Anda di halaman 1dari 20

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Jl. Tri Bhrata, DesaPondokMeja Km. 11, MestongMuaro Jambi 36364

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lingkungan dan bangunan pertanian (LBP) adalah salah satu cabang disiplin
ilmu dalam teknik pertanian yang fokus pada pengendalian lingkungan dalam
bangunan pertanian untuk pertumbuhan produksi dan mempertahankan mutu hasil
pertanian. Pengertian dan definisi dari bangunan pertanian secara fisik adalah
semua bangunan dengan berbagai macam tipe dan strukturnya, yang digunakan
untuk proses produksi di bidang pertanian dalam arti luas, meliputi bangunan
untuk produksi tanaman pertanian (rumah kaca, hidroponik, dan sebagainya),
produksi ternak (kandang dan sebagainya), bangunan untuk penyimpanan dan
penanganan pasca panen (gudang pertanian dan sebagainya), bangunan untuk
menyimpan alat dan mesin pertanian, perbengkelan, serta bangunan pertanian
lainnya.
Dalam suatu bangunan pertanian, perlu diperhatikan aspek-aspek lingkungan
mikro dan pengendaliannya yang diperlukan untuk memaksimalkan fungsi dari
bangunan tersebut sesuai dengan tujuan dibangunnya. Aspek lingkungan tersebut
meliputi temperatur, kelembapan, cahaya, kualitas dan aliran udara, bau, hama
dan penyakit, dan sebagainya yang memengaruhi kenyamanan, produktivitas, dan
kualitas dan masa simpan suatu produk hasil pertanian. Dari sudut pandang
keteknikan, lingkungan dapat dikendalikan secara tertutup.
Elemen lingkungan yang memengaruhi produktivitas tanaman adalah
temperatur, kelembapan relatif, intensitas cahaya, angin, konsentrasi CO2.
Faktor lingkungan yang ada dalam greenhouse adalah cahaya, temperatur,
kelembapan, aliran udara, komposisi udara, dan media tanam. Sedangkan arah
pengendalian faktor lingkungan tersebut bergantung pada tujuan penggunaan
greenhouse. Pada daerah dengan empat musim, greenhouse digunakan untuk
melakukan kegiatan bercocok tanam di musim dingin atau menanam tanaman
pertanian yang tidak sesuai dengan iklim dan musim setempat dengan
mengendalikan kondisi lingkungan di dalamnya. Misalnya, untuk menghindari

1
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Jl. Tri Bhrata, DesaPondokMeja Km. 11, MestongMuaro Jambi 36364

udara dingin, ventilasi diminimalisasi sehingga udara dingin luar tidak dapat
masuk dan panas yang terperangkap di dalam tidak keluar dengan mudah.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk:
 Mengukur suhu bola basah, bola kering, Rh di dalam dan di luar
bangunan greenhouse.
 Mengukur intensitas cahaya di dalam dan di luar bangunan
greenhouse.
 Mengukur kecepatan angin di dalam dan di luar bangunan greenhouse.

1.3 Manfaat Praktikum


Adapun manfaat dari dilaksanakannya praktikum ini yaitu agar:
 Mahasiswa dapat mengukur suhu bola basah, bola kering, Rh di dalam
dan diluar bangunan greenhouse.
 Mahasiswa dapat mengukur intensitas cahaya di dalam dan di luar
bangunan greenhouse.
 Mahasiswa dapat mengukur kecepatan angin di dalam dan di luar
bangunan greenhouse.

2
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Jl. Tri Bhrata, DesaPondokMeja Km. 11, MestongMuaro Jambi 36364

