Anda di halaman 1dari 14

managemen keuangan, manajemen modal,

menejemen kas, manajemen piutang, manajemen


persediaan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perusahaan merupakan lembaga ekonomi yang bertujuan menghasilkan barang dan
jasa melalui penggunaan sumber-sumber ekonomi secara efektif dan efisien. Setiap
perusahaan yang menjalankan usaha selalu membutuhkan modal kerja. Modal kerja itu antara
lain digunakan untuk pembelian bahan baku, aktiva tetap, pembayaran gaji karyawan dan
pembayaran biaya-biaya lainnya.
Manajemen modal kerja yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk
pertumbuhan dan kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Apabila perusahaan
kekurangan modal kerja maka besar kemungkinannya perusahaan tersebut akan kehilangan
pendapatan dan keuntungan. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup tetapi
tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek pada waktunya maka akan menghadapi
masalah likuiditas.
Dalam menyusun dan menyempurnakan makalah ini penyusun mencoba untuk
menyampaikan bahwa modal kerja memiliki arti penting dalam pengaturan jasa-jasa
monopoli yang di beriakan oleh perusahaan-perusahaan. sehingga pembaca dapat mengambil
manfaat yang terkandung dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Manajemen Modal?
2. Apa itu Manajemen Kas?
3. Apa itu Manajemen Piutang?
4. Apa itu Mnajemen Persediaan?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengatahui tentang Manajemen Modal Kerja
2. Mengatahui tentang Manajemen Kas
3. Mengatahui tentang Manajemen Piutang
4. Mengatahui tentang Manajemen Persediaan

BAB II
PEMBAHASAN
I. MODAL KERJA
A. Pengertian Modal Kerja
Bambang Riyanto (2007 : 20) menyatakan bahwa “pengertian modal kerja
dimaksudkan sebagai jumlah keseluruhan aktiva lancar.” Pengertian tersebut sama dengan
pengertian modal kerja yang dinyatakan oleh Susan Irawati (2006 : 89) bahwa “modal kerja
merupakan investasi perusahaan dalam bentuk aktiva lancar atau current assets.”
Sementara itu menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland – Modal kerja adalah
selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Dengan demikian modal kerja merupakan
investasi dalam kas, surat- surat berharga, piutang dan persediaan dikurangi hutang lancar
yang digunakan untuk melindungi aktiva lancer

B. Konsep Modal Kerja


Riyanto (2001:57-58) mengemukakan konsep modal kerja yang biasa digunakan untuk analisis,
yaitu:
1. Modal Kerja Kuantitatif.
Konsep ini menitikberatkan pada segi kuantitas dana yang tertanam dalam aktiva yang masa
perputarannya kurang satu tahun. Modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan elemen
aktiva lancar. Oleh karena semua elemen aktiva lancar diperhitungkan sebagai modal kerja
tanpa memperhatikan kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, maka modal kerja ini sering
disebut modal kerja bruto atau gross working capital.
2. Modal Kerja Kualitatif
Pada konsep ini, modal kerja bukan semua aktiva lancar tetapi telah mempertimbangkan
kewajiban-kewajiban yang segera harus dibayar. Dengan demikian dana yang digunakan
benar-benar khusus digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari tanpa
khawatir terganggu oleh pembayaran-pembayaran hutang yang segera jatuh tempo.
3. Modal Kerja Fungsional.
Konsep ini lebih menitik beratkan pada fungsi dana dalam menghasilkan penghasilan
langsung atau current income. Dan pengertian modal kerja menurut konsep ini adalah dana
yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan current income sesuai dengan tujuan
didirikannya perusahaan pada satu periode tertentu.

C. Jenis-Jenis Modal Kerja


Menurut A. W. Taylor (Dalam Riyanto, 2001:60-61) menyatakan bahwa modal kerja bias
dikelompokkan ke dalam dua jenis sebagai berikut:
1. Modal Kerja Permanen
Modal kerja permanen adalah modal kerja yang selalu harus ada dalam perusahaan agar dapat
menjalankan kegiatannya untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Modal kerja permanen dibagi
menjadi dua macam yakni:
a. Modal Kerja Primer.
Modal kerja primer adalah modal kerja minimal yang harus ada dalam perusahaan untuk
menjamin agar perusahaan tetap bisa beroperasi.
b. Modal Kerja Normal.
Merupakan modal kerja yang harus ada agar perusahaan bias beroperasi dengan tingkat
produksi normal.

