Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN

“KARSINOMA SEL SKUAMOSA KULIT”

Disusun oleh:
Kelompok 12
Kelas 5B

1. Dimas Dwi Anugraha (1130013059)


2. Eriska Yunita Sari (1130013062)
3. Indra Hermawan (1130013070)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2015
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang


telah memberi rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga dapat
menyelesaikan tugas makalah “Asuhan Keperawatan Karsinoma Sel Skuamosa
Kulit” yang dibimbing oleh Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
Makalah ini dapat terselesaikan dengan adanya kerjasama dengan pihak
pembimbing materi dan teman-teman kelompok.
Demikian kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
teman-teman yang lain serta dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kami
menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih banyak sekali
kekurangannya sehingga kami masih memerlukan kritik dan saran yang
membangun guna untuk memperbaiki makalah selanjutnya. Akhir kata, kami
ucapkan terima kasih.

Surabaya, Oktober 2015

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………….............. ii


Daftar Isi …………………………………………….…………………….. iii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang ………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………............ 2
C. Tujuan …………………………………………………….......... 2

BAB 2 PEMBAHASAN…............................................................................. 3
A. Anatomi Karsinoma Sel Skuamosa Kulit……………………….. 3
B. Definisi Karsinoma Sel Skuamosa Kulit………………………... 4
C. Etiologi Karsinoma Sel Skuamosa Kulit………………………... 5
D. Epidemiologi Karsinoma Sel Skuamosa Kulit………………….. 6
E. Patofisiologi Karsinoma Sel Skuamosa Kulit…………………... 7
F. Manifestasi Klinis Karsinoma Sel Skuamosa Kulit…………….. 9
G. Pemeriksaan Diagnostik Karsinoma Sel Skuamosa Kulit………. 10
H. Penatalaksanaan Karsinoma Sel Skuamosa Kulit...…………….. 11

BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN………………………........ 13


A. Pengkajian………………………………….………………........ 13
B. Diagnosis………………………………………………………... 14
C. Intervensi Keperawatan…………………………………………. 14

BAB 4 APLIKASI TEORI…………………………………………………... 21


A. Kasus…………………………………………………………….. 21
B. Pengkajian……………………………………………………….. 21
C. Diangnosis Keperawatan………………………………………… 30
D. Intervensi keperawatan………………………………………….. 30
E. Implementasi Keperawatan……………………………………… 33
F. Evaluasi………………………………………………………….. 35

iii
BAB 5 PENUTUP…………………………………………………………... 37
A. Kesimpulan……………………………………………………… 37
B. Saran…………………………………………………………….. 38

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker kulit ialah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel
kulit yangtidak terkendali, dapat merusak jaringan di sekitarnya dan mampu
menyebar ke bagian tubuhyang lain. Karena kulit terdiri atas beberapa jenis sel,
maka kanker kulit juga bermacam-macamsesuai dengan jenis sel yang
terkena.Akan tetapi yang paling sering terdapat adalah karsinomasel basal
(KSB), karsinoma sel skuamosa (KSS) dan melanoma maligna (MM).
Karsinomasel basal dan karsinoma sel skuamosa seringkali digolongkan ke
dalam kanker kulit non melanoma.
Karsinoma sel skuamosa adalah suatu poliferasi ganas dari keratinosit
epidermis yang merupakan tipe sel epidermis yang aling banyak dan merupakan
salah satu dari kanker kulit yang sering dijumpai setelah basalioma. Faktor
presdiposisi karsinoma sel skuamosa antara lain sinar ultraviolet, bahan
karsinogen, genetic dan lain-lain.
Di Indonesia kanker telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
besar.Frekuensi relatif kanker mulut di Indonesia diperkirakan 3,75%.Menurut
hasil penelitian lebih dari 90 % kanker mulut adalah karsinoma epidermoid atau
karsinoma sel skuamosa.Diseluruh dunia diperkirakan 378.500 kasus baru
kanker mulut yang didiagnosa pertahun.Dinegara tertentu, seperti Sri Lanka,
India, Pakistan, dan Banglades kanker mulut merupakan kanker yang paling
sering. Di India kanker mulut dapat mencapai lebih dari 50% dari semua jenis
kanker.Pria mempunyai tingkatan kanker mulut yang lebih tinggi dari pada
wanita di dunia yaitu pada laki-laki 4% dan wanita 2%.
Karsinoma sel skuamosa sering dijumpai pada orang kulit putih dari pada
kulit berwarna gelap dan lebih banyak dijumpai pada laki laki disbanding
dengan wanita, terutama pada usia 40-50 tahun.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Anatomi Karsinoma Sel Skuamosa Kulit?
2. Bagaimana Definisi Karsinoma Sel Skuamosa Kulit?
3. Bagaimana Etiologi Karsinoma Sel Skuamosa Kulit?
4. Bagaimana Epidemiologi Karsinoma Sel Skuamosa Kulit?
5. Bagaimana Patofisiologi Karsinoma Sel Skuamosa Kulit?
6. Bagaimana Manifestasi Klinis Karsinoma Sel Skuamosa Kulit?
7. Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik Karsinoma Sel Skuamosa Kulit?
8. Bagaimana Penatalaksanaan Karsinoma Sel Skuamosa Kulit?

