2732 5204 1 SM PDF
2732 5204 1 SM PDF
Saiful Basri
Abstrak. Miopia merupakan penyebab utama kebutaan di dunia. Miopia dapat berkembang
pada anak usia sekolah akibat pertumbuhan sumbu bola mata yang cenderung meningkat
seiring pertambahan usia. Faktor genetik dan lingkungan merupakan dua faktor yang
berperan membentuk miopia pada anak. Kebiasaan bekerja/membaca jarak dekat (near
work) dengan akomodasi yang berlebihan akan mempengaruhi proses emetropisasi. Miopia
dapat bekembang secara progresif. Pemberian kacamata dengan koreksi penuh dapat
membantu anak melihat lebih jelas dengan akomodasi normal. Pemberian tetes mata
atropine dosis kecil juga dapat digunakan untuk menghambat akomodasi.
(JKS 2014;3: 181-186)
Abstract. Myopia is the major cause of the blindness worldwide. Myopia can occurs at
elementary school age (school myopia), which in this age the growth will alter the orbital
length. Genetic and environment condition are two main factors in developing myopia in
children. The habits of working and reading with close range objects (near work) with
enormous accommodation of the lens, will affect the process of emmetropization. Myopia
can be progressive. Eye glasses with fully corrected would help the children gain the
clearer vision with normal accommodation. Admistration of the small dose of atropine eye
drops can be used to prevent the further accommodation. (JKS 2014;3: 181-186)
181
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 14 Nomor 3 Desember 2014
182
Saiful Basri, Etiopatogenesis dan Penatalaksanaan Miopia pada Anak Usia Sekolah
sumbu bola mata dibagi menjadi dua fase, mekanisme yang disebut dengan
yaitu infantile phase dan juvenile phase. emetropisasi.1 Emetropisasi tercapai bila
Pada infantile phase (umur 2-5 tahun) kekuatan optik mata tanpa akomodasi
pertumbuhan sumbu bola mata sekitar 1,1 sesuai dengan panjang sumbu bola mata,
mm dan juvenile phase (umur 5-13 tahun) sehingga bayangan sinar benda jauh yang
pertumbuhannya mencapai 1,3 mm.9 Saat masuk ke mata difokuskan tepat di retina.3
dewasa, laki-laki memiliki sumbu mata
yang sedikit lebih panjang dari perempuan, Untuk mempertahankan status emetropia,
sekitar 0,3-0,4 mm.9 pertambahan panjang sumbu bola mata
sebesar 5 mm pada umur 6 tahun
Sebagian besar anak-anak memiliki mata dikompensasikan dengan pengurangan
yang emetrop dan hanya 2% anak usia 6 kekuatan refraksi kornea sebesar 4 D dan
tahun yang memiliki mata miopia. kekuatan refraksi lensa sebesar 2 D.1
Fenomena ini disebabkan oleh suatu
183
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 14 Nomor 3 Desember 2014
184
Saiful Basri, Etiopatogenesis dan Penatalaksanaan Miopia pada Anak Usia Sekolah
teori Sato. Teori aksial atau teori Pemeriksaan oftalmologis lain adalah
lingkungan menyatakan bahwa status pemeriksaan refraksi objektif dengan
refraksi tergantung pada sumbu bola mata menggunakan streak retinoskopi.1
dan school myopia terjadi karena factor Dianjurkan penggunaan sikloplegik bila
lingkungan yaitu akibat bekerja dalam melakukan pemeriksaan tajam penglihatan
jarak dekat sehingga terjadi perpanjangan pada anak.1 Pemeriksaan funduskopi
sumbu bola mata tanpa disertai perubahan dengan oftalmoskop menunjukkan
kornea. Tapi teori ini tidak dapat gambaran fundus yang normal, karena
menjelaskan mekanisme perpanjangan umumnya derajat miopia ini tidak tinggi,
sumbu bola mata tersebut.12 Teori Steiger sehingga tidak menimbulkan kelainan pada
atau teori herediter menyatakan bahwa fundus.1
status refraksi ditentukan oleh kekuatan
refraski kornea, lensa dan sumbu bola Penatalaksanaan
mata. Ketiga komponen tersebut hanya Selama bertahun-tahun, para ahli
dipengaruhi secara herediter.12 Teori Sato mengemukakan banyak metode
atau teori lentikular atau teori refraktif penanganan untuk mencegah progresifitas
menjelaskan bahwa pengaruh lingkungan miopia. Koreksi refraksi dengan kacamata
terhadap school myopia merupakan bifocal dan kacamata multifokal
mekanisme adaptasi lensa karena direkomendasikan untuk mengurangi
akaomodasi yang terjadi secara terus akomodasi, karena akomodasi
menerus. Akomaodasi ini terjadi karena menyebabkan progresifitas miopia.1
penglihatan jarak dekat. Bekerja dalam Pemberian tetes mata atropine dapat juga
jarak dekat tidak mempengaruhi kornea digunakan untuk menghambat akomodasi.1
dan sumbu bola mata tetapi meningkatkan
kekuatan refraksi lensa.12 Penatalaksanaan school myopia meliputi
pemberian kaca mata koreksi. Koreksi
Manifestasi Klinis dan Diagnosis kacamata yang diberikan mempunyai
Diagnosis school myopia ditegakkan kekuatan koreksi penuh. Cara ini membuat
berdasarkan anamnesis, manifestasi klinis anak dapat melihat dengan jelas pada jarak
dan pemeriksaan oftalmologis. Keluhan yang jauh dan akan mengembangkan
penderita berupa penglihatan buram jika akomodasi dan konvergensi yang normal.1
melihat atau membaca dari jarak jauh dan Menurut Sato pemberian kacamata dengan
kadang-kadang disertai dengan nyeri kekuatan refraksi yang tinggi dapat
kepala. Secara klinis anak menunjukkan meningkatkan progresifitas miopia.3
kecenderungan menyipitkan matanya Pemberian koreksi yang lebih rendah dari
untuk mendapatkan efek pinhole yang koreksi yang seharusnya bertujuan untuk
positif.1 mengurangi akomodasi, sehingga
mempunyai jarak baca dekat yang ideal. 1
Pemeriksaan oftalmologis yang dilakukan Straub membandingkan metode pemberian
adalah pemeriksaan tajam penglihatan kekuatan koreksi penuh dengan kekuatan
secara subjektif dengan menggunakan di bawah koreksi pada remaja, dan
kartu Snellen chart pada jarak 6 meter hasilnya adalah pemberian koreksi dengan
untuk mendapatkan koreksi terbaik.1 kekuatan penuh tidak mempengaruhi
Kelainan refraksi diukur dalam derajat progresifitas miopia.3
dioptri dan sebutan miopia menggunakan
tanda – (minus). Berdasarkan derajatnya Progresifitas miopia juga dapat ditekan
miopia dbedakan menjadi 3, yaitu miopia dengan pemberian tetes mata atropine
ringan (kurang dari -1,5 D), miopia sedang dalam konsentrasi kecil (0,5%, 0,25%, dan
(1,5 D s/d -6,0 D), dan miopia tinggi (lebih 0,1%), karena atropine akan menghambat
dari -6,0 D).4 akomodasi. Konsentrasi yang tinggi (1%)
185
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 14 Nomor 3 Desember 2014
186