2. MODAL KERJA VARIABLE


Modal kerja variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
perubahan kegiatan ataupun keadaan lain yang mempengaruhi perusahaan atau berfluktuasi
berdasarkan volume produksi atau penjualan.
Modal kerja variable terdiri dari:
a. Modal Kerja Musiman. Merupakan sejumlah dana yang dibutuhkan untuk
mengantisipasi apabila ada fluktuasi kegiatan perusahaan, misalnya perusahaan biscuit harus
menyediakan modal kerja lebih besar pada saat musim hari raya.
b. Modal Kerja Siklus. Adalah modal kerja yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh
fluktuasi konjungfur.
c. Modal Kerja Darurat. Modal kerja ini jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh keadaan-
keadaan yang terjadi diluar kemampuan perusahaan. Sebuah usaha akan sehat apabila posisi
modal kerjanya stabil, artinya dari dua jenis modal kerja di atas tersedia. Kebutuhan modal
kerja dari waktu ke waktu dalam satu periode belum tentu sama. Hal ini disebabkan oleh
berubah-ubahnya proyeksi volume produksi yang akan dihasilkan oleh perusahaan.
Perubahan itu sendiri kemungkinan disebabkan adanya permintaan yang tidak sama dari
waktu ke waktu. Oleh karena itu kebutuhan modal kerja juga mengalami perubahan.
d. Komponen Modal Kerja. Modal kerja yang dibahas disini adalah modal kerja dalam
konsep kualitatif, yaitu modal kerja neto (net working capital) yang merupakan kelebihan
antara aktiva lancar di atas utang lancarnya.
Komponen modal kerja mencakup aktiva lancar dan utang lancar, yang dijelaskan sebagai
berikut: Aktiva Lancar. Munawir (2004:14) menyatakan pengertian aktiva lancar sebagai
berikut:
Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan
atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya (paling
lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal.
Yang termasuk aktiva lancar adalah:
a. Kas (Cash). Uang tunai dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk
membiayai operasi perusahaan. Uang tunai dan alat pembayaran itu terdiri dari uang logam,
uang kertas, cek, dan lain-lain. Kas merupakan bentuk aktiva yang paling likuid yang bisa
dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban financial perusahaan, karena sifat likuidnya
tersebut kas memberikan keuntungan yang paling rendah.
b. Investasi Jangka Pendek (Temporary Investment). Obligasi pemerintah, obligasi
perusahaan indusri, dan surat-surat utang sejenis, dan saham perusahaan lain yang dibeli
untuk dijual kembali dikenal sebagai investasi jangka pendek. Surat-surat berharga yang
dibeli sebagai investasi jangka pendek dari dana-dana yang sementara belum digunakan, dan
bila surat-surat berharga tersebut dapat segera dijual, maka dapat dianggap sebagai aktiva
lancar. Surat-surat berharga tersebut dimiliki untuk jangka pendek dengan maksud untuk
diperjualbelikan (trading securities). Jenis dari investasi jangka pendek ini adalah efek
(marketable securities).
c. Wesel Tagih (Notes Receivable). Tagihan perusahaan kepada pihak lain yang
dinyatakan dalam suatu promes. Promes tagih adalah promes yang ditandatangani untuk
membayar sejumlah uang dalam waktu tertentu yang akan datang kepada seseorang atau
suatu perusahaan yang tercantum dalam surat perjanjian tersebut (nama perusahaan yang
memegang surat tersebut).
d. Piutang Dagang (Accounts Receivable). Piutang dagang meliputi keseluruhan tagihan
atas langganan perseorangan yang timbul karena penjualan barang dagangan atau jasa secara
kredit. Kebijakan penjualan kredit sengaja dilakukan untuk memperluas pasar dan
memperbesar hasil penjualan. Dengan kebijakan penjualan kredit ini juga akan menimbulkan
resiko bagi perusahaan akan tidak dapat ditagihnya sebagian atau bahkan mungkin seluruh
dari piutang tersebut.
e. Penghasilan Yang Akan Masih Diterima (Account Receivable). Penghasilan yang
sudah menjadi hak perusahaan karena telah memberikan jasa-jasanya kepada pihak lain,
tetapi pembayarannya belum diterima sehingga merupakan tagihan.
f. Persediaan Barang (Inventories). Barang dagangan yang dibeli untuk dijual kembali,
yang masih ada di tangan pada saat penyusunan neraca. Untuk perusahaan industri yang
mengolah bahan dasar menjadi barang jadi, mempunyai tiga persediaan yakni persediaan
bahan dasar atau bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.
g. Biaya Yang dibayar dimuka ( Prepaid Expense). Pengeluaran untuk memperoleh jasa
dari pihak lain, tetapi pengeluaran tersebut belum menjadi biaya atau jasa dari pihak lain
yang belum dinikmati oleh perusahaan pada periode yang sedang berjalan. Contohnya yaitu
biaya sewa yang dibayar di muka dan biaya iklan yang dibayar di muka.