BAB II. PELAKSANAAN PRAKTIMUM

2.1 Objek 1 (Pengukuran Suhu Dan Kelembaban Pada Bangunan Greenhouse)


2.1.1 Latar Belakang
Temperatur merupakan salah satu parameter lingkungan yang sangat
penting bagi tumbuhan. Temperatur di sekitar tanaman, baik temperatur udara, air,
ataupun tanah, dipengaruhi oleh banyak hal seperti durasi dan intensitas radiasi
matahari, laju pindah panas, laju transpirasi dan evaporasi, dan aktivitas biologis
di sekitar tanaman.
Hubungan antara temperatur udara dan pertumbuhan tanaman sangat
kompleks, namun pada umumnya memengaruhi kinerja enzim tanaman dan
aktivitas air. Selain itu, temperatur yang tinggi juga akan menyebabkan laju
transpirasi meningkat melebihi penyerapan air oleh akar sehingga sel tanaman
akan mengering dan mati.
Kelembapan udara relatif (atau RH, Relative Humidity), adalah rasio
antara tekanan uap air aktual pada temperatur tertentu dengan tekanan uap air
jenuh pada temperatur tersebut. Pengertian lain dari RH adalah perbandingan
antara jumlah uap air yang terkandung dalam udara pada suatu waktu tertentu
dengan jumlah uap air maksimal yang dapat ditampung oleh udara tersebut pada
tekanan dan temperatur yang sama.
Dalam konteks budidaya tanaman, kelembapan udara dipengaruhi dan
memengaruhi laju transpirasi tanaman. Tingginya laju transpirasi akan
meningkatkan laju penyerapan air oleh akar hingga pada batas tertentu, namun
jika terlalu tinggi melampaui laju penyerapan dan terjadi secara terus menerus
akan menyebabkan tanaman mengering.
Kelembapan udara, bersama dengan temperatur paling banyak
memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hama dan penyakit tanaman.

2.1.2 Tujuan Praktikum


suhu bola basah, bola kering, Rh di dalam dan di luar bangunan
Praktikum ini bertujuan untuk mengukur greenhouse .

3
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Jl. Tri Bhrata, DesaPondokMeja Km. 11, MestongMuaro Jambi 36364

2.1.3 Manfaat Praktikum


Praktikum ini bermanfaat agar mahasiswa dapat mengukur suhu bola
basah, bola kering, Rh di dalam dan di luar bangunan greenhouse .

2.1.4 Tinjauan Pustaka


Thermohygrometer merupakan alat yang yang berfungsi untuk mengukur
suhu dan kelembaban. Dalam pengukuran suhu dapat menggunakan
thermometer biasa yakni untuk mengukur suhu bola kering dan suhu bola basah.
Cara yang kedua yaitu secara digital dengan menggunakan thermohygrometer
dan thermohygrometer prop untuk menguku suhu bola basah dan suhu bola
kering serta Rh secara bersamaan.
Wet Bulb Temperature (Temperatur bola basah) yaitu suhu bola basah.
Sesuai dengan namanya “wet bulb”, suhu ini diukur dengan menggunakan
thermometer yang bulbnya (bagian bawah thermometer) dilapisi dengan kain
yang telah basah kemudian dialiri udara yang ingin diukur suhunya.
Perpindahan kalor terjadi dari udara ke kain basah tersebut. Kalor dari
udara akan digunakan untuk menguapkan air pada kain basah tersebut, setelah itu
baru digunakan untuk memuaikan cairan yang ada dalam thermometer.
Dry Bulb temperature (Temperatur bola kering) yaitu suhu yang
ditunjukkan dengan thermometer bulb biasa, dengan bulb dalam keadaan kering.
Satuan untuk suhu ini biasa dalam Celcius, Kelvin, Fahrenheit.
Kelembapan udara relatif (atau RH, Relative Humidity), adalah rasio
antara tekanan uap air aktual pada temperatur tertentu dengan tekanan uap air
jenuh pada temperatur tersebut. Pengertian lain dari RH adalah perbandingan
antara jumlah uap air yang terkandung dalam udara pada suatu waktu tertentu
dengan jumlah uap air maksimal yang dapat ditampung oleh udara tersebut pada
tekanan dan temperatur yang sama.

2.1.5 Metoda Praktikum


2.1.5.1 Alat dan Bahan

4
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Jl. Tri Bhrata, DesaPondokMeja Km. 11, MestongMuaro Jambi 36364

Alat yang digunakan adalah sebuah themohygrometer, dan dua buah


thermometer biasa. Sedangkan bahan yang digunakan adalah kapas.

2.1.5.2 Prosedur Kerja


Adapun tahapan prosedur kerja dalam objek ini yaitu :
 Thermohygrometer disiapkan dalam keadan baik dan dihidupkan.
Thermometer biasa juga disiapkan untuk mengukur suhu bola basah dan
bola kering. Pada themohygrometer dan themohygrometer prop yang telah
hidup dan siap membaca suhu ruangan, maka tombol hold pada alat
ditekan agar suhu yang akan dicatat tidak berubah, lalu dicatat suhu bola
basah dan kering, Rh dan titik embun.

