B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Manajemen Modal?
2. Apa itu Manajemen Kas?
3. Apa itu Manajemen Piutang?
4. Apa itu Mnajemen Persediaan?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengatahui tentang Manajemen Modal Kerja
2. Mengatahui tentang Manajemen Kas
3. Mengatahui tentang Manajemen Piutang
4. Mengatahui tentang Manajemen Persediaan
BAB II
PEMBAHASAN
I. MODAL KERJA
A. Pengertian Modal Kerja
Bambang Riyanto (2007 : 20) menyatakan bahwa “pengertian modal kerja
dimaksudkan sebagai jumlah keseluruhan aktiva lancar.” Pengertian tersebut sama dengan
pengertian modal kerja yang dinyatakan oleh Susan Irawati (2006 : 89) bahwa “modal kerja
merupakan investasi perusahaan dalam bentuk aktiva lancar atau current assets.”
Sementara itu menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland – Modal kerja adalah
selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Dengan demikian modal kerja merupakan
investasi dalam kas, surat- surat berharga, piutang dan persediaan dikurangi hutang lancar
yang digunakan untuk melindungi aktiva lancer
3. HITUNG LANCAR
Munawir (2004:18) mengemukakan pengertian hutang lancar sebagai berikut: Hutang lancar atau
hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran
akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva
lancer yang dimiliki oleh perusahaan. Hutang lancar merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak
lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, atau utang yang jatuh temponya
masuk siklus akuntansi yang sedang berjalan. Yang termasuk hutang lancar adalah sebagai berikut:
a. Wesel Bayar (Notes Payable) Wesel bayar adalah promes tertulis dari perusahaan untuk
membayar sejumlah uang atau perintah pihak lain pada tanggal tertentu yang akan datang
yang ditetapkan (utang wesel). Promes dapat diberikan kepada bank ketika perusahaan
meminjam uang atau kepada kreditur untuk pembelian barang dagangan secara kredit.
b. Hutang Dagang (Account Payable) Hutang Dagang Adalah semua pinjaman yang timbul
karena pembelian barang-barang dagangan atau jasa secara kredit. Pinjaman tersebut akan
dikembalikan dalam waktu satu tahun atau kurang (jangka waktu operasi perusahaan yang
normal).
c. Penghasilan Yang Ditangguhkan (Differed Revenue) Penghasilan yang diterima terlebih
dahulu merupakan penghasilan yang sebenarnya yang belum menjadi hak perusahaan. Pihak
lain telah menyerahkan uang terlebih dahulu kepada perusahaan sebelum perusahaan
menyerahkan barang atau jasanya (perusahaan berkewajiban untuk memenuhinya).
Penghasilan baru direalisasi bila jasa-jasa telah dipenuhi atau transaksi penjualan telah
selesai.
d. Hutang Dividen (Divident Payable) Hutang dividen merupakan bagian laba perusahaan yang
diberikan sebagai deviden kapada pemegang saham, tetapi belum dibayarkan ketika neraca
disusun. Hutang Pajak (Tax Payable) Beban pajak perseroan yang belum dibayarkan pada
waktu neraca disusun.Kewajiban Yang Masih Harus Dipenuhi (Accrual Payables)
Kewajiban yang timbul karena jasa-jasa yang diberikan kepada perusahaan selama jangka
waktu tertentu, tetapi pembayarannya belum dilakukan.Misalnya: upah, bunga, sewa, pensiun
dan lain-lain.
e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Modal Kerja. Untuk menentukan jumlah modal
kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan bukanlah merupakan hal yang mudah,
karena modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan tergantung atau dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Munawir (2004:117) menyatakan bahwa besarnya modal kerja yang
dibutuhkan oleh suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1. Sifat atau tipe dari perusahaan
2. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta
harga per satuan dari barang tersebut.
3. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan
4. Syarat penjualan
5. Tingkat perputaran persediaan.
f. Pentingnya Modal Kerja Yang Cukup. Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang
cukup agar memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak
mengalami kesulitan keuangan. Misalnya dapat menutup kerugian dan mengatasi keadaan
krisis atau darurat tanpa membahayakan keuangan perusahaan.
