersier melebihi 6000m. Suatu hal yang khas dari cekungan ini
berarah timur-barat dan terlihat merupakan gejala tektonik tersier muda. Susunan
stratigrafi sumur x dan sumur y seperti gambar 2.2. dari tua ke muda terdiri dari :
1. Formasi Kujung
Mempunyai lokasi tipe di kali secang, tuban tersingkap susunan napal
abu-abu kehijauan dan napalan kuning kecoklatan dengan sisipan batu
gamping bioklastik. Umur formasi Kujung adalah oligosen diendapkan
pada lingkungan terbuka pada kedalaman antara 200-500 meter. Formsi
Kujung ditutupi oleh formasi prupuh secara selaras.
2. Formasi Prupuh
Memiliki lokasi tipe di desa Prupuh, dengan panjang lintasan 300 meter.
Formasi prupuh disusun oleh perselingan antara batu gamping berwarna
putih kotor dengan batu gamping bioklastik putih abu-abu muda. Umur
dari formasi ini adalah Oligosen atas miosen bawah.
3. Formasi Tuban
Formasi Tuban limestone disusun oleh lithologi yang terdiri dari batu
gamping dengan endapan batu lempung. Lokasi terletak di desa Drajat,
Paciran, Tuban, Jawa Timur. Lingkungan pengendapan formasi ini
adalah paparan dangkal dengan ketebalan 50-150 m. Formasi ini
merupakan tempat terakumulasinya minyak pada sumur-sumur di
lapangan “INB”.
10

4. Formasi Ngrayong
Formasi Ngrayong disusun oleh batu pasir kuarsa dengan selingan-
selingan batu lempung, batu pasir dan batu gamping. Tebal formasi ini
mencapai 90 m, karena terdiri dari pasir kuarsa.
5. Formasi Bulu
Formasi Bulu secara selaras berada di atas Formasi Ngrayong. Formasi
Bulu semula dikenal dengan nama Platen Complex dengan posisi
stratigrafi terletak selaras di atas Formasi Tawun dan Formasi
Ngrayong. Ciri litologi dari Formasi Bulu terdiri dari perselingan antara
batugamping dengan kalkarenit, kadang – kadang dijumpai adanya
sisipan batulempung. Pada batu gamping pasiran berlapis tipis kadang-
kadang memperlihatkan struktur silang siur skala besar dan
memperlihatkan adanya sisipan napal. Pada batugamping pasiran
memperlihatkan kandungan mineral kwarsa mencapai 30 %,
foraminifera besar, ganggang, bryozoa dan echinoid. Formasi ini
diendapkan pada lingkungan laut dangkal antara 50 – 100 meter. Tebal
dari formasi ini mencapai 248 meter. Formasi Bulu diperkirakan
berumur Miosen Tengah bagian atas.
6. Formasi Wonocolo
Formasi Wonocolo diendapkan selaras diatas formasi Ngrayong. Lokasi
formasi ini tidak dinyatakan oleh penemunya (Trooster, 1937)
kemungkinan berasal desa Wonocolo, 20 km timur laut Cepu. Batuan
penyusun formasi Wonocolo terdiri atas perulangan batu pasir dan batu
lempung. Formasi ini diendapkan pada kondisi laut terbuka dengan
ketebalan antara 100 – 500 m.
7. Formasi Ledok
Penamaan formasi ini diambil dari nama desa Ledok terletak 10 km dari
Cepu ke arah utara. Batuan penyusunnya terdiri atas perulangan batu
gamping dan napal pasiran. Formasi ini berumur miosen akhir bagian
atas., ketebalan mencapai 230 m. Formasi ini di lingkungan neritik tepi
sampai neritik luar.
11

8. Formasi Mundu
Penamaan formasi ini diambil dari desa Mundu (Klein, 1918). Batuan
penyusunnya terdiri atas napal. Formasi ini berumur pliosen awal –
pliosen akhir. Lingkungan pengendapannya adalah laut terbuka.
Ketebalan formasi ini berkisar 75-342 m.
9. Formasi Lidah
Terletak selaras diatas formasi Mundu. Batuan penyusunnya didominasi
oleh batu lempung, dibeberapa tempat pada bagian tengah dari formasi
ini berkembang batu gamping bioklastik yang diberi nama anggota
Dander. Formasi ini berumur pliosen atas hinga pleistosen, sedangkan
satuan stratigrafi termuda adalah Undak Solo (Pringgopramiro, 1983).
10. Endapan Alluvium
Batuan penyusunnya lempung, pasir, kerikil dan kerakal. Satuan ini
terdapat di sepanjang Bengawan Solo, membentuk undak sungai dan
sebagian merupakan dataran banjir. Umur satuan ini diduga dari
plistosen akhir hingga sekarang. Ketebalannya hingga puluhan meter.
12

Gambar 2.2.
Susunan Stratigrafi Lapangan Sukowati
(2009. Sukowati Profile)
13

2.2.2. Struktur Geologi Regional


Berdasarkan geologi regional, Lapangan Sukowati merupakan bagian dari
cekungan Jawa Timur bagian utara, yang dapat dibagi menjadi daerah positif dan
dan daerah negatif. Daerah negatif adalah daerah yang ditutuo oleh aluvial. Ada
enam daerah negatif yaitu : Palung Pati, Palung Semarang, Palung Kening, Palung
Solo, Lekuk Pengantenan dan Lekuk Selatan. Daerah positif adalah daerah dengan
bukit-bukit dan antiklin yang umumnya mempunyai topografi tinggi. Ada tiga
daerah positif dari utara ke selatan yaitu : Antiklinorium Rembang Utara atau zona
Rembang, Antiklinorium Rembang Tengah atau zona Randublatung dan
Antiklinorium Rembang Selatan atau zona Kendeng. Antiklinorium Rembang utara
adalah Antiklinorium yang telah mengalami erosi paling insentif di cekungan Jawa
Timur bagian utara. Hal ini terbukti pada zone Rembang Utara ini Formasi Kunjung
tersingkap dengan baik.
Antiklinorium Rembang Tengah secara struktur lebih rendah dari
Antiklinorium Rembang Utara dan tidak pernah tererosi sampai Formasi
Kujungtetapi hanya sampai anggota Wonocolo. Batu pasir Ngrayong merupakan
lapisan produktif yang belum tersingkap. Pada zona Antiklinorium Rembang
Tengah, dijumpai dua jalur positif yang menghasilkan lapangan minyak Kawengan,
Semanggi, Ledok, Nglobo, Sukowati dan termasuk antiklinal Gabus, Trembes,
Klueh, Kedinding, Mundu, Balun, Tobo, Ngasem, Dander dan Ngimbang hight.
Menurut studi, struktur geologi antara Antiklinorium Rembang Utara dan
Antiklinorium Rembang Tengah ini berbeda. Kedua Antiklinorium umumnya
mempunyai perlipatan asimetri, tetapi Antiklinorium Rembang Utara sisi utara
curam sedangkan Antiklinorium Rembang Tengah sisi selatan lebih curam dan
disamping itu banyak terdapat sesar naik.
Antiklinorium Rembang Selatan atau zona Kendeng ditandai oleh lipatan
yang sangat rapat dan sisi yang sangat curam sampai vertikal. Lipatan-lipatan tidak
asimetris, baik kearah utara maupun selatan. Demikian pula sesar naik terdapat
dalam dua arah ke arah utara dan selatan.
14

Struktur Geologi Lapangan Sukowati


Reservoir middle miocene clastic terbentuk secara tidak umum diatas batuan
karbonat miocene awal selama periode penurunan permukaan air laut pada middle
miocene. Terindentifikasi terdapat dua jenis reservoir clastic : yang pertama
reservoir lowstand clastic bawah dan yang kedua reservoir transgressive atas.
Batuan pasir diendapkan di atas batuan karbonat build-ups. Secara umum reservoir
Sukowati memiliki dua perlapisan limestone yang dapat dikarakteristikan
berdasarkan hasil seismik. Middle build-ups dapat dilihat pada seismik seksen
sebagai refleksi bebas dan kemudian batas build-ups memiliki laminasi yang
menggambarkan pembentukan build-ups sebagai refleksi bebeas dan kemudian
batas build-ups memiliki laminasi yang menggambarkan pembentukan build-ups
sebagai rim carbonat platform.

2.3. Lapangan Sukowati


Lapangan Sukowati terletak di kabupaten Bojonegoro, provinsi Jawa Timur.
Lapangan Sukowati memiliki karakteristik reservoir hampir sama dengan lapangan
Mudi, yaitu didominasi engan batuan limestone dan banyak mengandung gas H2S.
Well head pressure minimal untuk dapat mengalirkan fluida dari lapangan
Sukowati pad “INB” sampai ke CPA adalah 157 psig untuk sumur dengan
production header 16 in dan 139 psig untuk production header 10 in.
Lapangan Sukowati terbagi menjadi 2 pad, yaitu pad “INB” dan pad B. Pada
Sukowati pad “INB”, area terbagi menjadi 3 cluster yaitu pad “INB”, pad “INB”
extension, dan pad “INB” A dengan total sumur 14 sumur. Jumlah sumur yang
berproduksi adalah 12 sumur dengan 1 sumur injeksi dan 1 sumur mati, yaitu INB
#1(well shut in), #2, #3, #4(injection well), #5, #6, #15, #16, #18, #20(well shut in), #21, #22,
#32 yang keseluruhannya masih diproduksi secara sembur alami. Begitu pula
dengan Sukowati pad B yang terbagi menjadi 3 cluster, pad B, pad B extension dan
pad BB dengan total sumur di ketiga cluster tersebut sebanyak 21 sumur, satu sumur
merupakan sumur injeksi. Sebagian besar sumur di sukowati pad B diproduksikan
secara sembur alam, hanya 5 sumur yang menggunakan metode pengangkatan
buatan ESP. Sehingga total sumur pada lapangan Sukowati sebanyak 35 sumur.
15

Seluruh produksi lapangan Sukowati dikirim ke CPA JOB-PPEJ dan diterima


oleh separator PV-9900 melalui production header 16 in dan V-100 melalui
production header 10 in dengan kapasitas masing-masing separator yakni 50000
bopd dan 20000 bopd.

Sejarah Produksi Lapangan Sukowati


Pada awal proses produksi, produksi total lapangan Sukowati dapat
mencapai ± 45000 bopd pada tahun 2009 dengan water cut yang sangat kecil.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, water yang terproduksi di lapangan ini
meningkat. Saat ini lapangan Sukowati hanya dapat berproduksi ± 8000 bopd
(dengan kandungan gas kecil dan water cut > 70% pada sebagian besar sumur).
Lapangan Sukowati (pad INB) dibuka pada tahun 2004 dengan 2 sumur.
Laju produksi saat itu adalah 12436 bopd, 12075 mscfd, dan 24054 bwpd. Total
produksi selama tahun 2004 adalah 3307182 STB. Hingga tahun 2007 total
produksi mencapai 7404544 STB kemudian hingga saat ini Sukowati memiliki 26
sumur yang berproduksi dengan kumulatif produksi pada tahun 2017 adalah
3552941 STB dan untuk pad INB menyumbang sebesar 1254706 STB.
16

Gambar 2.3.
Sejarah Produksi Sumur INB 2
17

Gambar 2.4.
Sejarah Produksi INB 3
18

Gambar 2.5.
Model Jaringan Produksi Existing Lapangan Sukowati Pad INB
BAB III
TEORI DASAR

3.1. Aliran Fluida Dalam Media Berpori


Fluida yang mengalir dari formasi produktif ke dasar sumr dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu :
a. Sifat-sifat fisik batuan formasi.
b. Geometri sumur dan daerah pengurasan.
c. Sifat-sifat fisik fluida formasi.
d. Perbedaan tekanan antara formasi produktif dengan dasar sumur pada
saat terjadi aliran.
Keempat faktor diatas, secara ideal harus diwakili di dalam setiap metode
perhitungan kinerja aliran fluida dari formasi masuk ke lubang sumur.
Pada tahun 1956 Henry Darcy merumuskan suatu hukum yang merupakan
hasil dari percobaan aliran fluida homogen, melalui lapisan penyaring pasir yang
tidak terkonsolisasi (medium berpori).
Ternyata dari percobaan tersebut dapat dismpulkan bahwa, kecepatan fluida
mengalir sebanding dengan gradien tekanan, dan sebanding terbalik dengan
viskositas fluida, yang dapat dinyatakan dalam bentuk diferensial
k dp
v ……………………………………………………….... (3-1)
μ dx
keterangan :
v = kecepatan aliran, cm/sec
µ = viskositas fluida yang mengalir, centipoise (cp)
dp
= gradien tekanan dalam arah aliran, atm/cm
dx
k = permeabilitas media berpori, darcy
q = laju aliran, cm3/det
A = luas penampang batuan, cm2

19
20

Tanda negatif dalam persamaan menunjukkan bahwa bila tekanan


bertambah dalam satu arah, maka jaraknya bertambah dalam arah yang berlawanan.
Anggapan yang perlu supaya persamaan ini dapat dipakai ialah :
- Aliran steady state.
- Ruang pori-pori batuan 100 % dijenuhi oleh fluida yang mengalir.
- Viskositas fluida yang mengalir konstan.
- Kondisi isothermal
- Aliran horizontal dan linier
- Pola aliran laminer
Karena laju aliran ialah q = v A, maka persamaan Darcy menjadi,
kA dp
q …………………………………………………...(3-2)
μ dx
Keterangan : A = luas dari porous medium, cm2
Untuk fluida yang lebih dari satu fasa yang melalui media berpori, maka
penggunaan hukum Darcy harga k diganti oleh permeabilitas efektif dari masing-
masing rumus yang dapat digunakan ialah,
k o A dp
qo  ................................................................................... (3-3)
μ o dx

k w A dp
qw  ...................................................................................(3-4)
μ w dx
k g A dp
qg  ....................................................................................(3-5)
μ g dx

Aliran fluida linier


Gambar 3.1. menyatakan aliran linier sepanjang suatu benda dengan irisan
konstan, dimana kedua ujungnya terbuka keseluruhannya untuk aliran, dan tidak
terdapat cross-flow pada tepiannya, baik di atas atau dibawah atau dasar.
21

Gambar 3.1.
Aliran fluida pada Sistem Linier
(Brown, K.E. 1990. The Technologu of Artificial Lift Method, Vol 1)

Jika fluida yang mengalir ialah incompresible, maka kecepatan fluida yang
mengalir akan sama untuk setiap titik. Rate aliran (q) disini bukanlah fungsi
tekanan. Jadi persamaan (3-2) dapat diintegrasikan menjadi,
L P2
q k
A0 dx  
μ  dp
P1

syarat batas x=0  P = P1


x = L P = P2

 P1  P2 
qL k
A μ
K A P1  P2 
q
μL
K A P
q ……………………………………….….........(3-6)
μL
Dalam satuan lapangan :
K A ΔP
q  1,127 ………………………………….............(3-7)
μL
keterangan :
q = rate aliran, bbl/day
k = permeabilitas effektif, darcy
µ = viskositas fluida, cp
22

ΔP = beda tekanan, psi

Aliran Fluida Radial


Pada Gambar 3.2. menyatakan aliran radial dalam sistem, dimana r e dan rw ialah
jari-jari batas luar dan sumur, Pe dan Pw ialah masing-masing tekanan pada batas
luar dan tekanan pada sumur, sedangkan h adalah tinggi sistem (tebal).
Bila fluida yang mengalir ialah incompressible, maka dari persamaan (3-1)
K dp
v
μ dr
q  Av

luas permukaan silinder A= 2 π r h

Gambar 3.2.
Aliran Fluida pada Sistem Radial
(Brown, K.E. 1990. The Technologu of Artificial Lift Method, Vol 1)

k dp
q  2 r h
μ dr
rw e P
1
qμ  dr  2 r k h  dp
re
r Pw

re
μ o qln  2 k h Pe  Pw 
rw
23

2kh Pe  Pw 
q ……………………………..…….…........(3-8)
re
μ o ln
rw
Dalam satuan lapangan :
kh Pe  Pw 
q  7,08x10 -3 ………………………......…..........(3-9)
re
μ o ln
rw
keterangan :
q = rate aliran fluida, bbl/day
h = tebal lapisan produktif, ft
Pe = tekanan pada jarak re, psi
Pw = tekanan pada jarak rw, psi
re = jari-jari pengurasan, ft
rw = jari-jari sumur, ft
k = peremeabilitas, darcy
µ = viskositas fluida, cp

Sesuai dengan tekanan di reservoar apabila tekanan tersebut lebih besar dari
tekanan saturasi (P>Pb), maka aliran fluida reservoar merupakan aliran minyak,
atau dapat berupa aliran minyak dan gas apabila tekanan rata-rata reservoar lebih
kecil dari tekanan sarturasi(P<Pb). Keadaan ini perlu diperhatikan, karena metode-
metode perhitungan ulah aliran fluida dari formasi ke lubang sumur terbagi menjadi
dua kondisi ini.

3.1.1. Productivity Index


PI merupakan besaran yang menunjukkan kemampuan batuan reservoir untuk
berproduksi, yang didefinisikan sebagai perbandingan antara laju produksi fluida
dengan pressure drawdown. Jadi dapat dikatakan bahwa PI adalah suatu angka yang
menunjukkan tingkat keproduktifitasan suatu formasi, atau secara matematis dapat
dinyatakan dengan persamaan
24

q
PI  , bbl/D/psi ........................................................ (3-10)
Ps  Pwf
Keterangan :
PI = productivity index, bbl/day/psi
Q = laju produksi cairan total, bbl/day
Ps = tekanan statis reservoir, psi
Pwf = tekanan dasar sumur sewaktu terjadi aliran, psi
Secara teoritis Persamaan (3-10) dapat didekati oleh persamaan radial dari
darcy untuk fluida homogen, incompressible dan horizontal. Dengan demikian untuk
aliran minyak saja berlaku hubungan :
0,00708 k o h
PI  .................................................................. (3-11a)
 o Bo ln( re / rw )
Kemudian untuk persamaan Pseudo Steady-State/ Darcy mengasumsikan
fluida satu fasa, aliran laminer dan incompressible dengan koreksi Vogel. Dengan
demikian untuk reservoir minyak saja berlaku sebagai berikut :
q ko h
PI   ........................... (3-11b)
Ps  Pwf  r  3 
141,2 o Bo ln  e    s 
  rw  4 
Persamaan (3-10) hanya dapat digunakan untuk aliran fluida satu fasa,
sehingga tidak dapat dipenuhi apabila dalam aliran fluida terdapat air formasi.
Tetapi dalam praktek keadaan semacam ini masih dapat dianggap berfasa satu,
sehingga persamaan (3-10) dapat diperluas dengan memasukkan laju aliran air ke
dalam persamaan tersebut, yaitu :
qo  q w
PI  ......................................................................... (3-12)
Ps  Pwf
Keterangan :
qw = Laju aliran air di permukaan, STB/D
Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/stb
µo = viskositas minyak, cp
re = jari-jari pengurasan, ft
rw = jari-jari sumur, ft
25

k = peremeabilitas, darcy
s = faktor skin, tidak mempunyai dimensi
Berdasarkan pengalamannya, Kermit E Brown (1967) telah memberikan
batasan terhadap tingkat produktifitas sumur sebagai berikut :
 PI rendah, jika PI ≤ 0,5
 PI sedang, jika 0,5 ≤ PI ≤ 1,5
 PI tinggi, jika PI ≥ 1,5

3.1.2. Inflow Performance Relationship (IPR)


Productivity index yang diperoleh secara langsung maupun secara teoritis
hanya merupakan gambaran secara kwalitatif mengenai kemampuan suatu sumur
untuk berproduksi. Dalam kaitannya dengan perencanaan suatu sumur, ataupun
untuk melihat kelakuan suatu sumur untuk berproduksi, maka harga PI dapat
dinyatakan secara grafis, yang disebut dengan grafik Inflow Performance
Relationship (IPR). Berdasarkan definisi productivity index, maka variabelnya
adalah laju produksi (q) dan tekanan aliran dasar sumur (P wf). Oleh karena itu
pesamaan tersebut dapat diubah menjadi :
q
Pwf  Ps  ………………....…..…...…………….………..........(3-13)
PI
Berdasarkan anggapan diatas, maka persamaan (3-13) merupakan garis lurus
seperti ditunjukkan gambar 3.3.