 Suhu ruangan pada thermometer juga dicatat, masing-masing


thermometer digunakan untuk mengukur suhu bola kering dan suhu bola
basah dengan thermometer yang telah dilengkapi dengan kapas basah
pada ujungnya. Selanjutnya hal yang sama juga dilakukan untuk
pengukuran suhu di luar ruangan.

 Prosedur Penggunaan Alat


1. Hidupkan dengan menekan tombol ON
2. Tekan hold, bacaan atas menunjukkan nilai %RH
3. RH, bacaan bawah : suhu bola kering
4. Untuk melihat suhu bola kering dan bola basah, tekan tombol %/td
5. Hasil tertera dilayar.
 Pengamatan
1. Suhu bola basah dan bola kering dengan termometer manual

2. RH secara manual dengan psycometric chart

3. Suhu bola basah dan bola kering dengan termohygrometer

4. RH dengan termohygrometer

5. Masing-masing pengamatan dilakukan di dalam dan luar bangunan


greenhouse

5
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Jl. Tri Bhrata, DesaPondokMeja Km. 11, MestongMuaro Jambi 36364

6. Masing-masing pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan

7. Pengukuran dilakukan pada pagi, siang dan sore hari.

2.1.6 Hasil dan Pembahasan


2.1.6.1 Hasil
a) Tabel Pengukuran suhu bola basah dan suhu bola kering pada
waktu pagi hari di dalam dan luar greenhouse.
Adapun hasil yang di dapat dalam Pengukuran suhu bola basah
dan suhu bola kering pada waktu siang hari di dalam dan luar
greenhouse. Dapat dilihati pada tabel 1
Tabel 1 Pengukuran suhu bola basah dan suhu bola kering pada
waktu pagi hari di dalam dan luar greenhouse.

Titik ukur 1 Titik ukur 2 Titik ukur 3


NO Tempat pengukuran BB BK BB BK BB BK
0 0 0 0 0 0
c c c c c c
1 Dalam greenhouse 33 36 34 36,5 34 37
2 Luar greenhouse 29 35 28 34 28 34

b) Tabel Pengukuran suhu bola basah dan suhu bola kering pada
waktu siang hari di dalam dan luar greenhouse.
Adapun hasil yang di dapat dalam Pengukuran suhu bola basah dan
suhu bola kering pada waktu siang hari di dalam dan luar
greenhouse. Dapat dilihati pada tabel 2
Tabel 2 Pengukuran suhu bola basah dan suhu bola kering pada
waktu siang hari di dalam dan luar greenhouse.

Titik ukur 1 Titik ukur 2 Titik ukur 3


NO Tempat pengukuran BB BK BB BK BB BK
0 0 0 0 0 0
c c c c c c
1 Dalam greenhouse 38 36,5 39 37 38 37,5
2 Luar greenhouse 28 34 28,5 34 29 45

c) Tabel Pengukuran suhu bola basah dan suhu bola kering pada
waktu sore hari di dalam dan luar greenhouse.

6
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Jl. Tri Bhrata, DesaPondokMeja Km. 11, MestongMuaro Jambi 36364

Adapun hasil yang di dapat dalam Pengukuran suhu bola basah


dan suhu bola kering pada waktu sore hari di dalam dan luar
greenhouse. Dapat dilihati pada tabel 3

Tabel 3 Pengukuran suhu bola basah dan suhu bola kering pada
waktu sore hari di dalam dan luar greenhouse.

Titik ukur 1 Titik ukur 2 Titik ukur 3


NO Tempat pengukuran BB BK BB BK BB BK
0 0 0 0 0 0
c c c c c c
1 Dalam greenhouse 30 33,5 31 33,5 31 33,5
2 Luar greenhouse 30 32,5 30 33 31 33,5

