Anda di halaman 1dari 5

Tindakan Dental pada Anak dengan DM Tipe-1

Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus (DM) adalah kelainan yang bersifat kronis ditandai dengan
gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang disebabkan defisiensi insulin
baik absolut dan atau relatif. Defisiensi insulin absolut biasanya didapatkan pada pasien
diabetes mellitus tipe-1. Hal ini disebabkan adanya kerusakan sel b pankreas yang progresif
sehingga insulin tidak dapat disintesis oleh kelenjar pankreas. Defisiensi insulin relatif
ditemukan pada pasien DM tipe-2 oleh karena pemakaian insulin di dalam tubuh kurang
efektif (Pulungan, dkk., 2015). Sebagian besar kasus DM pada anak termasuk dalam DM
tipe-1, yang terjadi akibat suatu proses autoimun yang merusak sel b pankreas sehingga
produksi insulin berkurang bahkan berhenti. Oleh karena itu pasien sangat tergantung pada
insulin untuk kelangsungan hidupnya. Diabetes mellitus tipe-1 ini disebut juga DM
tergantung insulin (DMTI) (Nirmala, dan Saikrishna, 2016).
Klasifikasi DM menurut The American Diabetes Association’s Expert Committee
(1991) dibedakan menjadi yaitu DM tipe-1, DM tipe 2, DM tipe lain dan gestational diabetes
mellitus. DM tipe-1 merupakan tipe DM terbanyak pada anak dan didapatkan di berbagai
negara termasuk Indonesia. Karakteristik DM tipe-1 mempunyai kadar insulin endogen yang
rendah sehingga pasien sangat tergantung pada insulin eksogen (Pulungan, dkk., 2002).

Diabetes tipe-1 pada anak


Sebagian besar penderita DM tipe-1 mempunyai riwayat perjalanan klinis yang akut.
Poliuria, polidipsia, nokturia, enuresis, penurunan berat badan yang cepat dalam 2-6 minggu
sebelum diagnosis ditegakkan, kadang-kadang disertai polifagia dan gangguan penglihatan.
Apabila gejala-gejala klinis ini disertai dengan hiperglikemia maka diagnosis DM tidak
diragukan lagi (UKK Endokrinologi Anak dan Remaja, 2012).
Sering terjadi kesalahan dan keterlambatan diagnosis DM tipe-1. Pada beberapa anak
mulai timbulnya gejala sampai menjadi ketoasidosis dapat terjadi sangat cepat, sedangkan
pada anak yang lain dapat timbul secara lambat dapat dalam beberapa bulan. Akibat
keterlambatan diagnosis, penderita DM tipe-1 akan memasuki fase ketoasidosis yang dapat
berakibat fatal bagi penderita (Nirmala, dan Saikrishna, 2016). Diagnosis DM dapat ditegakkan
apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut:
1. Ditemukannya gejala klinis poliuria, polidipsia, nokturia, enuresis, penurunan berat badan,
polifagia, dan kadar glukosa plasma sewaktu 200 mg/ dL (11.1 mmol/L). Atau
2. Kadar glukosa plasma puasa 126 mg/dL (7 mmol/L). Atau
3. Kadar glukasa plasma 200 mg/ dL (11.1 mmol/L) pada jam ke-2 TTGO (Tes Tolerasansi Glukosa
Oral). Atau
4. HbA1c >6.5% (dengan standar NGSP dan DCCT)
(Beck dan Cogen, 2015)
Pada penderita yang asimtomatis dengan peningkatan kadar glukosa plasma sewaktu
(>200 mg/dL) harus dikonfirmasi dengan kadar glukosa plasma puasa atau dengan tes
toleransi glukosa oral yang terganggu. Diagnosis tidak ditegakkan berdasarkan satu kali
pemeriksaan.

Penilaian glukosa plasma puasa :


Normal : < 100 mg/dL (5.6 mmol/L)
Gangguan glukosa plasma puasa (Impaired fasting glucose = IFG): 100–125 mg/dL
(5.6–6.9 mmol/L)
Diabetes : 126 mg/dL (7.0 mmol/L)
Penilaian tes toleransi glukosa oral :
Normal : <140 mg/dL (7.8 mmol/L)
Gangguan glukosa toleransi (Impaired glucose tolerance =IGT) :
140–200 mg/dL (7.8–<11.1 mmol/L)
Diabetes : 200 mg/dL (11.1 mmol/L)
(UKK Endokrinologi Anak dan Remaja, 2012)