Menurut Munawir (2004:116) manfaat lain dari tersedianya modal kerja yang cukup adalah sebagai
berikut :
1. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar, seperti adanya
kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karena harganya merosot.
2. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendek tepat pada
waktunya.
3. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat
mendapatkan keuntungan berupa potongan harga.
4. Menjamin perusahaan memiliki kredit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak
dapat diduga seperti kebakaran, pencurian dan sebagainya.
5. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani
permintaan konsumennya.
6. Memungkinkan perusahaan dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada
pelanggan.
7. Memungkinkan perusahaan dapat beroperasi denan lebih efisien karena tidak ada kesulitan
dalam memperoleh bahan baku biasa dan supply yang dibutuhkan.
8. Memungkinkan perusahaan mampu bertahan dalam posisi resesi atau depresi. Di luar kondisi
diatas, yakni adanya modal kerja yang berlebihan dan terjadinya kekurangan modal kerja,
keduanya merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi perusahaan. Modal kerja yang
berlebihan menunjukkan pengelolaan dana yang tidak efektif disamping akan menimbulkan
keburukan- keburukan seperti, dapat menimbulkan pemborosan-pemborosan, investasi-
investasi pada cabang yang tidak diinginkan dan kerugian bunga karena saldo bank yamg
tidak digunak.
Munawir (2004:120) menyatakan bahwa pada umumnya modal kerja suatu perusahaan dapat berasal
dari:
1. Hasil Operasi Perusahaan Adalah jumlah net income yang tampak dalam laporan
perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi. Jumlah ini menunjukkan
jumlah modal kerja yang berasal dari operasi perusahaan.
2. Keuntungan Dari Penjualan Surat-Surat Berharga (Investasi Jangka Pendek). Surat
berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek adalah salah satu elemen aktiva
lancar yang segera dapat dijual dan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan
adanya penjualan surat-surat berharga ini mengakibatkan perubahan dalam unsur modal kerja
yaitu dari bentuk surat berharga menjadi uang kas.
3. Penjualan Aktiva Tidak Lancar.Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah
hasil dari penjualan aktiva tetap. Investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya
yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau
piutang menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar jumlah penjualan tersebut.
4. Penjualan Saham Atau Obligasi. Untuk menambah dana atau modal kerja yang
diperlukan, perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para
pemilik perusahan untuk menambah modalnya, disamping itu perusahaan juga dapat
mengeluarkan obligasi atau bentuk utang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan
modal kerjanya. Penjualan obligasi ini mempunyai konsekuensi bahwa perusahaan harus
membayar bunga tetap, oleh karena itu dalam mengeluarkan utang dalam bentuk obligasi
harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.
2. Pengeluaran kas rata-rata setiap hari merupakan jumlah pengeluaran kas rata-rata setiap
hari utk keperluan bahan mentah, bahan pembantu, pembayaran upah buruh, dan lain-lain.
Biaya administrasi setiap bulan Rp 1.250.000. Gaji pimpinan perusahaan setiap bulan Rp
2.000.000. Uutuk membeli bahan mentah A perusahaan harus memberikan uang muka
kepada supplier bahan mentah tsb rata-rata 5 hr sebelum bahan mentah diterima. Waktu yang
diperlukan untuk membuat barang tersebut 5 hari, dan selanjutnya atas pertimbangan
kualitas barang masih harus tersimpan digudang 2 hari. Penjualan dilakukan dengan kredit
dengan syarat pembayaran 10 hari sesudah barang diambil. Pimpinan menetapkan persediaan
bersi Rp 2.000.000. Berapa besarnya kebutuhan Modal Kerja yang diperlukan perusahaan
tersebut untuk membiayai membiayai operasi perusahaan secara Kontinyu?