C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana Anatomi Karsinoma Sel Skuamosa Kulit
2. Mengetahui bagaimana Definisi Karsinoma Sel Skuamosa Kulit
3. Mengetahui bagaimana Etiologi Karsinoma Sel Skuamosa Kulit
4. Mengetahui bagaimana Epidemiologi Karsinoma Sel Skuamosa Kulit
5. Mengetahui bagaimana Patofisiologi Karsinoma Sel Skuamosa Kulit
6. Mengetahui bagaimana Manifestasi Klinis Karsinoma Sel Skuamosa Kulit
7. Mengetahui bagaimana Pemeriksaan Diagnostik Karsinoma Sel Skuamosa
Kulit
8. Mengetahui bagaimana Penatalaksanaan Karsinoma Sel Skuamosa Kulit

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Karsinoma Sel Skuamosa Kulit


Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar
16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7–3,6 kg dan luasnya sekitar
1,5–1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm
tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak
mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit
tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong
(Suzanne, 2004).
Kulit melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan
terhadap bakteri, virus dan jamur. Kehilangan panas dan penyimpanan panas
diatur melalui vasodilatasi pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar keringat.
Setelah kehilangan seluruh kulit, maka ciran tubuh yang penting akan menguap
dan elektrolit-elektrolit yang penting akan menghilang dari tubuh, akan
menguap dan lektrolit-elektrolit akan hilang dalam beberapa jam saja. Contoh
dari keadaan ini adalah penderita luka bakar. Bau yang sedap atau tidak sedap
dari kulit berfungsi sebagai pertanda penerimaan atau penolakan sosial dan
seksual. Kulit juga merupakan tempat sensasi raba, tekan, suhu, nyeri dan
nikmat berkat jalinan ujung-ujung saraf yang bertautan (Suzanne, 2004).
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar
adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm
sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau
korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat (Suzanne, 2004).

3
Gambar 2: 1 Infiltrasi Sel Skuamosa
(Hiperkromasi nukleus, fokal diseratosis)

Sumber: (Corwin, 2000)


Secara anatomis kulit tersusun atas 3 lapisan pokok terdiri dari:
a. Lapisan epidermis
b. Lapisan dermis
c. Subkutis
d. Sedangkan alat-alat tambahan yang juga terdapat pada kulit antara lain
kuku, rambut, kelenjar sebacea, kelenjar apokrin, kelenjar ekrin.
Keseluruhan tambahan yang terdapat pada kulit dinamakan appendices
atau adnexa kulit (Suzanne, 2004).

B. Definisi Karsinoma Sel Skuamosa Kulit


Karsinoma sel skuamosa (SCC) adalah bentuk paling umum kedua dari
kanker kulit dan menyumbang 20% dari keganasan kulit. Karsinoma sel
skuamosa merupakan poliferasi malikna yang timbul dari dalam epidermis.
Karsinoma sel skuamosa sering muncul pada kulit yang rusak karena sinar
matahari dan individu lanjut usia. Kebanyakan karsinoma sel skuamosa dapat
segera diidentifikasi dan dibuang dengan prosedur bedah midor. Lesi invasive
lebih besar dan lebih memerlukan manajemenn oprasi agresif, terapi radiasi,
atau keduanya. Risiko karsinoma sel skuamosa sangat tinggi untuk terjadinya
metastasis.
Karsinoma sel skuamosa merupakan salah satu jenis kanker yang berasal
dari lapisan tengah epidermis. Jenis kanker ini menyusup ke jaringan di bawah
kulit (dermis). Kulit yang terkena tampak coklat-kemerahan dan bersisik atau

4
berkerompeng dan mendatar, kadang menyerupai bercak pada psoriasis,
dermatitis atau infeksi jamur (Price Sylvia, 2005).
Karsinoma sel skuamosa dapat tumbuh dalam setiap epitel berlapis
skuamosa atau mukosa yang mengalami metaplasia skuamosa. Jadi bentuk
kanker ini dapat terjadi misalnya di lidah, bibir, esofagus, serviks, vulva, vagina,
bronkus atau kandung kencing. Pada permukaan mukosa mulut mulut atau
vulva, leukoplakia merupakan predisposisi yang penting. Tetapi kebanyakan
karsinoma sel skuamosa tumbuh di kulit (90-95%) (Price Sylvia, 2005).
Squamous Cell Carcinoma atau disebut juga Karsinoma Sel Skuamosa
merupakan kanker yang sering terjadi pada rongga mulut yang secara klinis
terlihat sebagai plak keratosis, ulserasi, tepi lesi yang indurasi, dan kemerahan.