2.1.6.2 Pembahasan
Pengukuran suhu bola basah dan suhu bola kering pada waktu pagi hari dalam
greenhouse dan luar greenhouse ada perbedaan yaitu dimana pengukuran suhu bola
basah dalam greenhouse pada semua titik pengukuran mengalami penurunan pada
semua titik pengukuran suhu bola basah di luar greenhouse. Begitu juga dengan
pengukuran suhu bola kering nya di dalam greenhouse mengalami penurunan pada
pengukuran di semua titik di luar greenhouse. Hal ini disebabkan oleh adanya
perbedaan suhu dan kelembaban relatif di dalam dan di luar greenhouse.
Pengukuran suhu bola basah dan suhu bola kering pada waktu siang hari
dalam greenhouse dan luar greenhouse ada perbedaan yaitu dimana pengukuran suhu
bola basah dalam greenhouse pada semua titik pengukuran mengalami penurunan
pada semua titik pengukuran suhu bola basah di luar greenhouse. Begitu juga dengan
pengukuran suhu bola kering nya di dalam greenhouse mengalami penurunan pada
pengukuran di semua titik di luar greenhouse. Hal ini disebabkan oleh adanya
perbedaan suhu dan kelembaban relatif di dalam dan di luar greenhouse.
Pengukuran suhu bola basah dan suhu bola kering pada waktu sore hari dalam
greenhouse dan luar greenhouse ada perbedaan yaitu dimana pengukuran suhu bola
basah dalam greenhouse pada semua titik pengukuran mengalami penurunan dan
bahkan ada yang sama pada titik tertentu pengukuran suhu bola basah di luar

7
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Jl. Tri Bhrata, DesaPondokMeja Km. 11, MestongMuaro Jambi 36364

greenhouse. Begitu juga dengan pengukuran suhu bola kering nya di dalam
greenhouse mengalami penurunan dan bahkan ada yang sama pada pengukuran di
Titik tertentu di luar greenhouse. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan suhu dan
kelembaban relatif di dalam dan di luar greenhouse.

2.1.7 Kesimpulan dan Saran


2.1.7.1 Kesimpulan
Hasil pengukuran suhu bola basah dan suhu bola kering pada semua titik
pengukuran baik di dalam bangunan greenhouse maupun di luar bangunan green
house mengalami kenaikan dikarenakan adanya perbedaan suhu dan kelembaban
udara di dalam dan di luar bangunan greenhouse.

2.1.7.2 Saran
Pada saat praktikum kita diharapkan melakukannya dengan baik dan tepat
sesuai dengan prosedur kerja yang telah diberikan, guna mendapatkan hasil yang
maksimal pada saat sebelum, sedang, dan setelah praktikum di laksanakan.

8
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Jl. Tri Bhrata, DesaPondokMeja Km. 11, MestongMuaro Jambi 36364

2.2 Objek 2 (Pengukuran intensitas cahaya di dalam dan di luar bangunan


greenhouse.)

2.2.1 Latar Belakang


Ketika membahas tentang cahaya dalam ilmu fisika, ada beberapa definisi
cahaya yang diutarakan oleh para ahli. Diantaranya adalah pendapat Newton yang
mendefinisikan cahaya sebagai partikel kecil yang dipancarkan oleh sumbernya ke
segala arah dengan kecepatan yang sangat tinggi. Pendapat lainnya diutarakan
oleh Huygens yang mengatakan bahwa cahaya adalah sebuah gelombang sama
halnya seperti bunyi. Nah dalam hal ini sebenarnya kedua pendapatan tersebut
tidak bisa dipakai secara bersamaan karena keduanya saling bertentangan, tetapi
keduanya mempunyai dasar yang kuat atas definisi yang diberikan.
Intensitas Cahaya adalah besaran pokok dalam fisika yang menyatakan
daya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya pada arah tertentu per satuan
sudut. Satuan Internasional (SI) untuk intensitas cahaya adalah Candela (Cd).
Simbol yang digunakan untuk melambangkan intensitas cahaya adalah I (huruf
kapital). Definisi baku untuk 1 Candela adalah intensitas cahaya padah arah
tertentu dari sumber cahaya dengan frekuensi 540 x 1012 Hz dengan intensitas
radian pada arah 1/682 watt per steradian. Alat ukur yang sering digunakan untuk
mengukur intensitas cahaya antara lain adalah lightmeters, illuminance, dan
luxmeter.

2.2.2 Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk mengukur intensitas cahaya di dalam dan di
luar bangunan greenhouse.