Jawab:
Periode perputaran
• Bahan mentah A
a. Dana yang terikat dalam persekot bahan 5 hari
b. Proses produksi 5 hari
c. Barang jadi 2 hari
d. Piutang dagang 10 hari
• Bahan mentah B, tenaga kerja langsung, biaya administrasi, gaji pimpinan
a. Proses produksi 5 hari
b. Barang jadi 2 hari
c. Piutang dagang 10 hari
Kebutuhan dana yang akan ditanamkan dalam unsur modal kerja tersebut adalah:
a. Bahan mentah A = 100 unit x Rp.500 x 22 hari = Rp. 1.100.000
b. Bahan mentah B = 100 unit x Rp. 200 x 17 hari = Rp. 340.000
c. T kerja langsung = 100 unit x Rp. 400 x 17 hari = Rp. 680.000
---------- +
JUMLAH Rp. 2.120.000
ANALISIS KREDIT
Analisis kredit berusaha untuk menetapkan siapa yang harus menerima kredit dan
berdasarkan kondisi apa. Dua aspek dari proses itu harus dibedakan : langganan baru versus
langganan yang ada. Yang kedua tidak begitu sulit karena pengalaman memberikan informasi
yang cukup banyak. Analasis kredit jelas merupakan masalah yang lebih sulit bagi langganan
yang prospektif berilaku dengan pemasok lainnya. Jenis formasi ini dapat diperoleh dengan
biaya tertentu dari agen informasi keuangan khususnya seperti Dun & Bradstreet.
STANDAR KREDIT
Standar kredit merupakan rincian nilai-nilai atau karateristik-karateristik yang menentukan
apakah seorang pelanggan akan menerima kredit. Sejumlah variabel terlibat dan beberapa
pelanggan lemah dapat diberi kredit dalam kondisi-kondisi yang telah ditentukan.
Jika suatu perusahaan melakukan penjualan dengan kredit hanya kepada para pelanggan yang
kuat, kerugian karena timbulnya piutang ragu-ragu biasanya kecil. Sebaliknya ada
kemungkinan tingkat penjualan yang hilang tersebut dapat lebih besar daripada biaya yang
dapat dihindarinya. Untuk menentukan standar kredit yang optimum perusahaan perlu
membandingkan antara biaya marjinal pemberian kredit dan laba marjinal dari peningkatan
penjualan.
Yang termasuk dalam biaya marjinal adalah biaya-biaya produksi dan penjualan akan
tetapi untuk sementara yang perlu diperhatikan adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan
kualitas para pelanggan, atau biaya kualitas kredit. Termasuk dalam biaya-biaya ini adalah
(1) kerugian karena piutang ragu-ragu ; (2) biaya pemeriksaan dan penagihan yang lebih
tinggi, dan (3) dan yang lebih besar yang tertahan dalam piutang dagang (yang
mengakibatkan biaya modal lebih tinggi, karena pelanggan yang kurang layak menerima
kredit, menunda pembayarannya).
SYARAT KREDIT
Adalah kondisi pembayaran kredit yang ditawarkan kepada pelanggan; syarat kredit
meliputi periode kredit dan potongan tunai. Periode kredit adalah jangka waktu dimulai dari
ketika kredit diberikan, setelah itu kredit dianggap tertunggak.
Lima aspek syarat kredit yaitu sifat ekonomik produk, kondisi penjual, kondisi pembeli,
periode kredit, dan potongan tunai.
-Sifat Ekonomik Produk
Barang-barang dengan perputaran penjualan yang tinggi dijual dengan syarat kredit yang
relatif pendek, pembeli menjual kembali dengan cepat, yang menghasilkan uang tunai
sehingga mampu membayar kepada pemasok.
-Kondisi Penjual
Penjual yang keuangannya lemah membutuhkan uang tunai atau syarat kredit yang
ditawarkannya berjangka sangat pendek.
-Kondisi Pembeli
Pada umumnya pengecer yang sehat keuangannya menjual secara kredit, dan sebaliknya
menerima kredit yang lebih lama.
-Periode Kredit
Melonggarkan periode kredit dapat mendorong kenaikan penjualan, akan tetapi biaya atas
dana yang terikat pada piutang dagang akan meningkat.
-Potongan Tunai
Potongan tunai adalah reduksi harga didasarkan atas pembayaran yang dilakukan selama
periode waktu yang ditentukan.
SEASONAL DATING
Adalah syarat kredit yang digunakan untuk mendorong konsumen untuk melakukan
pembelian di luar musim (out of season) dengan tidak mengharuskan pembayaran sampai
tanggal waktu yang telah ditentukan, tidak peduli kapanpun barang itu dibeli.
