PENDAHULUAN
Usaha penyediaan daging segar maupun ikan segar perlu mendapat perlakuan
khusus karena daging dan ikan segar merupakan salah satu bahan pangan yang
mudah rusak oleh mikroorganisme. Kondisi penjualan yang kurang higienis terutama
pada pasar tradisional dapat menyebabkan daging dan ikan terkontaminasi oleh
mikroorganisme, baik yang bersifat pathogen maupun non pathogen. Mikroorganisme
ini dapat merusak dan menyebabkan deteriosasi atau penurunan mutu sehingga secara
langsung mempengaruhi kualitas fisik dan kimia daging dan ikan.
Untuk menghindari kerusakan pada daging dan ikan cara yang umum digunakan
yaitu dengan metode pendinginan dan pembekuan. Pendinginan dan pembekuan
bertujuan untuk menghambat kerja mikroorganisme yang ada di daging dan ikan.
Daging dan ikan akan beku untuk sementara selama proses pendinginan dan
pembekuan berlangsung untuk setidaknya dapat memperpanjang waktu simpan
daging dan ikan. Ketika daging dan ikan telah melewati proses pendinginan dan
pembekuan, terjadilah proses selanjutnya yang dapat mengurangi kualitas daging dan
ikan. Semakin lama daging dan ikan dibiarkan, semakin turun kualitas daging dan
ikan.
Drip loss adalah proses keluarnya cairan dari dalam tubuh daging dan ikan akibat
perbedaan suhu. Pada proses nya ikan sampel di bekukan terlebih dahulu dalam
freezer dan di lakukan pengujian dengan melihat seberapa besar banyak air atau
cairan yang keluar dari daging ikan. menurut Wanniate (2014), bahwa drip loss
merupakan hilang nya beberapa kompenen nutrient daging yang ikut bersama keluar
nya cairan daging. Hal ini diperkuat oleh Rahardjo (2014) bahwa metode thawing
yang digunakan untuk mencairkan ikan beku dapat mempengaruhi kualitas atau mutu
ikan terutama tekstur. pemilihan metode thawing yang tidak tepat dapat
menyebabkan kegagalan serabut otot untuk menyerap kembali semua air sehingga
terjadi terlokasi yang di sebut drip. Untuk mengetahui karakteristik daging dan ikan
serta proses yang terjadi di dalamnya dilakukanlah praktikum ini.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan diadakan praktikum ini yaitu:
1. Mengamati perbedaan daging/ikan segar dan yang kurang segar (busuk)
2. Mengetahui kualitas daging berdasarkan tingkatan penyebaran lemak
intramuscular (marbling)
3. Mengetahui perubahan warna pada daging dan ikan setelah waktu tertentu
maupun perlauan tertentu
4. Mengetahui nilai pH bahan pangan
5. Mengetahui cara pengukuran dan cara menghitung nilai tekstur daging
6. Mengamati penyusutan berat daging akibat pemasakan
7. Mengetahui kehilangan bobot daging akibat drip pada daging beku
8. Mengetahui ciri-ciri daging dari beberapa jenis spesies ternak
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu penanganan daging sebelum melalui proses lebih lanjut untuk
menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan memperpanjang masa simpan adalah
dengan pembekuan. Pembekuan merupakan metode yang oaling sering digunakan
dalam memperpanjang masa simpan daging untuk saat ini. Meskipun merupakan
metode yang memberikan keuntungan berupa kemudahan, penyimpanan beku dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan fisik maupun kimia. Kerusakan tidak hanya
terjadi selama pembekuan tetapi dapat terjadi dalam penanganan daging beku ketika
akan diolah lebih lanjut, yaitu selama proses penyegaran kembali(thawing). Menurut
Potter (1973) berbagai kerusakan dapat terjadi pada makanan selama proses
pembekuan maupun thawing secara lambat.
Nutrien daging beku akan terlarut dalam air dan hilang bersama cairan daging
yang keluar selama proses penyegaran kembali (thawing) yang disebut drip. Nutrien
didalam drip antara lain: macam-macam garam, protein, asam-asam amino, asam
laktat dan vitamin yang terlarut dalam air termasuk vitamin B kompleks. Konstituen
yang terkandung dalam drip berhubungan dengan tingkat kerusakan sel pada saat
pembekuan dan penyimpanan beku. Kristal-kristal es besar yang terbentuk selama
pembekuan akan menyebabkan kerusakan pada serabut otot dan sarkolema
(Soeparno, 1998).
Kyuring daging dapat didefinisikan sebagai penggunaan garam dapur (NaCl) dan
nitrit (bentuk tereduksi dari nitrat) untuk mengubah secara kimiawi sifat fisik, kimia
dan mikrobiologis produk daging (Sebranek 2009). Secara historis, kyuring daging
dilakukan terutama untuk mengawetkan daging. Sejak kyuring daging berkembang,
definisi itu dipahami sebagai penambahan garam, gula, rempah-rempah dan nitrat
atau nitrit untuk membantu dalam cita rasa dan properti pengawetan (Pegg & Shahidi
2008).