2.2.3 Manfaat
Praktikum ini bermanfaat agar mahasiswa dapat intensitas cahaya di dalam
dan di luar bangunan greenhouse.

2.2.4 Tinjauan Pustaka

9
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Jl. Tri Bhrata, DesaPondokMeja Km. 11, MestongMuaro Jambi 36364

Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat


mata dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm. Pada bidang fisika, cahaya
adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata
maupun yang tidak. Selain itu, cahaya adalah paket partikel yang disebut foton.
Intensitas Cahaya adalah besaran pokok dalam fisika yang menyatakan
daya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya pada arah tertentu per satuan
sudut. Satuan Internasional (SI) untuk intensitas cahaya adalah Candela (Cd).
Simbol yang digunakan untuk melambangkan intensitas cahaya adalah I (huruf
kapital). Definisi baku untuk 1 Candela adalah intensitas cahaya padah arah
tertentu dari sumber cahaya dengan frekuensi 540 x 1012 Hz dengan intensitas
radian pada arah 1/682 watt per steradian. Alat ukur yang sering digunakan untuk
mengukur intensitas cahaya antara lain adalah luxmeter.
Lux meter adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur intensitas
cahaya atau tingkat pencahayaan. Biasanya digunakan dalam ruangan. Kebutuhan
pencahayaan setiap ruangan terkadang berbeda. Semuanya tergantung dan
disesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan.

2.2.5 Metoda Praktikum


2.2.5.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah sebuah luxmeter. Sedangkan bahan yang
digunakan parameter cahaya.

2.2.5.2 Prosedur Kerja


Adapun tahapan prosedur kerja dalam objek ini yaitu :
 Luxmeter disiapkan dalam keadan baik dan dihidupkan dan siap
membaca intensitas cahaya, maka tombol hold pada alat ditekan agar
intensitas cahaya yang akan dicatat tidak berubah.

 Intensitas cahaya pada luxmeter juga dicatat. Selanjutnya hal yang sama
juga dilakukan untuk pengukuran intensitas cahaya di luar ruangan.

 Prosedur Penggunaan Alat

10
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Jl. Tri Bhrata, DesaPondokMeja Km. 11, MestongMuaro Jambi 36364

1. Hidupkan dengan menekan tombol ON


2. Tekan hold, bacaan atas menunjukkan nilai intensitas cahaya
3. Hasil tertera dilayar.

2.2.6 Hasil dan Pembahasan


2.2.6.1 Hasil
a) Tabel 4 Pengukuran intesitas cahaya pada waktu pagi hari

Titik ukur 1 Titik ukur 2 Titik ukur 3


NO Tempat pengukuran
(cd) (cd) (cd)
1 Dalam greenhouse 12,920 16,630 17,660
2 Luar greenhouse 16,62 16,02 15,27

b.) Tabel 5 Pengukuran intesitas cahaya pada waktu siang hari

Titik ukur 1 Titik ukur 2 Titik ukur 3


NO Tempat pengukuran
(cd) (cd) (cd)
1 Dalam greenhouse 14,320 17,420 19,325
2 Luar greenhouse 16,75 16,72 16,77

c.) Tabel 6 Pengukuran intesitas cahaya pada waktu sore hari

Titik ukur 1 Titik ukur 2 Titik ukur 3


NO Tempat pengukuran
(cd) (cd) (cd)
1 Dalam greenhouse 13,150 12,070 13,180
2 Luar greenhouse 18.550 20,440 21,780

2.2.6.2 Pembahasan
Pengukuran intensitas cahaya pada waktu pagi hari dalam greenhouse dan
luar greenhouse ada perbedaan yaitu dimana pengukuran intensitas cahaya pada
semua titik pengukuran dalam greenhouse mengalami kenaikan. Pengukuran
intensitas cahaya di dalam greenhouse mengalami kenaikan pada pengukuran di
semua titik di luar greenhouse. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan intensitas
cahaya di dalam dan di luar greenhouse. Intensitas cahaya di dalam greenhouse tentu

11
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Jl. Tri Bhrata, DesaPondokMeja Km. 11, MestongMuaro Jambi 36364