C. Etiologi Karsinoma Sel Skuamosa Kulit


Penyebab pasti belum diketahui dengan jelas, tetapi terdapat beberapa
faktor risiko yang terkait dengan perkembangan karsinoma sel skuamosa,
meliputi hal-hal berikut:
1. Faktor Genetik: Seseorang yang memiliki riwayat keluarga menderita
kanker memiliki risiko terkena kanker sebanyak 3 sampai 4 kali lebih besar
dari yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita kanker.
2. Usia tua lebih dari 50 tahun.
3. Jenis kelamin laki-laki. Laki-laki leih cenderung mengalami karsinoma sel
skuamosa dibanding wanita, karena pajanan terhadap UV yang lebih besar
4. Kulit putih terang, rambut pirang atau cokla terang, mata hijau, biru, atau
abu-abu. Queensland, Australia, memiliki angka kejadian kanker kulit
tertinggi di dunia karena jumlah pajanan UV yang tinggi dan kebanyakan
peduduknya adalah orang Inggris atau Irlandia yng mempuya kulit sensitif
UV
5. Kulit yang mudah mengalami luka bakar akibat sinar matahari (jenis
Fitzpatrick I dan II)
6. Geografi (lebih dekat ke katulistiwa)

5
7. Sejara kanker kulit nonmelanoma sebelumnya. Sekali terkena karsinoma sel
skuamosa, ada kemungkinan untuk seseorang tersebut terkena kanker
karsinoma sel skuamosa kembali
8. Paparan sinar UV matahari dengan kumulatif tinggi
9. Paparan karsinogen kimia (misalnya Arsen, Tar, merokok) 75% dari seluruh
kanker mulut dan faring di Amerika Serikat berhubungan dengan
penggunaan tembakau yaitu termasuk merokok dan mengkonsumsi alkohol.
Penggunaan alkohol dengan rokok bersama-sama secara signifikan
memiliki resiko yang lebih tinggi daripada digunakan secara terpisah.
Merokok cerutu dan merokok menggunakan pipa mempunyai resiko yang
lebih tinggi terhadap kanker mulut dibandingkan dengan merokok kretek
10. Imunosupresi kronis.
11. Infeksi Human Papiloma Virus (HPV)

D. Epidemiologi Karsinoma Sel Skuamosa Kulit


Lebih dari 90% kanker rongga mulut adalah kanker sel skuamosa. Setiap
tahun kurang dari 3% kejadian kanker terjadi di Amerika Serikat, di negara-
negara berkembang jumlah tersebut lebih besar lagi dan lebih banyak terjadi
pada pria daripada wanita dengan perbandingan 6:1 pada tahun 1950, dan 2:1
pada tahun 1997. Perubahan tersebut dikarenakan peningkatan jumlah perokok
wanita pada 3 dekade terakhir. (Corwin Elizabeth, 2000)
Pada negara berkembang terdapat peningkatan jumlah penderita dibawah
usia 40 tahun, hal ini dikarenakan meningkatnya perubahan genetik pada
populasi dewasa muda dan perubahan zat karsinogenik penyebab kanker
tersebut (Corwin Elizabeth, 2000).
Karsinoma sel skuamosa merupakan salah satu dari 10 jenis kanker yang
paling sering terjadi di seluruh dunia, dengan insidensi pada pria 5% dan wanita
2%. Karsinoma sel skuamosa pada rongga mulut pada umumnya terjadi pada
usia di atas 50 tahun. Di Amerika Serikat prevalensi kanker mencapai 34.000
kasus baru per tahun.

6
E. Patofisiologi Karsinoma Sel Skuamosa Kulit
Squamosa cell caecinoma (SCC) adalah tumor ganas pada keratinosit
epidermis. Beberapa kasus karsinoma sel skuamosa terjadi de novo (yaitu
dengan tidak adanya lesi precursor). Namun beberapa karsinoma sel skuamosa
berasal dari matahari yang disebabkan oleh lesi prakanker dikenal sebagai
keratosis actinic. Pasien dengan keratosis actinic multiple memberikan
manifestasi peningkatan risiko untuk pengembangan karsinoma sel skuamosa.
Karsinoma sel skuamosa yang mampu infiltrasi pertumbuhan lokal, menyebar
ke kelenjar getah bening regional, dan metastasis jauh, paling sering ke paru-
paru.
Karsinoma skuamosa invasif kebanyakan didapati pada tepi lateral lidah dan
dasar mulut, sangat jarang pada palatum dan dorsum lidah. Pulau-pulau tumor
yang invasif bermetastasis melalui pembuluh limfa dan mengenai kelenjar getah
bening supraomohioid dan servikal. Penyebaran melalui pembuluh darah
merupakan sekuele terakhir dan biasanya sebagai akibat metastasis kelenjar
getah bening yang menjalar ke duktus torakikus masuk vena sistemik. (Corwin,
2000)

