Kelompok A9
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Skenario
Bayiku..
Seorang ibu G1P0A0 berusia25 tahun dengan usia kehamilan 38 minggu
melahirkan seorang bayi laki-laki dengan berat 3 kg, panjang 49 cm secara
spontan, warna ketuban keruh, tidak ada mekoneum.
Saat bayi lahir didapatkan bayi tidak bernafas, tonus otot kurang baik.
Setelah dilakukan resusitasi sampai dengan pemberian ventilasi tekanan positif
didapatkan bayi bernafas spontan, tidak ada retraksi, denyut jantung 100x/menit.
Skor Apgar 5-7-10.
Dari anamnesis riwayat kehamilan didapatkan ANC tidak teratur, ketuban
pecah 24 jam, riwayat demam sebelum melahirkan. Catatan kesehatan ibu
menunjukkan bahwa tanda vital ibu normal, pemeriksaan TORCH negatif, HbsAg
negatif, gula darah normal. Selanjutnya bayi dan ibunya dibawa ke ruang
perawatan untuk dirawat gabung dan diberikan ASI oleh ibu.
BAB II
DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA
Neonatus
ANC,
keadaan ibu
Masalah
Embriologi Fisiologi
pada BBL
Pertumbuhan Fetus
Umur fetus (janin) yang sebenarnya, harus dihitung dari saat fertilisasi
atau karena fertilisasi selalu berdekatan dengan ovulasi, sekurang-kurangnya dari
saat ovulasi. Dalam praktek, tuanya kehamilan dihitung dari haid yang terakhir.
Sesuai dengan tingkat pertumbuhannya, berbagai nama diberikan pada anak yang
dikandung itu.
1. Ovum : Umurnya dari 0-2 minggu setelah fertilisasi.
2. Embrio : Umurnya dari 3-5 minggu, mulai terjadi pembentukan alat-
alat badan dalam bentuk dasar.
3.Fetus : Janin yang sudah mempunyai bentuk manusia.
Perkembangan Fetus
Hasil konsepsi terpendam dalam endometrium uterus, mendapat makanan
dari darah ibu, selama 10 minggu organ-organ terbentuk. Embrio terbungkus
dalam dua membran sebelah dalam amnion dan sebelah luar korion. Selama
perkembangan 8 minggu pertama, terbentuk plasenta sehingga fetusakan terikat
oleh tali pusar.
Permulaan periode embrional sebagai mulainya Minggu ke-3 setelah
ovulasi. Akhir periode embrional dan mulainya periode janin ditetapkan oleh
sebagian ahli embriologi, terjadi 8 minggu setelah fertilisasi, atau 10 minggu
setelah mulainya periode menstruasi terakhir.
Pada akhir Minggu ke-8 ini, tubuh bayi mulai terbentuk, dan kini disebut
fetus (berasal dari bahasa latin yang berarti keturunan) atau janin. Pada usia ini,
fetus berukuran kira-kira 3,5 cm dan terus tumbuh cepat hingga Minggu ke-20,
baru kemudian laju pertumbuhannya melambat. Kepalanya tampak besar jika
dibandingkan dengan tubuhnya tapi wajahnya mulai terbentuk. Matanya lebih
besar dan kini terletak di bagian depan muka untuk mempersiapkan kemampuan
melihatnya. Pembuluh air mata juga telah terbentuk pada Minggu ke delapan dan
telinganya yang terletak di leher berlahan-lahan jari-jari tangan dan kaki tampak
jelas meskipun masih diliputi selaput tipis.
Walaupun jenis kelamin bayi telah ditentukan sejak konsepsi, namun
belum dapat diketahui hingga Minggu ke-9 setelah alat kelaminnya muncul, dan
jenis kelaminnya dapat dibedakan sejak fetus berusia 12 minggu. Pada Minggu
ke-12 fetus sudah terbentuk sempurna, kini panjangnya sekitar 8,5 cm. Kantong
amniotik berisi 100 ml cairan amniotik. Kepala fetus kini tampak membulat,
leher dan wajahnya telah terbentuk, dan telinganya sudah berada di tempat yang
tepat. Bila dahi fetus disentuh, maka kepalanya akan berpaling dan keningnya
berkerut. Fetus telah mampu menelan dan menggerakkan bibir atasnya. Kini
bagian luar alat kelamin fetus sudah cukup berkembang sehingga sudah bisa
dilihat dan ditetapkan jenis kelaminnya.