E. Reorder Point
Agar pembelian bahan yang sudah ditetapkan dalam EOQ tidak mengganggu
kelancaran kegiatan produksi, maka diperlukan waktu pemesanan kembali bahan baku.
Faktor-faktor yang mempengaruhi titik pemesanan kembali adalah :
1. Lead Time. Lead time adalah waktu yang dibutuhkan antara bahan baku dipesan hingga
sampai diperusahaan. Lead time ini akan mempengaruhi besarnya bahan baku yang
digunakan selama masa lead time, semakin lama lead time maka akan semakin besar bahan
yang diperlukan selama masa lead time.
2. Tingkat pemakaian bahan baku rata-rata persatuan waktu tertentu.
3. Persediaan Pengaman (Safety Stock), yaitu jumlah persediaan bahan minimum yang harus
dimiliki oleh perusahaan untuk menjaga kemungkinan keterlambatan datangnya bahan baku,
sehingga tidak terjadi stagnasi.
Dari ketiga faktor di atas, maka reorder point dapat dicari dengan rumus
berikut ini :
LD = Lead Time
AU = Average Usage = Pemakaian rata-rata
SS = Safety Stock
F. Safety Stock
Untuk menaksir besarnya safety stock, dapat dipakai cara yang relatif lebih teliti yaitu
dengan metode sebagai berikut :
1. Metode Perbedaan Pemakaian Maksimum dan Rata-Rata.
Metode ini dilakukan dengan menghitung selisih antara pemakaian maksimum dengan
pemakaian rata-rata dalam jangka waktu tertentu (misalnya perminggu), kemudian selisih
tersebut dikalikan dengan lead time. Misalkan PT. Agung memperkirakan pemakaian
maksimum bahan-bahan perminggu sebesar 650 kg, sedangkan pemakaian rata-ratanya
sebesar 500 kg dan lamanya lead time 2 minggu, maka data-data tersebut safety stock
sebesar:
Safety Stock = (650 – 500) 2 = 300 Kg
2. Metode Statistika. Untuk menentukan besarnya safety stock dengan metode ini, maka dapat
digunakan program komputer kuadrat terkecil (least square). Untuk menggambarkan
penggunaan metode ini, maka diberi contoh berikut ini, yaitu untuk menaksir safety stock
tahun 2001 didasarkan pada data tahun 2000.
Reorder Point = (LD x AU) + SS
Safety Stock = (Pemakaian Maksimum – Pemakaian Rata-Rata) Lead Time Jumlah 26.000
28.480 -480 155.200
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Modal kerja merupakan aspek penting dalam manajemen pembelanjaan perusahaan.
Apabila perusahaaan tidak dapat mempertahankan tingkat modal kerja yang memuaskan,
maka kemungkinan perusahaan berada dalam keadaan ”insolvent” (tidak mampu membayar
kewajiban-kewajiban yang sudah jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus
dilikuidasi atau bangkrut. Dalam perusahaan atau badan usaha salah satu peranan modal kerja
adalah menjamin kontinuitas perusahaan yang menyangkut penggunaan modal, sehingga
dapat menentukan modal kerja yang cukup. Perusahaan dihadapkan pada masalah seberapa
besar tingkat efisiensi dan efektivitas penggunaan modal kerja yang harus dikelola
perusahaan.
Dalam analisis penggunaan dana tidak terlepas dari laporan keuangan, karena neraca terdiri
dari aktiva dan passiva yang mencerminkan hasil keputusan pendanaan. Sedangkan
perhitungan laba rugi dapat dilihat dari seberapa efektifnya penggunaan aktiva yang
mendukung penjualan dan seberapa efisien laba yang diperoleh dapat digunakan untuk
memberikan imbalan kepada para pemilik dana dan sebagai sumber dana untuk investasi.
Sehingga dengan menganalisis efisiensi dan efektivitas penggunaan dana akan diketahui
bagaimana kebijaksanaan yang ditempuh oleh pimpinan perusahaan dalam mengoperasikan
dana yang ada dan dapat diketahui efisiensi dari dana yang dioperasikan.
B.Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada para pembaca pada umumnya dan penulis
pada khususnya dapat mengetahui, memahami dan menambah wawasan tentang Manajemen
Modal Kerja dan dapat mengaplikasikannya dalm kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA