Grafik
2. Kelompok 2: Orde Reaksi DIpengaruhi ini menunjukkan bahwa konstanta laju degradasi
Buffer dalam buffer yang mengandung 2 molal sukrosa
lebih rendah daripada reaksi dalam buffer saja
“Kinetika reaksi katalis asam-basa (degradasi atau buffer yang mengandung 2 molal gliserol.
aspartam) yang dipengaruhi perubahan pH buffer Karena larutan sukrosa dan gliserol memiliki
dan nilai pKa oleh induksi Poliol” aktivitas air yang sama yaitu 0,95, penurunan
aktivitas air bukan penyebab peningkatan
a. Plot pseudo-1st-order untuk degradasi
stabilitas dari penambahan sukrosa.
aspartam dalam buffer fosfat, dengan dan
tanpa penambahan poliol. c. Laju konstanta pseudo-1st-order untuk
degradasi aspartam dalam berbagai larutan
buffer fosfat 0,1 M sebagai fungsi dari pH
asli setelah penambahan poliol
Aspartam, yang terdiri dari asam amino, juga berbeda secara signifikan ➝ muatan emulsi
dapat bereaksi dengan gliserol untuk permukaan masih sama
menyebabkan degradasi lebih cepat. - Stabilitas fisik emulsi dilihat dari indeks
creaming
- Hasilnya setelah melewati homogenizer
3. Kelompok 3: Pengaruh Proses Pembuatan
tekanan tinggi lalu disentrif atau diuji siklus
(Manufaktur) pada Sediaan Semisolid
suhu: index creaming LMP > dari HMP
lebih baik.
b. Uji STabilitas
- Formula emulsinya ada dua: (1) pake HMP
(high methoxy pectin) dan (2) LMP (low
methoxy pectin)
seluruh tablet mengalami penurunan kadar hingga
waktu ke 6 bulan. Namun, diantara keseluruhan
tablet, tablet dengan konsentrasi penyalut yang
k = laju degradasi konstan
tinggi menunjukkan penurunan kadar yang lebih
A = faktor frekuensi
rendah diantara tablet lain. Sehingga, hal ini
Ea = energi aktivasi
menunjukkan bahwa proses penyalutan
R = konstanta gas (1,987)
berpengaruh terhadap stabilitas kimia zat aktif.
T = suhu mutlak (K)
Pengujian stabilitas dilakukan pada kondisi
penyimpanan suhu 40 C dengan kelembaban 75%
+- 5% disesuaikan dengan iklim Indonesia dalam
zona iklim IV. Plot persamaan Arrhenius
- Plot Arrhenius
Kelas B
1. Kelompok 1 : Kinetika Isotermal
Memperlihatkan adanya hubungan Ec (α) 1, kristalisasi dimulai dengan kinetika mirip JMA
dengan α untuk kristalisasi Co43 Fe20 Ta5.5 yang memiliki eksponen JMA n = 6,8 untuk α
B31.5 dimana ada kesesuian dengan rentang laju <4,8%; kemudian, nilai n berkurang menjadi 6
pemanasan. Laju pemanasan memiliki pengaruh untuk kisaran 4,8 <α <24,8% dan 1,5 untuk 26,1
signifikan terhadap variasi Ec (α) dengan α. <α <45% eksperimental berubah mengikuti garis
Ketika laju pemanasan berkisar antara 5 lurus teoretis seperti NGG dengan eksponen NGG
secara bertahap berkurang dengan fraksi volume Sedangkan untuk laju pemanasan 25 <β
yang dikristalisasi melebihi 25% dan mencapai <65Kmin − 1, kristalisasi mengikuti mode kinetik
nilai 334,19 KJ mol − 1 di hasil akhir. Sedangkan seperti JMA dengan eksponen JMA menurun dari
ketika tingkat pemanasan berada dalam kisaran 4,3 menjadi 1,5 pada tahap kristalisasi awal (α
Kelas C
1. Kelompok 1: Stabilitas Stres
metode analitik yang digunakan. Kondisi tujuan pengujian stabilitas di seluruh dunia:
panjang harus setiap 3 bulan selama tahun sesuai pedoman ICH Q1A (R2).
pertama, setiap 6 bulan selama tahun kedua Stabilitas longterm dilakukan secara
kondisi penyimpanan yang direkomendasikan. churna cocok pada kondisi dipercepat hingga
➢ Perubahan Formulasi
➢ Uji Stabilitas Metode Bracketing
Adanya perubahan minor, moderat
atau mayor dapat mempengaruhi
stabilitas produk, sehingga diperlukan uji
stabilitas salah satunya metode
bracketing.
➢ Penambahan New Strength Bracketing adalah desain jadwal
stabilitas sehingga hanya sampel pada
faktor-faktor desain tertentu yang
ekstrem, misalnya kekuatan, ukuran yang
diujikan pada semua titik waktu seperti
dalam desain penuh.
➢ Perubahan Proses Manufaktur Digunakan tablet glimepiride tablet
dan/atau Peralatan dengan empat dosis berbeda (1, 2, 3, 4
mg). Desain bracketing mengasumsikan
bahwa stabilitas setiap tingkat menengah
diwakili oleh stabilitas ekstrem yang diuji.
Dikembangkan tes stabilitas jangka
panjang dan dipercepat selama 6 bulan merepresentasikan stabilitas dari seluruh
dengan dosis ekstrem (1 mg dan 4 mg): sampel pada titik waktu tertentu.
Matrixing digunakan untuk sediaan:
● Kapsul dengan variasi kekuatan
sediaan, yang diproduksi dari
campuran serbuk obat yang sama
dikurangi dari ⅔ menjadi ⅓. Misalnya ketika obat yang memiliki gugus amina
satu dari 3 bets diuji pada waktu dengan laktosa sebagai eksipien.