7
WOC

Paparan sinar UV Usia diatas


Faktor genetik
dan zat karsinogen 50 tahun

Resiko terkena Imunitas


Kanker

Mutasi DNA

Lesi prakanker Kerusakan Integritas


(keratosis actinic) Kulit

Karsinoma Menembus membrane


Sel Skuamosa basal dermoepidermis

Apoptosis menurun, Tampak plak


Metastasis di pembulu limfa merah berskuama

Mengenai Kelenjar Gangguan


Getah Bening Rasanyaman
Nyeri

Prosedur Diagnostik Tahap Infasif


(Pembedahan,
Kemoterapi, dll)
Tampak Nodular
dan Hiperkeratosis

Lesi Ulseratif
Kurangnya
Ansietas
pengetahuan
Tumor membesar,
dapat diraba, bengkak
yang melekat

8
F. Manifestasi Klinis Karsinoma Sel Skuamosa Kulit
Karsinoma sel skuamosa yang belum menginvasi menembus membran
basal taut dermoepidermis (karsinoma in situ) tampak sebagai plak merah,
berskuama, dan berbatas tegas. Lesi tahap lanjut yang invasif tampak nodular,
dan memperlihatkan produksi keratin dalam jumlah bervariasi yang secara
klinis tampak sebagai hiperkeratosis dan mungkin mengalami userasi.
Karsinoma sel skuamosa invasif secara klinik ditandai lesi yang ulseratif
dan induratif. Sering daerah ulserasi menunjukkan tepi melingkar, melipat dan
mukosa yang berdekatan dapat menunjukkan batas-batas yang tampak
leukoplakia dan atau eritroplakia. Bila kelenjar servikal yang terkena metastasis
sudah mencapai dimensi cukup besar, dapat diraba, membengkak dan melekat
(berbeda dengan limadenopati yang dapat digerakkan, lunak dan nyeri tekan
bila sebagai akibat penyakit radang).
Secara mikroskopik, karsinoma skuamosa menunjukkan sarang-sarang dan
pulau-pulau sel epitel invasif dengan berbagai derajat diferensiasi (misalnya
keratinisasi). Stroma jaringan ikat biasanya memiliki infiltrasi sel-sel radang
mononuklear. Derajat radang dapat merupakan ukuran reaktivitas imun
terhadap antigen-antigen tumor. Beberapa penelitian menunjukkan prognosis
lebih baik pada tumor-tumor dengan radang hebat.
Tingkat permulaan dari karsinoma sel skuamosa, secara klinis tidak
memberikan gambaran yang jelas, dan hanya menimbulkan rasa nyeri yang
minimal. Karsinoma sel skuamosa memiliki beberapa variasi gambaran klinis,
yaitu:
1. Eksofitik
Lesi ini memiliki permukaan yang tidak rata dan berpapil-papil, dengan
warna yang bervariasi dari sama dengan jaringan sekitar sampai merah
keputihan, tergantung dari keratin yang terbentuk. Permukaan seringkali
mengalami ulserasi dan pada palpasi terasa keras (indurasi)
2. Endofitik
Lesi ini berbentuk cekung dan ireguler, terdapat ulserasi, daerah
sentral dibatasi oleh penggiran yang meninggi berbentuk bulat (rolled
border) yang berwarna merah keputihan. Pinggiran yang meninggi ini

9
merupakan akibat dari tumor yang berinvasi ke bawal dan laterl ke jaringan
epitel di bawahnya.
3. Leukoplakia dan eritoplakia
Keadaan leukoplakia dan ertitroplakia merupakan keadaan awal
sebelum terbentuknya suatu masa atau ulserasi. Gambaran klinis ini identik
dengan lesi premalignansi. Permukaan mukosa secara khas akan berubah
dengan terbentuknya karsinoma endofitik atau eksofitik. Bila terjadi
destruksi pada lapisan tulang di bawahnya, dapat menimbulkan rasa sakit
dan terlihat pada gambaran radologisnya sebagai ’moth eaten’ radiolusensi
dengan tepi bergerigi.