Gambar 3.3.
Productivity Index Ideal (1 Fasa)
(Brown, K.E. 1990. The Technologu of Artificial Lift Method, Vol 1)
26

Titik A adalah harga Pwf pada saat q = 0 dan sesuai dengan persamaan (3-
13) maka Pwf = Ps. Sedangkan titik B adalah harga q pada Pwf = 0, sesuai dengan
persamaan (3-13) maka q = PI x Ps dan harga laju produksi ini merupakan laju
produksi maksimum. Harga laju produksi maksimum ini disebut sebagai potensial
sumur dan merupakan laju produksi maksimum yang diperbolehkan dari suatu
sumur.
Harga PI merupakan kemiringan dari garis IPR yaitu :
0B PI x Ps
PI  tan θ   .................................................................(3-14)
0A Ps
Gambar 3.3. menunjukkan kurva linier, karena diangap PI-nya konstan
tidak tergantung pada kecepatan produksi. Tetapi pada prakteknya kurva hubungan
tersebut tidak merupakan garis lurus, jadi garis AB akan melengkung pada rate
yang mendekati harga maksimum, seperti terlihat pada gambar 3.4.
Garis AB tersebut dikenal dengan IPR (Inflow Performance Relationship), yang
menunjukkan karakteristik aliran fluida di dalam reservoar.
Pada laju produksi tertentu, mulai pada titik singgung maka PI didefinisikan

dp dp wf yang sama dengan tan θ.

Gambar 3.4.
Kurva Inflow Performace Relationship
(Brown, K.E. 1990. The Technologu of Artificial Lift Method, Vol 1)
27

Arah lengkungan menunjukkan bahwa PI akan berkurang dengan naiknya


laju produksi. Hal ini terutama pada reservoar yang mempunyai mekanisme
pendorong solution gas drive, sedangkan pada water drive reservoar harga PI-nya
relatif konstan. Arah lengkungan yang terjadi seperti yang ditunjukkan pada gambar
3.4, disebabkan karena harga Pwf berada di bawah bubble point pressure, sehingga
sewaktu minyak mendekati sumur, tekanan akan turun terus dan akan
mengakibatkan terlepasnya gas dari minyak. Jadi gas bebas yang terjadi akan
meningkat jumlahnya, sehingga menaikkan saturasinya, juga permeabilitas efektif
gas naik, maka akibatnya akan menurunkan permeabilitas efektif minyak.
Harga GOR (Gas Oil Ratio) pada rate produksi yang tinggi akan naik,
karena dengan naiknya drawdown, permeabilitas efektif akan naik pula. Alasan-
alasan inilah yang menyebabkan kurva IPR tidak lurus, apabila Pwf berada di bawah
tekanan bubble point.
Pembuatan grafik IPR untuk aliran dua fasa pada mulanya dikembangkan
oleh Weller, dimana Weller menurunkan persamaan J untuk reservoar gas terlarut
sebagai berikut :
Pe


7,08x10 3 k h re2  rw2   μkB ro
dP
o o
J
Pw
.......................................(3-15)
 2  re  
re ln   
  0,5 re2  rw2 Pe  Pw 
  rw  
Didalam penurunan persamaan (3-15) tersebut, dilakukan beberapa
anggapan sebagai berikut :
a. Bentuk reservoar adalah lingkaran dan terbatas (bounded reservoar) dan sumur
berada tepat di tengah lingkaran
a. Media berpori uniform dan isotropis serta harga Sw konstan disetiap titik
b. Pengaruh gradien tekanan diabaikan
c. Komposisi minyak dan gas konstan
d. Tekanan pada fasa minyak dan gas sama
e. Kondisi semi stedy state dimana laju desaturasi minyak sama disetiap titik pada
saat tertentu.
28

Selanjutnya Vogel mengemukakan suatu cara yang lebih sederhana


dibandingkan dengan metoda Weller. Dasar pengembangan metoda Vogel adalah
persamaan Weller, yang menghasilkan suatu bentuk persamaan sebagai berikut :
2
q P  P 
 1  0,2 wf   0,8 wf  ..................................................... (3-16)
q max  Ps   Ps 
Umumnya di sekitar lubang sumur terjadi kerusakan formasi, baik sebagai
akibat invasi lumpur pemboran, maupun sebagai akibat peningkatan saturasi gas
dan air di sekitar lubang bor. Apabila hal ini ditemui, maka kondisi pengembangan
persamaan Vogel tidak bisa lagi dipergunakan.
3.1.3. Pembuatan Kurva IPR
Sesuai dengan defisini PI, untuk membuat kurva IPR diperlukan data :
a. Laju Produksi
b. Tekanan alir dasar sumur
c. Tekanan statis
Ketiga data tersebut diperoleh dari tes produksi dan tes tekanan yang
dilakukan pada sumur yang bersangkutan. Berdasarkan ketiga data tersebut dapat
dibuat IPR sesuai dengan kondisi aliran fluidanya, baik satu fasa maupun dua fasa.
Metode Vogel
Metode ini untuk mengembangkan kurva IPR dua fasa, yang merupakan
penyempurnaan dari metode Weller, dimana Vogel membuat persamaan empiris
dari bentuk dasar kurva IPR tak berdimensi untuk reservoir solution gas drive, yaitu
Persamaan (3-17). Pembuatan kurva IPR dengan persamaan ini memerlukan satu
data uji produksi (qo dan Pwf) dan uji tekanan statik.
Sesuai dengan penurunannya, Persamaan (3-18) hanya berlaku apabila tidak
terjadi kerusakan atau perbaikan formasi (faktor skin = 0). Persamaan ini
dikembangkan untuk menentukan kurva IPR, apabila tekanan statik lebiih besar
daripada tekanan jenuh. Pada kondisi ini kurva IPR menjadi terdiri dari dua bagian,
yaitu :
1. Kurva IPR yang linier, apabila tekanan alir dasar sumur lebih besar dari
tekanan jenuh. Pada kondisi ini persamaan kurva IPR berupa :
29

q
PI  , bbl/D/psi .............................................................. (3-17)
Ps  Pwf
2. Kurva IPR yang tidak linier apabila tekanan alir dasar sumur lebih kecil
daripada tekanan jenuh. Pada kondisi ini persamaan kurva IPR berupa :
 P  P 
2

q  q b  (q max  qb )  1 - 0,2 wf   0,8 wf   .......................... (3-18)
  Ps   Ps  
 
Harga qb menurut Persamaan (3-18) ditentukan sebagai berikut :
qb  PI ( Ps  Pb) .............................................................................. (3-19)

Harga PI lebih dahulu dihitung berdasarkan data uji tekanan dan produksi
sebagai berikut :
a. Apabila dari uji produksi diperoleh Pwf > Pb, maka utntuk menghitung
PI digunakan Persamaan (3-21).
b. Apabila dari uji produksi diperoleh Pwf < Pb, maka :
qo
PI  ......................... (3-20)
Pb  
2
P  P  
Ps  Pb  1 - 0,2 wf   0,8 wf 
1,8   Pb   Pb  

Pemakaian Persamaan (3-18) memerlukan harga qmax dihitung menurut
persamaan :
PI  Pb
qmax  qb  ............................................................... (3-21)
1,8
3.2. Aliran Fluida Dalam Pipa
3.2.1. Persamaan Dasar Aliran Fluida Dalam Pipa
Persamaan dasar aliran fluida dalam pipa dikembangkan dari Persamaan
Energi, yang menyatakan keseimbangan energi antara dua titik dalam sistem aliran
fluida. Persamaan ini mengikuti hukum konversi energi, yang menyatakan bahwa
energi yang masuk ke titik pertama ditambah dengan kerja-kerja yang dilakukan
oleh dan terhadap fluida di antara titik pertama dan kedua, dikurangi dengan energi
yang hilang di antara kedua titik tersebut sama dengan energi yang keluar dari titik
kedua. Hukum konservasi energi tersebut dapat dituliskan dalam persamaan
berikut:
30

𝑚𝑣12 𝑚𝑔ℎ1 𝑚𝑣22 𝑚𝑔ℎ2


𝑈1 + 𝑝1 𝑉1 + + + 𝑄 − 𝑊 = 𝑈2 + 𝑝2 𝑉2 + + ......... (3-22)
2𝑔𝑐 𝑔𝑐 2𝑔𝑐 𝑔𝑐

Keterangan :
U = energi dalam
pV = energi dalam ekspansi atau kompresi
𝑚𝑣 2
= energi kinetic
2𝑔𝑐
𝑚𝑔ℎ
= energi potensial
𝑔𝑐

Q = energi panas yang ditambahkan


W = kerja yang dilakuan terhadap fluida
Persamaan (3-22) merupakan hukum konservasi energi yang akan
dikembangkan menjadi persamaan aliran fluida dalam pipa, dengan menggunakan
konsep-konsep thermodinamika, dimana dapat diperoleh persamaan untuk
menghitung kehilangan tekanan.
A. Reynolds Number
Reynolds Number adalah parameter tidak berdimensi yang menunjukan
perbandingan antara gaya inersia dengan gaya viskositas atau dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1488 vd
Re 
 ................................................................................ (3-23)

Keterangan:
ρ = densitas fluida, lbm/ft3
v = kecepatan aliran, ft/sec
d = pipa ID, ft
µ = viskositas fluida, cp
B. Regim Fluida
Regim Aliran menggambarkan aliran fluida secara alami. Ada dua jenis
aliran yaitu aliran laminar dan aliran turbulen. Aliran laminar mempunyai N Re
(Reynolds Number) kurang dari 2100 dan aliran turbulen mempunyai NRe lebih
besar dari 4000. Sedangkan untuk aliran fluida yang mempunyai NRe antara 2100 –
4000 disebut dengan aliran transisi.
31

C. Teorema Bernoulli
Pada umumnya untuk menyatakan energi yang terkandung di dalam fluida
disebut energy potensial yang diistilahkan dalam tinggi ekivalen atau “Head” dalam
kolom fluida. Sesuai dengan pernyataan di atas, Bernoulli membagi energy total
pada satu titik menjadi beberapa, yaitu:
1. Head karena ketinggian
2. Head tekanan yang disebabkan oleh energy potensial yang terkandung
didalam tekanan fluida pada suatu titik
3. Head kecepatan yang disebabkan oleh energi kinetik yang terdapat di
dalam fluida
Dengan menganggap bahwa fluida tidak melakukan kerja dan tidak dikenai
kerja maka persamaan Bernoulli dapat ditulis sebagai berikut:
144P1 v12 144P2 v 22
Z   Z2    H L ....................................... (3-24)
1 2g 2 2g

Keterangan :
Z = head ketinggian
P = tekanan, psi
ρ = densitas, lb/ft3
v = kecepatan, ft/sec
g = konstanta gravitasi
HL = friction head loss, ft
D. Persamaan Darcy-Weisbach
Persamaan ini sering disebut juga persamaan Weisbach atau persamaan
Darcy-Weisbach yang menyatakan bahwa Head-loss akibat gesekan antara dua titik
padasuatu bagian pipa adalah berbanding lurus dengan kecepatan dan panjang pipa
dan berbanding terbalik dengan diameter pipa atau dapat ditulis:
fLV 2
HL 
D 2 g ............................................................................. (3-25)

Keterangan :
HL = head-loss karena gesekan, ft
L = panjang pipa, ft
32

D = diameter pipa, ft
f = gesekan
Persamaan 3-24 dan 3-25 dapat dipakai untuk menghitung tekanan pada
setiap titik di dalam system pemipaan jika tekanan, kecepatan alir, diameter pipa
dan elevasi diketahui. Sebaliknya, jika tekanan, diameter pipa dan elevasi diketahui
pada dua titik, maka kecepatan alir dapat dihitung.
Pada sistem pemipaan, perbedaan head ketinggian dan perubahan kecepatan
antara dua titik dapat diabaikan sehingga persamaan (3-25) menjadi :

P1  P2  P  HL
.................................................................................................................
(3-26)
144

Keterangan :
P = penurunan tekanan antara titik 1 dan 2, psi
Subtitusi Persamaan (3-25) ke Persamaan (3-27)
 . f .V 2
P  ...............................................................................................................................
(3-27)
144 .D.2 g

Subtitusi D = d/12
Keterangan :
d = diameter pipa, in
 . f .V 2 (12)
P  .................................................................................................................
(3-28)
144 .D.2(32,2).d

Sehingga persamaan menjadi


 . f .V 2
P  0,0013 .....................................................................................................................
(3-29)
d
E. Faktor Gesekan Moody
Variabel f yang terdapat pada persamaan-persamaan sebelumnya disebut
faktor gesekan Moody dan bersarnya nilai f ditentukan dari diagram Moody
(Gambar 3.5.). Faktor gesekan ini sering juga disebut factor gesekan Fanning,
dimana harganya satu per empat dari faktor gesekan Moody. Dalam beberapa
referensi faktor gesekan yang digunakan adalah Moody dilain pihak faktor gesekan
Fanning juga seing digunakan. Latihan penggunaan faktor gesekan ini harus sering
dilakukan untuk menghindari kesalahan penggunaan faktor gesekan.
33

Gambar 3.5.
Diagram Moody
(Brown, K.E. 1990. The Technologu of Artificial Lift Method, Vol 1)

Pada umumnya, faktor gesekan merupakan fungsi dari Reynold number, Re


dan kekasaran relatif pipa, ɛ/D. Untuk aliran laminar, f hanya fungsi dari Re:
64
f  ............................................................................................... (3-30)
Re
Untuk aliran turbulen, f merupakan fungsi dari kekasaran pipa dan Re. Pada
nilai Re yang sangat tinggi, f hanya fungsi dari ɛ/D.
3.2.2. Kehilangan Tekanan dalam Pipa Produksi
Persamaan kehilangan tekanan pipa yang digunakan adalah:
dP g f v 2 vdv
  sin   M 
dL g c 2 g c D g c dL ........................................................ (3-31)

Keterangan:
g
 sin  = kehilangan tekanan karena ketinggian
gc

f M v 2
= kehilangan tekanan karena gesekan
2gc D

vdv
= kehilangan tekanan karena percepatan
g c dL
P = tekanan, lbf/ft2
L = panjang pipa, ft
34

g = percepatan gravitasi, ft/sec2


gc = 32,17, ft-lbm/lbf-sec2
ρ = densitas, lbm/ft3

θ = sudut yang terbendutk terhadap arah horizontal, derajat


fM = faktor gesekan Darcy-Weisbach (Moody)
v = kecepatan alir, ft/sec
D = diameter dalam pipa, ft
Untuk aliran vertikal dimana θ = 90o maka sin 90 = 1 sehingga persamaan
3-31 menjadi:
dP g f v 2 vdv
  M 
dL g c 2 g c D g c dL ............................................................... (3-32)

Untuk aliran horizontal dimana θ = 0o, maka sin 0 = 0 sehingga persamaan


3-31 menjadi:
dP g f v 2 vdv
  M 
dL g c 2 g c D g c dL ............................................................... (3-33)

3.2.2.1. Korelasi Aliran Fluida Multifasa dalam Pipa


Metode Hagedorn & Brown
Usaha yang telah dilakukan oleh Hagedorn & Brown adalah membuat suatu
korelasi perhitungan gradient tekanan yang dapat dipergunakan dalam range laju
aliran yang sering dijumpai dalam praktek, range GLR yang luas, dapat
dipergunakan untuk setiap ukuran tubing serta berbagai sifat fisik daripada fluida
yang mengalir.
Metode ini memperhitungkan adanya “slip‟, yaitu perbedaan kecepatan
antara gas dan cairan, tetapi tidak memperhitungkan adanya pola aliran. Dasar
penurunan persamaan keseimbangan energi dengan memasukkan semua energi
kecuali energi We.
P f  w2 (Vm2 / 2 g c )
144  m    .................... (3-34)
h 2,9652  1011 d 5  m h

Keterangan :
ρm = ρLHL + ρg(1-HL)
35

HL = liquid hold up factor


ρm = total masa oil, water, gas pada 1 bbl cairan (lb/cuft)
HL ditentukan berdasarkan hubungan yang merupakan fungsi GLR, WOR, d
dan sebagainya seperti pada gambar bilangan Reynold untuk dua fasa.
Harga NRe dihitung dengan menggunakan Persamaan :
w
( N Re ) T . P  2,2  10  2
d L H L  g (1  H L ) ..................................... (3-35)

Harga liquid hold-up ditentukan secara empiris, yang merupakan fungsi dari 4
parameter tak berdimensi, yaitu :
1. Liquid Velocity Number, NLv
NLv = 1,938 VSL (ρ L/σ)0,25 .......................................................... (3-36)
2. Gas Velocity Number, Ngv
Ngv = 1,938 Vsg (ρ L/ σ)0,25 ......................................................... (3-37)
3. Pipa Diameter Number, Nd
Nd = 120,872 d (ρ L/ σ)0,5............................................................. (3-38)
4. Liquid Viscosity Number, NL
NL = 0,15726 µL (1/ ρ L σ 3)0,25 ................................................... (3-39)
Keterangan :
vsL = kecepatan superficial cairan = ft/sec
vsg = kecepatan superficial gas = ft/sec
ρL = densitas cairan, lb/cuft

ρg = densitas gas, lbm/cuft


σ = tegangan permukaan, dyne/cm
µL = viscositas cairan, cp
d = diameter pipa, ft
Sebenarnya korelasi faktor Hold-up Hagedorn & Brown ini merupakan
korelasi pseudo Hold-up, hal ini disebabkan karena Hagedorn & Brown tidak
melakukan pengukuran Hold-up, melainkan Hold-up tersebut ditentukan
berdasarkan perhitungan atas dasar data penurunan tekanan dan faktpr gesekan
yang ditentukan berdasarkan Bilangan Reynolds untuk aliran dua fasa. Dengan
36

demikian untuk harga Hold-up sebenarnya diperlukan faktor koreksi b sekunder


(Ψ).
Untuk menghubungkan keempat faktor parameter tak berdimensi diatas,
makan dapat dibuat sistem hubungan faktor hold-up, seperti pada gambar 3.6.
pengaruh viscositas cairan diperhitungkan dalam bentuk C NL yang ditentukan
berdasarkan hubungan antara CL dan CNL , seperti pada gambar 3.7.
Pendekatan-pendekatan diatas digunakan untuk mengetahui friksi yang
timbul pada aliran dua fasa dalam pipa vertikal, maka dapat pula diketahui selisih
tekanan berapa yang akan memberikan flow rate tertentu. Dengan demikian
produktivitas aliran fluida dua fasa dalam pipa vertikal diketahui.

Gambar 3.6.
Korelasi Faktor Hold Up
(Brown, K.E. 1990. The Technologu of Artificial Lift Method, Vol 1)

Gambar 3.7.
Korelasi Faktor Viskositas
(Brown, K.E. 1990. The Technologu of Artificial Lift Method, Vol 1)
37

Metode Beggs & Brill


Pola aliran merupakan suatu parameter korelasi dan tidak menyatakan
tentang pola pola aliran sebeneranya, kecuali apabila pipa pada kedudukan
horizontal. Pola-pola aliran yang dipertimbangkan dalam perhitungan ini, yaitu:
segregated, transisi, intermittent dan distributed. Parameter-parameter yang
diperlukan untuk menentukan pola aliran adalah sebagai berikut:
Vm2
N FR 
gD .................................................................................... (3-40)

V SL
L 
V m ....................................................................................... (3-41)

L1 = 316 λL0,302 .............................................................................. (3-42)


L2 = 0,0009252 λL-2,4684 ................................................................. (3-43)
L3 = 0,1 λL-1,4516 ............................................................................. (3-44)
L4 = 0,5 λL-6,738 .............................................................................. (3-45)
Batasan untuk tiap pola aliran adalah sebagai berikut:
 Pola aliran segregated.
L  0,01 dan N FR  L1 atau L  0,0 dan N FR  L2 .
 Pola aliran transition.
L  0,0 dan L2  N FR  L3 .
 Pola aliran intermittent.
0,01  L  0,4 dan L3  N FR  L1 atau L  0,4 dan L3  N FR  L4 .

 Pola aliran distributed.