3. HITUNG LANCAR
Munawir (2004:18) mengemukakan pengertian hutang lancar sebagai berikut: Hutang lancar atau
hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran
akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva
lancer yang dimiliki oleh perusahaan. Hutang lancar merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak
lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, atau utang yang jatuh temponya
masuk siklus akuntansi yang sedang berjalan. Yang termasuk hutang lancar adalah sebagai berikut:
a. Wesel Bayar (Notes Payable) Wesel bayar adalah promes tertulis dari perusahaan untuk
membayar sejumlah uang atau perintah pihak lain pada tanggal tertentu yang akan datang
yang ditetapkan (utang wesel). Promes dapat diberikan kepada bank ketika perusahaan
meminjam uang atau kepada kreditur untuk pembelian barang dagangan secara kredit.
b. Hutang Dagang (Account Payable) Hutang Dagang Adalah semua pinjaman yang timbul
karena pembelian barang-barang dagangan atau jasa secara kredit. Pinjaman tersebut akan
dikembalikan dalam waktu satu tahun atau kurang (jangka waktu operasi perusahaan yang
normal).
c. Penghasilan Yang Ditangguhkan (Differed Revenue) Penghasilan yang diterima terlebih
dahulu merupakan penghasilan yang sebenarnya yang belum menjadi hak perusahaan. Pihak
lain telah menyerahkan uang terlebih dahulu kepada perusahaan sebelum perusahaan
menyerahkan barang atau jasanya (perusahaan berkewajiban untuk memenuhinya).
Penghasilan baru direalisasi bila jasa-jasa telah dipenuhi atau transaksi penjualan telah
selesai.
d. Hutang Dividen (Divident Payable) Hutang dividen merupakan bagian laba perusahaan yang
diberikan sebagai deviden kapada pemegang saham, tetapi belum dibayarkan ketika neraca
disusun. Hutang Pajak (Tax Payable) Beban pajak perseroan yang belum dibayarkan pada
waktu neraca disusun.Kewajiban Yang Masih Harus Dipenuhi (Accrual Payables)
Kewajiban yang timbul karena jasa-jasa yang diberikan kepada perusahaan selama jangka
waktu tertentu, tetapi pembayarannya belum dilakukan.Misalnya: upah, bunga, sewa, pensiun
dan lain-lain.
e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Modal Kerja. Untuk menentukan jumlah modal
kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan bukanlah merupakan hal yang mudah,
karena modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan tergantung atau dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Munawir (2004:117) menyatakan bahwa besarnya modal kerja yang
dibutuhkan oleh suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1. Sifat atau tipe dari perusahaan
2. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta
harga per satuan dari barang tersebut.
3. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan
4. Syarat penjualan
5. Tingkat perputaran persediaan.
f. Pentingnya Modal Kerja Yang Cukup. Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang
cukup agar memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak
mengalami kesulitan keuangan. Misalnya dapat menutup kerugian dan mengatasi keadaan
krisis atau darurat tanpa membahayakan keuangan perusahaan.

Menurut Munawir (2004:116) manfaat lain dari tersedianya modal kerja yang cukup adalah sebagai
berikut :
1. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar, seperti adanya
kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karena harganya merosot.
2. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendek tepat pada
waktunya.
3. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat
mendapatkan keuntungan berupa potongan harga.
4. Menjamin perusahaan memiliki kredit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak
dapat diduga seperti kebakaran, pencurian dan sebagainya.
5. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani
permintaan konsumennya.
6. Memungkinkan perusahaan dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada
pelanggan.
7. Memungkinkan perusahaan dapat beroperasi denan lebih efisien karena tidak ada kesulitan
dalam memperoleh bahan baku biasa dan supply yang dibutuhkan.
8. Memungkinkan perusahaan mampu bertahan dalam posisi resesi atau depresi. Di luar kondisi
diatas, yakni adanya modal kerja yang berlebihan dan terjadinya kekurangan modal kerja,
keduanya merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi perusahaan. Modal kerja yang
berlebihan menunjukkan pengelolaan dana yang tidak efektif disamping akan menimbulkan
keburukan- keburukan seperti, dapat menimbulkan pemborosan-pemborosan, investasi-
investasi pada cabang yang tidak diinginkan dan kerugian bunga karena saldo bank yamg
tidak digunak.

D. Sumber Modal Kerja


Modal kerja yang permanen seharusnya atau sebaiknya dibiayai oleh perusahaan atau para
pemegang saham. Semakin besar jumlah modal kerja yang dibiayai atau berasal dari investasi
pemilik perusahaan akan semakin baik bagi perusahaan tersebut karena akan semakin besar
jaminan bagi kreditur jangka pendek.

Munawir (2004:120) menyatakan bahwa pada umumnya modal kerja suatu perusahaan dapat berasal
dari:
1. Hasil Operasi Perusahaan Adalah jumlah net income yang tampak dalam laporan
perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi. Jumlah ini menunjukkan
jumlah modal kerja yang berasal dari operasi perusahaan.
2. Keuntungan Dari Penjualan Surat-Surat Berharga (Investasi Jangka Pendek). Surat
berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek adalah salah satu elemen aktiva
lancar yang segera dapat dijual dan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan
adanya penjualan surat-surat berharga ini mengakibatkan perubahan dalam unsur modal kerja
yaitu dari bentuk surat berharga menjadi uang kas.
3. Penjualan Aktiva Tidak Lancar.Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah
hasil dari penjualan aktiva tetap. Investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya
yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau
piutang menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar jumlah penjualan tersebut.
4. Penjualan Saham Atau Obligasi. Untuk menambah dana atau modal kerja yang
diperlukan, perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para
pemilik perusahan untuk menambah modalnya, disamping itu perusahaan juga dapat
mengeluarkan obligasi atau bentuk utang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan
modal kerjanya. Penjualan obligasi ini mempunyai konsekuensi bahwa perusahaan harus
membayar bunga tetap, oleh karena itu dalam mengeluarkan utang dalam bentuk obligasi
harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.