G. Pemeriksaan Diagnostik Karsinoma Sel Skuamosa Kulit


Diagnosa ditegakkan melalui pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
mikroskopis melalui biopsi. Seringkali, biopsi ditunda karena keputusan dari
dokter maupun pasien, terdapat infeksi atau iritasi lokal. Tetapi, penundaan
tersebut tidak boleh lebih dari 3-4 minggu. Kadang, luasnya lesi menyulitkan
untuk melakukan biopsi yang tepat untuk membedakan displasia atau kanker.
Oleh sebab itu tambahan penilaian klinis lainnya dapat membantu mempercepat
biopsi dan memilih daerah yang tepat untuk melakukan biopsi. Penggunaan
cairan toluidine blue sangat berguna sekali, karena keakuratannya (lebih dari
90%), murah, cepat, sederhana dan tidak invasif. (Corwin, 2000)
Mekanisme kerjanya dengan afinitas atau menempelnya toluidine blue
dengan DNA dan sulfat mukopolisakarida, sehingga dapat dibedakan apakah
terjadi displasia atau keganasan dengan epitel yang normal dan lesi jinak.
Toluidine blue berikatan dengan membran mitokondria, dimana terikat lebih
kuat pada epitel sel displasia dan sel kanker daripada dengan jaringan normal.
(Corwin, 2000)
Sitologi eksfoliatif telah membantu dalam menentukan diagnosa. Namun,
kesulitan pengumpulan sel, waktu yang lama dan biaya yang mahal telah
membatasi penggunaannya. Teknik brush biopsy secara luas digunakan pada
sitologi dengan pengumpulan sel yang mewakili keseluruhan epitel berlapis

10
skuamosa. Prosedurnya tidak menyebabkan sakit, oleh sebab itu tidak perlu
penggunaan anestetikum. (Corwin, 2000)

H. Penatalaksanaan Karsinoma Sel Skuamosa Kulit


1. Eksisi Bedah
Tujuan utamanya adalah untuk mengankat keseluruhan tumor. Cara
yang terbaik untuk mempertahankan penampilan kosmetika adalah dengan
menempatkan garis insisi disepanjang garis tegangan kulit yang normaldan
garis anatomis tubuh yang dialami. Dengan cara ini, jaringan parut yang
terbentuk tidak akan mudah terlihat.
Ukuran insis tergantung pada ukuran dan lokasi tumor, kendati
biasanya meliputi rasio panjang terhadap lebar yaitu 3:1. Memadainya
eksisi dengan pembedahan dipastikan melalui evaluasi mikroskopik
terhadap potongan potongan specimen. Apabila tumornya berukuran besar,
pembedahan rekontruksi dengan menggunakan skin flap atau graft kulit
mungkin diperlukan. Luka insisi ditutup lapis demi lapis untuk
memperbesar efek kosmetika. Perban tekan dipasang pada luka untuk
penyangga. Infeksi jarang dijumpai sesudah tindakan eksisi yang sederhana
jika tindakan aseptic bedah yang benar tetap dipertahankan selama dan
sesudah operasi.
2. Terapi Radiasi
Terapi radiasi sering digunakan untuk kanker kelopak mata, ujung
hidung, dan daerah pada atau dekat stuktur yang vital (misalnya nervus
fasialis). Terapi ini hanya dikerjakan pada pasien yang berusia lanjut karena
perubahan akibat sinar-x dapat terlihat sesudah 5 hingga 10 tahun kemudian
dan perubahan maliknan pada sikatriks dapat ditimbulkan oleh sinar-x
setelah 15 hingga 30 tahun kemudian.
Pasien harus diinformasikan bahwa kulit dapat menjadi merah dan
melepuh. Salep kulit yang netral (yang dureseokan oleh dokter) dapat
dioleskan untuk mengurangi gangguan rasa nyaman. Pasien juga harus
diingatkan agar kulitnya tidak terkena sinar matahari.

11
3. Kemoterapi
Formulasi kemoterapitopikal dari 5-fluorouracil (5-FU) digunakan
untuk pengobatan actinic keratosis dan dangkal karsinoma sel basal.
Keberhasilan pengobatan pada pasien dengan sel karsinoma skuamosa juga
telah dilaporkan. Karsinoma sel skuamosa invasif tidak harus ditangangi
dengan kemoterapi topical.
Suatu bentuk dari 5-FU (capesitabine), yang disetujui oleh food and
Drug Administration (FDA) dapat dipertimbangkan pada pasien dengan sel
karsinoma skuamosa situ dengan penyebaran daerah kulit yang luas.

12
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pada pengkajian anamnesis, penting bagi perawat untuk menanyakan
riwayat yang sesuai dengan faktor-faktor presdiposisi. Timor ini sering kali
terlihat pada orang tua berkulit terang. Sinar matahari merupakan faktor etiologi
utama yang menyebabkan karsinoma sel skuamosa. Orang-orang berkulit
terang yang terpapar sinar matahari secara kronik (petani, pelaut) memiliki
insiden karsinoma sel skuamosa yang tinggi.
Pada pengkajian anamnesis, pasien mengeluh adanya lesi berupa
pembesaran pada kulit. Keluhan pembesaran tersebut biasanya bersifat lambat,
tetapi beberapa lesi membesar dengan cepat. Keluhan lain yang didapatkan pada
pasien karsinoma sel skuamosa dapat berupa adanya perdarahan pada sisi lesi,
nyeri lokal, dan adanya kelembutan pada sisi lesi terutama dengan tumor yang
lebih besar. Keluhan adanya anastesia lokal, kesemutan atau kelemahan otot
dapat mencerminkan keterlibatan perineural, dan ini merupakan pengkajian
anamnesis riwayat yang penting karena memberikan dampak negative terhadap
proknosis penyakit.
Pada pemeriksaan fisik, lesinya dapat bersifat primer karena timbul pada
kulit maupun memban mukosa, atau bisa sekunder dari suatu keadaan keratosis
aktinika, leukoplakia (lesi premalignant pada membrane mukosa) atau lesi
dengan pembentukan sikatriks atau ulkus. Karsinoma sel skuamosa tampak
sebagai sebuah tumor yang kasar tebal, dan bersisik tanpa memeberikan gejalah
(asimtomatik), teteapi bisa menimbulkan perdarahan. Tapi lesinya dapat lebih
besar, lebih terinfiltrasi dan lebih memperlihatkan reaksi inflamasi bila
dibandingkan dengan karsinoma sel basal.
Daerah-daerah yang tterbuka, khususnya ekstremitas atas, muka, bibir
bawah, telingah, hidung, dan dahi merupakan lokasi kulit yang sering terkena
kanker ini. Bagian lain yang terserang karsinoma biasanya adalah suatu kondisi
metastasis seperti pada penis.

13
B. Diagnosis
1. Nyeri b.d. kerusakan jaringan paska eksisi bedah
2. Ansietas b.d. proknosis penyakit
3. Deficit pengetahuan b.d. intervensi diagnostic, intervensi radiasi,
kemoterapi, dan eksisi bedah

C. Rencana Keperawatan
Sasaran utama bagi klien dapat mencakup penurunan respon nyeri,
meningkatnya pengetahuan tentang melanoma, dan berkurangnya ansietas atau
kecemasan.

Nyeri b.d kerusakan jaringan pasca tindakan eksisi bedah


Tujuan: dalam waktu 1 x 24jam nyeri berkurang/hilang atau teradaptasi
kriteria evaluasi:
- Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi.
Skala nyeri 0-1 (0-4)
- Dapat mengidentifikasi aktifitas yang mningkatkan dan menurunkan
nyeri
- Pasien tidak gelisah
Intervensi Rasional
Kaji nyeri dengan pendekatan Menjadi parameter dasar untuk
PQRST mengetahui sejauh mana intervensi
yang diperlukan dan sebagai evaluasi
keberhasilan dari intervensi manajemen
nyeri keperawatan
Jelaskan dan bantu pasien dengan Pendekatan dengan penggunaan
tindakan pereda nyeri relaksasi dan nonfarmakologi lainya
nonfarmakologi dan noninvasive telah menunjukan keefektifan dalam
mengurai nyeri
Lakukan menejemen nyeri 1. Posisi fisiologis akan
keperawatan: meningkatkan asuan iksigen ke
jaringan yang mengalami

14
1. Atur posisi fisiologis peradangan subkutan. Pengaturan
ekstremitas yang posisi idealnya adalah pada arah
mengalami selulitis yang berlawanan dengan letak dari
selulitis. Bagian tubuh yang
mengalami inflamasi local
dilakukan imobilisasi untuk
menurunkan respon peradangan
dan meningkatkan kesembuhan
2. Managemen lingkungan: 2. Lingkungan tenang akan
lingkungan tenang dan menurunkan stimulus nyeri
batasi pengunjung eksternal dan pembatasan
pengunjung akan membantu
peningkatan oksigen ruangan yang
akan berkurang apabila banyak
pengunjung yang berada diruangan.
3. Ajarkan teknik distraksi 3. Distraksi (pengalihan perhatian)
pada saat nyeri dapat menurunkan stimulus internal
dengan mekanisme peningkatan
produksi endorphin dan enkefelin
yang dapat memblok reseptor nyeri
untuk tidak dikirim kekoteks
serebri ehingga menurunkan
presepsi nyeri
Kolaborasi dengan dokter untuk Analgetik memblok lintasan nyeri
pemberian analgetik. sehingga nyeri akan berkurang

15
Kecemasan b.d prognosis penyakit
Tujuan: dalam waktu 1x24jam kecemasan pasien berkurang
kriteria evaluasi:
Pasien menyatakan kecemasan berkurang, mengenal perasaanya, dapat
mengidentifikasi penyebab factor yang mempengaruhinya, kooperatif
terhadap tindakan, an wajah rileks.
Intervensi Rasional
Kaji tanda verbal dan nonverbal Reaksi verbal/nonverbal dapat
kecemasan, damping pasien, serta menunjukan rasa agitasi, marah,
lakukan tindakan bila menunjukan dan gelisah.
perilaku merusak
Hindari konfrontasi Konfrontasi dapat meningkatkan
rsa marah, menurunkan kerja
sama, dan mungkin memperlambat
penyembuhan
Beri dukungan psikolagis Dukungan ini mencakup upaya
membiarkan pasien untuk
mengekspresikan perasaan tentang
keseriusan neoplasma kulit,
pengertian terhadap kekesalan
serta depresi yang diperlihatkan
pasien, dan penyampaian kesan
bahwa perawat dapat memahami
semua perasaan ini
Bina hubungan saling percaya Mereka harus didorong untuk
mengekspresikan perasaan
terhadap seseorang yang dapat
mempercayainya. Mendengarkan
keprihatinan mereka dan selalu
siap untuk memberikan perawatan
yang terampil, serta penuh