L  0,4 dan N FR  L1 atau L  0,4 dan N FR  L4 .
Secara umum persamaan Hold-up cairan pada pipa horizontal, sebagai
berikut:
b
H L 0 
aH L
c
............................................................................... (3-46)
N FR
Dimana konstanta a, b dan c berbeda untuk setiap kondisi aliran, seperti
terlihat pada tabel III-1. Kemudian untuk mencari liquid hold-up pada pola aliran
38

transisi digunakan interpolasi dari liquid hold-up aliran segregated dengan aliran
intermittent, dengan persamaan:
HL(transisi) = A HL(segregated) + B HL(intermittent) ................. (3-47)
Keterangan :
L3  N FR
A = L  L ............................................................................... (3-48)
3 2

B = 1 – A ....................................................................................... (3-49)

Tabel III-1.
Konstanta a, b dan c
(Beggs Dale, H. 1978. Production Optimization Using Nodal Analysis)
POLA ALIRAN a b c

Segregated 0,98 0,4846 0,0868

Intermittent 0,845 0,5351 0,0173

Distributed 1,065 0,5824 0,0609

Harga liquid hold-up pada sudut kemiringan tertentu merupakan koreksi dari
harga pada pipa horizontal, yaitu:
H L    H L 0  ............................................................................ (3-50)
Keterangan :
HL (θ) = liquid hold up pada sudut kemiringan sebesar θ
HL (0) = liquid hold up pada pipa alir horizontal
Ψ = faktor koreksi terhadap kemiringan pipa alir
= 1 – C(sin(1,8 α) – 0,333 sin3 (1,8 α)
θ = sudut kemiringan pipa sebenarnya terhadap bidang horizontal
C = (1-λL) ln (d(λL)e (NFR)f (NFR)g
39

Tabel III-2.
Konstanta untuk Menghitung Harga C
(Beggs Dale, H. 1978. Production Optimization Using Nodal Analysis)

Pola Aliran d e f g

Segregated 0,011 -3,7680 3.5390 -1,6140

Intermittent 2,965 0,3050 -0,4473 0,0978

Distributed Tidak perlu dikoreksi karena C = 0

Semua pola aliran 4,700 -0,3692 0,1244 -0,5056

Harga C berdasarkan pola aliran :


 Segregated.
 0,0001 .N LV
3, 539

C    (1   ) ln  1, 614 3, 768  ..........................................(3-51)
 N FR  
0 ,1244
C    (1   ) ln
4,7.N LV
.................................................(3-52)
3,962N FR
0 , 5056

 Intermittent.
 0,305N LV 3, 539

C    (1   ) ln  0 , 4473 
...............................................(3-53)
 N LV 
0 ,1244
C    (1   ) ln
4,7.N LV
.................................................(3-54)
3,962N FR
0 , 5056

 Distributed.
C    0 ............................................................................... (3-55)
0 ,1244
C    (1   ) ln
4,7.N LV
..................................................... (3-56)
3,962N FR
0 , 5056

Beggs & Brill juga mendefinisikan factor gesekan dua fasa (f tp) dengan
menggunakan diagram Moody untuk pipa halus, atau dengan menggunakan
persamaan berikut:
ftp  e s . f n ...................................................................................... (3-57)
40

Harga fn adalah faktor gesekan no slip yang dapat ditentukan dari Moody’s
diagram untuk pipa alir halus (smooth pipe) ataupun dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan :
2
  N Re 
f n  2. log   ................................... (3-58)
  4,5223 log  N Re   3,8125 
Keterangan :
 mVm d
N Re  1488 ....................................................................... (3-59)
un

 n   L L   g g ........................................................................ (3-60)
Kemudian dari persamaan 3-57 dapat dihitung rasio no slip friction factor
dua fasa yang kemudian persamaannya menjadi sebagai berikut:
f tp
 es
fn
Keterangan :
ln( y )
S .. (3-61)
{0,0523  3,182 ln( y )  0,8725[ln( y )] 2  0,01853[ln( y )] 4 }

y .................................................................................. (3-62)
[ H L ] 2
Persamaan (3-61) akan berharga tak terhingga pada interval 1 < y < 1,2 dan
untuk interval y tersebut fungsi S, ditentukan dengan persamaan :

S  ln 2,2 y  1,2  .....................................................................(3-63)


Gradien tekanan akibat gesekan menurut Beggs-Brill dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut :

 dp  f tp  n v m2
   .....................................................................(3-64)
 dL  f 2g c d
Dimana ρn adalah no slip density.
 n   L L   g g ........................................................................ (3-65)
Korelasi Beggs & Brill Original dilakukan pengembangan yang dikenal
dengan Begss & Brill Revised dengan perubahan:
41

1. Gelembung pada regim aliran diasumsikan adalah no slip hold up.


2. Friksi yang terjadi pada pipa standar diubah dengan friksi yang terjadi pada
fasa berdasarkan kecepatan aliran rata-rata.

3.2.2.2. Metode Kehilangan Tekanan dalam Pipa Horizontal


Persamaan yang digunakan dalam aliran horizontal yaitu:
dP f m  m v m2  m v m dvm
  ........................................................... (3-66)
dL 2g c d g c dL
Komponen ketinggian pada aliran fluida dalam aliran horizontal tidak
digunakan karena tidak ada fluida yang terangkat ke atas. Secara matematis, sin θ
= 0 pada sudut nol derajat.
Jika komponen akselerasi diabaikan maka persamaan 3-66 akan menjadi:
dP f m  m v m2
 .............................................................................. (3-67)
dL 2gc d
Salah satu metode dalam perhitungan aliran fluida horizontal yaitu metode
Beggs-Brill. Metode ini memperhitungkan semua range laju alir dan ukuran pipa
yang digunakan. Dan metode ini juga dapat digunakan pada aliran horizontal yang
mempunyai sudut tertentu. Korelasi lain yang dapat digunakan dalam perhitungan
aliran fluida horizontal adalah Duckler et al., Eaton et al., Flaningan dan Hybrid
Model.

Korelasi Beggs and Brill


Metode korelasi Beggs-Brill yang telah dibahas sebelumnya pada sub bab
3.2.2.1. dapat diaplikasikan pada perhitungan kehilangan tekanan untuk aliran
horizontal. Dengan sudut kemiringan pipa sama dengan 0, tidak ada koreksi yang
diperlukan untuk horizontal holdup, Prediksi pola aliran horizontal ditunjukan pada
gambar 3.8.
42

Gambar 3.8.
Flow Regime Korelasi Beggs-Brill
(Brown, K.E. 1990. The Technologu of Artificial Lift Method, Vol 1)

3.3. Analisa Nodal


Sistem sumur produksi yang menghubungkan antara formasi produktif
dengan separator dapat dibagi menjadi 6 komponen, seperti yang ditunjukan
gambar 3.9, yaitu:
a. Komponen formasi produktif/reservoir
b. Komponen komplesi
c. Komponen tubing
d. Komponen pipa salur
e. Komponen restriksi/jepitan
f. Komponen separator
Komponen tersebut berpengaruh terhadap laju produksi sumur yang akan
dihasilkan. Laju produksi yang optimum dapat diperoleh dengan cara
menvariasikan ukuran tubing, pipa salur jepitan dan tekanan kerja separator.
43

Pengaruh kelakuan aliran fluida masing-masing komponen terhadap system sumur


secara keseluruhan akan dianalisa dengan menggunakan analisa system nodal.

Gambar 3.9.
Sistem Sumur Produksi
(Beggs Dale, H. 1978. Production Optimization Using Nodal Analysis)

Sesuai dengan Gambar 3.9. dalam sistem sumur produksi dapat diperoleh 4
titik nodal, yaitu :
1. Titik nodal di dasar sumur. Titik nodal ini merupakan pertemuan antara
komponen formasi produktif dengan komponen tubing jika sumur adalah
open hole atau titik pertemuan antara komponen tubing dengan komponen
komplesi jika sumur di perforasi.
2. Titik nodal di kepala sumur. Titik nodal ini merupakan titik pertemuan atara
komponen tubing dan komponen pipa salur dalam hal sumur tidak
dilengkapi dengan jepitan atau merupakan titik pertemuan antara komponen
tubing dengan komponen jepitan jika sumur dilengkapi dengan jepitan.
3. Titik nodal di separator. Pertemuan antara komponen pipa salur dengan
komponen separator merupakan suatu titik nodal.
4. Titik nodal di upstream/downstream jepitan. Sesuai dengan letak jepitan,
titik nodal ini dapat merupakan pertemuan antara komponen jepitan dengan
komponen tubing. Jika jepitan dipasang pada tubing sebagai safety valve
44

atau merupakan pertemuan antara komponen tubing di permukaan dengan


komponen jepitan, jika jepitan dipasang di kepala sumur. Sistem nodal
dilakukan dengan membuat diagram tekanan vs laju produksi, yang
merupakan grafik yang menghubungkan antara perubahan tekana dan laju
alir produksi untuk setiap komponen.
Hubungan antara tekanan dan laju alir produksi di ujung setiap komponen
untuk sumur secara keseluruhan ada dasarnya merupakan kelakuan aliran dalam :
a. Media berpori menuju dasar sumur.
b. Pipa tegak (tubing) dan pipa horizontal
c. Jepitan (choke)
Analisa sistem nodal terhadap suatu sumur, diperlukan denga tujuan untuk
a. meneliti kelakuan aliran fluida reservoir di setiap komponen sistem
sumur untuk menentukan pengaruh masing-masing komponen tersebut
terhadap sistem sumur secara keseluruhan.
b. Menggabungkan kelakukan aliran fluida reservoir di seluruh komponen
sehingga dapat diperkirakan laju produksi sumur.
Untuk menganalisa pengaruh suatu komponen terhadap sistem sumur secara
keseluruhan, dipilih titik nodal yang terdekat dengan komponen tersebut. Sebagai
contoh, jika ingin mengetahui pengaruh ukuran jepitan terhadap laju produksi
sumur, maka dipilih titik nodal di kepala sumur atau jika ingin diketahui pengaruh
jumlah perforasi terhadap laju produksi, maka dipilih titik nodal di dasar sumur.

3.4. Choke
Surface choke terletak di bagian ujung dari christmass tree, dimna
merupakan pipa yang diameternya diperkecil pada suatu tempat di dalam pipa di
permukaan. Choke berguna untuk mengurangi luas aliran fluida yang dilaluinya dan
kemudian aliran diperluas kembali setelah melewatinya sehingga dapat mengatur
aliran fluida reservoir. Pemasangan choke dimaksudkan untuk memperpanjang usia
sumur dengan jalan memberikan tekanan balik pada formasi sehingga tekanan
formasi tetap tinggi.
45

Perhitungan Aliran Melalui Surface Choke


Perhitungan-perhitungan aliran melalui berbagai ukuran choke adalah
merupakan dasar bagi pembuatan choke performance.dari choke performance
selanjutnya dapat dipilih ukuran choke yang sesuai dengan kondisi yang
diinginkan.
Hampir semua sumur produksi menggunakan surface choke untuk
mengontrol laju aliran dan tekanan wellhead. Dengan pengontrolan ini, diharapkan
dapat :
a. Memelihara laju aliran yang diinginkan.
b. Memelihara back pressure yang cukup untuk mencegah measuknya pasir
(sand problem).
c. Melindungi peralatan produksi di permukaan.
d. Mencegah water coning.
Surface choke yang dipasang biasanya dipilih untuk mendapatkan kondisi
aliran kritis, dimana kondisi ini perubahan sedikit tekanan downstream tidak
mempengaruhi tekanan upstream atau laju aliran. Dengan demikian diharapkan
back pressure dari separator tidak mempengaruhi tubing head pressure.
Choke - Two Phase Flow Method
Persamaan berikut biasanya digunakan untuk menentukan hubungan antara
tekanan upstream, laju alir liquid, dan diameter choke untuk aliran likuid atau gas
pada critical regime. Berikut persamaan empirisnya :
 P  P2 
q L  1022 ,7.C d .d 2  1  ....................................................... (3-83)
 L 
Keterangan :
P1 = upstream pressure, psia
P2 = downstream pressure, psia
qL = liquid flow rate, STB/day
ɣL = liquid specific gravity
d = choke diameter, in
Cd = 0,85
46

3.5. Gathering System


Dalam kebanyakan instalasi produksi minyak dan gas, aliran dari beberapa
sumur akan dikumpulkan pada stasiun pengumpul atau dikombinasikan ke dalam
sebuah pipa berhubungan. Ketika laju alir pada sumur individu dikontrol oleh aliran
kritis melalui choke, terdapat sedikit interaksi antara sumur-sumur yang lain.
Bagaimanapun, ketika aliran dikatakan subcritical, tekanan downstream dapat
mempengaruhi performance dari sumur-sumur tersebut, dan aliran yang melalui
seluruh jaringan pipa dapat dikatakan sebuah sistem. Ketika semua jalur aliran
sumur individu pada suatu titik berhubungan, tekanan pada titik tersebut sama
untuk semua jalur aliran. Titik yang berhubungan tersebut adalah tipikal separator
dalam sistem produksi minyak. Tekanan alir tubing individual sumur yang
berkaitan menuju tekanan separator, yaitu :
Ptfi  Psep  PLi  PCi  Pfi ................................................... (3-84)

Keterangan :
Ptfi = Tekanan alir tubing individual, psi
Psep = Tekanan separator, Psi
∆PLi = Kehilangan tekanan di sepanjang flowline, psi
∆PCi = Kehilangan tekanan di choke, psi
∆Pfi = Kehilangan tekanan di fittings, psi
Dalam gathering system, dimana masing-masing sumur disambungkan ke
dalam sebuah pipa berhubungan, yang merupakan jumlah laju alir semua sumur
upstream, masing-masing sumur mempunyai efek langsung dengan jalur pipa
disekelilingnya. Dalam tipe sistem ini, masing-masing kepala sumur dapat dihitung
mulai dari separator dan kerja upstream. Bergantung pada mekanisme
pengkangkatan sumur, laju alir dari masing-masing sumur akan bergantung juga
pada tekanan alir tubing. Dalam kasus ini, IPR dan karakteristik vertical lift
performance sumur-sumur serta gathering system harus dipertimbangkan bersama
untuk memprediksi performance jaringan sumur.
Di lapangan sumur sembur alam dan sumur sembur buatan mengalirkan
fluida dengan laju yang berbeda, demikian juga dengan tekanan tiap-tiap sumur
yang dihubungkan denga satu pipa ke separator.
47

Klasifikasi dari gathering system adalah


1. Untuk sumur-sumur yang mempunyai kapasitas yang sangat besar, maka
setiap sumur akan mempunyai fasilitas pengukuran dan pemisahan sendiri-
sendiri. Untuk sumur yang mengandung paraffin, maka pemisahan gas akan
terhambat yang menyebabkan endapan paraffin yang akhirnya akan
menyumbat pipa, untuk itu gas langsung dipisahkan di dekat kepala sumur,
demikian juga untuk sumur-sumur minyak yang jaraknya cukup jauh.
Penggunaan sistem ini secara ekonomi kurang menguntungkan.
2. Well centre gathering system. Pada sistem ini beberapa sumur disatukan
dalam satu gathering system dan baru dipisahkan fluidanya.
3. Common line gathering system. Pada sistem ini beberapa sumur produsi
disatukan dalam satu flowline dimana produksi minyak, gas dan air diukur
pada interval-interval tertentu oleh portable well tester yang dipasang dekat
well side.
Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam desain gathering system adalah:
1. tekanan kepala sumur, dimana semakin rendah tekanan akan semakin
baik, keuntungannya antara lain adalah untuk :
a. umur sumur untuk flowing lebih lama.
b. Pemakaian gas injeksi rendah untuk sumur-sumur gas lift.
c. Hasil rate produksi akan lebih besar pada pemakain bottom hole
pump.
2. Kehilangan fluida hidrokarbon dalam sistem diusahakan minimum serta
kemudahan tentang pengawasan dan pengontrolan.
3. Ketelitian dalam pengukuran produksi minyak, gas dan air baik untuk
individual well control atau common well.
4. Perluasan dari fasilitas dimasa datang yang memelrlukan perubahan dari
instalasi tidak akan mengganggu produksi sumur terdahulu.
5. Pertimbangan akan kecelakaan harus diperhatikan, serta biaya
pengoperasian sistem diharapkan serendah mungkin.
48

Untuk suatu lapangan minyak yang terdiri dari banyak sumur, maka minyak
yang keluar dari kepala sumur perlu dikumpulkan dulu ke suatu tempat pemusatan
sumur (well centre). Dasar pengelompokan adalah :
a. Kapasitas produksi masing-masing sumur.
b. Tekanan masing-masing sumur.
c. GOR sumur.
d. Ada tidaknya kandungan material produksi sumur.
e. Sifat-sifat fisik dan kimia fluida.
Pada tiap-tiap produksi sumur ini, setelah dikelompokan ke pemusatan
sumur kemudia dialirkan ke tangki pengumpul.

3.6. Simulator Pipesim


Konsep Dasar Simulator
Simulator Pipesim adalah simulator produksi yang dikeluarkan oleh Baker
Jardine, yang sejak 2001 menjadi bagian Schlumberger. Simulator Pipesim terdiri
dari empat sub-program yaitu :
a. PIPESIM 2008, yaitu simlator yang pembuatan modelnya digunakan untuk
menghitung well performance, analisa pemipaan dan fasilitas produksi serta
analisa jaringan.
b. GOAL, yaitu simulator yang pembuatan modelnya digunakan untuk
optimasi produksi menggunakan gas lift atau ESP.
c. FPT, yaitu simulator yang merupakan production network modeling dengan
model reservoir, steps dan analisa produksi lapangan.
d. HoSim, yaitu simulator untuk model sumur horisontal dan multilateral.
Sistem jaringan produksi pada lapangan Sukowati Pad INB dilakukan
dengan menggunakan sub-program Pipesim 2008 yang terdiri dari single branch
model dan network model. Single branch digunakan untuk menganalisa per-sumur
yaitu profil tekanan dan temperatur, sistem analisis, flow correlation matching dan
analisa nodal. Network model digunakan untuk analisa jaringan.
49

3.6.1. Analisa Pipeline & Fasilities


Analisa pipeline & facilities merupakan suatu sisem analisa model multi
fasa. Apikasi dari analisa tersebut meliputi :
a. Aliran multi fasa di dalam pipa.
b. Tekanan dan temperatur di tiap titik.
c. Perhitungan heat transfer coefficients.
d. Analisa flowline & equipment peformance modeling.
e. Sensitivity of pipeline design modeling
f. Membandingkan data terukur di lapangan dengan data hasil simulasi.

3.6.2. Analisa Well Performance


Analisa well performance dilakukan dengan anakisa sistem nodal. Tipe
aplikasi dari analisa ini adalah meliputi :
a. Desain sumur
b. Optimasi sumur.
c. Pemodelan kerja alir sumur.
d. Horizontal well modeling
e. Aliran dalam annulus dan tubing
f. Reservoir VFP table generation
g. Pemodelan sensitivitas desain sumur.
h. Membandingkan data terukur di lapangan dengan data hasil simulasi.

3.6.3. Analisa Jaringan


Analisa model jaringan meliputi beberapa hal yaitu :
a. Penyelesaian algoritma yang unik untuk jaringan sumur di dalam jaringan
yang lebih besar.
b. Pemodelan panas dari semua komponen jaringan.
c. Mutiple looped pipeline/flowline compability.
d. Pemodelan kinerja inflow sumur.
e. Pemodelan pengangkatan gas sumur di dalam jaringan yang komplek.
f. Model peralatan pipa secara menyeluruh.
50

g. Jaringan pengumpul dan jaringan distribusi.

3.6.4. Persiapan Data Lapangan


Langkah awal dalam melaksanakan simulasi produksi adalah persiapan data
lapangan yang akan disimulasikan. Proses pengumpulan dan pemilihan data dalam
model dan akan semakin mendekati keadaan kenyataan di lapangan. Data-data yang
akan dimasukkan dalam simulasi yaitu data reservoir, data sumur, data pipa dan
jaringan.

3.6.4.1. Data Reservoir dan Sumur


Data reservoir yang diperlukan adalah data fluida resrvoir, data batuan
resrvoir dan data kondisi. Ketersediaan data akan menentukan metode-metode yang
akan kita pakai dalam pembuatan model. Hasil analisa tes sumur kita dapatkan
komposisi fluida reservoir, PVT, kondisi reservoir (P dan T) dan laju alir. Data
sumur yang diperlukan adalah data casing dan tubing, data kondisi reservoir
(tekanan dan temperatur), data kedalaman sumur dan perforasi.