E. Penentuan Besarnya Kebutuhan Modal Kerja


Besar Kecilnya Modal Kerja tergantung dari dua faktor :
1. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja
merupakan keseluruhan atau jumlah dari periode yang meliputi jangka waktu pemberian
kredit beli, lama penyimpanan bahan mentah di gudang, lamamya proses produksi, lamanya
barang di simpan digudang, jangka waktu penerimaan piutang.

2. Pengeluaran kas rata-rata setiap hari merupakan jumlah pengeluaran kas rata-rata setiap
hari utk keperluan bahan mentah, bahan pembantu, pembayaran upah buruh, dan lain-lain.

F. Manfaat Manajemen Modal Kerja


a. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.
b. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.
c. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi
perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin
terjadi.
d. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani
konsumen.
e. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan
kepada para langganannya.
f. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak
ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.
g. Laporan modal kerja akan sangat berguna bagi management untuk mengadakan pengawasan
terhadap modal kerja.

G. Laporan Modal Kerja


Laporan perubahan modal kerja merupakan ringkasan tentang hasil-hasil aktivitas keuangan suatu
perusahaan dalam satu periode tertentu dan menyajikan sebab-sebab perubahan-peubahan posisi
keuangan perusahaan tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah modal kerja adalah sebagai berikut.
1. Sifat umum atau tipe perusahaan (Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan jasa (public
utility) relatif rendah karena investasi dalam persediaan dan piutang pencairannya
menjadikan relatif cepat).
2. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan ongkos produksi
per unit atau harga beli per unit barang. Jumlah modal kerja bukan langsung dengan waktu
yang dibutuhkan mulai dari bahan baku atau barang jadi dibeli sampai barang-barang dijual
kepada langganan. Makin panjang waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang atau
untuk memperoleh barang makin besar kebutuhan akan modal kerja.
3. Syarat pembelian dan penjualan (Syarat kredit pembelian barang dagangan atau bahan baku
akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja. Syarat kredit pembelian yang
menguntungkan akan memperkecil kebutuhan uang kas yang harus ditanamkan dalam
persediaan, sebaliknya bila pembayaran harus dilakukan segera setelah barang diterima maka
kebutuhan uang kas untuk membelanjai volume perdagangan menjadi lebih besar).
4. Tingkat perputaran persediaan (Semakin sering persediaan diganti (dibeli dan dijual kembali)
maka kebutuhan modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan (barang) akan
semakin rendah.)
5. Tingkat perputaran piutang ( Kebutuhan modal kerja juga tergantung pada periode waktu
yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang kas.)

H. Pengelolaan Modal Kerja


Pengelolaan modal kerja dipengaruhi oleh elemen-elemen dalam modal kerja diantaranya yaitu:
a. Kas Merupakan bentuk aktiva yang paling likuid yang bisa digunakan segera untuk
memenuhi kewajiban finansial perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan dapat memenuhi
kewajiban finansialnya, tapi apabila kas yang besar tidak di imbangi dengan kenaikan
penjualan maka tingkat perputaran akan menjadi rendah sehingga penggunaan kas menjadi
tidak efektif.
b. Piutang Merupakan penjualan secara kredit yang bertujuan untuk meningkatkan atau untuk
mencegah penurunan penjualan. Piutang yang terlalu besar mengakibatkan perusahaan akan
menanggung beban modal yang besar.
c. Persediaan Dalam hal ini, maka perusahaan akan menanggung biaya penyimpanan, biaya
asuransi dan biaya lain-lain yang semua itu akan memperkecil tingkat keuntungan.
d. Hutang Lancar Merupakan cash outflows yang terdiri dari hutang-hutang jangka pendek
seperti hutang wesel, hutang perniagaan dan hutang-hutang pada bank lainnya yang berusia
kurang dari 1 tahun.