lebih rendah di bandingkan dengan intensitas cahaya di luar greenhouse karena


sebagian cahaya yang masuk ke greenhouse tertahan oleh atap greenhouse itu sendiri.
Pengukuran intensitas cahaya pada waktu siang hari dalam greenhouse dan
luar greenhouse ada perbedaan yaitu dimana pengukuran intensitas cahaya pada
semua titik pengukuran mengalami kenaikan. Pengukuran intensitas cahaya di dalam
greenhouse mengalami kenaikan pada pengukuran di semua titik di luar greenhouse.
Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan intensitas cahaya di dalam dan di luar
greenhouse. Intensitas cahaya di dalam greenhouse tentu lebih rendah di bandingkan
dengan intensitas cahaya di luar greenhouse karena sebagian cahaya yang masuk ke
greenhouse tertahan oleh atap greenhouse itu sendiri.
Pengukuran intensitas cahaya pada waktu sore hari dalam greenhouse dan
luar greenhose ada perbedaan yaitu dimana pengukuran intensitas cahaya pada semua
titik pengukuran mengalami kenaikan. Pengukuran intensitas cahaya di dalam
greenhouse mengalami kenaikan pada pengukuran di semua titik di luar greenhouse.
Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan intensitas cahaya di dalam dan di luar
greenhouse. Intensitas cahaya di dalam greenhouse tentu lebih rendah di bandingkan
dengan intensitas cahaya di luar greenhouse karena sebagian cahaya yang masuk ke
greenhouse tertahan oleh atap greenhouse itu sendiri.

2.2.7 Kesimpulan dan Saran


2.2.7.1 Kesimpulan
Hasil pengukuran intensitas cahaya pada waktu pagi, siang dan sore hari
mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan intensitas cahaya
di dalam dan di luar bangunan greehouse. Hasil pengukuran dalam bangunan
greenhouse lebih rendah karena sebagian cahaya yang masuk ke greenhouse
tertahan oleh atap greenhouse itu sendiri.

2.2.7.2 Saran
Pada saat praktikum kita diharapkan melakukannya dengan baik dan tepat
sesuai dengan prosedur kerja yang telah diberikan, guna mendapatkan hasil yang
maksimal pada saat sebelum, sedang, dan setelah praktikum di laksanakan.

12
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Jl. Tri Bhrata, DesaPondokMeja Km. 11, MestongMuaro Jambi 36364

2.3 Objek 3 (Pengukuran kecepatan angin di dalam dan di luar bangunan


greenhouse).
2.3.1 Latar Belakang
Angin dikatakan sebagai udara dalam jumlah yang besar diakibatkan oleh
rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin
bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara rendah. Apabila
dipanaskan, udara memuai.
Faktor Terjadinya Angin - Dalam proses terjadinya angin dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang menyebabkan angin dapat ada dan muncul antara lain
sebagai berikut..
 Letak Tempat, adalah angin lebih cepat yang berada/dekat di garis
khatulistiwa, dari pada yang jauh dari khatulistiwa.
 Tinggi Tempat, Tinggi rendahnya tempat/lokasi dapat mempengaruhi
karena semakin tinggi tempat tersebut, maka semakin kencang angin
bertiup, dan sebaliknya, Hal ini dapat terjadi karena disebabkan oleh
pengaruh gaya gesekan yang menghambat laju udara. Di permukaan yang
tidak merata seperti gunung, pohon dan tempat lainnya memberikan gaya
gesekan yang besar.
 Waktu, Disiang hari angin bergerak lebih cepat dari pada di malam hari.
Sifat-Sifat Angin - Angin memiliki beberapa sifat antara lain sebagai
berikut..
 Angin mempercepat pendingin dari benda panas
 Angin menimbulkan tekanan dari permukaan yang menentang atau
menghalangi arah angin tersebut.
 Kecepatan angin bervariasi dari suatu tempat ke tempat lain, dan dari
waktu ke waktu.

2.3.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengukur kecepatan angin di dalam dan di
luar bangunan greenhouse.

13
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Jl. Tri Bhrata, DesaPondokMeja Km. 11, MestongMuaro Jambi 36364

2.3.3 Manfaat
Praktikum ini bermanfaat agar mahasiswa dapat mengukur kecepatan angin
di dalam dan di luar bangunan greenhouse.