Pertumbuhan tangan janin pada Minggu ke-12 yakni mula-mula berupa
kuncup di ujung lengan lalu diakhir Minggu ke-4 pada Minggu ke-6 tampak
seperti dayung beralur-alur yang kelak akan berbentuk jari, Lalu jaringan alur-
alur tadi memecah dan membentuk jari-jari dan pada Minggu ke-7, jari-jari telah
terbentuk Ujungnya tampak bengkak , karena pembentukan lapisan peraba. Kuku
jari berbentuk, mulai Minggu ke-10; mula-mula dilapisi selaput kulit tipis, tapi
kukunya belum sempurna hingga usia janin mencapai Minggu ke-32. Pada
Minggu ke-12 jari-jari janin telah berbentuk seluruhnya.
Pada usia 16 minggu panjang janin sekitar 14 cm, beratnya sekitar 130g,
tubuhnya ditumbuhi bulu-bulu halus yang disebut lanugo (latin : lana, wol).
Fungsi lanugo belum diketahui. Mula-mula lanugo tumbuh pada alis mata dan
bibir bagian atas tapi pada minggu ke 20 mulai menutupi seluruh tubuh.
Pada Minggu ke 16, vernix caseosa, sal licin berwarna putih mulai
terbentuk. Dapat terlihat jelas di wajah dan kulit kepala pada Minggu ke 18.
mula-mula muncul di punggung, rambut dan lipatan sendi, namun kemudian
menutupi seluruh tubuh. Lapisan luar yang terbentuk pada bagian kulit tapak
kaki dan jari-jarinya, juga tangan dan jari-jarinya memiliki pola khusus pada
setiap manusia. Pada Minggu ke 28, panjang fetus menjadi kira-kira 1,1 kg.
Antara Minggu ke 26 dan 29, kelopak matanya sudah tumbuh, sementara rambut
di kepalanya sudah panjang, lanugo mulai menghilang dan warna kulitnya
berubah dari merah menjadi warna kulit manusia umumnya. Pada Minggu ke 28,
testis bayi lelaki yang mulanya di perut mulai turun ke bawah, dan mencapai
scrotum pada Minggu ke 32, testis pada bayi.
Usia
Keterangan :
Bulan ke 3
a. panjangnya 40 mm
b. Janin sudah mempunyai sistem organ seperti yang dipunyai oleh orang
dewasa.
c. genitalnya belum dapat dibedakan antara jantan dan betina dan tampak
seperti betina serta denyut jantung sudah dapat didengar
Bulan ke 4
a. panjang 56 mm
b. Kepala masih dominan dibandingkan bagian badan
c. genitalia eksternal nampak berbeda.
d. minggu ke 16 semua organ vital sudah terbentuk. Pembesaran uterus
sudah dapat dirasakan oleh ibu.
Bulan ke 5
a. panjang112 mm
b. akhir bulan ke 5 ukuran fetus mencapai 160 mm.
c. Muka nampak seperti manusia dan rambut mulai nampak diseluruh tubuh
(lanugo).
d. Pada yang jantan testis mulai menempati tempat dimana ia akan turun ke
dalam skrotum
e. Gerakan janin sudah dapat dirasakan oleh ibu
f. Paru-paru sudah selesai dibentuk tapi belum berfungsi.
Bulan ke 6
a. ukuran tubuh sudah lebih proporsional tapi nampak kurus
b. organ internal sudah pada posisi normal
Bulan ke 7
a. janin nampak kurus, keriput dan berwarna merah
b. Skrotum berkembang dan testis mulai turun untuk masuk ke skrotum, hal
ini selesai pada bulan ke 9.
c. Sistem saraf berkembang sehingga cukup untuk mengatur pergerakan
fetus, jika dilahirkan 10% dapat bertahan hidup.
Bulan ke 8
a. Testis ada dalam skrotum dan tubuh mulai ditumbuhi lemak sehingga
terlihat halus dan berisi
b. Berat badan mulai naik jika dilahirkan 70% dapat bertahan hidup.