3.6.4.2. Data Pipa dan Jaringan


Data pipa yang digunakan adalah data mulai dari kepala sumur sampai
separator. Data yang dibutuhkan adalah meluputi panjang pipa dan diameter pipa.
Kemudian data fasilitas produksi yang digunakan meliputi data choke dan
separator.

3.6.5. Pembuatan Model pada PIPESIM


Pemilihan Menu Fluida
Pemilihan menu fluida dalam pembuatan model digunakan blakc oil.
Pemilihan menu fluida dilakukan melalui setup data. Komposisi fluida didapat dari
analisa PVT pada kondisi separator, setelah memasukkan data komposisi dengan
menggunakan fasilitas single point flash dan memasukkan data tekanan dan
temperatur maka kita dapatkan viskositas, faktor kompresibilitas, berat molekul dan
51

lainnya. Diagram fasa didapatkan dengan fasilitas phase envelope kemudian dapat
di save dalam bentuk berkas *.pvt.

Pemilihan Korelasi Aliran


Korelasi aliran digunakan untuk menghitung kehilangan tekanan di
sepanjang pipa, baik pada pipa vertikal maupun pada pipa horizontal. Penentuan
korelasi aliran disesuaikan dengan data dan asumsi yang digunakan. Korelasi yang
dipakai untuk menentukan friksi adalah korelasi Moody.
Pembuatan Model Single Branch
Data yang telah dipersiapkan akan dimasukkan melalui struktur data yang
terdapat pada tiap-tiap komponen yaitu reservoir, tubing, choke dan komponen
fasilitas produksi lain yang akan dimasukkan dalam model. Data input flowline
adalah semua data fisik pipa dan letaknya pada permukan termasuk konduktivitas
bahan pipa dan temperatur lingkungan dimana pipa berada.
Pelaksanaan model dilakukan melalui eksekusi program setelah proses
validasi model dapat dipilih operasi yang diinginkan pada menu operations antara
lain profil tekanan dan temperatur dan analisa nodal model single branch. Operasi
profil tekanan dan temperatur digunakan untuk menghitung besarnya tekanan dan
temperatur pada sepanjang pipa, baik pada pipa vertikal maupun pipa horizontal.
Analisa nodal digunakan untuk menghitung kehilangan tekanan di
sepanjang aliran fluida reservoir. Analisa nodal dilakukan dengan titik nodal di
dasar perforasi, kepala sumur dan separator.
Langkah pembuatan model single branch :
1. Tentukan komponen dari model
Toolbar single branch dari pipesim terlihat seperti berikut

a. Pilih ikon vertical completion dan tempatkan pada jendela single

branch. Kemudian pilih end node dan tempatkan juga pada jendela.
52

b. Pilih ikon tubing dan hubungkan VertWell_1 ke end note S1 dengan


menge klik dan menggeser dari komplesi VertWell_1 ke end note S1 :

Keterangan : garis merah pada VertWell_1 dan Tubing_1


mengindikasikan bahwa data yang penting belum dimasukkan.
c. Klik dua kali pada VertWell_1 dan akan menampilkan tampilan data.
Kemudian isi format data pada formulir pengguna seperti di bawah.
53

d. Klik ok untuk keluar dari formulir pengguna.


e. Klik dua kali pada Tubing_1 dan tampilan formulir pengguna akan
muncul.
f. Pilih simple model sebagai Preferred Tubing Model seperti yang
ditunjukan di bawah.

g. Masukan data tubing seperti berikut.

h. Klik ok untuk keluar.


2. Memilih model black oil
a. Pilih setup > black oil dan masukan sifat fisik fluida seperti di bawah.
54

b. Simpan model sebagai StudiKasus_1


3. Pilih korelasi multi fasa
Dari menu setup > flow correlation, pastikan memilih korelasi Beggs Brill
Revised untuk aliran vertikal dan horizontal.
4. Jalankan operasi pressure/temperature profile.
Pilih operations > pressure temperature profile. Masukan laju alir 3000
stb/d dan pilih outlet pressure (Pwh) sebagai variable yang dihitung.
Pipesim dengan otomatis mengasumsikan bahwa inlet pressure adalah
static reservoir pressure yang telah dimasukan pada komplesi sebelumnya.

5. Jalankan model.
6. Lihat dan analisa hasil.
55

Dari analisa diketahui bahwa outlet pressure (Pwh) sekitar 695 psia.
Pembuatan Model Network
Model network terdiri dari beberapa model single branch yang dihubungkan
dari satu dengan yang lainnya. Seperti gambar 2.5. menunjukan network model.
Proses input data pada network model sama dengan pada single branch model.
Skenario dilakukan untuk menentukan suatu komponen dalam model tersebut
digunakan atau tidak pada waktu tertentu, sesuai dengan skenario yang digunakan.
Langkah pembuatan model jaringan :
1. Masukan data untuk sumur pertama.
a. Gunakan ikon sumur produksi sehingga muncul Well_1 seperti di

bawah. ikon sumur produksi, sumur produksi.


b. Klik dua kali pada Well_1 untuk memperlihatkan komponen seperti di
bawah :
56

c. Klik dua kali pada komplesi vertikal untuk memasukkan data inflow
performance. Masukkan oil PI 2 stb/d/psi, dan temperatur reservoir.
Tekanan reservoir akan dimasukkan pada saat kondisi batas jaringan
ditentukan.
d. Klik dua kali pada tubing dan pilih simple model sebagai preferred
tubing model. Tetapkan tubing vertikal dengan datum wellhead MD of0
ft dan mid perforasi TVD dan MD 4500 ft. Suhu lingkungan 130 oF di
mid perforasi dan 60 oF di wellhead. Tubing mempunyai ID 2,4 in.
e. Tutup tampilan dari Well_1 dengan mengklik pada sudut kanan atas dari
jendela.
2. Salin data ke sumur 2 dan sumur 3.
Pilih Well_1 menggunakan perintah edit > copy dan edit > paste, buat 2
salinan dari sumur. Secara default, nama dari salinan sumur-sumur akan
menjadi Well_2 dan Well_3. Posisi dari sumur baru ditunjukan seperti di
bawah :

3. Mengubah data dari Well_3


Klik dua kali pada Well_3 dan mengubah data komplesi dan tubing. Untuk
data komplesi vertikal masukkan oil PI 2,5 stb/d/psi. Tetapkan tubing
57

vertikal dengan wellhead TVD 0 dan mid perforasi TVD dan MD 4900 ft.
Suhu lingkungannya adalah 140 oF pada kedalaman mid perforasi dan 60 oF
pada permukaan. Tubing mempunyai ID 2,4 in. Tutup tampilan dari Well_3
untuk kembali ke tampilan jaringan.
4. Menentukan komposisi untuk setiap sumur produksi.
Langkah berikutnya adalah menetapkan komposisi pada sumur produksi.
Sumur 1 dan 2 memproduksikan pada zona yang sama dan kemudian
mengasumsikan bahwa komposisi fluidanya adalah sama. Untuk sumur 3
diberikan komposisi yang berbeda dari sumur 1 dan 2. Pertama simpan
model jaringan terkini. Untuk sumur 1 dan 2, buka menu setup > black oil
dan masukkan data GOR 500 scf/stb, WC 0 %, dan API 38. Untuk sumur 3
masukkan data GOR 1000 scf/stb, WC 0 % dan API 40.
5. Menghubungkan jaringan
a. Masukkan sink dan beberapa junction node. Tekan dan tahan shift key
ketika menempatkan junction node untuk memungkinkan beberapa
penyisipan. Pastikan untuk melepaskan shift key sebelum penyisipan
akhir. Jaringan akan terlihat seperti pada berikut :
58

b. Gunakan tombol brach hubungkan J_1 dengan J_2. Untuk melakukan


ini, klik tombol branch, kemudian klik tahan tombol kiri mouse dari J_1

dan geser ke J_2 sebelum melepas tombol klik kiri mouse. tombol

branch dan branch terhubung.


c. Klik dua kali pada arrow di tengah dari B1 untuk memasukan data
branch. Sekarang klik dua kali pada flowline untuk memasukan data
seperti data berikut

d. Tutup jendela B1 untuk kembali ketampilan jaringan. Asumsikan


seluruh looped gathering lines identic, maka data untuk branch B1 dapat
digunakan untuk looped gathering line lainnya. Pilih B1 dengan
mengklik pada arrow yang berada di tengah branch dan gunakan
perintah edit > copy dan edit > paste, salin B1 untuk membuat B2, B3
dan B4.
e. Agar menghubungkan pasted branch, pertama klik arrow di tengah dari
branch baru. Terlihat setiap ujung dari branch. Pindahkan mouse ke
ujung kanan branch, dan terlihat penunjuk mouse berubah menjadi “up
arrow” seperti gambar dibawah. Ujung-ujung dari branch dapat digeser
dan disambungkan di junction node.
59

f. Posisi baru dari branch akan terlihat seperti berikut :

g. Sekarang hubungkan sumur-sumur ke junction node yang berdekatan


dan hubungkan J_4 ke sink seperti dibawah:

h. Kemudian masukan data teknik untuk setiap branch.


i. Untuk korelasi aliran jaringan, dapat dirubah pada tombol menu setup >
flow correlation, pilih Beggs-Brill Revised sebagai korelasi aliran
mutifasa secara seluruh untuk aliran vertikal dan horizontal.
BAB IV
SKENARIO PRODUKSI LAPANGAN SUKOWATI PAD INB

Dua skenario produksi dilakukan dengan sensitivitas berdasar dari


pengelompokan harga tekanan downstream choke di flowline dengan
mempertimbangkan jarak masing-masing sumur hingga mencapai manifold.
Langkah awal sebelum melakukan pengelompokan sumur maka dilakukan
pembuatan simulasi sumuran (single branch) terlebih dahulu yang datanya diambil
pada Desember 2017. Kemudian dilakukan simulasi jaringan (networking). Dengan
melakukan matching pada kedua langkah tersebut sehingga simulasi dengan
keadaan nyata mendekati sama atau sama.

4.1. Persiapan Data Lapangan


Sebelum melaksanakan simulasi produksi, perlu dilakukan persiapan data
sebagai langkah awal. Data yang diperlukan yaitu data reservoir, sumuran, fluida
dan jaringan pipa. Kemudian data yang dipakai adalah data Desember 2017.
Persiapan data bertujuan untuk mendapatkan data yang valid dan sesuai
kebutuhan didasarkan pada tujuan dan prioritas simulasi. Persentase keakuratan
hasil simulasi yang dilakukan ditentukan oleh validitas data yang digunakan
sehingga tanpa data yang memadai gambaran existing lapangan maka yang
diharapkan tidak akan tercipta dan bahkan memberikan hasil simulasi yang salah.
Data yang dibutuhkan untuk melakukan simulasi dapat diperoleh dari
berbagai sumber data yang memungkinkan. Meskipun demikian data-data tersebut
memerlukan proses pengolahan sehingga data siap dipakai. Kemudian pemilihan
sumber data serta pengolahan juga sangat berpengaruh.

4.1.1. Data Reservoir


Data reservoir dibutuhkan untuk pembuatan grafik IPR sehingga dapat
diketahui kemampuan per sumuran yang disimulasikan. Kemudian data reservoir

60
61

yang dibutuhkan adalah data tekanan reservoir dan temperatur reservoir. Data-data
tersebut terdapat pada Tabel IV-1.
Tabel IV-1.
Data Kondisi Reservoir
Reservoir
Ps Tres WC GOR Kontaminan, %
Sumur o API
Psia F % Scf/stb H2S CO2
INB 2 2599 246 87,1 1187,878 40,2 1,8 49
INB 3 2601 196 5,6 1036,363 40,2 1,6 40
INB 5 2285 207 83 1877,777 38,7 2,5 15
INB 6 2734 208 86,1 1952,879 39 1,9 30
INB 15 2140 219 36,6 6340,517 40,7 0,7 37
INB 16 2339 225 85 2089,473 38,4 1,2 50
INB 18 2460 160 11,7 1176,923 38,1 1,6 45
INB 21 2331 249 82 1431,734 38,6 0,4 31
INB 22 2396 272 85,8 1763,779 38,5 1,3 36
INB 32 2469 269 86,1 1435,393 39,3 2 48

4.1.2. Data Sumur


Data sumur yang diperlukan adalah data tubing dan data perforasi.
Ditunjukan pada Tabel IV-2.
Tabel IV-2.
Data Komplesi
Komplesi
Perforasi, ft ID Tubing
Sumur
MD TVD in
INB 2 7100 5912 2,992
INB 3 7883 6171 2,992
INB 5 6905 5610 2,992
INB 6 6620 5455 2,992
INB 15 4023 3848 2,992
INB 16 6525 5326 2,992
INB 18 7296 5769 2,992
INB 21 6850 5610 2,992
INB 22 6850 5664 2,992
INB 32 7560 6148 3,548
62

4.1.3. Data Produksi


Data yang diperoleh dari hasil uji produksi masing-masing sumur yang
dilakukan tiap harinya. Data Tabel IV-3 yang dipakai pada penulisan ini diambil
dari data produksi pada tanggal 27 Desember 2017.
Tabel IV-3.
Data Produksi
Produksi 27 Desember 2017
Pwh Choke Pseparator Q WC
Sumur
Psia In Psia bfpd Bopd %
INB 2 319,7 0,50 99,7 1280 165 87
INB 3 339,7 0,53 104,7 816 770 6
INB 5 329,7 0,50 99,7 1056 180 83
INB 6 364,7 0,42 99,7 1371 191 86
INB 15 184,7 0,66 104,7 366 232 37
INB 16 434,7 0,44 99,7 1269 190 85
INB 18 214,7 0,38 104,7 147 130 12
INB 21 479,7 0,50 99,7 1509 271 82
INB 22 294,7 0,78 99,7 2680 381 86
INB 32 234,7 0,91 104,7 2557 356 86

4.1.4. Data Pipa dan Jaringan


Data pipa yang digunakan yaitu panjang dan diameter pipa pada tanggal 27
Desember 2017. Tabel IV-4.
Tabel IV-4.
Data Jaringan Pipa
Pipa
ID Panjang
Sumur Jenis pipa
In ft
INB 2 Sch 80 3,82 130,95
INB 3 Sch 80 3,82 124,39
INB 5 Sch 80 3,82 111,27
INB 6 Sch 80 3,82 104,71
INB 15 Sch 80 3,82 101,43
INB 16 Sch 80 3,82 94,86
INB 18 Sch 80 3,82 107,99
INB 21 Sch 80 3,82 114,55
INB 22 Sch 80 3,82 114,55
INB 32 Sch 80 3,82 2299,59
63

4.2. Pembuatan Model Produksi Existing Lapangan Sukowati Pad INB


Pembuatan model produksi existing lapangan Sukowati pad INB dilakukan
dengan langkah pemilihan menu fluida pada menu setup untuk masing-masing
sumur, pembuatan model sumur produksi single branch, pemilihan model korelasi
aliran fluida secara vertikal pada menu setup dan pembuatan model jaringan yang
terdiri dari banyak sumur. Pada sub bab ini, dipakai contoh sumur INB 5.

4.2.1. Pemilihan Fluida Pada Menu Setup


Pemilihan menu fluida dalam pembuatan model yang digunakan adalah
Black Oil, model ini digunakan karena data yang ada lebih representatif untuk
dipakai sebagai input fluida Black Oil. Sehingga dalam penulisan ini tidak memakai
fluida Compositional. Data yang digunakan water cut, gas liquid ratio, gas specific
gravity, water specific gravity dan API.
Data Fluida Sumur Produksi INB 5
 Water cut : 83 %
 Gas liquid ratio : 1877 scf/stb
 Water specific gravity : 1,01
 Gas specific gravity : 0,62
 API minyak : 38,7

Pemilihan menu fluida dilakukan dengan langkah :


1. Meng klik menu setup pada toolbar pipesim

2. Meng klik menu black oil

3. Memasukan data fluida dari INB 5 dan klik ok seperti pada Gambar 4.1.
64

Gambar 4.1.
Inputing Data Fluida Sumur INB 5

4.2.2. Pemilihan Model Korelasi Aliran Fluida Pipa Vertikal Pada Menu Setup
Korelasi aliran digunakan untuk menghitung kehilangan tekanan di dalam
pipa vertikal. Korelasi kehilangan tekanan disesuaikan berdasar dengan data dan
asumsi yang digunakan. Namun pada penulisan ini, untuk menentukan friksi
digunakan korelasi Moody. Pemilihan korelasi aliran fluida dilakukan dengan
langkah :
1. Meng klik menu setup pada toolbar pipesim

2. Meng klik flow correlations

3. Memilih korelasi yang akan dipakai, untuk INB 5 memakai Duns Ros dan
memilih korelasi gesekan Moody kemudian klik ok.
65

Gambar 4.2.
Korelasi Aliran Fluida Pipa Vertikal

4.2.3. Pembuatan Model Sumur Produksi Single Branch INB 5


Pembuatan model sumur produksi single branch ini terdiri dari
memasukkan data (data reservoir, data tubing, data choke) dan pelaksanaan model.
Data yang dimasukkan melalui proses validasi yang selanjutnya model single
branch ini dioperasikan analisa nodal dengan titik di dasar sumur, kepala sumur
dan separator.
Data Reservoir Sumur Produksi INB 5
 Tekanan statik : 2285 psia
 Temperatur reservoir : 207 o
F
 Tekanan alir dasar : 2067 psia
 Laju produksi : 1056 bfpd

Data Tubing Sumur INB 5


 Kedalaman middle perforation (MD) : 6905 ft
 Kedalaman middle perforation (TVD) : 5610 ft
 Sudut kemiringan sumur : 35,7 derajat
 Ambient temperature : 89 o
F
 ID tubing : 2,992 in
 Ukuran choke : 0,5 in
Langkah pembuatan model single branch :
66

Komponen menu toolbar single branch dari pipesim terlihat seperti berikut :

1. Pilih ikon vertical completion dan tempatkan pada window single

branch. Kemudian pilih choke dan tempatkan juga pada window


sehingga menjadi seperti pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3.
Langkah 1

2. Pilih ikon nodal analysis point dan hubungkan vertWell_INB 5 ke nodal


analysis point dengan meng klik dan menggeser dari vertWell_INB 5 ke

nodal analysis point setelah meng klik ikon connector terlebih dahulu
sehingga menjadi seperti pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4.
Langkah 2
67

3. Pilih ikon tubing dan hubungkan VertWell_INB 5 ke Choke_INB 5


dengan menge klik dan menggeser dari komplesi VertWell_INB 5 ke
Choke_INB 5 sehingga menjadi seperti pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5.
Langkah 3
4. Seperti pada Gambar 4.5. klik dua kali pada VertWell_INB 5 dan akan
menampilkan tampilan data. Kemudian isi format data dengan data sumur
INB 5 dengan menggunakan metode Vogel seperti Gambar 4.6.

Gambar 4.6.
Inputing Completion Data Sumur INB 5
68

5. Kemudian klik calculate dan akan diperoleh data P vs Q sumur INB 5


seperti yang disajikan di Tabel IV-5.
Tabel IV-5.
Hasil Analisa IPR Sumur INB 5
Q total Tekanan
Bfpd psia
0 2285
64 2272
223 2240
382 2208
700 2142
1018 2075
1336 2006
1654 1934
1972 1861
2609 1705
3245 1536
3881 1349
4517 1138
5153 891
5471 745
5789 574
6108 360
6267 220
6346 133
6426 22

6. Berdasarkan data Tabel IV-5 kemudian dibantu oleh aplikasi excel diplot
kurva inflow untuk sumur INB 5 seperti Gambar 4.7.

Gambar 4.7.
Kurva IPR Sumur INB 5
69

7. Setelah itu klik ok untuk keluar seperti Gambar 4.7.


8. Seperti pada Gambar 4.5. klik dua kali pada Tubing_INB 5. Kemudian pilih
simple model pada menu Preferred Tubing Model sebagai seperti yang
ditunjukan gambar di bawah.

9. Tampilan user interface akan muncul dan kemudian masukan data tubing
sumur INB 5 serperti pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8.
Inputing Data Tubing Sumur INB 5
10. Seperti pada Gambar 4.5. klik dua kali pada Choke_INB 5 dan tampilan
user interface akan muncul seperti pada Gambar 4.9. kemudian masukan
data choke INB 5, korelasi Gilbert dan klik ok.
70

Gambar 4.9.
Inputing Data Choke INB 5
11. Menjalankan operasi nodal analysis.Pilih operations > nodal analysis.
Masukan outlet pressure INB 5 yaitu 315 psig seperti pada Gambar 4.10.
Kemudian klik run model sehingga Pipesim dengan otomatis akan
menampilkan kurva inflow dan outflow bersama-sama. Data tersedia pada
Tabel IV-6. kemudian dibantu oleh aplikasi excel dan diplot menjadi kurva
seperti pada Gambar 4.11.

