Energi Angin 2 PDF
Energi Angin 2 PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Energi merupakan suatu kekuatan yang dimiliki oleh suatu zat sehingga
zat tersebut mempunyai pengaruh pada keadaan sekitarnya. Menurut mediumnya
dikenal banyak jenis energi. Diantaranya, energi gelombang, energi arus laut,
energi kosmos, energi yang terkandung pada senyawa atom, dan energi-energi
lain yang bila dimanfaatkan akan berguna bagi kebutuhan manusia. Salah satu
dari energi tersebut adalah energi angin yang jumlahnya tak terbatas dan banyak
digunakan untuk meringankan kerja manusia. Angin memberikan energi gerak
sehingga mampu menggerakkan perahu layar, kincir angin, dan bisa dimanfaatkan
menjadi pembangkit listrik yaitu berupa turbin angin. Keberadaan energi angin ini
terdapat di lapisan atmosfer bumi yang banyak mengandung partikel udara dan
gas. Lapisan troposfer merupakan lapisan atmosfer terendah bumi dan dilapisan
ini semua peristiwa cuaca termasuk angin terjadi.
Energi angin adalah energi yang terkandung pada massa udara yang
bergerak. Energi angin berasal dari energi matahari. Pemanasan bumi oleh sinar
matahari menyebabkan perbedaan massa jenis (ρ) udara. Perbedaan massa jenis
ini menyebabkan perbedaan tekanan pada udara sehingga akan terjadi aliran fluida
dan menghasilkan angin. Kondisi aliran angin dipengaruhi oleh medan atau
permukaan bumi yang dilalui oleh aliran angin dan perbedaan temperatur
permukaan bumi.
1
Ek = mv 2
2 …………………………………………………………..(2.1)
Dimana:
Ek = Energi kinetic (joule)
Parameter yang diukur pada proses konversi energi angin pada umumnya
adalah kecepatan dan arahnya. Kecepatan angin diukur dengan menggunakan alat
anemometer. Anemometer mempunyai banyak jenis dan salah satunya adalah
anemometer tangan.
Anemometer tangan terdiri dari semacam kipas kecil pada ujungnya yang
akan berputar ketika dilalui oleh angin . Jumlah putaran setiap waktu direkam dan
dinyatakan dalam besaran kecepatan angin. Pembacaan skala kecepatan angin
dapat dilakukan dengan melihat skala pembaca yang terdapat pada anemometer.
Griggs-Putnam membuat indeks kecepatan angin berdasarkan deformasi
yang terjadi pada pohon seperti tampak pada gambar berikut :
Turbin angin jenis upwind memiliki rotor yang menghadap arah datangnya
angin sedangkan turbin angin jenis downwind memiliki rotor yang membelakangi
arah datang angin.
Gambar 2.3 Komponen utama turbin angin sumbu horizontal (Sumber: Wind
Blade Rotor Construction, Hugh Piggot)
Turbin angin sumbu vertikal adalah jenis turbin angin yang pertama dibuat
manusia. Pada awalnya, putaran rotornya hanya memanfaatkan efek magnus yaitu
karena adanya selisih gaya drag pada kedua sisi rotor atau sudu sehingga
menghasilkan momen gaya terhadap sumbu putar rotor. Salah satu contoh turbin
angin sumbu vertikal jenis drag adalah turbin angin savonius, yang mana terdiri
dari dua atau tiga lembar pelat yang dilengkungkan pada arah tangensial yang
sama terhadap sumbu putar. Turbin angin poros vertikal atau yang lebih dikenal
memiliki ciri utama yaitu keberadaan poros tegak lurus terhadap arah aliran angin
atau tegak lurus terhadap permukaan tanah.
Keuntungan dari konsep turbin angin sumbu vertikal adalah lebih
sederhana perancangan dan pembuatannya dibandingkan turbin angin sumbu
b. Darrieus Rotor
Merupakan salah satu TASV (Turbin Angin Sumbu Vertikal) dengan
efisiensi terbaik serta mampu menghasilkan torsi cukup besar pada putaran dan
kecepatan angin yang tinggi. Turbin angin Darrieus mengaplikasikan blade
dengan bentuk dasar aerofoil NACA. Prinsip kerja turbin angin Darrieus yaitu
memanfaatkan gaya lift. Kelemahan utama dari turbin angin Darrieus yaitu yakni
memiliki torsi awal berputar yang sangat kecil hingga tidak dapat melakukan self
start. Pada aplikasiya, darrieus wind turbine selalu membutuhkan perangkat
bantuan untuk melakukan putaran awal. Perangkat bantu yang digunakan berupa
motor listrik atau umumnya lebih sering menggunakan gabungan turbin angin
Savonius pada poros utama. Untuk menghindari fluktuasi torsi yang besar,
aplikasi turbin angin Darrieus umumnya menggunakan tiga blade.