Bulan ke 9
a. Janin lebih banyak tertutup lemak (vernix caseosa)
b. Kuku mulai nampak pada ujung jari tangan dan kaki.
Bulan ke 10
a. Tubuh janin semakin besar maka ruang gerak menjadi berkurang dan
lanugo mulai menghilang
b. Percabangn paru lengkap tapi tidak berfungsi sampai lahir.Induk
mensuplai antibodi plasenta mulai regresi dan pembuluh darah palsenta
juga mulai regresi.
Perkembangan Sistem Organ
1. Susunan Saraf Pusat
Neurulasi adalah pembentukan lempeng neural (neural plate) dan
lipatan neural (neural folds) serta penutupan lipatan ini untuk membuat
neural tube, yang terbenam ke dalam dinding tubuh dan berdiferensiasi
menjadi otak dan korda spinalis. Neural tube terbentuk sempurna pada
akhir Minggu ke 4. notokord yang sedang terbentuk memicu ektoderm di
atasnya untuk menebal dan membentuk lempeng neural, yaitu lempeng sel
neuroepitel yang mirip sandal dan meninggi. Lempeng ini menghasilkan
susunan sarap pusat.
Pada pertengahan Minggu ke 3, timbul neural groove (arul neural)
di bagian tengah lempeng meural. Di kedua sisi alur terdapat lipatan neural
yang membesar di ujung kranial sebagai awal pembentukan otak.
Mesoderm paraksial berdiferensiasi untuk membentuk pasangan blok
jaringan / somit. Somit berdiferensiasi menjadi sklerotom, miotom dan
dermtom, yang masing-masing menghasilkan tulang rangka sumbu, otak
rangka dan dermis kulit. Jumlah somit menunjukkan usta mudtgah. Organ
sensorik untuk janin berkembang sekitar pertengahan masa gestasi.
2. Sistem Pencernaan
Antara Minggu ke 6 dan 8 perkembangan proliferasi sel epitel yang
melapisi bagian dalam lumen menyebabkan obliterasi yang kemudian
secara bertahap mengalami regionalisasi. Pertumbuhan awal usus sangat
cepat sehingga usus keluar ke dalam rongga amnion. Enzim pencernaan
terdapat di sekitar Minggu ke 24 – 28, dengan pengecualian laktasi.
Koordinasi peristaltik usus janin mulai jelas pada Minggu ke 14. Pada
Minggu ke 34 sudah terjadi koordinasi mengisap, menelan, dan peristalsis.
Usus mulai menghasilkan mukus yang akhirnya akan diperlukan untuk
melancarkan lewatnya makanan dan fases selama transit. Mukus
menumpuk di usus janin sebagai mekonium.
3. Wajah
Wajah terbentuk antara Minggu ke 5 dan 12 dari arkus brakialis.
Hidung tumbuh sebagai pilar jaringan mata terbentuk dari kombinasi
jaringan saraf dan ektoderm khusus. Telinga mula-mula terletak rendah. Di
bawah hidung tonjolan maksilaris meluas untuk membentuk dasar hidung
dan atap mulut. Bibir atas terbentuk dari tonjolan yang meluas untuk
bertemu di bagian tengah. Fusi prosesus maksilaris yang tidak memadai
menyebabkan malformasi kongenital mulut fusi palatuom sempurna pada
Minggu ke 11.
4. Tengkorak
Tengkorak terbentuk dari jaringan mesenkim di sekitar otak.
Tengkorak di bentuk dari neurokranium yang melindungi otak dan
viserokranium yang membentuk kerangka wajah. Tiap-tiap elemen
tengkorak ini memiliki komponen dan kartilaginosa pada janin. Tulang
datar pada kavaria disatukan untuk sutura fibrosa lunak yang berbuat dari
jaringan ikat padat yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Di t4 sutura-
sutura bertemu terbentuk enam fontanel (ubun-ubun) membranosa besar.
Fontanel posterior menutup sekitar 3 bulan setelah lahir dan fontanel
posterior menutup saat bayi berusia sekitar 18 bulan.