Pertimbangan Tindakan Dental pada Anak dengan Diabetes Mellitus


Langkah awal dalam penatalaksanaan pasien dengan maslaah medis adalah
memperoleh riwayat medis pasien yang lengkap. Dokter gigi juga harus memahami
kemungkinan terjadinya komplikasi yang dapat terjadi akibat perawatan dental serta medikasi
untuk sebelum perawatan dan pasca perawatan pada pasien dengan kondisi kompromais.
1. Sebelum Perawatan
a. Jadwal Kunjungan
Jadwal kunjungan pada pagi hari sangat disarankan, karena kadar kortisol
endogen secara umum lebih tinggi pada saat itu. Pada pasien yang menerima
terapi insulin, jadwal kunjungan perlu ditentukan agar jadwal kunjungan tidak
bertepatan dengan aktifitas puncak insulin karena dapat mengakibatkan
hipoglikemia.
b. Diet
Perlu diinformasikan pada pasien bahwa pasien diminta untuk makan dan
mengkonsumsi obat seperti biasa. Jika pasien melewatkan sarapan dan tetap
menjalankan terapi insulin, kemungkinan terjadinya kondisi hipoglikemia
akan meningkat.
c. Monitor Kadar Glukosa
Sebelum tindakan dental, dokter gigi harus melakukan pemeriksaan kadar
glukosa darah. Pasien dengan kadar glukosa rendah (< 70 mg/dL) harus
diberikan karbohidrat oral sebelum tindakan untuk meminimalisir
kemungkinan terjadinya kondisi hipoglikemia.
2. Selama perawatan
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien dengan DM adalah kondisi hipoglikemia.
Tanda dan gejala awal meliputi perubahan mood, rasa lapar, dan lemas kemudian
diikuti dengan kesadaran menurun dan takikardi, jika tidak dilakukan perawatan
kemungkinan dapat terjadi koma, hipotensi, hipotermia, kejang, bahkan kematian.
3. Pasca Perawatan
Dokter gigi tetap harus mempertimbangkan kondisi pasien dengan DM pasca
perawatan dental. Pada pasien dengan DM yang tidak terkontrol, risiko perkembangan
infeksi lebih besar disertai dengan lambatnya penyembuhan luka. Pemilihan antibiotik
yang tepat dibutuhkan pada pasien dengan luka terbuka pada rongga mulut.
(Nirmala, dan Saikrishna, 2016)

Tindakan Dental pada Anak dengan DM tipe-1


Prinsip perawatan dental pada anak dengan DM adalah mengeliminasi dan mencegah infeksi
oral yang akan mengganggu kestabilan kadar glukosa darah serta sebisa mungkin
mempertahankan jaringan yang sehat.
1. Perawatan Konservasi
Tidak ada perhatian khusus. Pemberian anestesi lokal dapat digunakan secara normal.
pada kunjungan dengan waktu yang lama terapi insulin perlu dipertimbangkan
2. Perawatan Periodontal
Perlu adanya peninjauan terkait dengan kondisi gingiva pasien. Tindakan skeling
perlu dilakukan secara berhati-hati dan diusahakan sebisa mungkin dengan trauma
minimal. Pada anak yang belum terlihat adanya penyakit periodontal, tindakan
pencegahan sangat diperlukan. Instruksi terkait menyikat gigi yang benar dan
eliminasi traumatik oklusi dapat mencegah penyakit gingiva.
3. Perawatan Ortodonti
Tidak terdapat kontraindikasi dalam pemakaian alat ortodonti.
4. Perawatan Bedah
Pencabutan dengan anestesi lokal biasanya tidak menimbulkan masalah pada anak
dengan kontrol insulin yang baik. Pencabutan gigi pada anak akan menjadi mudah
jika kontrol insulin dan diet pasien baik serta tidak ada tanda ketidakstabilan kadar
glukosa. Pada kondisi anak dengan kadar glukosa darah yang tidak terkontrol
disarankan untuk meminta konsultasi pada dokter umum/spesialis yang merawat
pasien. Setiap tindakan pencabutan yang berisiko terhadap infeksi harus diikuti
dengan pemberian antibiotik.
(Nirmala, dan Saikrishna, 2016)

Berdasarkan Turkish Dental Association (2015) tatalaksana pasien dengan DM


dibedakan menjadi :

Pasien disertai DM dengan Pasien disertai DM dengan Pasien disertai DM dengan


risiko rendah risiko sedang risiko tinggi
 Kadar glukosa darah  Kadar glukosa darah  Kadar glukosa darah
puasa <180 mg/dl puasa <180-240 mg/dl puasa >240 mg/dl
 Nilai HbA1C < 8%  Nilai HbA1C < 8-10%  Nilai HbA1C >10%
 DM disertai
komplikasi
 Risiko ketoasidosis
dan hipoglikemia
1. Konsultasi medis 1. Konsultasi medis 1. Konsultasi medis
2. Semua tindakan dental 2. Semua tindakan 2. Semua tindakan
dapat dilakukan konservatif dapat konservatif dilakukan
dilakukan jika terdapat kontrol
3. Prosedur bedah glikemik yang baik
sederhana dapat 3. Infeksi akut harus
dilakukan dilakukan perawatan
4. Konsultasi medis dengan administrasi
mendetail diperlukan antibiotik dan drainase
jika terdapat abses ketika
komplikasi saat mengganggu regulasi
prosedut bedah diabetes
4. Konsultasi medis
mendetail diperlukan
jika ingin dilakukan
prosedur bedah
kompleks

Referensi :
Beck, J.k., dan Cogen, F.R., 2015, Outpatient Management of Pediatric Type 1
Diabetes Mellitus, The Journal of Peciatric Pharmacology and Therapeuthics,
vol 20(5): 344-357.

Nirmala, dan Saikrishna, D., 2016, Dental Care and treatment of Children with
Diabetes Mellitus-An Overview, Journal of Pediatrics an Neonatal Care, vol
4(1): 1-14.

Pulungan, A.B., Mansyoer, R., dan Tridjaja, B., 2002, Gambaran Klinis dan
Laboratoris Diabetes Mellitus Tipe-1 pada Anak Saat Pertama Kali Datang ke
Bagian IKA-RSCM Jakarta, Sari Pediatri, vol 4(1): 26-30.

UKK Endokrinologi Anak dan Remaja, 2012, Konsensus Nasional Pegeloalaan


Diabetes Mellitus Tipe 1, Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai