Anda di halaman 1dari 6

Syarat mutu mikrobiologis nata dalam kemasan adalah angka lempeng total

maksimal 200 koloni/g (dikerjakan sesuai ISO 4833-1-2013 dan dihitung sesuai
ISO 7218) (SNI 01-4317-1996); koliform <3 APM/g (dikerjakan sesuai ISO
7251-2012  10 g sampel ke dalam 90 mL akuades, sampel 10 mL ke tabung 1-
3, sampel 1 mL ke tabung 4-6, sampel 0,1 mL ke tabung 7-9) dan Salmonella
negatif/25 g (dikerjakan sesuai ISO 6579-2002) (PerkaBPOM Nomor 16-1996).
Hasil pengamatan menunjukkan data sebagai berikut. Apakah semua sampel nata
tersebut memenuhi syarat secara mikrobiologis? Jelaskan berdasarkan data yang
disediakan.
Data A
Uji penduga Uji penguat
Sampel
10 mL 1 mL 0,1 mL 10 mL 1 mL 0,1 mL
B 3 2 0 3 2 0
T 3 2 3 2 2 2
S 1 1 0 0 0 0

Data B
Jumlah koloni dalam pengenceran
Sampel Cawan
10-1 10-2 10-3
1 191 29 1
B
2 193 106 1
1 111 37 10
T
2 144 58 5
1 18 4 1
S
2 17 7 2

Data C
Hasil pertumbuhan bakteri
Sampel Salmonella
Buffer pepton Selenite
Shigella Agar
Tidak terbentuk
B Keruh Keruh
koloni hitam
Tidak terbentuk
T Keruh Keruh
koloni hitam
Tidak tumbuh
S Keruh Jernih
koloni
PENYELESAIAN

Data A
Uji Penduga
Sampel Coliform Coliform Standar Keterangan
(APM/100ml (APM/ml) (APM/g)
)
B 93 0,93 <3 Memenuhi Standard
T 290 2,9 <3 Memenuhi Standard
S 7,3 0,073 <3 Memenuhi Standard
Standard Koliform Menurut SNI 01-4317-1996
Uji Penguat
Sampel Coliform Coliform Standar Keterangan
(APM/100ml (APM/ml) (APM/g)
)
B 93 0,93 <3 Memenuhi Standard
T 35 0,35 <3 Memenuhi Standard
S 0 0 <3 Memenuhi Standard
Standard Koliform Menurut SNI 01-4317-1996

Perhitungan APM yang sudah dilakukan berdasarkan table APM/100ml


sampel (3 tabung tiap seri pengenceran) sehingga diperoleh data berdasarkan tabel
diatas, menunjukkan bahwa dari ketiga sampel yaitu sampel B, T dan S baik pada
uji penduga maupun uji penguat telah memenuhi standard jumlah bakteri koliform
pada nata kemasan berdasarkan SNI 01-4317-1996 yang menujukkan bahwa
jumlah bakteri koliform memiliki persyaratan nilai koliform yang diperbolehkan
yaitu <3 APM/g. Hal tersebut dapat dilihat pada table uji penduga yang
menunjukkan bahwa ketiga sampel telah memenuhi standard dengan jumlah
koliform APM/ml dari masing-masing sampel B, T dan S secara berturut-turut
yaitu 0,93 ; 2,9 dan 0,073. Pada table uji penguat juga menunjukkan bahwa ketiga
sampel telah memenuhi standard dengan jumlah koliform APM/ml dari masing-
masing sampel B, T dan S secara berturut-turut yaitu 0,93 ; 0,35 dan 0.

DATA B
Sampel B
Cawan 1 = 1,91 x 103 (Syarat 1)
( 106 x 102 )
Cawan 2 ¿ =5,49 ≥2 (Syarat 4)
( 19,3 x 102 )
Sehingga cawan 2 = 1,93 x 103
( 1,91 x 10 3 )+ ( 1,93 x 103 )
x́ cawan= =1,92 x 103
2

Sampel T
( 37 x 10 2 )
Cawan 1 ¿ =3,33 ≥ 2 (Syarat 4)
( 11,1 x 102 )
Sehingga cawan 1 = 1,11 x 103
( 58 x 102 )
Cawan 2 ¿ =4,03≥ 2 (Syarat 4)
( 14,4 x 102 )
Sehingga cawan 2 = 1,44 x 103
( 1,11 x 103 ) + ( 1,44 x 103 )
x́ cawan= =1,28 x 103
2

Sampel S
Cawan 1 = 1,8 x 102 (Syarat 2)
Cawan 2 = 1,7 x 102 (Syarat 2)
( 1,8 x 102 ) + ( 1,7 x 102 )
x́ cawan= =1,75 x 10 2
2
Menurut SNI 01-4317-1996, jumlah angka lempeng total pada suatu
produk pangan maksimal 2,0 ×102 koloni/g.Pada hasil perhitungan diatas dapat
diketahui bahwa pada ketiga produk nata tersebut ada yang tidak memenuhi
syarat, yaitu sampel B dan T tidak memenuhi syarat(jumlah angka lempeng total
melebihi 200 koloni/g). Pada sampel S jumlah angka lempeng total tidak melebihi
200 kolobi/g maka masih memenuhi syarat.