5. Sistem Kardiovaskular
Merupakan sistem yang pertama terbentuk beberapa sel di
mosederm yolk sac kehilangan perlekan dan mulai bergerak membentuk
kelompok yang disebut pulau darah. Pulau-pulau darah menyatu,
membentuk saluran pembuluh darah yang saling berhubungan untuk
membentuk rute yang jelas. Organisasi rute melintas yolk sac serupa
dengan organisasi geografis delta sungai tempat arus lemah berkonvolusi
dan bergabung.
Jantung primitif berkembang dari “tapal kuda” mesoderm
embrionik. Sebelah anterior lempeng prokrodal dan membentuk dua
saluran di tiap sisi usus depan membentuk sebuah tabung jantung tunggal.
Atrium primitif terbentuk saat aliran dari vena umbilikus dan plasenta
menyatu dengan pembuluh darah dari kepala hingga menghasilkan volume
darah terbesar. Bentuk khas jantung dihasilkan oleh aliran sel darah di
dalam saluran pembuluh yang menyebabkan tabung jantung mengambil
bentuk lengkung huruf S yang akhirnya berbentuk jantung.
Pada hari ke-21 sel yang mengelilingi jantung berdiferensi menjadi
sel miokardium yang mampu menghasilkan respons hingga jantung yang
terdiri atas 4 rongga berurutan mulai berdenyut. Susunan matang rongga
jantung tercapai oleh pertumbuhan ke dalam septum ke arah bantalan
atrioventrikel sentral di bagian tengah. Pertumbuhan jantung janin
sebagian bergantung pada after load yang meningkat oleh faktor yang
menyebabkan peningkatkan impedansi plasenta.
6. Sistem Pernafasan
Trakea dan bronkus utama tumbuh sebagai kantung keluar pada
saluran pencernaan, perkembangannya bergantung pada interaksi antara
tonjolan endoderm dari usus depan yang sedang tumbuh dan mesoderm
splantik yang diinvasinya sekitar hari ke-22 dan mengalami percabangan
antara hari ke-26 dan 28. Pada Minggu ke-5 perkembangan terbentuk
tonjolan sekunder di cabang kanan x 2 di cabang kiri, yaitu lobus primitif
paru. 4 tahapan dalam perkembangan sistem pernafasan ; fase mudigah
(dari Minggu ke 3-ke 37), fase pseu dokanalikularis (Minggu ke-7 – ke-
16), fase kanalikularis (mg 16 – ke 24) dan kantung terminal (mg ke 24
sampai lahir).
7. Sistem Perkemihan
Berkembang dari mesoderm intermeitat dan saling berkaitan erat
dengan kelamin selama perkembangan masa janin terbentuk 3 pasang
ginjal ; pronetroi, mesonefroi dan metanefroi.
1. Pronetroi
merupakan struktur transien nonfungsional yang muncul hanya
selama beberapa minggu
2. Mesonefroi
muncul pada Minggu ke-4 berfungsi sebagai ginjal antara sampai
akhir periode mudigah
3. Metanefro
terbentuk mulai Minggu ke-5 dan mulai berfungsi sekitar 4 minggu
kemudian Janin menghasilkan sampai sampai 600 ml urine perhari.
Urine menjadi sumber utama cairan amnion dan juga dihasilkan
oleh membran amnion dan paru janin. Janin menelan sebagian
besar cairan amnion
8. Otot dan Tungkai
Otot yang pertama terbentuk : otot punggung dari pasangan somit.
Pembentukan tulang berkaitan erat dengan pertumbuhan otot dan
sambungan saraf dari korda spinalis. Anggota badan mulai tampai sebagai
tonjolan yang berkaitan dengan somit tertentu pada Minggu ke-4
perkembangan. Tonjolan anggota badan dibentuk dari migrasi sel otot dari
miotom. Osifikasi perubahan ke struktur tulang dimulai sejak usia 8
minggu tapi tetap belum sempurna saat lahir. Menonjolnya jumlah tulang
rawan di kerangka, mempermudah pengeluaran janin saat melahirkan.
Pada Minggu ke-9 kerangka tubuh hampir sempurna walaupun tulang
tengkorak masih terus dibentuk.