Agen kyuring (nitrat dan nitrit) adalah bahan penting untuk daging kyuring
karena senyawa ini bertanggung jawab untuk karakteristik unik, sifat khas yang
mencirikan produk daging kyuring. Nitrat akan efektif sebagai agen kyuring jika
direduksi menjadi nitrit. Reduksi nitrat dalam daging biasanya dicapai oleh
mikroorganisme sehingga diperlukan waktu dan suhu yang cukup untuk konversi
mikrobial tersebut (Honikel 2008).
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.1 Alat
1. Gelas beaker
2. Neraca digital
3. Plastik
4. Water bath
5. Pisau
6. Standar marbling
7. pH universal
8. Baskom
9. Stopwatch
10. Rheotex
11. Freezer
12. Talenan
13. Piring
14. Sendok
3.1.2 Bahan
1. Daging sapi
2. Daging babi
3. Daging kambing
4. Daging ayam
5. Ikan laut
6. Ikan lele
7. Enzim
8. Tisu
9. Air
10. Garam
11. Label
-Daging sapi
-Daging babi
-Daging ayam
-Daging kambing
Pengamatan dan
pengambilan gambar
-Daging sapi
-Daging babi
-Daging ayam
-Daging kambing
Pengamatan dan
pengambilan gambar
Daging
Sapi
Pengamatan marbling
dan pengambilan
gambar
Pembandingan
dengan standart
marbling
Penentuan tingkat
marbling pada daging
sapi
3.1.1 Pengamatan Warna
-Daging sapi
-Daging babi
-Daging ayam
-Daging kambing
-Ikan laut
Pengamatan warna
- Ikan lele
dan pengambilan
gambar
Pengirisan daging
menjadi dua
Irisan I Irisan II
Penimbanga Penimbanga
n n
Pengamatan warna
dan pengambilan
gambar
Penimbanga
n
3.1.2 Penentuan pH
-Daging sapi
-Daging babi
-Daging ayam
-Daging kambing
-Ikan laut
-Ikan lele
Dua sampel daging dan
ikan
Sampel I Sampel II
Pengukuran nilai pH
dengan pH universal
3.1.3 Pengukuran Tekstur
Penyalaan power
rheotex dan
pemasangan jarum
ditunjukkan jarum
rheotex
3.1.4 Pengukuran Cooking Loss
Bahan
Penimbangan
sebanyak 10
gram
Pemasukan ke dalam
plastik
Penimbangan
sampel
Bahan
Penimbangan
sebanyak 10
gram
Penirisan daging
Daging
Pengamatan dan
pengambilan
gambar
Pembandingan
dengan parameter
yang ada
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN
BAB 5. PEMBAHASAN
BAB 6. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Honikel KO. 2008. The use and control of nitrate and nitrite for the processing of
meat products. Meat Sci. 78:68- 76
Pegg RB, Shahidi F. 2008. Nitrite curing of meat: The Nnitrosamine problem and
nitrite alternatives. New Jersey (US): John Wiley and Sons.
Potter. 1973. Food Science second edition. Cambridge: The Avi Publishing
Company.
Raharjo, Natsha. 2014. Pengaruh lama penyimpanan pada suhu beku dan metode
thawing tekstur ikan bandeng pra dan pasca penebaran. Skripsi.
Sebranek JG. 2009. Basic curing ingredients. In: Tarte R, editor. Ingredients in
meat products. New York (US): Springer Science+Business Media LLC.
Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging Cetakan Ketiga. Yogyakarta: UGM
Press.
Susilawati. 2001. Pengetahuan Bahan Hasil Hewani Daging. Buku Ajar. Bandar
Lampung: Universitas Lampung.
Susilorini, E. T. 2008. Budi Daya 22 Ternak Potensial. Jakarta: Penebar Swadaya
Tiven, N. C., E. Suryanto dan Rusman. 2007. Komposisi kimia, sifat fisik dan
organoleptik bakso daging kambing dengan bahan pengeyal yang berbeda.
Jurnal Agritech 27(1):1-6.
Usmiati, S. 2010. Pengawetan Daging Segar dan Olahan. Bogor: Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.
Wanniatie, Veronica. Dian Septinova. Tintin Kurtini. Nining Purwaningsih. 2014.
Pengaruh Pemberian Tepung Temulawak dan Kunyit Terhadap Cooking
Loss, Drip Loss dan Uji Kebusukan Daging Puyuh Jantan. Jurnal
UNILA:121.
Wijaya, Jane Caprita. 2015. Pengaruh Penambahan Enzim Bromelin Terhadap
Sifat Kimia dan Organoleptik Tempe Gembus. Jurnal Pangan dan
Agroindustri. vol.3(1).