2.3.4 Tinjauan Pustaka


Angin dikatakan sebagai aliran udara dalam jumlah yang besar
diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara di
sekitarnya. Angin bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan
udara rendah. Apabila dipanaskan, udara memuai.
Kecepatan angin merupakan jarak tempuh angin atau pergerakan udara per
satuan waktu dan dinyatakan dalam satuan meter per detik (m/d), kilometer per
jam (km/j), dan mil per jam (mi/j). Satuan mil (mil laut) per jam disebut juga knot
(kn); 1 kn = 1,85 km/j = 1,151mi/j = 0,514 m/d atau 1 m/d = 2,237 mi/j = 1,944
kn. Kecepatan angin bervariasi dengan ketinggian dari permukaan tanah, sehingga
dikenal adanya profil angin dimana makin tinggi dari permukaan maka gerakan
angin makin cepat.
Anemometer merupakan alat yang berguna untuk dapat mengukur
kecepatan angin. Dengan menggunakan anemometer kita bisa memperkirakaan
cuaca pada hari tersebut. Alat ini juga mampu digunakan untuk alat pendeteksi
cuaca yang buruk seperi badai ataupun angin topan. Pada dasarnya anemometer
merupakan alat yang berfungsi untuk mengukur kecepatan udara ataupun
kecepatan gas. Untuk dapat menentukan kecepatan, anemometer mengenali
perubahan pada beberapa sifat fisik dari fluida ataupun efek fluida pada perangkat
mekanis dimasukkan ke aliran.
Dengan perkembangan teknologi anemometer semakin berkembang
sehingga telah tersedia Thermo Anemometer yang merupakan alat pengukuran
yang mempunyai fungsi untuk mencatat data kecepatan angin dengan tepat dan
akurat. Dengan Thermo Anemometer ini mulai dari person (seseorang) sampai
perusahaan dapat mengukur kecepatan angin pada suatu tempat atau wilayah yang
ditempati. Thermo Anemometer ini sangat mudah digunakan karena
pembacaannya yang sangat cepat dan mudah digenggam.

14
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Jl. Tri Bhrata, DesaPondokMeja Km. 11, MestongMuaro Jambi 36364

2.3.5 Metoda Praktikum


2.3.5.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah sebuah Anemometer. Sedangkan bahan yang
digunakan parameter kecepatan angin.

2.3.5.2 Prosedur Kerja


Adapun tahapan prosedur kerja dalam objek ini yaitu :
 Anemometer disiapkan dalam keadan baik dan dihidupkan dan siap
membaca kecepatan angin, maka tombol hold pada alat ditekan agar
kecepatan angin yang akan dicatat tidak berubah.

 Kecepatan angin pada Anemometer juga dicatat. Selanjutnya hal yang


sama juga dilakukan untuk pengukuran kecepatan angin di luar
ruangan.

 Prosedur Penggunaan Alat


1. Hidupkan dengan menekan tombol ON
2. Tekan hold, bacaan atas menunjukkan nilai kecepatan angin
3. Hasil tertera dilayar.

2.3.6 Hasil dan Pembahasan


2.3.6.1 Hasil
a) Tabel 7 Pengukuran kecepatan angin pada waktu pagi hari

Titik ukur 1 Titik ukur 2 Titik ukur 3


NO Tempat pengukuran
(m/s) (m/s) (m/s)
1 Dalam greenhouse 1,57 0,87 1,07
2 Luar greenhouse 2,11 1,04 1,57

b.) Tabel 8 Pengukuran kecepatan angin pada waktu siang hari

Titik ukur 1 Titik ukur 2 Titik ukur 3


NO Tempat pengukuran
(m/s) (m/s) (m/s)
1 Dalam greenhouse 1,56 0,97 1,10
2 Luar greenhouse 2,15 1,21 1,76

c.) Tabel 9 Pengukuran kecepatan angin pada waktu sore hari

15
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Jl. Tri Bhrata, DesaPondokMeja Km. 11, MestongMuaro Jambi 36364

Titik ukur 1 Titik ukur 2 Titik ukur 3


NO Tempat pengukuran
(m/s) (m/s) (m/s)
1 Dalam greenhouse 0,04 0,24 0,14
2 Luar greenhouse 0,82 0,12 1,12