3. Sistem Pencernaan
Pada masa fetal, pembentukan sistem gastrointestinal dimulai sekitar
minggu ke-4 gestasi. Terdapat berbagai organ dalam sistem ini, di antaranya
duodenum, hati, kantung empedu, dan pankreas. Hati dan kantung empedu
terbentuk pada minggu ke-6 dan 12. Sekresi insulin dan glukagon oleh
pankreas dimulai pada usia kehamilan 10-15 minggu.
Pada masa neonatal, kebutuhan akan nutrisi meningkat sehingga gerak
usus dan metabolisme enzim pun meningkat. Hal ini ditandai dengan adanya
IMD (Inisiasi Menyusui Dini) dari bayi. Perbandingan sistem gastrointestinal
fetus dan neonatus :
Fetus Neonatus
Penyerapan nutrisi Tidak aktif Aktif
Kolonisasi bakteri Negatif Positif
Feses mekonium Mekonium feses
Enzim Tidak berfungsi berfungsi
4. Sistem Urogenital
Organogenesis ginjal merupakan proses bertahap yang berlangsung dari
minggu ke-6 sampai minggu ke-36 gestasi. Perkembangan fungsi urogenital
masih berlanjut setelah lahir dan akan sempurna sekitar 3 hari setelah lahir.
Pada masa fetal, pembentukan urin bertujuan untuk mempertahankan volume
cairan amnion. Pada masa neonatal, bayi idealnya melakukan miksi atau buang
air kecil dalam 24 jam pertama kehidupan. Produksi urin neonatus idealnya
sejumlah 1-2 mL/berat badan dalam kg/jam. Selain itu, pada fetus juga belum
bisa mengontrol asam dan basa sehingga mudah sekali terkena asidosis.
5. Sistem Imun
Pada masa fetal, sel-sel fagosit, granulosit, dan monosit dapat
diidentifikasi pada bulan ke-4 gestasi. Pada masa neonatal, sistem imun bayi
lebih rendah dibandingkan orang dewasa. Antara bulan ke-3 sampai ke-12
kehidupan, bayi mengalami masa imunodefisiensi sementara sehingga rawan
terserang infeksi. Risiko jatuh sakit makin tinggi jika bayi lahir prematur,
proses persalinan traumatik, terjadi stres neonatal, dan sebagainya.
7. Sistem saraf
Kemampuan neonatus berupa auditory discrimination dan juga
lokalisasi sumber suara dengan menggerakkan kepala ke sumber suara tersebut.
Disamping itu, neonatus memiliki kemampuan perceptual untuk menggerakkan
mata ke sumber suara dan merespon terhadap stimuli (dengan ketertarikan yang
lebih terhadap stimuli seperti wajah orang).
Keterangan:
A. Langkah awal
Pada saat bayi lahir harus dilakukan penilaian untuk menjawab pertanyaan
berikut (lihatkotak merah muda di atas).
Jika semua pertanyaan dijawab YA, cukup dilakukan perawatan rutin,
tetapi jikapada penilaian didapatkan satu jawaban TIDAK, maka dilakukan
LANGKAH AWALresusitasi, meliputi:
1. Berikan kehangatan dengan menempatkan bayi di bawah pemancar
panas.
2. Posisikan kepala bayi sedikit tengadah agar jalan napas terbuka (lihat
gambar),kemudian jika perlu bersihkan jalan napas dengan melakukan
pengisapan padamulut hingga orofaring kemudian hidung.
3. Keringkan bayi dan rangsang taktil, kemudian reposisi kepala agar
sedikittengadah.
MEKONIUM
Mekonium akan dikeluarkan oleh janin ketika janin dalam kondisi
hipoksia, atau umur janin yang post term. Pada janin yang post term, colon
akan semakin matur dan secara fisiologis akan mengeluarkan mekonium.
Ketika janin mengalami hipoksia, maka janin akan kekurangan kadar
oksigen dalam darahnya. Hal ini akan membuat jaringan di tubuh janin
tidak mendapat nutrisi yang cukup. Hal itu akan dikompensasi janin
dengan cara meningkatkan frekuensi detak jantungnya atau takikardi.