Gambar 4.10
Nodal Analysis
71

Tabel IV-6.
Kurva TIP Sumur INB 5 dengan Berbagai Korelasi
Duns & Ros Hagedorn & Brown Beggs & Brill
Q total Tekanan Q total Tekanan Q total Tekanan
bfpd psia Bfpd psia bfpd psia
0 2285 0 2285 0 2285
714 1959 714 1591 714 2010
1428 2183 1428 1969 1428 2198
2142 2721 2142 2580 2142 2671
2856 3285 2856 3183 2856 3285
3570 3889 3570 3814 3570 3902
4284 4549 4284 4494 4284 4516
4998 5279 4998 5243 4998 5241
5712 6088 5712 6069 5712 6065
6426 6981 6426 6975 6426 6972

20

10

Gambar 4.11.
Kurva IPR dan TIP Sumur INB 5
12. Tabel IV-6 diplot Gambar 4.11. dari 3 korelasi yaitu Duns Ros, Hagedorn
Brown, dan Beggs Brill, korelasi Duns Ros adalah korelasi yang paling
valid untuk sumur INB 5 karena persentase perbedaan hanya 0,19 % dari
model Pipesim dengan keadaan aktual yang ada di lapangan. Kemudian
berbasis pada Tabel IV-6. dilakukan analisa perbandingan untuk validasi
model di Pipesim dengan aktual seperti disajikan di Tabel IV-7.
72

Tabel IV-7.
Perbandingan Liquid Rate Antara Simulasi dan Aktual
Liquid Rate, bpd Perbedaan
Sumur
Aktual Simulasi Hasil, bpd Persentase, %
INB 2 1280 1285 5 0,39
INB 3 816 816 0 0,00
INB 5 1056 1058 2 0,19
INB 6 1371 1373 2 0,15
INB 15 366 369 3 0,82
INB 16 1269 1269 0 0,00
INB 18 147 142 -5 -3,40
INB 21 1509 1510 1 0,07
INB 22 2680 2683 3 0,11
INB 32 2557 2558 1 0,04

13. Tabel IV-7 adalah analisa perbandingan validasi model pipesim dengan
aktual untuk tiap sumur di lapangan. Jika persentase error tidak lebih dari
5% maka metode dapat dipakai, namun jika persentase error lebih dari 5%
maka kembali lagi ke sub bab 4.2.2. untuk merubah metode kehilangan
tekanan di pipa vertikal dengan 3 alternatif pilihan yaitu korelasi Duns Ros,
Hagedorn Brown, dan Beggs Brill.
14. Simpan data untuk sumur INB 5 dan ulangi semua langkah untuk sumur lain
sehingga didapatkan 10 model single branch.

4.2.4. Pembuatan Model Jaringan Permukaan Pad INB


Model jaringan terdiri dari beberapa model sumur produksi single branch
yang dihubungkan dengan pipa flowline (branch) satu dengan lainnya dan junction.
Model jaringan permukaan existing pad “INB” terdiri dari 13 sumur yang dibagi
menjadi 2 kelompok yang selanjutnya diteruskan hingga tangki pengumpul (Sink).
Grup sumur existing untuk separator 1 adalah sumur INB 3 ,15, 18, dan 32
sedangkan kelompok separator 2 adalah sumur INB 2, 5, 6, 16, 21 dan 22 seperti
disajikan di Tabel IV -8.
73

Tabel IV-8.
Grup Existing
Sumur Pwh, psia Separator
INB 2 320
INB 5 330
INB 6 365 PV 3800
INB 16 425 (Separator 2)
INB 21 480
INB 22 295
INB 3 340
INB 15 185 PV 9900
INB 18 215 (Separator 1)
INB 32 235

Langkah pembuatan model jaringan:


a. Masukkan data untuk setiap sumur

a. Gunakan ikon sumur produksi dan tempatkan pada window


network, sehingga muncul Well_1 seperti Gambar 4.12.

Gambar 4.12.
Langkah 1a
b. Seperti pada Gambar 4.12. klik kanan pada Well_1 > import single
branch model. Ulangi langkah poin a dan b untuk sumur lain sehingga
nantinya terdapat 10 sumur produksi dan 3 sumur mati (hanya
melakukan langkah poin a tanpa melakukan langkah poin b). Hingga
seperti di gambar Gambar 4.13.
74

Gambar 4.13.
Langkah 1b
b. Menghubungkan jaringan

a. Masukkan 3 buah network separator , 5 buah sink , dan beberapa

junction node . Jaringan akan terlihat seperti Gambar 4.14.

Gambar 4.14.
Langkah 2a
b. Gunakan tombol brach hubungkan J_1 dengan J_2. Untuk melakukan
ini, klik tombol branch, kemudian klik tahan tombol kiri mouse dari J_1

dan geser ke J_2 sebelum melepas tombol klik kiri mouse. tombol

branch dan branch terhubung. Hubungkan semua ikon


sehingga menjadi model jaringan seperti Gambar 4.15.
75

Gambar 4.15.
Model Jaringan Produksi Existing Lapangan Sukowati Pad INB
c. Klik dua kali pada arrow di tengah dari B1 untuk memasukan data
branch. Sekarang klikk dua kali di flowline untuk memasukkan data
seperti Gambar 4.16. Lakukan langkah ini untuk setiap branch yang
ada dengan menggunakan dtata jaringan dan pipeline.

Gambar 4.16.
Langkah 2c
d. Untuk korelasi jaringan menggunakan metode Beggs-Brill dengan cara
di tombol menu setup > flow correlation, pilh Beggs-Brill sebagai
korelasi aliran horisontal global dengan langkah seperti sub bab 4.2.2.
76

e. Seperti Gambar 4.15. klik 2 kali pada separator dan masukkan data
separator seperti pada Gambar 4.17. Kemudian lakukan untuk
separator dan sink lain.

Gambar 4.17.
Langkah 2e
f. Running model jaringan untuk mendapatkan hasil simulasi jaringan

dengan meng klik tombol pada toolbar pada pipesim.


g. Simpan data untuk jaringan keadaan existing.

Analisa Model Jaringan Produksi Existing Lapangan Sukowati Pad INB


Analisa model jaringan permukaan existing menghitung tekanan masing-
masing sumur yang masuk di flowline 1 meter sebelum masuk ke header. Apabila
Pflowline lebih besar dari Pheader maka sumur dapat berproduksi, sebaliknya maka
sumur akan mati. Langkah untuk melakukan analisa ini, yaitu menghitung tekanan
di header sehingga dapat diketahui apakah sumur dapat berproduksi atau tidak.
Pada poin ini akan digunakan contoh header 10 in yang masuk ke separator 2, PV
3800 (separator 2) dan sumur INB 5 ke header 10 in.

A. Perhitungan tekanan header 10 in.


Data :
qliq : 9177,386 stb/d
77

Psep : 176 psia


SG oil @ ST,ɣo : 0,825
Viskositas likuid, µL : 1,66 cp
vsl : 1,08 ft/sec
Jarak flowline : 19 m, 0,0118 mil
ID flowline : 10 in, 0,8333 ft

1. Menghitung Nre
v sl . o .62,4.d
Nre  1488
L
1,08.0,825 .62,4.0,8333
Nre  1488  41529 ,7
1,66

2. Menghitung faktor friksi no-slip


 0,5 
f ns  0,0056   0 , 32 
 Nre 
 0,5 
f ns  0,0056     0,022
0 , 32 
 41529 ,7 

3. Menghitung tekanan pada header 10in, psia


 f ns . o .qliq
2
.z 
P1  P2  1,15.10 .5 
 d 5 
 
 0,022 .0,825 .9177 ,386 2.0,01181 
P1  176  1,15.10 .5

 0,8333 5 
P1  176,52  177 psia

B. Perhitungan Tekanan 1 meter di flowline sebelum masuk ke header 10 in


sumur INB 5
Data :
Pchoke : 329,68 psia
o
Twh : 185 F, 645 oR
Pheader : 177 psia
78

o
Theader : 204 F, 664 oR
qo : 180 stb/d
qw : 876 stb/d
qlikuid : 1056 stb/d
qg : 338000 scf/d
WOR : 4,87
GLR : 320,08 scf/stb
GOR : 1877,78 scf/stb
WC : 0,83 fraksi
API : 38,7
SG oil, ɣo : 0,831
SG gas, ɣg : 0,62
SG oil @ ST : 0,825
Faktor z : 0,98963
Densitas minyak : 51,902 lb/ft3
Densitas air : 62,33 lb/ft3
Viskositas gas, µg : 0,017 cp
Panjang Flowline : 108,27 ft
ID flowline : 3,823 in, 0,316 ft
L.penampang line : 0,080 ft2

1. Menghitung tekanan rata-rata dan temperatur rata-rata


P1  P2 329,68  177
P   253,34
2 2
T  T2 185  204
T 1   194,5
2 2
2. Menghitung Rs,scf/stb
79

  API 
Rs  0,0178 . g .P1,187 . exp 23,931 
  Twh 
  38,7 
Rs  0,0178 .0,62.1951,187. exp 23,931 
  185 
Rs  859,832  860

3. Menghitung Bo, bbl/stb


Rs.0,0136 . g  62,4. o ST
Bo 
o
860 .0,0136 .0,62  62,4.0,825
Bo 
51,902
Bo  1,316  1,32

4. Menghitung qL, ft3/sec


q L  6,49.10 5 (q o .Bo  q w .B w )
q L  6,49.10 5 (180.1,32  876.1)
q L  0,07223  0,072

5. Menghitung qg, ft3/sec


3,27.10 7.Zg.q o (GOR  Rs)(T  460 )
qg 
P
7
3,27.10 .0,98963 .180 (1877 ,78  860 )(194,5  460 )
qg 
152,68
q g  0,1556  0,156

6. Menghitung vsl, ft/sec


q L 0,072
vsl    0,906
Ap 0,08

7. Menghitung vsg, ft/sec


qg 0,156
vsg    1,945
Ap 0,08

8. Menghitung vm, ft/sec


vm  vsl  vsg  0,906  1,945  2,85

9. Menghitung densitas likuid, lb/ft3


80

 1   WOR 
 L  o    w  
 1  WOR   1  WOR 
 1   4,87 
 L  51,902   62,333 
 1  4,87   1  4,87 
 L  60,56

10. Menghitung densitas gas, lb/ft3


0,0764 . g .520
g 
14,7.(Twh  460 ) Zg
0,0764 .0,62.520
g   0,511
14,7.(185  460 )0,98963

11. Menghitung mass flux rates, lbm/sec-ft2


G L   L v sL  60,56 . 0,906  54,85
G g   g v sg  0,511.1,945  0,99
Gm  G L  G g  55,84

12. Menghitung λL dan λg


qL 0,072
L    0,316
q L  q g 0,228
v sg
g   0,68
vm

13. Menghitung NFR, (g = 32,2 ft/sec2)


v m2 2,85 2
N FR    0,79
g.d 32,2.0,319

14. Menghitung viskositas likuid, cp


 L  exp 1,003  1,479 .10 2.(Twh  460 )  1,982 .10 5.(Twh  460 2 ) 
 L  exp 1,003  1,479 .10 2.(185  460 )  1,982 .10 5.(185  460 2 ) 
 L  2,41
15. Menghitung viskositas campuran, cp
 m   L . L   g .g
 m  2,41.0,316  0,017.0,68  0,77

16. Menghitung L1, L2, L3, L4


81

L1  316 .( L ) 0,302  2223,148


L2  0,0009252 .( L ) -2,4684  0,01589
L 3  0,1.( L ) -1,4156  0,53242
L 4  0,5.( L ) -6,738  1175,11

Karena 0,01 < λL < 0,4 dan L3 < NFR < L1 maka alirannya adalah intermitent
17. Menghitung HL intermitent
0,845 .0L,5351
HL  0 , 0173
 0,46
N FR

18. Menghitung densitas 2 fasa


 tp   L .H L   g .(1 - H L )
 tp  60,55.0,46  0,511 .(1  0,46)  28,13

19. Menghitung rasio faktor friksi


f tp
 es
f ns
L 0,316
y   1,49
( H L (0)) 2 0,46
ln( y )
s
 0,0523  3,182 . ln( y )  0,8725 .ln .( y )   0,01853 .ln .( y ) 
2 4

ln(1,49)
s
 0,0523  3,182 . ln(1,49)  0,8725 .ln .(1,49)   0,01853 .ln .(1,49) 
2 4

s  6,49

20. Menghitung Nrens


G m .d
Nre ns   23
m

21. Menghitung faktor friksi no-slip


82

1
f ns  2
 Nrens 
2. log  
 4,5223 . log Nre ns  3,8215 
1
f ns  2
 0,25
 23 
2. log  
 4,5223 . log 23  3,8215 
22. Menghitung ftp
f tp  f ns .e s
f tp  0,24.2,71-7,16  3,87.10 - 4

23. Menghitung gradien tekanan dp/dz, karena pipa horisontal maka θ = 0,


psia/ft
f tp Gm v m
dP 2.g c .d

dz  tp v m v sg
1
g c .P
3,87.10  4.55,84.2,85
dP 2.32,2.0,319 psia
  0,00526
dz 28,13.2,85.1,945 ft
1
32,2.319,67

24. Menghitung tekanan pada saat 108,27 ft, psia


P  329,68  0,00526 108,27  329,11 psia

Hasil perhitungan diatas disajikan pada Tabel IV-9 dan Tabel IV-10. Pada
analisa ini dengan sumur INB 5 dapat diketahui bahwa Pflowline 1 meter sebelum
masuk ke header 10 in yaitu 329,11 psia lebih besar dari Pheader yaitu 176,52 psia
maka sumur INB 5 berproduksi. Demikian juga untuk sumur-sumur lainnya yang
Pflowline 1 meter sebelum masuk ke header lebih besar dari Pheader 10 in maupun
16 in seperti yang disajikan pada Tabel IV-10 yang berarti sumur-sumur lain juga
berproduksi. Untuk perhitungan sumur lain disajikan di Lampiran C.
83

Tabel IV-9.
Masing-Masing Tekanan Header Hingga Separator Existing
Panjang Skenario dasar
ft Pheader, Psia Separator, Psia
Header 16 – PV 9900 2743 171,7 105
Header 10 – PV 3800 62 176,52 176

Tabel IV-10.
Perhitungan Masing-Masing Tekanan Sumur Existing Hingga Header
Pwh Choke Pchoke ∆P P 1 m sebelum header Pheader
Sumur
Psia In Psia psia Psia ft Psia
INB 2 320 0,50 319,67 0,76 318,81 128 176,52
INB 3 340 0,53 339,69 0,06 339,63 121 171,7
INB 5 330 0,50 329,68 0,57 329,11 108 176,52
INB 6 365 0,42 364,64 0,86 363,78 102 176,52
INB 15 185 0,66 184,70 0,01 184,69 98 171,7
INB 16 425 0,44 424,66 0,04 424,62 91 176,52
INB 18 215 0,38 214,69 0,36 214,33 105 171,7
INB 21 480 0,50 479,67 0,78 478,89 112 176,52
INB 22 295 0,78 294,69 0,59 294,05 112 176,52
INB 32 235 0,91 234,70 14,85 219,85 2296 171,7
84

4.3. Pembuatan Skenario


Skenario jaringan yang direncanakan dilakukan menggunakan simulator
pipesim yang menghasilkan output dari masing-masing skenario bertujuan untuk
memperoleh laju optimum dari suatu kinerja produksi sumuran dan jaringan untuk
mencapai target produksi yang diharapkan. Data yang digunakan pada tulisan ini
berdasarkan matching data produksi pada tanggal 27 Desember 2017, dengan
kumulatif produksi di separator 1 adalah 3885,67 bfpd dengan 1481,61 bopd dan
kumulatif produksi di separator 2 adalah 9177,42 bfpd dengan 1379,28 bopd
sehingga total dari kedua separator tersebut adalah 13063,09 bfpd dengan 2860,89
bopd. Pembuatan skenario dibuat untuk optimalisasi sistem jaringan produksi pad
“INB” dengan melihat pengaruh dari tiap-tiap skenario. Skenario yang dibuat
untuk optimalisasi sistem jaringan produksi pad “INB” terdapat 3 skenario yaitu
skenario dasar, skenario 1, dan skenario 2.

4.3.1. Skenario 1
Pada skenario 1, sumuran dikelompokan kembali atau regrouping untuk
separator 1 dan 2 berdasarkan tekanan choke dan panjang pipa tiap sumur dengan
pengelompokan ulang yang masuk ke separator 1 yaitu INB 15, 18 dan 32
sedangkan separator 2 yaitu INB 2, 3, 5, 6, 16, 21, dan 22 seperti yang disajikan
pada Tabel IV-11.
Tabel IV-11.
Pengelompokan Ulang Berdasarkan Tekanan Kepala Sumur
Sumur Choke, in Pwh, psia Separator
INB 2 0,50 320
INB 3 0,53 340
INB 5 0,50 330
PV 3800
INB 6 0,42 365
(Separator 2)
INB 16 0,66 425
INB 21 0,44 480
INB 22 0,38 295
INB 15 0,50 185
PV 9900
INB 18 0,78 215
(Separator 1)
INB 32 0,91 235
85

Pembuatan Model Skenario 1


Untuk melakukan skenario 1 yaitu regrouping, akan dipindahkan sumur
INB 3 yang semula saat existing masuk ke separator 1 menjadi masuk ke separator
2. Untuk melakukannya didalam aplikasi pipesim, dilakukan langkah berikut :
1. Agar memindahkan jaringan, pertama klik arrow di tengah dari branch yang
menghubungkan sumur INB 3 dengan header 16 in. Terlihat setiap ujung
dari branch. Pindahkan mouse ke ujung kanan branch, dan terlihat penunjuk
mouse berubah menjadi “up arrow” seperti gambar dibawah. Ujung-ujung
dari branch dapat digeser dan disambungkan di header 10 in.