I. Penentuan Besarnya Kebutuhan Modal Kerja


Besar Kecilnya Modal Kerja tergantung dr 2 faktor :
a. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja
Merupakan keseluruhan atau jumlah dari periode yang meliputi jangka waktu pemberian
kredit beli, lama penyimpanan bahan mentah di gudang, lamamya proses produksi, lamanya
barang di simpan digudang, jika waktu penerimaan piutang.
b. Pengeluaran kas rata-rata setiap hari merupakan jumlah pengeluaran kas rata-rata setiap hari
untuk keperluan bahan mentah, bahan pembantu, pembayaran upah buruh, dan lain-lain.
Modal Kerja makin besar, jika :
 Jumlah pengeluaran kas setiap tetap, periode perputaran lama.
 Periode perputaran tetap, jumlah pengeluaran kas besar
Contoh:
PT “ABC” memproduksi produk Z, setiap harinya sebanyak 100 unit. Dalam satu bulan
perusahaan bekerja selama 25 hari. Unsur biaya yang dibebankan untuk setiap unit produk
adalah sbb:
a. Bahan Mentah A seharga Rp 500
b. Bahan Mentah B seharga Rp 200
c. Tenaga Kerja Langsung Rp 400

Biaya administrasi setiap bulan Rp 1.250.000. Gaji pimpinan perusahaan setiap bulan Rp
2.000.000. Uutuk membeli bahan mentah A perusahaan harus memberikan uang muka
kepada supplier bahan mentah tsb rata-rata 5 hr sebelum bahan mentah diterima. Waktu yang
diperlukan untuk membuat barang tersebut 5 hari, dan selanjutnya atas pertimbangan
kualitas barang masih harus tersimpan digudang 2 hari. Penjualan dilakukan dengan kredit
dengan syarat pembayaran 10 hari sesudah barang diambil. Pimpinan menetapkan persediaan
bersi Rp 2.000.000. Berapa besarnya kebutuhan Modal Kerja yang diperlukan perusahaan
tersebut untuk membiayai membiayai operasi perusahaan secara Kontinyu?

Jawab:
Periode perputaran
• Bahan mentah A
a. Dana yang terikat dalam persekot bahan 5 hari
b. Proses produksi 5 hari
c. Barang jadi 2 hari
d. Piutang dagang 10 hari
• Bahan mentah B, tenaga kerja langsung, biaya administrasi, gaji pimpinan
a. Proses produksi 5 hari
b. Barang jadi 2 hari
c. Piutang dagang 10 hari
Kebutuhan dana yang akan ditanamkan dalam unsur modal kerja tersebut adalah:
a. Bahan mentah A = 100 unit x Rp.500 x 22 hari = Rp. 1.100.000
b. Bahan mentah B = 100 unit x Rp. 200 x 17 hari = Rp. 340.000
c. T kerja langsung = 100 unit x Rp. 400 x 17 hari = Rp. 680.000
---------- +
JUMLAH Rp. 2.120.000

Biaya administrasi dan gaji pimpinan :


a. Jumlah biaya gaji pimpinan dan administrasi selama 1 bulan Rp. 3.250.000
b. Jumlah produksi selama 1 bulan (25 hari ) = 25 x 100 unit = 2500 unit
c. Biaya per unit = Rp. 3.250.000 / 2500 unit = Rp. 1300
d. Biaya per hari 100 unit x Rp. 1300 = Rp. 130.000

Dana yang diperlukan untuk biaya selama periode perputaran


= Rp. 130.000 x 17 hari = Rp. 2.210.000
Persediaan kas minimal = Rp. 2.000.000
------------ +
Jumlah modal kerja yang dibutuhkan = Rp. 4.210.000

II. MANAJEMEN KAS


A. PENGERTIAN KAS
Kas merupakan salah satu bagian dari aktiva yang paling likuid (paling lancar), yang
bisa dipergunakansegera untuk memenuhi kewajiban finansial perusahaan.
Tujuan perusahaan menyimpan/membutuhkan kas
a. Kebutuhan kas untuk transaksi (diperlukan dalam pelaksanaan operasi usaha perusahaan)
b. Kebutuhan kas untuk berjaga-jaga (untuk mengantisipasi aliran kas masuk dan keluar yang
tidak kontinyu dan sulit diperkirakan)
c. Kebutuhan kas untuk berspekulasi

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA SEDIAAN KAS


• Kas adalah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya.
• Jumlah kas yang paling ideal sampai saat ini belum ada standar umumnya, tetapi telah
terdapat beberapa pedoman untuk menentukan jumlah kas perusahaan.
• Jumlah kas dapat pula dihubungkan dengan salesnya (penjualan).
• Seperti halnya sediaan, kas juga memiliki persediaan bersih atau persediaan minimal yang
disebut sebagai “safety cash balance”

ANGGARAN KAS (BUDGET KAS)


Tujuan penyusunan anggaran kas bagi pimpinan perushahaan :
• Kemungkinan posisi kas sebagai hasil rencana operasinya perusahaan
• Kemungkinan adanya surplus dan defisit karena rencana operasi perusahaan
• Besarnya dana beserta saat/kapan dana tersebut dibutuhkan untuk menutup defisit kas
Tahap penyusunan budget kas
• Penyususun estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut rencana operasionil perusahaan
• Menyusun perkiraan atau estimasi kebutuhan dana atau kredit dari bank atau sumber-sumber
dana lainnya yang diperlukan untuk menutup defisit kas karena rencana operasi perusahaan
• Menyusun kembali estimasi keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya transaksi
finansil dan budget kas yang final

III. MANAJEMEN PIUTANG


Persediaan dan piutang dagang adalah dua perkiraan aktiva lancar yang terbesar. Secara
bersama-sama kedua jenis aktiva ini mencakup hampir 80% dari aktiva lancar dan lebih dari
30% total aktiva untuk semua industri manufaktur.
Manajemen dan kebijakan kredit yaitu dasar untuk pengambilan keputusan pemberian
kredit. Keputusan itu melibatkan standar kredit, syarat-syarat kredit, dan penentuan siapa
yang akan menerima kredit.