Namun, apabila terlalu lama mengalami hipoksia maka frekuensi detak
jantungnya akan turun atau bradikardi. Hipoksia yang terlalu lama akan
menyebabkan otak tidak mendapat oksigen yang adekuat untuk
menjalankan fungsinya. Janin akan berada dalam kondisi seperti pingsan
karena persarafan parasimpatis akan mulai aktif untuk menjaga janin tetap
hidup. Impuls parasimpatis tersebut akan menuju organ gastrointestinal
terutama colon sehingga meningkatkan motilitas dari colon dan membuka
musculus sphincter ani internus. Hal tersebut mengakibatkan mekonium
pada janin akan keluar ketika masih di dalam uterus.
Mekonium ini merupakan feses janin yang steril dan berwarna
kehijauan. Apabila mekonium terdeteksi di dalam rahim, maka air ketuban
akan berubah warna menjadi kehijauan dan menjadi lebih kental.
Mekonium yang keluar ketika janin masih di dalam uterus ini akan
berakibat fatal apabila mekonium teraspirasi masuk ke dalam paru yang
disebut sindrom aspirasi mekonium. Sindrom aspirasi mekonium ini akan
mengakibatkan mekonium masuk ke dalam paru sehingga ketika janin
tersebut lahir maka bayinya mengalami sulit untuk bernapas, pertukaran
oksigen juga terganggu, dan paru akan mengalami inflamasi yang disebut
pneumonitis.
AIR KETUBAN (AMNION)
Air ketuban merupakan cairan berwarna kuning transparan, agak
keruh, albuminos, berada di sekitar fetus, di dalam ruang yang diliputi oleh
selaput janin yaitu lapisan amnion chorion. Air ketuban ini sangat penting
untuk janin sebagai proteksi terhadap trauma janin, mempertahankan
temperatur, mencegah kulit fetus dari pergesekan amnion, untuk
pergerakan bayi, sebagai medium apabila terjadi perubahan kimiawi dan
membantu mempertahankan kebutuhan oksigen fetus.
Mengingat begitu pentingnya fungsi air ketuban ini terhadap
kelangsungan hidup fetus, maka penilaian air ketuban termasuk ke dalam
hal-hal yang perlu dicatat di dalam partograf. Partograf dipakai untuk
memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam
mengambil keputusan dalam penatalaksanaan. Partograf dimulai pada
pembukaan 4 cm (fase aktif). Partograf sebaiknya dibuat untuk setiap ibu
yang bersalin, baik persalinan normal atau dengan komplikasi. Warna air
ketuban ini dinilai setiap melakukan pemeriksaan dalam dan
dikelompokkan sebagai berikut:
- U: selaput utuh
- J : selaput pecah, air ketuban jernih
- M: air ketuban bercampur mekonium
- D: air ketuban bernoda darah
- K: tidak ada cairan ketuban / kering
Air ketuban dikatakan normal jika tidak berwarna atau tansparan,
mempunyai bau yang khas, agak amis dan manis. Air ketuban keruh
merupakan air ketuban yang tidak jernih atau mengalami pewarnaan oleh
karena adanya darah atau mekonium. Air ketuban yang berwarna merah
jambu mengindikasikan terjadinya perdarahan lama sedangkan warna
merah jambu menandakan perdarahan yang baru. Jika bercampur
mekonium maka air ketuban menjadi berwarna kehijauan.
Penyebab tersering terjadinya kekeruhan air ketuban adalah
mekonium yang dikeluarkan oleh janin ketika masih di dalam rahim.
Keluarnya mekonium ketika janin masih dalam rahim dapat menandakan
bahwa janin dalam keadaan stress atau hipoksia sehingga akan
mengaktifkan gerak peristaltik usus dan relaksasi otot sfingter ani
sehingga mekonium keluar dan bercampur dengan air ketuban. Air
ketuban menjadi keruh dan berwarna kehijauan ataupun kecoklatan. Selain
mengalami kekeruhan, air ketuban dapat juga mengalami perubahan warna
menjadi merah jambu atau merah anggur. Ketuban dengan warna merah
jambu dapat menunjukkan adanya kemungkinan perdarahan yang baru
sedangkan warna air ketuban merah anggur dapat menandakan adanya
perdarahan yang cukup lama (Kosim, 2010).