Sehingga yang sebelumnya jaringan terlihat seperti Gambar 4.15. menjadi


seperti Gambar 4.18.
2. Running model jaringan untuk mendapatkan hasil simulasi jaringan dengan

meng klik tombol pada toolbar pada pipesim atau “CTRL + G”.
Kemudian dari running model didapat analisa perhitungan skenario 1 dan
disajikan pada Tabel IV-12 dan Tabel IV-13.
86

Gambar 4.18.
Model Jaringan Skenario 1
87

Tabel IV-12.
Masing-Masing Tekanan Header Hingga Separator Skenario 1
Panjang Skenario dasar
ft Pheader, Psia Separator, Psia
Header 16 – PV 9900 2743 168,52 105
Header 10 – PV 3800 62 176,62 176

Tabel IV-13.
Perhitungan Masing-Masing Tekanan Sumur Hingga Header pada Skenario 1
Pwh Choke Pchoke ∆P P 1 m sebelum header Pheader
Sumur
Psia in Psia Psia Psia ft Psia
INB 2 321 0,50 320,97 0,87 320,10 128 176,62
INB 3 340 0,53 339,99 0,06 339,93 121 176,62
INB 5 331 0,50 330,98 0,57 330,41 108 176,62
INB 6 368 0,42 367,94 0,88 367,06 102 176,62
INB 15 184 0,66 184,00 0,01 183,99 98 168,52
INB 16 425 0,44 424,96 0,04 424,92 91 176,62
INB 18 210 0,38 214,69 0,37 214,32 105 168,52
INB 21 480 0,50 479,97 0,78 479,19 112 176,62
INB 22 296 0,78 295,99 0,64 295,35 112 176,62
INB 32 234 0,91 234,70 14,91 219,09 2296 168,52
88

Analisa Model Skenario 1


Pada Tabel IV-13 sumur INB 5 diketahui memiliki bahwa Pflowline 1
meter sebelum masuk ke header 10 in yaitu 330,41 psia lebih besar dari Pheader
yaitu 176,62 psia maka sumur INB 5 berproduksi. Demikian juga untuk sumur-
sumur lainnya yang Pflowline 1 meter sebelum masuk ke header lebih besar dari
Pheader 10 in maupun 16 in. Pada run model pipesim didapatkan hasil data
produksi skenario 1 kemudian dibandingkan dengan produksi skenario dasar seperti
yang disajikan pada Tabel IV-14.
Tabel IV-14.
Perbandingan Produksi Persumuran Skenario Dasar dengan Skenario 1
Skenario dasar Skenario 1
Sumur
Bfpd, stb/d Bopd, stb/d Bfpd, stb/d Bopd, stb/d
INB 2 1284,54 165,71 1281,84 165,36
INB 3 815,95 770,26 815,77 770,08
INB 5 1509,76 180,16 1056,97 179,69
INB 6 1372,80 190,82 1371,92 190,70
INB 15 369,01 233,95 369,10 234,01
INB 16 1269,55 190,43 1268,41 190,26
INB 18 142,02 125,40 142,74 126,04
INB 21 1509,76 271,76 1508,58 271,55
INB 22 2682,79 380,96 2680,49 380,63
INB 32 2558,70 355,66 2568,05 356,96
Total 13063,09 2860,89 13063,86 2865,55

Pada Tabel IV-14 kumulatif penambahan produksi di kedua separator untuk


skenario 1 adalah 13063,86 bfpd dengan 2865,55 bopd. Dengan melakukan
regrouping dapat terlihat bahwa sumur yang memiliki tekanan besar dapat
menyebabkan backpressure terhadap sumur lainnya yang memiliki tekanan yang
lebih kecil. Sehingga membuat produksi menjadi lebih kecil dari hasil yang
optimum. Dari pertambahan laju alir yang sangat sedikit di separator, maka
disimpulkan bahwa pengelompokan existing sudahlah baik.
89

4.3.2. Skenario 2
Pada skenario 2, sumuran yang telah di regrouping di skenario 2 kemudian
beberapa sumur dirubah ukuran ukuran choke seperti yang disajikan Tabel IV-15.
Tabel IV-15.
Skenario 2
Sumur Choke, in Keadaan
INB 2 0,48 Berubah
INB 3 0,53 Tetap
INB 5 0,50 Tetap
INB 6 0,42 Tetap
INB 15 0,66 Tetap
INB 16 0,45 Berubah
INB 18 0,38 Tetap
INB 21 0,52 Berubah
INB 22 0,77 Berubah
INB 32 0,91 Tetap

Pembuatan Model Skenario 2


Untuk melakukan skenario 2 yaitu skenario 1 yang diubah ukuran choke nya
seperti pada Tabel IV-15, maka langkah pengerjaan adalah
1. merubah ukuran choke yang sudah dimasukkan datanya seperti pada
langkah 10 di sub bab 4.2.3. pembuatan model single branch kemudian
menjalankan aplikasi pipesim.
2. Running model jaringan untuk mendapatkan hasil simulasi jaringan dengan

meng klik tombol pada toolbar pada pipesim atau “CTRL + G”.
Kemudian dari running model didapat analisa perhitungan skenario 2 dan
disajikan pada Tabel IV-16 dan Tabel IV-17.
90

Tabel IV-16.
Masing-Masing Tekanan Header Hingga Separator Skenario 2
Panjang Skenario dasar
ft Pheader, Psia Separator, Psia
Header 16 – PV 9900 2743 168,52 105
Header 10 – PV 3800 62 176,63 176

Tabel IV-17.
Perhitungan Masing-Masing Tekanan Sumur Hingga Header pada Skenario 2
Pwh Choke Pchoke ∆P P 1 m sebelum header Pheader
Sumur
Psia in Psia Psia Psia ft Psia
INB 2 345 0,48 344,67 0,93 343,74 128 176,63
INB 3 340 0,53 339,99 0,06 339,93 121 176,63
INB 5 331 0,50 330,98 0,57 330,41 108 176,63
INB 6 368 0,42 367,94 0,88 367,06 102 176,63
INB 15 184 0,66 184,00 0,01 183,99 98 168,52
INB 16 405 0,45 404,65 0,04 404,61 91 176,63
INB 18 210 0,38 214,69 0,37 214,32 105 168,52
INB 21 450 0,52 449,66 0,7 448,96 112 176,63
INB 22 315 0,77 314,69 0,61 314,08 112 176,63
INB 32 234 0,91 234,70 14,91 219,09 2296 168,52
91

Analisa Model Skenario 2


Pada Tabel IV-17 sumur INB 5 diketahui memiliki bahwa Pflowline 1
meter sebelum masuk ke header 10 in yaitu 330,41 psia lebih besar dari Pheader
yaitu 176,63 psia maka sumur INB 5 berproduksi. Demikian juga untuk sumur-
sumur lainnya yang Pflowline 1 meter sebelum masuk ke header lebih besar dari
Pheader 10 in maupun 16 in. Pada run model pipesim didapatkan hasil data
produksi skenario 2 kemudian dibandingkan dengan produksi skenario dasar seperti
yang disajikan pada Tabel IV-18.
Tabel IV-18.
Perbandingan Produksi Persumuran Skenario Dasar dengan Skenario 2
Skenario dasar Skenario 2
Sumur
Bfpd, stb/d Bfpd, stb/d Bfpd, stb/d Bopd, stb/d
INB 2 1284,54 165,71 1137,93 146,79
INB 3 815,95 770,26 815,77 770,09
INB 5 1509,76 180,16 1056,97 179,68
INB 6 1372,80 190,82 1371,92 190,70
INB 15 369,01 233,95 369,10 234,01
INB 16 1269,55 190,43 1400,48 210,07
INB 18 142,02 125,40 142,74 126,04
INB 21 1509,76 271,76 1683,46 303,02
INB 22 2682,79 380,96 2561,95 363,80
INB 32 2558,70 355,66 2568,05 356,96
Total 13063,09 2860,89 13108,34 2881,44

Pada Tabel IV-18 terlihat penambahan produksi kumulatif di kedua


separator untuk skenario 2 yaitu 13108,34 bfpd dengan 2881,44 bopd. Perubahan
pada choke yaitu choke up ataupun choke down membuat tekanan kepala sumur
pada sumuran menjadi berubah naik ataupun turun. Tujuan dari choke up ataupun
choke down adalah agar perbedaan tekanan tiap sumuran tidak signifikan sehingga
backpressure dapat lebih diminimalkan sehingga terjadi pertambahan laju produksi
di separator.
Dari tiga skenario yaitu skenario dasar, skenario 1 dan skenario 2 dapat
diketahui seperti pada Tabel IV-19 laju pertambahan yang dihasilkan oleh skenario
92

2 adalah yang terbesar, maka dapat disimpulkan bahwa skenario 2 adalah skenario
terbaik dibandingkan dengan skenario dasar maupun skenario 1 dengan
pertimbangan penambahan produksi di separator yaitu 20,55 bopd.
93

Tabel IV-19.
Perbandingan Hasil Kumulatif Produksi Skenario Dasar dengan Masing-Masing Skenario
Skenario Dasar Skenario 1 Skenario 2

BFPD, BOPD WC BFPD BOPD WC BFPD BOPD WC


stb/d stb/d % stb/d stb/d % stb/d stb/d %

PV 9900 3885,67 1481,61 61,87 3079,88 717,30 76,71 3079,88 717,30 76,71

PV 3800 9177,42 1379,28 84,97 9983,28 2148,26 78,84 10028,47 2164,15 78,42

Total 13063,09 2860,89 78,09 13063,86 2865,55 78,07 13108,34 2881,44 78,02

Pertambahan 0,77 4,66 -0,02 45,26 20,55 -0,07


BAB V
PEMBAHASAN

Lapangan Sukowati pad “INB” terdiri dari 13 sumur pada Desember 2017
yaitu 10 sumur natural flow dan 3 sumur mati. Seluruh sumur ini tergabung menjadi
2 kelompok yaitu sumur yang masuk ke separator PV 9900 dengan tekanan 90 psig
yaitu sumur INB 1, INB 3, INB 15, INB 18, INB 19, INB 20, INB 32, dan sumur
yang masuk ke separator 3800 dengan tekanan 161 psig yang nantinya masuk ke
separator V100 di CPA yaitu sumur INB 2, INB 5, INB 6, INB 16, INB 21, dan
INB 22. Kemudian instalasi produksi dikumpulkan di central production
installation (CPA). Dengan gabungnya sumuran menggunakan pipa maka akan
terjadi interaksi antar sumur.
Pengambilan keputusan dalam optimasi lapangan minyak didasarkan pada
aspek reservoir dan aspek produksi. Tulisan ini membahas mengenai upaya
peningkatan produksi dengan menganalisa dan memberikan solusi terbaik pada
pengambilan keputusan optimasi. Usaha optimasi pada lapangan Sukowati pad
“INB” ditinjau dari aspek produksi dengan bertambahnya laju produksi sehingga
kumulatif produksi juga semakin besar. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
simulasi analisa nodal sumuran pada sistem jaringan, analisa nodal merupakan
analisa pendekatan dalam menganalisa tekanan kemampuan sumur berproduksi dan
tekanan kerja separator. Ada dua komponen yang memegang peranan penting
dalam sistem produksi, yaitu Inflow Performance Relationship yang
menggambarkan kemampuan produktivitas dan outflow performance yang
menggambarkan distribusi tekanan sepanjang media yang dilalui oleh fluida
formasi. Analisa tekanan ini dapat mengevaluasi lapangan minyak dan gas yang
ditinjau dari aspek produksinya, sehingga apabila terjadi kondisi yang kurang
optimum pada jaringan maka dapat dilakukan optimasi dengan berbagai skenario
yang bertujuan untuk mengoptimalkan produksi.
Tahap awal simulasi adalah membuat model single branch sebanyak sumur
pada kondisi aktual yaitu sebanyak 10 sumur. Data yang diperlukan antara lain data

94
95

komposisi minyak, data kondisi reservoir, dan data sumur. Model single branch
dari masing-masing sumur haruslah diselaraskan atau match pada kondisi aktual.
Diselaraskan dalam segi data aktual seperti data reservoir dan data produksinya
dengan melihat kurva IPR dan outflow dari hasil nodal analysis. Bilamana kondisi
simulasi dengan aktual sudahlah sama maka selanjutnya dapat melakukan
pembuatan model jaringan atau networking.
Tahap pemodelan jaringan, model-model dari sumur yang telah dibuat
(single branch) dirangkai menjadi satu dengan dihubungkan pipa flowline hingga
manifold dan separator. Data yang diperlukan pada tahap ini antara lain suhu
dipermukaan, diameter pipa, panjang pipa, dan tekanan pada vessel atau separator.
Kemudian setelah dihubungkan menjadi satu maka dilakukan penyelarasan model
simulator dengan aktual yang ada di lapangan. Penyelarasan ini diupayakan
produksi sumuran yang didapat pada single branch masing-masing sumur sama
dengan data produksi lapangan pada tanggal 27 Desember 2017. Setelah selaras
atau sama maka dapat dilakukan tahap berikutnya yaitu skenario-skenario lapangan
Sukowati pad INB.
Pengerjaan single branch kesepuluh sumur ini menggunakan korelasi aliran
pipa vertikal yang berbeda-beda namun masih dalam range asumsi dari masing-
masing korelasi yang digunakan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil match
dari aktual ke simulasi sehingga dapat dilakukan langkah-langkah pengoptimalan
dari skenario. Sumur INB 2, INB 6, INB 15, INB 22 dan INB 32 menggunakan
korelasi Beggs-Brill. Dengan range korelasi Beggs-Brill yaitu tubing 1-1,5 in (bila
lebih besar overpredicted), akurat untuk semua API, semakin besar GLR maka
semakin overpredicted (error bila GLR >5000), akurat hingga WC 10%, dan dapat
digunakan untuk inclined tubing. Walaupun sumur-sumur tesebut tidak masuk
dalam tubing range dan WC lebih dari 10% tapi untuk parameter range lainnya
masih masuk dalam range asumsi dari Beggs-Brill sehingga korelasi Beggs-Brill
masih dapat dipertimbangkan untuk digunakan pada sumur-sumur tersebut. Sumur
INB 3 dan INB 21 menggunakan korelasi Hagedorn-Brown. Dengan range
korelasinya yaitu tubing 1-1,5 in, overpredicted untuk nilai API 13-25 dan
underpredicted untuk nilai API 40-56, overpredicted untuk GLR > 5000, akurat
96

untuk berbagai nilai WC, sumur vertikal, dan viskositas fluida hingga 110 cp.
Walaupun tidak memakai tubing dalam range asumsi dan kedua sumur tersebut
inclined namun masih dapat dipertimbangkan pemakaian korelasi Hagedorn-
Brown karena dalam penelitiannya Hagedorn-Brown menggunakan data-data
penelitian sebelumnya sebagai referensinya dan kemiringan kedua sumur tersebut
(INB 3, 35o dan INB 21, 38o) masih dapat dikatakan sebagai vertical well.
Kemudian untuk sumur INB 5, INB 16, dan INB 18 menggunakan korelasi Duns
& Ros. Dengan range asumsinya yaitu tubing 1-3 in overpredicted, akurat untuk
nilai API 13-56, overpredicted untuk berapapun nilai GLR dan error bila GLR >
5000, aliran vertikal gas dan minyak tercampur. Pertimbangan pemakaian korelasi
ini pada sumur-sumur tersebut selain merupakan korelasi yang mendekati hasil
match dengan data aktual juga beberapa data sifat fisik fluida yang masuk ke dalam
range asumsi dari korelasi.
Pada pengerjaan tahap simulasi jaringan yaitu penggabungan dari 10 single
branch menjadi satu jaringan terjadi pengurangan hasil minyak persumuran yang
telah match dengan aktual. Nilai ini lebih kecil dari yang seharusnya bilamana
kesemua sumur produksinya dijumlahkan, hal ini dikarenakan sumur-sumur saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya sehingga tidak dapat berproduksi
maksimal sebagaimana mestinya. Pada skenario dasar yaitu keadaan seperti yang
ada di lapangan, jaringan produksinya masihlah dapat dioptimumkan dengan
skenario-skenario produksi.
Hasil akhir dari penelitian berupa susunan skenario optimasi sistem jaringan
produksi lapangan Sukowati pad INB dari segi teknik produksi pada skenario 1 dan
2. Yaitu skenario 1 adalah regrouping sumuran, dan skenario 2 adalah regrouping
dengan penggantian ukuran bean/choke.
Skenario 1, dengan melakukan pengelompokan kembali sumur pada sumur-
sumur dari manifold menuju ke header 16 inch yang nantinya akan masuk ke
separator PV 9900 dengan tekanan 90 psig yang berada di CPA dan header 10 inch
yang masuk ke separator PV 3800 dengan tekanan 161 psig yang nantinya
diteruskan ke CPA dan masuk ke separator V100 dengan tekanan 85 psig seperti
pada gambar 4.10. Pada skenario ini tidak dilakukan perubahan pada tekanan di
97

semua separator. Pengelompokan ulang ini berdasarkan pada keseragaman tekanan


kepala sumur dan kehilangan tekanan sepanjang pipa alir, untuk pengelompokan
sumur ditunjukan seperti tabel IV-8. Kumulatif keseluruhan separator 13063,86
bfpd dengan 2865,55 bopd, nilai kumulatif tersebut naik 4,66 bopd dari 2860,89
bopd menjadi 2865,55 bopd dengan water cut 78,09 % menjadi 78,07 % dari
skenario dasar yang sama dengan aktual. Dengan melakukan regrouping dapat
terlihat bahwa sumur yang memiliki tekanan besar dapat menyebabkan
backpressure terhadap sumur lainnya yang memiliki tekanan yang lebih kecil,
sehingga membuat produksi menjadi lebih kecil dari hasil yang optimum. Dari
pertambahan laju alir yang sangat sedikit ini maka disimpulkan bahwa
pengelompokan existing sudahlah baik.
Skenario 2, merupakan regprouping dengan melakukan choke up dan choke
down pada sumuran. Pada skenario ini tekanan kerja separator tetap pada kondisi
existing. Kemudian pada skenario ini terlihat penambahan produksi kumulatifnya
pada kedua separator yaitu 130108,34 bfpd dengan 2881,44 bopd, nilai kumulatif
tersebut naik sebanyak 20,55 bopd dari 2860,89 bopd menjadi 2881,44 bopd
dengan water cut 78,09 % menjadi 78,02 % dari skenario dasar yang sama dengan
aktual. Perubahan pada choke yaitu choke up ataupun choke down membuat tekanan
kepala sumur pada sumuran menjadi berubah naik ataupun turun. Tujuan dari choke
up ataupun choke down adalah agar perbedaan tekanan tiap sumuran tidak
signifikan sehingga backpressure dapat diminimalkan.
Hasil penelitian diatas dapat digunakan untuk perbandingan optimasi sistem
jaringan produksi lapangan Sukowati pad INB berdasarkan perubahan tekanan
vessel, regrouping dan regrouping dengan perubahan ukuran choke. Skenario 2
merupakan skenario terbaik dibandingkan skenario lain karena mendapat net oil
yang lebih besar dari skenario lainnya.
BAB VI
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan berbagai skenario dalam


rangka meningkatkan produksi pada lapangan Sukowati pad INB, didapatkan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Skenario 1 dengan dilakukan pengelompokan kembali sumuran pada sistem
jaringan produksi tanpa merubah tekanan separator, lapangan Sukowati pad
INB dapat menaikkan produksi sebesar 4,66 bopd dari 2860,89 bopd
menjadi 2865,55 bopd dengan water cut 78,09 % menjadi 78,07 % dari
skenario dasar.
2. Skenario 2 dengan dilakukan pengelompokan kembali sumuran disertai
perubahan ukuran choke pada sistem jaringan produksi tanpa merubah
tekanan separator, lapangan Sukowati pad INB menaikkan produksi sebesar
20,55 bopd dari 2860,89 bopd menjadi 2881,44 bopd dengan water cut
78,09 % menjadi 78,02 % dari skenario dasar.
3. Skenario 2 merupakan skenario yang lebih baik dari skenario 1 karena
mendapat net oil yang lebih banyak dengan perbandingan skenario 2
mendapat 20,55 bopd dan skenario 1 mendapatkan 4,66 bopd, sehingga
skenario 2 dapat direkomendasikan untuk dilakukan pada lapangan.

98
DAFTAR PUSTAKA

1. Beggs Dale, H. 1978, Production Optimization Using Nodal Analysis. Oil


and Gas Consultants International Inc : Tulsa.
2. Brown, K.E. 1990. The Technology of Artificial Lift Method, Volume 1,
PennWell Publishing Company : Tulsa, Oklahoma.
3. Dake, L.P. 1978. Fundamentals of Reservoir Engineering, 1st edition.
Elsevier Science Publishing Company : New York.
4. Economides, M.J., Hill, A.D., Economides, C.E., dan Zhu, D. 1994.
Petroleum Production System, 2nd edition. PTR Prentice Hall, Englewood
Clift : New Jersey.
5. Jansen, J.D. dan Currie. 2004. Modelling and Optimization of Oil and Gas
Production. Baker Huges INTEQ Training Course : Netherlands.
6. Nind, T.E.W. 1964. Principles of Oil Well Production. Mc-Graw-Hill, Inc :
New York, San Francisco, Toronto, London.
7. Santoso, A.P. 1998. Teknik Produksi I. Jurusan Teknik Perminyakan UPN
Veteran Yogyakarta : Yogyakarta.
8. Schlumberger. 2007. Pipesim Fundamental Training and Excersice Guide.
Schlumberger Information Solution : Houston.
9. Schlumberger. Well Performance Manual.
10. Sukarno, P. Dan Leksono, M. 1990. Aliran Fluida Multifasa Dalam pipa.
11. ............2009. Sukowati Profile, JOB Pertamina-Petrochina East Java Tuban
Block : Tuban.
12. Ahmed, Tarek H, 2010. Reservoir Engineering Handbook, 4th edition.
Elsevier Science Publishing Company : USA.
13. Wigdada, Y.L., 2010. Peralatan Produksi Permukaan. UPN Veteran
Yogyakarta : Yogyakarta.