ANALISIS KREDIT
Analisis kredit berusaha untuk menetapkan siapa yang harus menerima kredit dan
berdasarkan kondisi apa. Dua aspek dari proses itu harus dibedakan : langganan baru versus
langganan yang ada. Yang kedua tidak begitu sulit karena pengalaman memberikan informasi
yang cukup banyak. Analasis kredit jelas merupakan masalah yang lebih sulit bagi langganan
yang prospektif berilaku dengan pemasok lainnya. Jenis formasi ini dapat diperoleh dengan
biaya tertentu dari agen informasi keuangan khususnya seperti Dun & Bradstreet.

STANDAR KREDIT
Standar kredit merupakan rincian nilai-nilai atau karateristik-karateristik yang menentukan
apakah seorang pelanggan akan menerima kredit. Sejumlah variabel terlibat dan beberapa
pelanggan lemah dapat diberi kredit dalam kondisi-kondisi yang telah ditentukan.
Jika suatu perusahaan melakukan penjualan dengan kredit hanya kepada para pelanggan yang
kuat, kerugian karena timbulnya piutang ragu-ragu biasanya kecil. Sebaliknya ada
kemungkinan tingkat penjualan yang hilang tersebut dapat lebih besar daripada biaya yang
dapat dihindarinya. Untuk menentukan standar kredit yang optimum perusahaan perlu
membandingkan antara biaya marjinal pemberian kredit dan laba marjinal dari peningkatan
penjualan.
Yang termasuk dalam biaya marjinal adalah biaya-biaya produksi dan penjualan akan
tetapi untuk sementara yang perlu diperhatikan adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan
kualitas para pelanggan, atau biaya kualitas kredit. Termasuk dalam biaya-biaya ini adalah
(1) kerugian karena piutang ragu-ragu ; (2) biaya pemeriksaan dan penagihan yang lebih
tinggi, dan (3) dan yang lebih besar yang tertahan dalam piutang dagang (yang
mengakibatkan biaya modal lebih tinggi, karena pelanggan yang kurang layak menerima
kredit, menunda pembayarannya).

SYARAT KREDIT
Adalah kondisi pembayaran kredit yang ditawarkan kepada pelanggan; syarat kredit
meliputi periode kredit dan potongan tunai. Periode kredit adalah jangka waktu dimulai dari
ketika kredit diberikan, setelah itu kredit dianggap tertunggak.
Lima aspek syarat kredit yaitu sifat ekonomik produk, kondisi penjual, kondisi pembeli,
periode kredit, dan potongan tunai.
-Sifat Ekonomik Produk
Barang-barang dengan perputaran penjualan yang tinggi dijual dengan syarat kredit yang
relatif pendek, pembeli menjual kembali dengan cepat, yang menghasilkan uang tunai
sehingga mampu membayar kepada pemasok.
-Kondisi Penjual
Penjual yang keuangannya lemah membutuhkan uang tunai atau syarat kredit yang
ditawarkannya berjangka sangat pendek.
-Kondisi Pembeli
Pada umumnya pengecer yang sehat keuangannya menjual secara kredit, dan sebaliknya
menerima kredit yang lebih lama.
-Periode Kredit
Melonggarkan periode kredit dapat mendorong kenaikan penjualan, akan tetapi biaya atas
dana yang terikat pada piutang dagang akan meningkat.

-Potongan Tunai
Potongan tunai adalah reduksi harga didasarkan atas pembayaran yang dilakukan selama
periode waktu yang ditentukan.

SEASONAL DATING
Adalah syarat kredit yang digunakan untuk mendorong konsumen untuk melakukan
pembelian di luar musim (out of season) dengan tidak mengharuskan pembayaran sampai
tanggal waktu yang telah ditentukan, tidak peduli kapanpun barang itu dibeli.

IV. MANAJEMEN PERSEDIAAN


A. Pengertian Menejemen Persediaan
Manajemen persediaan merupakan hal yang mendasar dalam penetapan
keunggulan kompetatif jangka panjang. Mutu, rekayasa, produk, harga, lembur, kapasitas
berlebih, kemampuan merespon pelanggan akibat kinerja kurang baik, waktu tenggang (lead
time) dan profitabilitas keseluruhan adalah hal-hal yang dipengaruhi oleh tingkat persediaan.
Perusahaan dengan tingkat persediaan yang lebih tinggi daripada pesaing cenderung berada
dalam posisi kompetitif yang lemah. Kebijaksanaan manajemen persediaan telah menjadi
sebuah senjata untuk memenangkan kompetitif. Pada perusahaan manufaktur, persediaan
terdiri dari persediaan bahan baku, barang dalam proses dan persediaan barang jadi.
Manajemen persediaan yang akan dibahas disini lebih difokuskan pada manajemen
persediaan bahan baku. Manajemen persediaan bahan baku bertujuan agar tingkat persediaan
bahan baku cukup, tidak terlalu banyak tetapi tidak terlalu sedikit, sehingga biaya bahan baku
ekonomis dan perusahaan tidak kehilangan kesempatan untuk melayani penjualan karena
kurangnya persediaan bahan baku.