2.3.6.2 Pembahasan
Pengukuran kecepatan angin pada waktu pagi hari di dalam greenhouse
mengalami kenaikan pengukuran kecepatan angin di luar greenhouse pada semua
titik pengukuran. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedan kecepatan aliran angin
di dalam dan di luar bangunan greenhouse. Hasil pengukuran kecepatan aliran
angin di dalam greenhouse lebih rendah dibandingkan dengan hasil pengukuran
kecepatan aliran angin di luar greenhouse dikarenakan adanya batasan kepada
angin untuk mengalir atau berhembus di dalam greenhouse oleh dinding
greenhouse itu sendiri. Dinding greenhouse akan menahan sebagian angin yang
masuk kedalam bangunan greenhouse sehingga kecepatan aliran anginnya
menjadi lebih rendah dibandingkan kecepatan aliran angin di luar bangunan
greenhouse.
Pengukuran kecepatan angin pada waktu siang hari di dalam greenhouse
mengalami kenaikan pengukuran kecepatan angin di luar greenhouse pada semua
titik pengukuran. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedan kecepatan aliran angin
di dalam dan di luar bangunan greenhouse. Hasil pengukuran kecepatan aliran
angin di dalam greenhouse lebih rendah dibandingkan dengan hasil pengukuran
kecepatan aliran angin di luar greenhouse dikarenakan adanya batasan kepada
angin untuk mengalir atau berhembus di dalam greenhouse oleh dinding
greenhouse itu sendiri. Dinding greenhouse akan menahan sebagian angin yang
masuk kedalam bangunan greenhouse sehingga kecepatan aliran anginnya
menjadi lebih rendah dibandingkan kecepatan aliran angin di luar bangunan
greenhouse.
Pengukuran kecepatan angin pada waktu sore hari di dalam greenhouse
mengalami kenaikan pengukuran kecepatan angin di luar greenhouse pada semua
titik pengukuran. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedan kecepatan aliran angin
di dalam dan di luar bangunan greenhouse. Hasil pengukuran kecepatan aliran

16
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Jl. Tri Bhrata, DesaPondokMeja Km. 11, MestongMuaro Jambi 36364

angin di dalam greenhouse lebih rendah dibandingkan dengan hasil pengukuran


kecepatan aliran angin di luar greenhouse dikarenakan adanya batasan kepada
angin untuk mengalir atau berhembus di dalam greenhouse oleh dinding
greenhouse itu sendiri. Dinding greenhouse akan menahan sebagian angin yang
masuk kedalam bangunan greenhouse sehingga kecepatan aliran anginnya
menjadi lebih rendah dibandingkan kecepatan aliran angin di luar bangunan
greenhouse.

2.3.7 Kesimpulan dan Saran


2.3.7.1 Kesimpulan
Hasil pengukuran pada waktu pagi, siang dan sore hari mengalami
kenaikan di luar bangunan greenhouse. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan
kecepatan aliran angin di dalam dan di luar bangunan greenhouse. Hasil
pengukuran di dalam bangunan greenhouse lebih rendah dibandingkan hasil
pengukuran di luar bangunan greenhouse dikarenakan sebagian angin yang
berhembus tertahan oleh dinding greenhouse itu sendiri sehingga kecepatan aliran
angin di dalam greenhouse lebih rendah dibandingkan kecepatan aliran di luar
greenhouse.

2.3.7.2 Saran
Pada saat praktikum kita diharapkan melakukannya dengan baik dan
tepat sesuai dengan prosedur kerja yang telah diberikan, guna mendapatkan
hasil yang maksimal pada saat sebelum, sedang, dan setelah praktikum di
laksanakan.

17
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Jl. Tri Bhrata, DesaPondokMeja Km. 11, MestongMuaro Jambi 36364

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari seluruh objek yang telah di praktikumkan maka dapat disimpulkan
bahwa hasil pengukuran di dalam greenhouse menjadi meningkat pada
pengukuran dari setiap objek yang berada di luar greenhouse. Hal ini dikarenakan
adanya perbedaan lingkungan di dalam bangunan greenhouse dan lingkungan di
luar bangunan greenhouse.

3.2 Saran
Pada saat praktikum kita diharapkan melakukannya dengan baik dan tepat
sesuai dengan prosedur kerja yang telah diberikan, guna mendapatkan hasil yang
maksimal pada saat sebelum, sedang, dan setelah praktikum di laksanakan.

18
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Jl. Tri Bhrata, DesaPondokMeja Km. 11, MestongMuaro Jambi 36364

DAFTAR PUSTAKA

Garber M, Thomas Paul, “Indoor Plants, Agricultural and Environmental


Sciences”, The University at Georgia.
Moh. Ibnu Malik, Anistardi, “Bereksperimen dengan Mikrokontroler 8031”, Elek
Media Komputindo, Jakarta, 1997.
Ogata, Katsuhiko, “Teknik Kontrol Automatik”, Jilid I,Edisi keempat, Alih bahasa
Edi Laksono, Erlangga, Jakarta, 1991.
Ogata, Katsuhiko, “Discrete Time Control Systems”, Prentice Hall, Inc. New
Jersey.

19

Anda mungkin juga menyukai