99
LAMPIRAN A
Skematik PAD “INB”
PAD “INB”

Gambar A.1.
Denah Lokasi Pad INB
Gambar A.2.
Alur Pipeline PAD INB

PAD “INB”

Gambar A.2.
Alur Pipeline PAD INB
LAMPIRAN B
Kurva IPR
Gambar C.1.
Kurva IPR dan Tubing Intake INB 2
Gambar C.2.
Kurva IPR dan Tubing Intake INB 3
Gambar C.3.
Kurva IPR dan Tubing Intake INB 5
Gambar C.4.
Kurva IPR dan Tubing Intake INB 6
Gambar C.5.
Kurva IPR dan Tubing Intake INB 15
Gambar C.6.
Kurva IPR dan Tubing Intake INB 16
Gambar C.7.
Kurva IPR dan Tubing Intake INB 18
Gambar C.8.
Kurva IPR dan Tubing Intake INB 21
Gambar C.9.
Kurva IPR dan Tubing Intake INB 22
Gambar C.10
Kurva IPR dan Tubing Intake INB 32
LAMPIRAN C
Perhitungan Tekanan di Permukaan
Perhitungan kehilangan tekanan INB 2
Tekanan sumur INB 2 tepat sebelum masuk ke manifold

Data :
Pflowline : 319,67 psia
o
Twh : 227 F, 687 oR
Pmanifold : 171,7 psia
o
Tmanifold : 204 F, 664 oR
qo : 165 stb/d
qw : 1115 stb/d
qlikuid : 1280 stb/d
qg : 196000 scf/d
WOR : 6,75
GLR : 153,125 scf/stb
GOR : 1187,87 scf/stb
WC : 0,871 fraksi
API : 40,2
SG oil, ɣo : 0,824
SG gas, ɣg : 0,7
SG oil @ ST : 0,825
Faktor z : 0,9901
Densitas minyak : 51,448 lb/ft3
Densitas air : 62,33 lb/ft3
Viskositas gas, µg : 0,017 cp
Panjang Flowline : 127,95 ft
ID flowline : 3,823 in, 0,316 ft
L.penampang line : 0,080 ft2
1. Menghitung tekanan rata-rata dan temperatur rata-rata
P1  P2 320  171
P   245
2 2
T  T2 204  227
T   215,5
2 2
2. Menghitung Rs,scf/stb
  API 
Rs  0,0178 . g .P 1,187 . exp 23,931 
  Twh 
  40,2 
Rs  0,0178 .0,405 .245 1,187. exp 23,931 
  215,5 
Rs  431,14  431

3. Menghitung Bo, bbl/stb


Rs.0,0136 . g  62,4. o ST
Bo 
o
431 .0,0136 .0,405  62,4.0,825
Bo 
51,448
Bo  1,108  1,1

4. Menghitung qL, ft3/sec


q L  6,49.10 5 (q o .B o  q w .B w )
q L  6,49.10 5 (165.1,1  1115 .1)
q L  0,084  0,08

5. Menghitung qg, ft3/sec


3,27.10 7 .Zg.q o (GOR  Rs)(T  460 )
qg 
P
7
3,27.10 .0,9901 .165(1187  431)(215,5  460 )
qg 
245
q g  0,1111  0,11

6. Menghitung vsl, ft/sec


q L 0,08
vsl    1,05
Ap 0,08

7. Menghitung vsg, ft/sec


qg 0,11
vsg    1,39
Ap 0,08

8. Menghitung vm, ft/sec


vm  vsl  vsg  1,05  1,39  2,45

9. Menghitung densitas likuid, lb/ft3


 1   WOR 
 L  o    w 
 1  WOR   1  WOR 
 1   6,75 
 L  48,55   62,333 
 1  6,75   1  6,75 
 L  60,55

10. Menghitung densitas gas, lb/ft3


0,0764 . g .520
g 
14,7.(Twh  460 ) Zg
0,0764 .0,405 .520
g   0,51
14,7.(227  460)0,9901

11. Menghitung mass flux rates, lbm/sec-ft2


G L   L v sL  60,55 .1,05  63,96
G g   g v sg  0,51.1,39  0,71
Gm  G L  G g  64,68

12. Menghitung λL dan λg


qL 0,08
L    0,43
q L  q g 0,19
v sg
g   0,56
vm

13. Menghitung NFR, (g = 32,2 ft/sec2)


v m2 2,85 2
N FR    0,79
g.d 32,2.0,319

14. Menghitung viskositas likuid, cp


 L  exp 1,003  1,479.10 2 .(Twh  460)  1,982.10 5.(Twh  460 2 ) 
 L  exp 1,003  1,479.10  2 .(227  460)  1,982.10 5.(227  460 2 ) 
 L  1,29
15. Menghitung viskositas campuran, cp
 m   L . L   g .g
 m  1,29.0,43  0,017 .0,56  0,56

16. Menghitung L1, L2, L3, L4


L1  316 .( L ) 0,302  245
L2  0,0009252 .( L ) - 2,4684  0,00738
L 3  0,1.( L ) -1,4156  0,33918
L 4  0,5.( L ) -6,738  144,911

alirannya adalah intermitent


17. Menghitung HL intermitent
0,845.0L,5351
HL  0 , 0173
 0,53
N FR

18. Menghitung densitas 2 fasa


 tp   L .H L   g .(1 - H L )
 tp  60,55.0,53  0,51.(1  0,53)  32,49

19. Menghitung rasio faktor friksi


f tp
 es
f ns
L 0,43
y   1,51
( H L (0)) 2 0,53
ln( y )
s
 0,0523  3,182 . ln( y )  0,8725 .ln .( y )   0,01853 .ln .( y ) 
2 4

ln(1,51)
s
 0,0523  3,182 . ln(1,51)  0,8725 .ln .(1,51)   0,01853 .ln .(1,51) 
2 4

s  6,82
20. Menghitung Nrens
G m .d
Nre ns   36
m

21. Menghitung faktor friksi no-slip


1
f ns  2
 Nrens 
2. log  
 4,5223 . log Nre ns  3,8215 
1
f ns  2
 0,22
 36 
2. log  
 4,5223 . log 36  3,8215 
22. Menghitung ftp
f tp  f ns .e s
f tp  0,22.2,71-7,16  2.10 -4

23. Menghitung gradien tekanan dp/dz, karena pipa horisontal maka θ = 0,


psia/ft
f tp G m v m
dP 2.g c .d

dz  tp v m v sg
1
g c .P
2.10  4.64.2,4
dP 2.32,2.0,319
  0,00664
dz 28,13.2,45.1,39
1
32,2.319,67

24. Menghitung tekanan pada saat 108,27 ft (manifold), psia


P  319,67  0,00526  127,95  318,81
Perhitungan kehilangan tekanan INB 3
Tekanan sumur INB 3 tepat sebelum masuk ke manifold

Data :
Pflowline : 339,69 psia
o
Twh : 177 F, 637 oR
Pmanifold : 171,7 psia
o
Tmanifold : 205 F, 665 oR
qo : 770 stb/d
qw : 46 stb/d
qlikuid : 816 stb/d
qg : 798000 scf/d
WOR : 0,06
GLR : 977 scf/stb
GOR : 1036 scf/stb
WC : 0,056 fraksi
API : 40,2
SG oil, ɣo : 0,824
SG gas, ɣg : 0,7
SG oil @ ST : 0,825
Faktor z : 0,9868
Densitas minyak : 51,448 lb/ft3
Densitas air : 62,33 lb/ft3
Viskositas gas, µg : 0,017 cp
Panjang Flowline : 121,39 ft
ID flowline : 3,823 in, 0,316 ft
L.penampang line : 0,080 ft2
1. Menghitung tekanan rata-rata dan temperatur rata-rata
P1  P2 339,6  171,7
P   255
2 2
T  T2 117  205
T 1   191
2 2
2. Menghitung Rs,scf/stb
  API 
Rs  0,0178 . g .P 1,187 . exp 23,931 
  Twh 
Rs  38,49

3. Menghitung Bo, bbl/stb


Rs.0,0136 . g  62,4. o ST
Bo 
o
Bo  1,01

4. Menghitung qL, ft3/sec


q L  6,49.10 5 (q o .B o  q w .B w )
q L  0,05

5. Menghitung qg, ft3/sec


3,27.10 7 .Zg.q o (GOR  Rs)(T  460 )
qg 
P
q g  0,63

6. Menghitung vsl, ft/sec


qL
vsl   0,67
Ap

7. Menghitung vsg, ft/sec


qg
vsg   7,91
Ap

8. Menghitung vm, ft/sec


vm  vsl  vsg  8,58
9. Menghitung densitas likuid, lb/ft3
 1   WOR 
 L  o    w  
 1  WOR   1  WOR 
 L  51,74

10. Menghitung densitas gas, lb/ft3


0,0764 . g .520
g 
14,7.(Twh  460 ) Zg
 g  0,58

11. Menghitung mass flux rates, lbm/sec-ft2


G L   L v sL  34,69
G g   g v sg  4,65
Gm  G L  G g  39,35

12. Menghitung λL dan λg


qL
L   0,07
qL  qg
v sg
g   0,92
vm

13. Menghitung NFR, (g = 32,2 ft/sec2)


v m2
N FR   23,62
g.d

14. Menghitung viskositas likuid, cp


 L  exp 1,003  1,479.10 2 .(Twh  460)  1,982.10 5.(Twh  460 2 ) 
 L  2,71
15. Menghitung viskositas campuran, cp
 m   L . L   g .g
 m  0,22

16. Menghitung L1, L2, L3, L4


L1  316 .( L ) 0,302  146,296
L2  0,0009252 .( L ) - 2,4684  0,501
L 3  0,1.( L ) -1,4156  4,05
L 4  0,5.( L ) -6,738  1,4.10 7

alirannya adalah intermitent

17. Menghitung HL intermitent


0,845 .0L,5351
HL  0 , 0173
 0,204
N FR

18. Menghitung densitas 2 fasa


 tp   L .H L   g .(1 - H L )
 tp  11,04

19. Menghitung rasio faktor friksi


f tp
 es
f ns
L
y  1,86
( H L (0)) 2
ln( y )
s
 0,0523  3,182 . ln( y )  0,8725 .ln .( y )   0,01853 .ln .( y ) 
2 4

s  10,30

20. Menghitung Nrens


G m .d
Nre ns   55,1
m

21. Menghitung faktor friksi no-slip


1
f ns  2
 Nrens 
2. log  
 4,5223 . log Nrens  3,8215 
f ns  0,19
22. Menghitung ftp
f tp  f ns .e s
f tp  0,19.2,71-7,16  6,7.10 -6

23. Menghitung gradien tekanan dp/dz, karena pipa horisontal maka θ = 0,


psia/ft
f tp G m v m
dP 2.g c .d

dz  tp v m v sg
1
g c .P
dP
 0,00047
dz
24. Menghitung tekanan pada saat 121,39 ft (1 meter sebelum manifold), psia
P  319,67  0,00047  121,39  339,69
Perhitungan kehilangan tekanan INB 6
Tekanan sumur INB 6 tepat sebelum masuk ke manifold

Data :
Pflowline : 364,64 psia
o
Twh : 187 F, 647 oR
Pmanifold : 176,5 psia
o
Tmanifold : 204 F, 664 oR
qo : 191 stb/d
qw : 1180 stb/d
qlikuid : 1371 stb/d
qg : 373000 scf/d
WOR : 6,17
GLR : 272 scf/stb
GOR : 1952 scf/stb
WC : 0,861 fraksi
API : 39
SG oil, ɣo : 0,829
SG gas, ɣg : 0,68
SG oil @ ST : 0,825
Faktor z : 0,9856
Densitas minyak : 51,81 lb/ft3
Densitas air : 62,33 lb/ft3
Viskositas gas, µg : 0,017 cp
Panjang Flowline : 101,71 ft
ID flowline : 3,823 in, 0,316 ft
L.penampang line : 0,080 ft2
1. Menghitung tekanan rata-rata dan temperatur rata-rata
P1  P2 364,64  176,52
P   270,58
2 2
T  T2 187  204
T 1   195,5
2 2
2. Menghitung Rs,scf/stb
  API 
Rs  0,0178 . g .P 1,187 . exp 23,931 
  Twh 
Rs  1189 ,41

3. Menghitung Bo, bbl/stb


Rs.0,0136 . g  62,4. o ST
Bo 
o
Bo  1,29

4. Menghitung qL, ft3/sec


q L  6,49.10 5 (q o .B o  q w .B w )
q L  0,09

5. Menghitung qg, ft3/sec


3,27.10 7 .Zg.q o (GOR  Rs)(T  460 )
qg 
P
q g  0,11

6. Menghitung vsl, ft/sec


qL
vsl   1,16
Ap

7. Menghitung vsg, ft/sec


qg
vsg   1,42
Ap

8. Menghitung vm, ft/sec


vm  vsl  vsg  2,58
9. Menghitung densitas likuid, lb/ft3
 1   WOR 
 L  o    w  
 1  WOR   1  WOR 
 L  59,90

10. Menghitung densitas gas, lb/ft3


0,0764 . g .520
g 
14,7.(Twh  460 ) Zg
 g  0,63

11. Menghitung mass flux rates, lbm/sec-ft2


G L   L v sL  69,58
G g   g v sg  0,91
G m  G L  G g  70,49

12. Menghitung λL dan λg


qL
L   0,44
qL  qg
v sg
g   0,55
vm

13. Menghitung NFR, (g = 32,2 ft/sec2)


v m2
N FR   2,14
g.d

14. Menghitung viskositas likuid, cp


 L  exp 1,003  1,479 .10 2.(Twh  460 )  1,982 .10 5.(Twh  460 2 ) 
 L  2,34
15. Menghitung viskositas campuran, cp
 m   L . L   g .g
 m  1,05

16. Menghitung L1, L2, L3, L4


L1  316 .( L ) 0,302  248,057
L2  0,0009252 .( L ) -2,4684  0,00669
L 3  0,1.( L ) -1,4156  0,32015
L 4  0,5.( L ) -6,738  110,839

alirannya adalah intermitent

17. Menghitung HL intermitent


0,845 .0L,5351
HL  0 , 0173
 0,543
N FR

18. Menghitung densitas 2 fasa


 tp   L .H L   g .(1 - H L )
 tp  32,82

19. Menghitung rasio faktor friksi


f tp
 es
f ns
L
y  1,52
( H L (0)) 2
ln( y )
s
 0,0523  3,182 . ln( y )  0,8725 .ln .( y )   0,01853 .ln .( y ) 
2 4

s  6,839

20. Menghitung Nrens


G m .d
Nre ns   21,19
m

21. Menghitung faktor friksi no-slip


1
f ns  2
 Nrens 
2. log  
 4,5223 . log Nrens  3,8215 
f ns  0,25
22. Menghitung ftp
f tp  f ns .e s
f tp  0,25.2,71-7,16  2,8.10 -4

23. Menghitung gradien tekanan dp/dz, karena pipa horisontal maka θ = 0,


psia/ft
f tp G m v m
dP 2.g c .d

dz  tp v m v sg
1
g c .P
dP
 0,000849
dz
24. Menghitung tekanan pada saat 101,71 ft (1 meter sebelum manifold), psia
P  319,67  0,0000849  101,71  363,78
Perhitungan kehilangan tekanan INB 15
Tekanan sumur INB 15 tepat sebelum masuk ke manifold

Data :
Pflowline : 319,67 psia
o
Twh : 197 F, 657 oR
Pmanifold : 171,7 psia
o
Tmanifold : 205 F, 665 oR
qo : 232 stb/d
qw : 134 stb/d
qlikuid : 366 stb/d
qg : 1471000 scf/d
WOR : 0,57
GLR : 4019 scf/stb
GOR : 6340 scf/stb
WC : 0,871 fraksi
API : 40,7
SG oil, ɣo : 0,821
SG gas, ɣg : 0,64
SG oil @ ST : 0,825
Faktor z : 0,9923
Densitas minyak : 51,299 lb/ft3
Densitas air : 62,33 lb/ft3
Viskositas gas, µg : 0,017 cp
Panjang Flowline : 98,4 ft
ID flowline : 3,823 in, 0,316 ft
L.penampang line : 0,080 ft2
1. Menghitung tekanan rata-rata dan temperatur rata-rata
P1  P2 184,7  171,7
P   178,2
2 2
T  T2 197  205
T 1   201
2 2
2. Menghitung Rs,scf/stb
  API 
Rs  0,0178 . g .P 1,187 . exp 23,931 
  Twh 
Rs  489,089

3. Menghitung Bo, bbl/stb


Rs.0,0136 . g  62,4. o ST
Bo 
o
Bo  1,12

4. Menghitung qL, ft3/sec


q L  6,49.10 5 (q o .B o  q w .B w )
q L  0,025

5. Menghitung qg, ft3/sec


3,27.10 7 .Zg.q o (GOR  Rs)(T  460 )
qg 
P
q g  1,63

6. Menghitung vsl, ft/sec


qL
vsl   0,32
Ap

7. Menghitung vsg, ft/sec


qg
vsg   20,49
Ap

8. Menghitung vm, ft/sec


vm  vsl  vsg  20,81
9. Menghitung densitas likuid, lb/ft3
 1   WOR 
 L  o    w  
 1  WOR   1  WOR 
 L  59,90

10. Menghitung densitas gas, lb/ft3


0,0764 . g .520
g 
14,7.(Twh  460 ) Zg
 g  0,30

11. Menghitung mass flux rates, lbm/sec-ft2


G L   L v sL  17,132
G g   g v sg  6,26
Gm  G L  G g  23,39

12. Menghitung λL dan λg


qL
L   0,01
qL  qg
v sg
g   0,98
vm

13. Menghitung NFR, (g = 32,2 ft/sec2)


v m2
N FR   138,76
g.d

14. Menghitung viskositas likuid, cp


 L  exp 1,003  1,479.10 2 .(Twh  460)  1,982.10 5.(Twh  460 2 ) 
 L  2,01
15. Menghitung viskositas campuran, cp
 m   L . L   g .g
 m  0,04

16. Menghitung L1, L2, L3, L4


L1  316 .( L ) 0,302  89,6648
L2  0,0009252 .( L ) - 2,4684  27,3953
L 3  0,1.( L ) -1,4156  42,6123
L 4  0,5.( L ) -6,738  8.10 11

alirannya adalah distributed

17. Menghitung HL distributed


1,065 .0L,5824
HL  0 , 0609
 0,069
N FR

18. Menghitung densitas 2 fasa


 tp   L .H L   g .(1 - H L )
 tp  3,98

19. Menghitung rasio faktor friksi


f tp
 es
f ns
L
y  3,19
( H L (0)) 2
ln( y )
s
 0,0523  3,182 . ln( y )  0,8725 .ln .( y )   0,01853 .ln .( y ) 
2 4

s  19,66

20. Menghitung Nrens


G m .d
Nre ns   155,598
m

21. Menghitung faktor friksi no-slip


1
f ns  2
 Nrens 
2. log  
 4,5223 . log Nrens  3,8215 
f ns  0,12
22. Menghitung ftp
f tp  f ns .e s
f tp  0,12.2,71-7,16  3,84.10 -10

23. Menghitung gradien tekanan dp/dz, karena pipa horisontal maka θ = 0,


psia/ft
f tp G m v m
dP 2.g c .d

dz  tp v m v sg
1
g c .P
dP
 5.10 7
dz
24. Menghitung tekanan pada saat 98,4 ft (1 meter sebelum manifold), psia
P  184,7  5.10 7  98,4  184,68
Perhitungan kehilangan tekanan INB 16
Tekanan sumur INB 16 tepat sebelum masuk ke manifold

Data :
Pflowline : 424,66 psia
o
Twh : 204 F, 664 oR
Pmanifold : 176,52 psia
o
Tmanifold : 204 F, 664 oR
qo : 190 stb/d
qw : 1079 stb/d
qlikuid : 1269 stb/d
qg : 397000 scf/d
WOR : 5,67
GLR : 312 scf/stb
GOR : 2089 scf/stb
WC : 0,85 fraksi
API : 38,4
SG oil, ɣo : 0,832
SG gas, ɣg : 0,68
SG oil @ ST : 0,825
Faktor z : 0,9881
Densitas minyak : 51,993 lb/ft3
Densitas air : 62,33 lb/ft3
Viskositas gas, µg : 0,017 cp
Panjang Flowline : 91,84 ft
ID flowline : 3,823 in, 0,316 ft
L.penampang line : 0,080 ft2
1. Menghitung tekanan rata-rata dan temperatur rata-rata
P1  P2 424,66  176,52
P   300,59
2 2
T  T2 204  204
T 1   204
2 2
2. Menghitung Rs,scf/stb
  API 
Rs  0,0178 . g .P 1,187 . exp 23,931 
  Twh 
Rs  884,734