B. Elemen Harga Pokok Bahan Baku


Terdapat empat kelompok biaya yang mempengaruhi harga pokok persediaan bahan
baku, yaitu :
1. Harga Faktur. Harga faktur adalah harga yang disetujui antara perusahaan dengan
pemasoknya. Potongan pembelian akan mengurangi harga faktur, sedangkan biaya angkut
yang ditanggung perusahaan diperlakukan sebagai tambahan harga faktur.
2. Biaya Pemesan Bahan Baku. Biaya ini disebut juga procurement cost atau ordering cost yaitu
biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan pembelian bahan baku. Biaya ini
dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
a. Biaya Pemesan Tetap
b. Biaya Pemesan Variabel
3. Biaya Penyimpan Bahan Baku. Biaya ini disebut juga storage cost atau carrying cost yaitu
biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan kegiatan penyimpanan bahan agar siap dipakai
di dalam kegiatan produksi. Biaya ini dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a. Biaya Penyimpanan Tetap
b. BiayaPenyimpanan Variabel
4. Biaya Ketidakcukupan Persediaan. Biaya ini timbul akibat adanya persediaan bahan baku
yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan produksi. Biaya ini meliputi : kerugian
hilangnya penjualan, tambahan biaya angkut karena dibeli secara mendadak, tuntutan dari
pelanggan karena keterlambatan, dan tambahan biaya karena tidak teraturnya proses
produksi.

C. Alasan Memiliki Persediaan


Laba yang maksimal dapat dicapai dengan meminimalkan biaya yang berkaitan
dengan persediaan. Namun meminimalkan biaya persiapan dapat dicapai dengan memesan
atau memproduksi dalam jumlah yang kecil, sedangkan untuk meminimalkan biaya
pemesanan dapat dicapai dengan melakukan pesanan yang besar dan jarang. Jadi
meminimalkan biaya penyimpanan mendorong jumlah persediaan yang sedikit atau tidak ada,
sedangkan meminimalkan biaya pemesanan harus dilakukan dengan melakukan pemesanan
persediaan dalam jumlah yang relatif besar, sehingga mendorong jumlah persediaan yang
besar. Alasan yang kedua yang mendorong perusahaan menyimpan persediaan dalam jumlah
yang relatif besar adalah masalah ketidakpastian permintaan. Jika permintaan akan bahan
atau produk lebih besar dari yang diperkirakan, maka persediaan dapat berfungsi sebagai
penyangga, yang memberikan perusahaan kemampuan untuk memenuhi tanggal penyerahan
sehingga pelanggan merasa puas. Secara umum alasan untuk memiliki persediaan adalah
sebagai berikut :
1. Untuk menyeimbangkan biaya pemesanan atau persiapan dan biaya penyimpanan.
2. Untuk memenuhi permintaan pelanggan, misalnya menepati tanggal pengiriman.
3. Untuk menghindari penutupan fasilitas manufaktur akibat :
a. Kerusakan mesin
b. Kerusakan komponen
c. Tidak tersedianya komponen
d. Pengiriman komponen yang terlambat
4. Untuk menyanggah proses produksi yang tidak dapat diandalkan.
5. Untuk memanfaatkan diskon
6. Untuk menghadapi kenaikan harga di masa yang akan datang.

D. Economic Order Quantity


Biaya pemesan variabel dan biaya penyimpanan variabel mempunyai
hubungan terbalik, yaitu semakin tinggi frekuensi pemesanan, maka semakin rendah biaya
penyimpanan variabel. Agar biaya pemesanan variabel dan biaya penyimpanan variabel dapat
ditekan serendah mungkin, maka perlu dicari jumlah pembelian yang paling ekonomis.

E. Reorder Point
Agar pembelian bahan yang sudah ditetapkan dalam EOQ tidak mengganggu
kelancaran kegiatan produksi, maka diperlukan waktu pemesanan kembali bahan baku.
Faktor-faktor yang mempengaruhi titik pemesanan kembali adalah :
1. Lead Time. Lead time adalah waktu yang dibutuhkan antara bahan baku dipesan hingga
sampai diperusahaan. Lead time ini akan mempengaruhi besarnya bahan baku yang
digunakan selama masa lead time, semakin lama lead time maka akan semakin besar bahan
yang diperlukan selama masa lead time.
2. Tingkat pemakaian bahan baku rata-rata persatuan waktu tertentu.
3. Persediaan Pengaman (Safety Stock), yaitu jumlah persediaan bahan minimum yang harus
dimiliki oleh perusahaan untuk menjaga kemungkinan keterlambatan datangnya bahan baku,
sehingga tidak terjadi stagnasi.
Dari ketiga faktor di atas, maka reorder point dapat dicari dengan rumus
berikut ini :
LD = Lead Time
AU = Average Usage = Pemakaian rata-rata
SS = Safety Stock