16
kehangatan merupakan untervensi
untuk mengurangi ansietas
Beri kesempatan pasien untuk Dapat menghilangkan
mengungkapkan ansietasnya. keteganggan terhadap kekwatiran
yang dpat diekspresikan
Beri privasiuntuk pasien yang terdekat Member waktu untuk
mengekspresikan perasaan, serta
menghilangkan cemas dan
perilaku adaptasi. Adanya keluarga
dan teman yang dipilih pasien
melayani aktifitas dan pengalihan
misalnya membaca akan
menurunkan perasaan teriolasi.
Pengaturan agar anggota keluarga
dn setiap teman dekatnya untuk
lebih banyak mencurahkan waktu
mereka bersama pasien apat
menjadi upaya yang bersift
suportif
Kolaborasi: Meningkatkan relaksasi dan
Berikan anti cemas sesuai indikasi, menurunkan kecemasan
contohnya diazepam

17
Defisit pengetahuan b.d intervensi diagnostic, intervensi radiasi, kemeterapi
dan eksisi bedah
Tujuan: dalam waktu 1x24jam informasi kesehatan terpenuhi
Criteria hasil:
- Pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang
diberikan
Pasien termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yan telah diberikan
Intervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahuan pasien entang Tingkat pengetahuan dipengarui
prosedur diagnostic, pembedahan oleh kondisi social ekonomi
kolostomi sementara, dan rencana pasien perawat menggunaan
perawatan rumah pendekatan yang sezuai dengan
kondis individu pasien. Dengan
mengetahui tingkat pengetahuan
tersebut perawatdapat lebih
tearah dalam memberikan
pendididkan yang sesuai dengan
pengeahuan pasien secara efisien
dan efektif
Cari sumber yang meningkatkan Keluarga terdekat denan pasien
penerimaan informasi perlu dilibatatkan dalam
pemenuhan informasi untuk
menurunkan resiko
misiterprestasi terhadap
informasi yang diberikan

Jelaskan tentang terapi dan kemoterapi Pasien perlu mengetahui bahwa


kemoterapi diberikan sebagai
pelengkap terapi bedah dan terapi
radiasi
Jelaskan tentang terapi radiasi Pengetahuan tentang karsinoma
sel skuamosa walaupun tidak

18
bersifat radiosensitive dan pada
kebanyakan pasien jika
memberikan penyusutan tumor
akan menambah semangat pada
pasien untuk melakukan
kemoterapi
Jelaskan dan lakukan pemenuhan atau
persiapan pembedahan meliputi
1. Diskusi jadwal pembedahan 1. Pasien dan keluarga harus
membertahu waktu
dimulainya pembedahan
apabila rumahsakit
mempunyai jadwal kamar
2. Persiapan administrasi dan yang padat lebih baik pasien
informed consent memberitahukan tentang
banyak jadwal ditetapkan
sebelum pasien.
2. Pasien sudah menyelasikan
3. Lakukan pendidikan kesehatan admistrasi dan mengetahui
preoperative secaara finsnsial biaya
pembedahan. Pasien
mendapat penjelasan tentang
pembedahan kolestomi oleh
tim bedah dan mendatangani
informed consent
3. Manfaat dari instruksi
preoperative telah dikenal
sejak lama. Setiap pasien
diajarkan sebagai individu,
dengan mempertimbangakan
segala keunikan ansietas,

19
kebutuhan dan haraan –
harapan
Beritahu persiapan pembedahan
1. Persiapan puasa 1. Puasa dilakukan minimal 6-8
am sebelum pembedahan
apabila intervensi bedah
dilaksanakan dengan
2. Persiapan kulit menggunakan anastesi umum
2. Tujuan dari persiapan kulit
preoperative adalah untuk
mengurangi sumber bakteri
tampa melukai kulit

Beri tahu pasien dan keluarga kapan Pasien akan mendapatkan


pasien sudah bisa dikunjungi manfaat mengetauhi kapan
keluarga dan temannya dapat
berkunjung setelah pembedahan
Bri informasi tentang pengkajian nyeri Manajemen nyeri dilakukan
keperawatan untuk peningkatan control nyeri
pada pasien
Berikan motivasi dan dukungan moral Intervensi meningkatkan
keinginan pasien dalam
pelaksanaan pengobatan jangka
panjang