Pada saat kehamilan sudah cukup bulan (aterm) dan memasuki
proses persalinan, ketuban akan pecah. Pecahnya ketuban terjad menjelang
pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah, diharapkan proses
persalinan berlangsung kurang dari 24 jam. Akan tetapi, ada suatu keadaan
dimana ketuban pecah sebelum memasuki proses persalinan yang disebut
dengan keadaan Ketuban Pecah Dini (KPD). Pada keadaan KPD,
kehamilan aterm 90% persalinan terjadi dalam 24 jam setelah ketuban
pecah. Komplikasi yang sering terjadi pada kasus KPD adalah infeksi dan
hipoksia/ asfiksia pada bayi (Sarwono, 2010).
D. Intubasi
Intubasi Endotrakea dilakukan pada keadaan berikut:
1. Ketuban tercampur mekonium & bayi tidak bugar
2. Jika VTP dengan balon & sungkup tidak efektif
3. Membantu koordinasi VTP & kompresi dada
4. Pemberian epinefrin untuk stimulasi jantung
5. Indikasi lain: sangat prematur & hernia diafragmatika.
E. Obat-obatan
Obat-obatan yang harus disediakan untuk resusitasi bayi baru
lahir adalah epinefrin dan cairan penambah volume plasma.
Epinefrin
Indikasi :
Setelah pemberian VTP selama 30 detik dan pemberian secara
terkoordinasi VTP + kompresi dada selama 30 detik, frekuensi
jantung tetap < 60 kali/menit.
Cara pemberian &dosis :
a.Persiapan: 1 mL cairan 1:10 000 (semprit yang lebih besar
diperlukan untukpemberian melalui pipa endotrakea)
b.Melalui vena umbilikalis (dianjurkan) : 0.1-0.3 mL/kgBB
c.Melalui pipa endotrakea : 0.3-1.0 mL/kgBB
Kecepatan pemberian: secepat mungkin
F. Penghentian Resusitasi
Jika sesudah 10 menit resusitasi yang benar, bayi tidak
bernapas dan tidak ada denyut jantung, pertimbangkan untuk
menghentikan resusitasi. Orang tua perlu dilibatkan dalam
pengambilan keputusan, jelaskan keadaan bayi.Persilakan ibu
memegang bayinya jika ia menginginkan.
Klasifikasi berat badan bayi baru lahir pada saat kelahiran menurut Saifuddin,
2002 sebagai berikut :
(1) Bayi besar adalah bayi lebih dari 4000 gram.
(2) Bayi cukup adalah bayi berat badan lebih dari 2500 sampai 4000 gram.
(3) Bayi berat lahir rendah adalah bayi berat badan 1500 sampai 2500 gram.
(4) Bayi berat sangat rendah sekali adalah bayi dengan berat badan 1000 sampai
kurang dari 1500 gram.
1. Terlalu muda
Terlalu Muda (Primi Muda) adalah ibu hamil pertama pada usia kurang
dari 20 tahun. Dimana kondisi panggul belum berkembang secara optimaldan
kondisi mental yang belum siapmenghadapi kehamilan dan menjalankan peran
sebagai ibu. (BKKBN, 2007)
Secara fisik, kondisi rahim dan panggul belun berkembang secara optimal,
mengakibatkan kesakitan dan kematian bagi ibu dan bayinya. Pertumbuhan dan
perkembangan fisik ibu terhenti/terhambat.
Secara mental, tidak siap menghadapi perubahan yang akan terjadi pada saat
kehamilan.
Risiko yang dapat terjadi:
a. Bayi lahir belum cukup bulan
b. Perdarahan dapat terjadi sebelum bayi lahir
c. Perdarahan dapat terjadi setelah bayi lahir (Rochjati, 2003)
2. Terlalu tua
Terlalu Tua (Primi Tua) adalah ibu hamil pertama pada usia ≥ 35 tahun. Pada
usia ini organ kandungan menua ,jalan lahir tambah kaku, ada kemungkinan
besar ibu hamil mendapat anak cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan
(Rochjati, 2003)
Pada usia ini kondisi kesehatan ibu mulai menurun, kualitas uterus dan
ovum menurun sehingga kemungkinan adanya komplikasi dalam medis dan
persalinan meningkat.