F. Safety Stock
Untuk menaksir besarnya safety stock, dapat dipakai cara yang relatif lebih teliti yaitu
dengan metode sebagai berikut :
1. Metode Perbedaan Pemakaian Maksimum dan Rata-Rata.
Metode ini dilakukan dengan menghitung selisih antara pemakaian maksimum dengan
pemakaian rata-rata dalam jangka waktu tertentu (misalnya perminggu), kemudian selisih
tersebut dikalikan dengan lead time. Misalkan PT. Agung memperkirakan pemakaian
maksimum bahan-bahan perminggu sebesar 650 kg, sedangkan pemakaian rata-ratanya
sebesar 500 kg dan lamanya lead time 2 minggu, maka data-data tersebut safety stock
sebesar:
Safety Stock = (650 – 500) 2 = 300 Kg
2. Metode Statistika. Untuk menentukan besarnya safety stock dengan metode ini, maka dapat
digunakan program komputer kuadrat terkecil (least square). Untuk menggambarkan
penggunaan metode ini, maka diberi contoh berikut ini, yaitu untuk menaksir safety stock
tahun 2001 didasarkan pada data tahun 2000.
Reorder Point = (LD x AU) + SS
Safety Stock = (Pemakaian Maksimum – Pemakaian Rata-Rata) Lead Time Jumlah 26.000
28.480 -480 155.200

Langkah-langkah menghitung Safety Stock :


1. Menghitung Rata-rata Deviasi = - 480 : 12 = 1 40
2. Menghitung selisih antara total deviasi kuadrat dengan total deviasi dikuadratkan dibagi
n(-480)2 = 155.200 = 136.000n
3. Hasil langkah kedua dibagi n-1 dan hasilnya diakar kuadrat.
136.000 = √ = 111,19
12 – 1
4. Untuk menghitung besarnya safety stock dipengaruhi dua faktor yaitu:
a. Besarnya derajat signifikan standar deviasi pada kurva normal yang digunakan,
misalnya 97% = 2 atau 99,5% = 3.
b. Lamanya jangka waktu yang digunakan sebagai dasar perhitungan. Misalkan derajat
signifikan yang digunakan sebesar 99,5%, dan lama jangka waktu dasar selama 4 bulan,
maka safety stock :
= (3 x 111,19 x √4) – (-40 x 4) = 827,14

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Modal kerja merupakan aspek penting dalam manajemen pembelanjaan perusahaan.
Apabila perusahaaan tidak dapat mempertahankan tingkat modal kerja yang memuaskan,
maka kemungkinan perusahaan berada dalam keadaan ”insolvent” (tidak mampu membayar
kewajiban-kewajiban yang sudah jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus
dilikuidasi atau bangkrut. Dalam perusahaan atau badan usaha salah satu peranan modal kerja
adalah menjamin kontinuitas perusahaan yang menyangkut penggunaan modal, sehingga
dapat menentukan modal kerja yang cukup. Perusahaan dihadapkan pada masalah seberapa
besar tingkat efisiensi dan efektivitas penggunaan modal kerja yang harus dikelola
perusahaan.
Dalam analisis penggunaan dana tidak terlepas dari laporan keuangan, karena neraca terdiri
dari aktiva dan passiva yang mencerminkan hasil keputusan pendanaan. Sedangkan
perhitungan laba rugi dapat dilihat dari seberapa efektifnya penggunaan aktiva yang
mendukung penjualan dan seberapa efisien laba yang diperoleh dapat digunakan untuk
memberikan imbalan kepada para pemilik dana dan sebagai sumber dana untuk investasi.
Sehingga dengan menganalisis efisiensi dan efektivitas penggunaan dana akan diketahui
bagaimana kebijaksanaan yang ditempuh oleh pimpinan perusahaan dalam mengoperasikan
dana yang ada dan dapat diketahui efisiensi dari dana yang dioperasikan.

B.Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada para pembaca pada umumnya dan penulis
pada khususnya dapat mengetahui, memahami dan menambah wawasan tentang Manajemen
Modal Kerja dan dapat mengaplikasikannya dalm kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Keown, dkk (2008). Manajemen Keuangan. Edisi kesepuluh. Indeks, Indonesia


James, dkk (2009) Pengantar Akuntansi Adaptasi Indonesia. Salemba empat, Jakarta
Manullang. 2005. Pengantar Menejemen Keuangan. Jokjakarta: Andi
Syamsuddin, Lukman. 2007. Menejemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT Raja Grafindo
http://sepnazyik.wordpress.com/makalah-pendidikan/manajemen-piutang/

Anda mungkin juga menyukai