Anda di halaman 1dari 2

Praktikum yang dilakukan bertujuan untuk menentukan kadar senyawa halogen atau

garam halida dengan merode argentometri. Sampel yang digunakan adalah NH4Cl (5). Dari
prosedur yang dilakukan, yaitu melalui titrasi balik dengan cara menambahkan perak nitrat
(AgNO3) berlebihan ke sampel. Sisa AgNO3 selanjutnya dititrasi kembali dengan ammonium
tiosianat menggunakan indikator besi (III) amonium sulfat. Melalui cara ini dapat diketahui
bahwa metode argentometri yang dilakukan adalah metode Volhard.
Dalam penetapan kadar dengan metode Volhard , dilakukan dalam suasana asam, dalam
prosedur yang dilakukan yaitu dengan penambahan HNO3. Bila suasananya basa, ion besi (III)
akan diendapkan menjadi Fe(OH)3 sehingga titik akhir titrasi tidak dapat ditunjukkan. Keadaan
larutan yang harus asam sebagai syarat titrasi Volhard merupakan keuntungan dibandingkan
dengan cara-cara lain penentuan ion halogenida karena ion-ion karbonat, oksalat, dan arsenat
tidak mengganggu sebab garamnya larut dalam keadaan asam.
Dalam metode Volhard, digunakan 2 larutan baku, yaitu AgNO3 0,1 N dan NH4SCN
0,1 N. Digunakan AgNO3 karena AgNO3 merpakn satu-satunya senyawa perak yang dapat
terlarut dalam air. Namun, kedua larutan tersebut tidak dianggap sebagai larutan baku primer
karena berasal dari senyawa baku sekunder yang kemurniannya bervariasi. Proses titrasi balik
untuk menentukan kadar ini merupakan bagian dari analissis kuantitatif sehingga konsentrasi
larutan baku yang digunakan harus diketahui dengan tepat.
AgNO3 distandardisasi dengan menggunakan larutan baku primer NaCl. Dalam
prosesnya setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan bereaksi
dengan indicator. Indikator yang dipakai adalah ion kromat dimana dengan indicator ini ion
perak akan membentuk endapan berwarna coklat kemerahan sehingga titik akhir titrasi dapat
diamati. Melalui proses tersebut, normalitas AgNO3 yang sesungguhnya dapat diketahui, yaitu
sebesar 0,1 N.
NH4SCN distandardiasi dengan menggunkan menggunakan metode Volhard, yaitu
dengan titrasi kembali. NH4SCN distandardisasi dengan larutan AgNO3 yang telah
distandardisasi sebelumnya dengan pembahan HNO3 sebagai pembentuk suasana asam dan
penambahan indikator ferri ammonium sulfat. Kelebihan larutan NH4SCN akan diikat oleh ion
Fe3+ membentuk warna merah darah dari FeSCN. Titik akhir titrasi ditentukan saat endapan
pertama kali terjadi sehingga didapat normalitas NH4SCN yang sesungguhnya adalah sebesar
0,1 N.
Setelah larutan baku AgNO3 dan NH4SCN distandardisasi, barulah penetapan kadar
dapat diakukan. Reaksi yang terjadi pada penenuan kadar NH4Cl dengan cara titrasi kembali
metode Volhard adalah sebagai berikut:
AgNO3 berlebih + NH4Cl -> AgCL + NHNO3
AgNO3 sisa + NH4SCN -> AgSCN + NH4NO3
3NH4SCN + FeNH4(SO4)2 -> Fe(SCN)3 merah + 2(NH4)2SO4
Dari reaksi tersebut dapat diketahui bahwa pertama-tama sampel akan bereaksi dengan
AgNO3 berlebih. Dalam reaksi ini NH4Cl habis bereaksi sehingga NH4Cl berperan sebagai
pereaksi pembatas. Hasil akhir dari proses ini adalah didapati adanya endapan seperti dadih
putih akibat terbentuknya endapan AgCl yang tidak larut. Sebelum dilakukan titrasi kembali,
endapan AgCl harus disaring terlebih daulu atau dilapisi dengan penambahan masking agent,
dalam prosedur ini, ditambahkan CHCl3 sebagai masking agent untuk mencegah terjadinya
disosiasi AgCl oleh ion tiosianat. Kemudian ditambahkan indikator untuk proses titrasi, yaitu
indikator ferri ammonium sulfat. Penambahan ini betujuan sebagai penentu pada saat titik
akhir titrasi yaitu dengn terbentuknya warna merah coklat dari kompleks besi (III) tiosianat
yang terbentuk. Kemudian AgNO3 yang bersisa akan bereaksi dengan NH4SCN pada saat
proses titrasi. Setelah semua AgNO3 habis bereaksi dengan NH4SCN, NH4SCN kemudian
akan bereaksi dengan indikator ferri ammonium sulfat. Reaksi tersebut membentuk kompleks
Fe(SCN)3 yang berwarna merah yang menandakan titik akhir titrasi.
Dalam proses titrasi kembali, selisih antara mol AgNO3 mula-mula dengan mol
AgNO3 yang bereaksi dengan NaOH adalah sebanding dengan mol NH4Cl. Oleh karena itu,
dalam perthitungan penentuan kadar NH4Cl digunakan rumus:
Mek sampel = mek titrasi berlebih – mek titrant , di mana Mek sampel = mg/BE, sehingga
rumus dapat ditulis:
Mg = (mek titrasi berlebih – mek titrant) x BE
Dalam proses pengambilan sampel, sampel diambil 10 ml dari labu ukur 100 ml, sehingga akan
ada faktor pengenceran, maka rumusnya menjadi:
Mg = (mek titrasi berlebih – mek titrant) x BE x faktor pengenceran
Melalui perhitungan tersebut, kadar NH4Cl (5) selanjutnya dapat diketahui, yaitu
sebesar 715,6 mg. Hal ini sedikit berbeda dengan kadar aslinya, yaitu sebesar 720 mg. Hal
tersebut dapat terjadi karena beberapa hal:
1. Pada titrasi balik metode Volhard, ada 2 sumber kesalahan karena menggunakan 2 titran
sehingga kesalahan menjadi lebih besar.
2. Titrasi yang dilakukan adalah duplo karena terjadi kesalahan pada larutan yang kedua
sehingga data yang diperoleh menjadi kurang akurat.

Anda mungkin juga menyukai