Data C
Analisa data yang pertama yaitu pada tabel ketiga (Data C) bagian hasil uji
buffer pepton dari ketiga sampel yang digunakan yaitu sampel B, T dan S
menunjukkan bahwa ketiga sampel menghasilkan warna yang keruh. Berdasarkan
hasil tersebut maka menunjukkan bahwa ketiga sampel ditumbuhi oleh bakteri.
Pernyataan tersebut dapat diperjelas oleh literatur yang menyatakan bahwa
pertumbuhan bakteri ditandai dengan adanya kekeruhan pada buffer pepton
(Cahyadi, 2017). Kemudian, hal tersebut dapat terjadi dikarenakan didalam
larutan pengencer Buffer Peptone Water (BPW) memiliki kandungan utama
berupa pepton yang merupakan protein yang berperan sebagai sumber nutrisi.
Komponen utama protein adalah Nitrogen (N2) yang sangat dibutuhkan oleh
bakteri untuk mensintesis protein. Selain itu, mengandung natrium klorida,
disodium hydrogen fosfat dan protasium hydrogen fosfat yang berfungsi sebagai
mineral yang dibutuhkan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bakteri
(Wulandari, 2016).
Analisa data yang kedua berdasarkan pada tabel ketiga (Data C) bagian
hasil uji Selenite dari ketiga sampel yang digunakan yaitu sampel B, T dan S
menunjukkan bahwa sampel B dan T menghasilkan warna keruh dan sampel S
jernih. Berdasarkan data yang sudah diperoleh menunjukkan bahwa nata pada
sampel B dan T mengalami kontaminasi karena terdapat pertumbuhan salmonella,
dengan bukti nata yang terkontaminasi karena hasil Selenite menunjukkan keruh
sedangkan sampel S menunjukkan hasil negatif atau tidak ditumbuhi salmonella
karena sampel berwarna jernih. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diperjelas
oleh literatur Menurut Kusuma (2009) dalam Mukhtaruddin, dkk (2018), media
SBC (Salenite Cystein Broth) mengandung inhibitor natrium selenit yang
tereduksi menjadi selenium merupakan media selektif yang artinya media ini
dapat digunakan khusus untuk bakteri gram negatif seperti Salmonella sp dan E.
coli sedangkan hasil positif pada media ini ditandai dengan kekeruhan dan
perubahan warna menjadi orange.
Analisa data yang terakhir yaitu berdasarkan pada tabel ketiga (Data C)
bagian hasil uji media Salmonella Shigella Agar dari ketiga sampel yang
digunakan yaitu sampel B, T dan S yang menunjukkan bahwa sampel B dan T
menghasilkan koloni yang tumbuh tidak terbentuk warna hitam, sedangkan
sampel S menunjukkan tidak tumbuh koloni. Hal tersebut menunjukkan bahwa
sampel B dan T ditumbuhi oleh bakteri Shigella dengan sampel S menghasilkan
negatif. Pernyataan tersebut dapat diperjelas oleh literatur Menurut Aini, F (2018),
bakteri dari genus Shigella tidak memfermentasi laktosa dan tidak menghasilkan
H2S maupun enzim tiosulfat reduktase sehingga koloni yang tumbuh berwarna
putih atau tidak berwarna (bening).
DAFTAR PUSTAKA

Aini, F. 2018. Isolasi dan Identifikasi Shigella sp. Penyebab Diare pada Balita.
Bio-site. 4(1): 7-8.

Badan Standardisasi Nasional. 1996. SNI 01-4217-1996. Nata dalam Kemasan.


Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

Cahyadi, N.R. 2017. Identifikasi Salmonella sp dan Staphylococcus aureus pada


Sosis Ayam di Kecamatan Baturetno Wonogiri. Karya Tulis Ilmiah.
Surakarta: Program Studi D-III Analisis Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Setia Budi.

Mukhtaruddin, Fakhrurrazi dan M. Akbar. 2018. Isolasi dan Identifikasi Bakteri


Salmonella sp. Pada Usus Ayam Kampung di Desa Lampuja Kecamatan
Darussalam Kabupaten Aceh Besar. Jimvet. 3(1): 24-28.

Wulandari Ni, K.M. 2016. Uji Angka Lempeng Total dan Identifikasi Escherichia
coli dalam Jamu Gendong Beras Kencur yang Dijual di Pasar Sambilegi
Wilayah Maguwoharjo Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Anda mungkin juga menyukai