c. H-Rotor
Gambar 2.4 Jenis-Jenis Turbin Angin Sumbu Vertikal (Sumber: Wind Turbines,
Eric Hau)
Perbandingan antara turbin angin tipe Savonius, Darrieus dan Tipe H dapat dilihat
pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Perbandingan Karakteristik Turbin Angin Savonius, Darrieus dan Tipe H
Savonius Darrieus Tipe H
- Dapat berputar - Koefisien daya lebih tinggi - Desain sederhana
pada kecepatan
- Telah dibuat dalam skala besar - Koefisien daya kurang lebih
angin rendah
sama dengan Darrieus
- Tidak dapat mulai berputar
- Proses
sendiri (self start) - Proses manufaktur mudah
manufaktur
mudah
- Tidak dapat diatur kecepatan - Dapat dilakukan pitching pada
putarnya lewat pengaturan sudut bilah sudu
- Koefisien daya
serang
rendah
- Jurnal atau referensi belum
- Proses manufaktur susah dan banyak ditemukan
mahal
2.4 Airfoil
Airfoil NACA (National Advisory Committee for Aeronautics) adalah
salah satu bentuk bodi aerodinamika sederhana yang berguna untuk dapat
memberikan gaya angkat tertentu terhadap suatu bodi lainnya dan dengan bantuan
penyelesaian matematis sangat memungkinkan untuk memprediksi berapa
besarnya gaya angkat yang dihasilkan oleh suatu bodi airfoil. Geometri airfoil
memiliki pengaruh besar terhadap karakteristik aerodinamika dengan parameter
penting berupa CL, dan kemudian akan terkait dengan lift (gaya angkat yang
dihasilkan) (Mulyadi, 2010).
Hingga sekitar Perang Dunia II, airfoil yang banyak digunakan adalah
hasil riset Gottingen. Selama periode ini banyak pengajuan airfoil dilakukan
diberbagai negara, namun hasil riset NACA lah yang paling terkemuka. Pengujian
yang dilakukan NACA lebih sistematik dengan membagi pengaruh efek
kelengkungan dan distribusi ketebalan atau thickness serta pengujiannya
dilakukan pada bilangan Reynold yang lebih tinggi dibanding yang lain. Hal ini
sering dirangkum oleh beberapa parameter seperti: ketebalan maksimum,
maksimum bentuk melengkung, posisi max ketebalan, posisi maks bentuk
melengkung, dan hidung jari-jari. Seperti terlihat pada gambar 2.5 suatu airfoil
terdiri dari:
sDimana P adalah tekanan yang terjadi pada permukaan sudu akibat gaya aliran
udara, sedangkan θ adalah sudut yang dibentuk antara arah aliran udara terhadap
sumbu normal sudu
Istilah drag merupakan gaya yang berasal dari energi angin yang
mendorong lurus sudu searah dengan arah angin. Gaya drag pada dasarnya
digunakan oleh turbin angin savonius. Gaya ini menyebabkan sudu bergerak.
Namun, gerakan rotor yang terjadi sangat rendah dan sudu yang sebenarnya
bergerak melawan arah angin akan memperlambat gerak rotor. Selain itu, terdapat
gaya lain berupa lift yang selalu bekerja pada sudut airfoil yang mengarahkan
sudu terangkat akibat gerak angin. Sudu turbin angin sumbu horizontal
mengalami gaya lift dan gaya drag, namun gaya lift jauh lebih besar dari gaya
drag sehingga rotor turbin ini lebih dikenal dengan rotor turbin tipe lift.
Gambar 2.8 Skematik gaya drag dan lift pada sudu turbin angin (Sumber: Ekawira
K. Napitupulu)
Keterangan gambar:
u’ = rω (2.7)
Catatan: - gaya lift L tegak lurus terhadap komponen kecepatan c
- gaya drag D paralel terhadap komponen kecepatan c
P 1 v2 v
2
CP = = 1 − 1 + 2
P0 2 v1 v1 ………………………………......(2.9)
Dimana:
πdn
Tip speed ratio, λ =
60v ………………………………………… (2.11)
dimana d adalah diameter sudu, n adalah putaran rotor atau sudu, dan v adalah
kecepatan angin.
Gambar 2.10 Kurva hubungan Tip speed ratio (λ) terhadap rotor power coefficient
(CPR) pada berbagai jumlah sudu (Sumber: Wind Turbines, Erich Hau)
Gambar 2.11 Kurva hubungan Tip-speed ratio terhadap Rotor power coefficient
(CPR) pada berbagai jenis turbin angin. (Sumber: Wind Turbines, Erich Hau)
2.8 Generator