Risiko yang dapat terjadi:
a. Hipertensi/tekanan darah tinggi
b. Pre-eklamspsi
c. Ketuban pecah dini: yaitu ketuban pecah sebelum persalinan dimulai
d. Persalinan macet: ibu yang mengejan lebih dari 1 jam, bayi tidakdapat lahir
dengan tenaga ibu sendiri melalui jalan lahir biasa.
e. Perdarahan setelah bayi lahir
f. Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah/BBLR < 2500 gr
4. Terlalu banyak
Terlalu Banyak Anak (Grande Multi) adalah ibu pernah hamil atau
melahirkan lebih dari 4 kali atau lebih. Kemungkinan akan di temui kesehatan
yang terganggu, kekendoran pada dinding perut, tampak pada ibu dengan perut
yang menggantung (Rochjati, 2003)
Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya ganguan dalam kehamilan,
menghambat proses perslainan (seperti kelainan letak), tumbuh kembang anak
kurang optimal serta relatif menambah beban ekonomi keluarga.
Risiko yang dapat terjadi:
a. Kelainan letak, persalinan letak lintang
b. Robekan rahim pada kelainan letak lintang
c. Persalinan lama
d. Perdarahan pasca persalinan
a. Aspek fisik
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka ibu dapat dengan mudah
menjangkau bayinya untuk melakukan perawatan sendiri dan menyusui
setiap saat, kapan saja bayinya menginginkan (nir-jadwal).
b. Aspek fisiologis
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusui dan
frekuensinya lebih sering. Proses ini merupakan proses fisiologis yang
alami, di mana bayi mendapat nutrisi alami yang paling sesuai dan baik.
Untuk ibu, dengan menyusui maka akan timbul refleks oksitosin yang
akan membantu proses fisiologis involusi rahim.
c. Aspek psikologis
Dengan rawat gabung maka antara ibu dan bayi akan segera terjalin
proses lekat (early infant-mother bonding) akibat sentuhan badan antara
ibu dan bayinya.
d. Aspek Edukatif
Dengan rawat gabung, ibu (terutama yang baru mempunyai anak
pertama) akan mempunyai pengalaman yang berguna, sehingga mampu
menyusui serta merawat bayinya bila pulang dari rumah sakit.
e. Aspek Medis
Dengan pelaksanaan rawat gabung maka akan menurunkan terjadinya
infeksi nosokomial pada bayi serta menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas ibu maupun bayi.
J. PENYEBAB DISTRESS PERNAPASAN
Etiologi lain adalah adanya supresi dari kerja syaraf pengatur pusat
pernapasan. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak hal, mulai dari congenital,
hingga adanya efek dari anastesi yang diberikan kepada ibu. Anastesi tersebut
dapat menembus sawar plasenta sehingga berpengaruh pula pada janin dalam
supresi kerja syaraf. Selain itu masih banyak etiologi dan patofisiologi yang dapat
terjadi sehingga menyebabkan gangguan napas pada bayi baru lahir, misalnya
seperti ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini menyebabkan oligohydramnion.
Berkurangnya cairan ketuban ini menimbulkan supresi pada vena umbilicalis,
sehingga akan menyebabkan janin asfiksia dini, dan tentunya akan berpengaruh
pada adaptasi saat janin tersebut dilahirkan. (Nelson, 2014)
1. Dalam diskusi tutorial ini, mahasiswa sudah cukup aktif. Namun, masih
kurang dalam penelusuran literature yang valid.
2. Tutor sudah baik dalam menjaga situasi diskusi dan juga dalam
mengarahkan mahasiwa agar tetap dalam koridor yang tepat saat diskusi,
sehingga tujuan pembelajaran (learning objective) yang telah ditetapkan
dapat tercapai.
3. Suasana tutorial di mana mahasiswa saling bertanya, menjawab, dan
menanggapi sangat membangun keefektifan diskusi tutorial, dan sangat
mendukung tercapainya tujuan pembelajaran (learning objective).
DAFTAR PUSTAKA
Bickley, L.S. 2003. Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik & Riwayat kesehatan
Edisi 8. EGC : Jakarta.
Guyton, Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. EGC : Jakarta.
Nelson, Marcdante, K.J., et al.. 2014. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial,
edisi keenam. Singapore:Elsevier Saunders.
Saifudin A.B, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Silbernagl, S., Lang, F.. 2006. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi.
Jakarta:EGC
Suririnah. 2008. Buku Pintar Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.