3. Menghitung Bo, bbl/stb


Rs.0,0136 . g  62,4. o ST
Bo 
o
Bo  1,12

4. Menghitung qL, ft3/sec


q L  6,49.10 5 (q o .B o  q w .B w )
q L  0,085

5. Menghitung qg, ft3/sec


3,27.10 7 .Zg.q o (GOR  Rs)(T  460 )
qg 
P
q g  0,163

6. Menghitung vsl, ft/sec


qL
vsl   1,06
Ap

7. Menghitung vsg, ft/sec


qg
vsg   2,04
Ap

8. Menghitung vm, ft/sec


vm  vsl  vsg  3,11
9. Menghitung densitas likuid, lb/ft3
 1   WOR 
 L  o    w  
 1  WOR   1  WOR 
 L  59,95

10. Menghitung densitas gas, lb/ft3


0,0764 . g .520
g 
14,7.(Twh  460 ) Zg
 g  0,73

11. Menghitung mass flux rates, lbm/sec-ft2


G L   L v sL  63,91
G g   g v sg  1,49
Gm  G L  G g  65,41

12. Menghitung λL dan λg


qL
L   0,34
qL  qg
v sg
g   0,65
vm

13. Menghitung NFR, (g = 32,2 ft/sec2)


v m2
N FR   3,01
g.d

14. Menghitung viskositas likuid, cp


 L  exp 1,003  1,479 .10 2.(Twh  460 )  1,982 .10 5.(Twh  460 2 ) 
 L  1,82
15. Menghitung viskositas campuran, cp
 m   L . L   g .g
 m  0,63

16. Menghitung L1, L2, L3, L4


L1  316 .( L ) 0,302  228,585
L2  0,0009252 .( L ) - 2,4684  0,01305
L 3  0,1.( L ) -1,4156  0,47424
L 4  0,5.( L ) -6,738  686,77

alirannya adalah intermitent

17. Menghitung HL intermitent


1,065 .0L,5824
HL  0 , 0609
 0,466
N FR

18. Menghitung densitas 2 fasa


 tp   L .H L   g .(1 - H L )
 tp  28,37

19. Menghitung rasio faktor friksi


f tp
 es
f ns
L
y  1,57
( H L (0)) 2
ln( y )
s
 0,0523  3,182 . ln( y )  0,8725 .ln .( y )   0,01853 .ln .( y ) 
2 4

s  7,37

20. Menghitung Nrens


G m .d
Nre ns   48880
m

21. Menghitung faktor friksi no-slip


1
f ns  2
 Nrens 
2. log  
 4,5223 . log Nrens  3,8215 
f ns  0,02
22. Menghitung ftp
f tp  f ns .e s
f tp  0,02.2,71-7,16  1,3.10 -5

23. Menghitung gradien tekanan dp/dz, karena pipa horisontal maka θ = 0,


psia/ft
f tp G m v m
dP 2.g c .d

dz  tp v m v sg
1
g c .P
dP
 0,00046
dz
24. Menghitung tekanan pada saat 91,84 ft (1 meter sebelum manifold), psia
P  424,66  0,00046  91,84  424,62
Perhitungan kehilangan tekanan INB 18
Tekanan sumur INB 18 tepat sebelum masuk ke manifold

Data :
Pflowline : 214,69 psia
o
Twh : 138 F, 598 oR
Pmanifold : 171,7 psia
o
Tmanifold : 205 F, 665 oR
qo : 130 stb/d
qw : 17 stb/d
qlikuid : 147 stb/d
qg : 153000 scf/d
WOR : 0,13
GLR : 1040 scf/stb
GOR : 1176 scf/stb
WC : 0,117 fraksi
API : 38,1
SG oil, ɣo : 0,834
SG gas, ɣg : 0,6
SG oil @ ST : 0,825
Faktor z : 0,9924
Densitas minyak : 52,085 lb/ft3
Densitas air : 62,33 lb/ft3
Viskositas gas, µg : 0,017 cp
Panjang Flowline : 104,9 ft
ID flowline : 3,823 in, 0,316 ft
L.penampang line : 0,080 ft2
1. Menghitung tekanan rata-rata dan temperatur rata-rata
P1  P2 214,69  171,7
P   193,195
2 2
T  T2 138  205
T 1   171,5
2 2
2. Menghitung Rs,scf/stb
  API 
Rs  0,0178 . g .P 1,187 . exp 23,931 
  Twh 
Rs  24,63

3. Menghitung Bo, bbl/stb


Rs.0,0136 . g  62,4. o ST
Bo 
o
Bo  0,99

4. Menghitung qL, ft3/sec


q L  6,49.10 5 (q o .Bo  q w .Bw )
q L  0,009

5. Menghitung qg, ft3/sec


3,27.10 7 .Zg.q o (GOR  Rs)(T  460 )
qg 
P
q g  0,158

6. Menghitung vsl, ft/sec


qL
vsl   0,11
Ap

7. Menghitung vsg, ft/sec


qg
vsg   1,99
Ap

8. Menghitung vm, ft/sec


vm  vsl  vsg  2,11
9. Menghitung densitas likuid, lb/ft3
 1   WOR 
 L  o    w  
 1  WOR   1  WOR 
 L  53,057

10. Menghitung densitas gas, lb/ft3


0,0764 . g .520
g 
14,7.(Twh  460 ) Zg
 g  0,406

11. Menghitung mass flux rates, lbm/sec-ft2


G L   L v sL  6,31
G g   g v sg  0,81
Gm  G L  G g  7,12

12. Menghitung λL dan λg


qL
L   0,05
qL  qg
v sg
g   0,94
vm

13. Menghitung NFR, (g = 32,2 ft/sec2)


v m2
N FR   1,42
g.d

14. Menghitung viskositas likuid, cp


 L  exp 1,003  1,479 .10 2.(Twh  460 )  1,982 .10 5.(Twh  460 2 ) 
 L  4,82
15. Menghitung viskositas campuran, cp
 m   L . L   g .g
 m  0,28

16. Menghitung L1, L2, L3, L4


L1  316 .( L ) 0,302  132,599
L2  0,0009252 .( L ) - 2,4684  1,1907
L 3  0,1.( L ) -1,4156  6,49843
L 4  0,5.( L ) -6,738  1,3.10 8

alirannya adalah transition

17. Menghitung HL transition


H L  A  HLsegregat ion  B  HLinermite rn  0,52

18. Menghitung densitas 2 fasa


 tp   L .H L   g .(1 - H L )
 tp  28,13

19. Menghitung rasio faktor friksi


f tp
 es
f ns
L
y  0,2
( H L (0)) 2
ln( y )
s
 0,0523  3,182 . ln( y )  0,8725 .ln .( y )   0,01853 .ln .( y ) 
2 4

s  0,22

20. Menghitung Nrens


G m .d
Nre ns   7,87
m

21. Menghitung faktor friksi no-slip


1
f ns  2
 Nrens 
2. log  
 4,5223 . log Nre ns  3,8215 
f ns  0,11
22. Menghitung ftp
f tp  f ns .e s
f tp  0,11.2,71-7,16  1,3.10 -3

23. Menghitung gradien tekanan dp/dz, karena pipa horisontal maka θ = 0,


psia/ft
f tp G m v m
dP 2.g c .d

dz  tp v m v sg
1
g c .P
dP
 0,0034
dz
24. Menghitung tekanan pada saat 98,4 ft (1 meter sebelum manifold), psia
P  214,69  0,0034  104,96  214,32
Perhitungan kehilangan tekanan INB 21
Tekanan sumur INB 21 tepat sebelum masuk ke manifold

Data :
Pflowline : 479,67 psia
o
Twh : 227 F, 687 oR
Pmanifold : 176,52 psia
o
Tmanifold : 204 F, 664 oR
qo : 271 stb/d
qw : 1238 stb/d
qlikuid : 1509 stb/d
qg : 388000 scf/d
WOR : 4,56
GLR : 257 scf/stb
GOR : 1431 scf/stb
WC : 0,82 fraksi
API : 38,6
SG oil, ɣo : 0,831
SG gas, ɣg : 0,64
SG oil @ ST : 0,825
Faktor z : 0,9867
Densitas minyak : 51,932 lb/ft3
Densitas air : 62,33 lb/ft3
Viskositas gas, µg : 0,017 cp
Panjang Flowline : 111,52 ft
ID flowline : 3,823 in, 0,316 ft
L.penampang line : 0,080 ft2
1. Menghitung tekanan rata-rata dan temperatur rata-rata
P1  P2 479,67  176,52
P   328,095
2 2
T  T2 227  204
T 1   215,5
2 2
2. Menghitung Rs,scf/stb
  API 
Rs  0,0178 . g .P 1,187 . exp 23,931 
  Twh 
Rs  659,435

3. Menghitung Bo, bbl/stb


Rs.0,0136 . g  62,4. o ST
Bo 
o
Bo  1,15

4. Menghitung qL, ft3/sec


q L  6,49.10 5 (q o .Bo  q w .B w )
q L  0,1

5. Menghitung qg, ft3/sec


3,27.10 7 .Zg.q o (GOR  Rs)(T  460 )
qg 
P
q g  0,13

6. Menghitung vsl, ft/sec


qL
vsl   1,26
Ap

7. Menghitung vsg, ft/sec


qg
vsg   1,74
Ap

8. Menghitung vm, ft/sec


vm  vsl  vsg  3
9. Menghitung densitas likuid, lb/ft3
 1   WOR 
 L  o    w  
 1  WOR   1  WOR 
 L  59,69

10. Menghitung densitas gas, lb/ft3


0,0764 . g .520
g 
14,7.(Twh  460 ) Zg
 g  0,79

11. Menghitung mass flux rates, lbm/sec-ft2


G L   L v sL  75,39
G g   g v sg  1,38 s

Gm  G L  G g  76,78

12. Menghitung λL dan λg


qL
L   0,42
qL  qg
v sg
g   0,57
vm

13. Menghitung NFR, (g = 32,2 ft/sec2)


v m2
N FR   2,89
g.d

14. Menghitung viskositas likuid, cp


 L  exp 1,003  1,479.10 2 .(Twh  460)  1,982.10 5.(Twh  460 2 ) 
 L  1,29
15. Menghitung viskositas campuran, cp
 m   L . L   g .g
 m  0,55

16. Menghitung L1, L2, L3, L4


L1  316 .( L ) 0,302  243,18
L2  0,0009252 .( L ) - 2,4684  0,00787
L 3  0,1.( L ) -1,4156  0,35218
L 4  0,5.( L ) -6,738  172,556

alirannya adalah intermitent

17. Menghitung HL intermitent


1,065.0L,5824
HL  0, 0609
 0,5215
N FR

18. Menghitung densitas 2 fasa


 tp   L .H L   g .(1 - H L )
 tp  31,51

19. Menghitung rasio faktor friksi


f tp
 es
f ns
L
y  1,54
( H L (0)) 2
ln( y )
s
 0,0523  3,182 . ln( y )  0,8725 .ln .( y )   0,01853 .ln .( y ) 
2 4

s  7,08

20. Menghitung Nrens


G m .d
Nre ns   44,11
m

21. Menghitung faktor friksi no-slip


1
f ns  2
 Nrens 
2. log  
 4,5223 . log Nrens  3,8215 
f ns  0,21
22. Menghitung ftp
f tp  f ns .e s
f tp  0,21.2,71-7,16  1,8.10 - 4

23. Menghitung gradien tekanan dp/dz, karena pipa horisontal maka θ = 0,


psia/ft
f tp G m v m
dP 2.g c .d

dz  tp v m v sg
1
g c .P
dP
 0,00693
dz
24. Menghitung tekanan pada saat 111,52 ft (1 meter sebelum manifold), psia
P  479,67  0,00693  111,52  478,897
Perhitungan kehilangan tekanan INB 22
Tekanan sumur INB 22 tepat sebelum masuk ke manifold

Data :
Pflowline : 294,69 psia
o
Twh : 250 F, 710 oR
Pmanifold : 176,52 psia
o
Tmanifold : 204 F, 664 oR
qo : 381 stb/d
qw : 2299 stb/d
qlikuid : 2680 stb/d
qg : 672000 scf/d
WOR : 6,03
GLR : 250 scf/stb
GOR : 1763 scf/stb
WC : 0,858 fraksi
API : 38,5
SG oil, ɣo : 0,832
SG gas, ɣg : 0,7
SG oil @ ST : 0,825
Faktor z : 0,9894
Densitas minyak : 51,963 lb/ft3
Densitas air : 62,33 lb/ft3
Viskositas gas, µg : 0,017 cp
Panjang Flowline : 111,52 ft
ID flowline : 3,823 in, 0,316 ft
L.penampang line : 0,080 ft2
1. Menghitung tekanan rata-rata dan temperatur rata-rata
P1  P2 294,69  176,52
P   235,605
2 2
T  T2 250  204
T 1   227
2 2
2. Menghitung Rs,scf/stb
  API 
Rs  0,0178 . g .P 1,187 . exp 23,931 
  Twh 
Rs  252,33

3. Menghitung Bo, bbl/stb


Rs.0,0136 . g  62,4. o ST
Bo 
o
Bo  1,05

4. Menghitung qL, ft3/sec


q L  6,49.10 5 (q o .B o  q w .B w )
q L  0,17

5. Menghitung qg, ft3/sec


3,27.10 7 .Zg.q o (GOR  Rs)(T  460 )
qg 
P
q g  0,54

6. Menghitung vsl, ft/sec


qL
vsl   2,19
Ap

7. Menghitung vsg, ft/sec


qg
vsg   6,81
Ap

8. Menghitung vm, ft/sec


vm  vsl  vsg  9,01
9. Menghitung densitas likuid, lb/ft3
 1   WOR 
 L  o    w  
 1  WOR   1  WOR 
 L  60,59

10. Menghitung densitas gas, lb/ft3


0,0764 . g .520
g 
14,7.(Twh  460 ) Zg
 g  0,47

11. Menghitung mass flux rates, lbm/sec-ft2


G L   L v sL  133,20
G g   g v sg  3,21
Gm  G L  G g  136,42

12. Menghitung λL dan λg


qL
L   0,24
qL  qg
v sg
g   0,75
vm

13. Menghitung NFR, (g = 32,2 ft/sec2)


v m2
N FR   26
g.d

14. Menghitung viskositas likuid, cp


 L  exp 1,003  1,479 .10 2.(Twh  460 )  1,982 .10 5.(Twh  460 2 ) 
 L  0,92
15. Menghitung viskositas campuran, cp
 m   L . L   g .g
 m  0,23

16. Menghitung L1, L2, L3, L4


L1  316 .( L ) 0,302  206,369
L2  0,0009252 .( L ) -2,4684  0,03011
L 3  0,1.( L ) -1,4156  0,77522
L 4  0,5.( L ) -6,738  6721,73

alirannya adalah intermitent

17. Menghitung HL intermitent


1,065 .0L,5824
HL  0 , 0609
 0,37
N FR

18. Menghitung densitas 2 fasa


 tp   L .H L   g .(1 - H L )
 tp  23,04

19. Menghitung rasio faktor friksi


f tp
 es
f ns
L
y  1,73
( H L (0)) 2
ln( y )
s
 0,0523  3,182 . ln( y )  0,8725 .ln .( y )   0,01853 .ln .( y ) 
2 4

s  9
20. Menghitung Nrens
G m .d
Nre ns   182,586
m

21. Menghitung faktor friksi no-slip


1
f ns  2
 Nrens 
2. log  
 4,5223 . log Nre ns  3,8215 
f ns  0,11
22. Menghitung ftp
f tp  f ns .e s
f tp  0,11.2,71-7,16  1,49.10 -5

23. Menghitung gradien tekanan dp/dz, karena pipa horisontal maka θ = 0,


psia/ft
f tp G m v m
dP 2.g c .d

dz  tp v m v sg
1
g c .P
dP
 0,00576
dz
24. Menghitung tekanan pada saat 111,52 ft (1 meter sebelum manifold), psia
P  294,69  0,00576  111,52  294,048
Perhitungan kehilangan tekanan INB 32
Tekanan sumur INB 32 tepat sebelum masuk ke manifold

Data :
Pflowline : 234,7 psia
o
Twh : 248 F, 708 oR
Pmanifold : 171,7 psia
o
Tmanifold : 205 F, 665 oR
qo : 356 stb/d
qw : 2201 stb/d
qlikuid : 2557 stb/d
qg : 511000 scf/d
WOR : 6,18
GLR : 199 scf/stb
GOR : 1435 scf/stb
WC : 0,861 fraksi
API : 39,3
SG oil, ɣo : 0,828
SG gas, ɣg : 0,69
SG oil @ ST : 0,825
Faktor z : 0,9922
Densitas minyak : 51,719 lb/ft3
Densitas air : 62,33 lb/ft3
Viskositas gas, µg : 0,017 cp
Panjang Flowline : 2296 ft
ID flowline : 3,823 in, 0,316 ft
L.penampang line : 0,080 ft2
1. Menghitung tekanan rata-rata dan temperatur rata-rata
P1  P2 234,7  171,7
P   203,2
2 2
T  T2 248  205
T 1   226,5
2 2
2. Menghitung Rs,scf/stb
  API 
Rs  0,0178 . g .P 1,187 . exp 23,931 
  Twh 
Rs  210,036

3. Menghitung Bo, bbl/stb


Rs.0,0136 . g  62,4. o ST
Bo 
o
Bo  1,04

4. Menghitung qL, ft3/sec


q L  6,49.10 5 (q o .B o  q w .B w )
q L  0,16

5. Menghitung qg, ft3/sec


3,27.10 7 .Zg.q o (GOR  Rs)(T  460 )
qg 
P
q g  0,47

6. Menghitung vsl, ft/sec


qL
vsl   2,09
Ap

7. Menghitung vsg, ft/sec


qg
vsg   5,99
Ap

8. Menghitung vm, ft/sec


vm  vsl  vsg  8,09
9. Menghitung densitas likuid, lb/ft3
 1   WOR 
 L  o    w  
 1  WOR   1  WOR 
 L  60,64

10. Menghitung densitas gas, lb/ft3


0,0764 . g .520
g 
14,7.(Twh  460 ) Zg
 g  0,36

11. Menghitung mass flux rates, lbm/sec-ft2


G L   L v sL  127,04
G g   g v sg  2,21
Gm  G L  G g  129,25

12. Menghitung λL dan λg


qL
L   0,25
qL  qg
v sg
g   0,74
vm

13. Menghitung NFR, (g = 32,2 ft/sec2)


v m2
N FR   20,97
g.d

14. Menghitung viskositas likuid, cp


 L  exp 1,003  1,479.10 2 .(Twh  460)  1,982.10 5.(Twh  460 2 ) 
 L  0,95
15. Menghitung viskositas campuran, cp
 m   L . L   g .g
 m  0,25

16. Menghitung L1, L2, L3, L4


L1  316 .( L ) 0,302  210,113
L2  0,0009252 .( L ) - 2,4684  0,02599
L 3  0,1.( L ) -1,4156  0,71104
L 4  0,5.( L ) -6,738  4500 ,73

alirannya adalah intermitent

17. Menghitung HL intermitent


1,065 .0L,5824
HL  0 , 0609
 0,389
N FR

18. Menghitung densitas 2 fasa


 tp   L .H L   g .(1 - H L )
 tp  23,81

19. Menghitung rasio faktor friksi


f tp
 es
f ns
L
y  1,71
( H L (0)) 2
ln( y )
s
 0,0523  3,182 . ln( y )  0,8725 .ln .( y )   0,01853 .ln .( y ) 
2 4

s  8,8

20. Menghitung Nrens


G m .d
Nre ns   159,143
m

21. Menghitung faktor friksi no-slip


1
f ns  2
 Nrens 
2. log  
 4,5223 . log Nrens  3,8215 
f ns  0,12
22. Menghitung ftp
f tp  f ns .e s
f tp  0,12.2,71-7,16  1,49.10 -5

23. Menghitung gradien tekanan dp/dz, karena pipa horisontal maka θ = 0,


psia/ft
f tp G m v m
dP 2.g c .d

dz  tp v m v sg
1
g c .P
dP
 0,00647
dz
24. Menghitung tekanan pada saat 2296 ft (1 meter sebelum manifold), psia
P  234,7  0,00647  2296  219,852

Anda mungkin juga menyukai