20
BAB 4
APLIKASI TEORI

A. Kasus
Tn.S berumur 52 tahun dibawah ke Rumah Sakit Medika bersama istri dan
anak laki-lakinya. Tn.S dengan keluhan utama nyeri pada punggung tangannya
kanan dan kiri, yang terdapat luka terbuka dengan diameter 4cm. Awalnya klien
mengatakan bahwa kulitnya hanya kemerahan dan bersisik lalu tiba-tiba
menjadi benjolan yang kemudian menjadi luka terbuka.
Pasien mengeluh gatal dan nyeri yang hanya diobati dengan obat CTM yang
biasa dibeli diwarung, tetapi gatal dan nyeri tak kunjung hilang dan akhirnya
Tn.S memutuskan untuk menelfon anak pertamanaya dan meminta untuk
diantar ke rumah sakit. Tn.S mengatakan takut dengan kondisi tangannya, klien
mengaku kalau klien adalah seorang petani. Saat ditanya oleh perawat kapan
kejadian tersebut berlangsung klien mengatakan tidak mengingat dengan jelas
kurang lebih 1 tahun yg lalu.
Klien terlihat dalam keadaan composmentris saat dilakukan pemeriksaan,
namun pada ekspresi klien tampak klien merasakan sakit, pemeriksaan tanda
tanda vital klien didapatkan hasil TD: 140/100 mmhg, Nadi: 90x/menit, RR:
20x/menit, Suhu: 37 ºC.

B. Pengkajian
1. Anamnesis
No.Reg :1982
Ruang : Multazam
Tanggal MRS : 05 Januari 2015
Tanggal pengkajian : 05 Januari 2015 Jam : 11.00 WIB
Diagnosa medis : Karsinoma skuamosa
a. Identitas klien
Nama : Tn.S
Umur : 52 tahun
Suku : Jawa

21
Pendidikan : SD
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Petani
Alamat :-
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. B
Hubungan dengan klien : Anak pertama
Umur : 25 tahun
Suku : Jawa
Pendidikan : Sarjanah
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Guru
Alamat :-

c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Sebelum Sakit:
Riwayat berat yang pernah di derita : Klien pernah menderita DHF
saat berusia 10 tahun.
Obat-obat yang biasa dikonsumsi : Obat-obat yang beli di
warung. (CTM, Oskadon, dll)
Kebiasaan berobat : bila sakit sudah parah dibawa
ke puskesmas
Alergi : Tidak ada alergi.
Kebiasaan merokok/alcohol : Tidak pernah.
2) Riwayat Penyakit Sekarang:
Keluhan utama : Klien mengatakan nyeri pada
daerah luka terbuka yang ada
pada punggung tangan kanan
klien.
P: nyeri klien diakibatkan luka
pada punggung tangan kanan
klien

22
Q: klien mengatakan nyeri
seperti terbakar.
R: klien mengatakan nyeri
pada daerah luka terbuka pada
punggung tangan kanan klien
S: klien mengatakan nyeri pada
skala 6-8
T: klien mengatakan nyeri
hilang timbul dan meningkat
saat luka tersentuh
Riwayat Keluhan Utama : Awalnya klien mengatakan
bahwa kulitnya hanya
kemerahan dan bersisik lalu
tiba-tiba menjadi benjolan
yang kemudian menjadi luka
terbuka. Pasien mengeluh gatal
dan nyeri tak kunjung hilang
dan akhirnya Tn.S
memutuskan untuk menelfon
anak pertamanaya dan
meminta untuk diantar ke
rumah sakit
Upaya yang telah dilakukan : Klien mengatasi gatal dan
nyeri dengan obat CTM yang
biasa dibeli di warung.
Terapi atau operasi yang dilakukan : Klien belum pernah
melakukan operasi apapun.
Riwayat penyakit keluarga : Klien mengatakan bahwa
tidak ada keluarga yang
mempunyai penyakit yang
sama.

23
Riwayat Kesehatan Lingkungan : Tn.S mengatakan lingkungan
disekitar rumahnya bersih.
Riwayat Kesehatan Lainnya : Klien mengatakan tidak
mempunyai alergi makanan,
dan obat maupun udara.
Alat bantu yang dipakai : Klien tidak menggunakan alat
bantu.
d. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Kesadaran klien compos mentis namun pada
ekspresi muka klien tampak menahan sakit.
Tanda-tanda vital : S= 37oC, N= 90x/menit, TD=140/100mmHg, RR=
20x/menit.
1) Body Systems:
a) Pernafasan (B1: Breathing)
Hidung : Hidung simetris, tidak ada pernafasan
cuping hidung.
Trakea : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
Suara nafas tambahan : Tidak ada wheezing, ronchi, rales
dan crackles.
Bentuk dada : Simetris, suara nafas sonor dan tidak ada
kelainan dada.
b) Cardiovaskuler (B2: Bleeding)
Suara jantung : Normal, tidak ada kelainan cardiovaskuler
Edema : Tidak ada oedema.
c) Persyarafan (B3 : Brain)
Kesadaran klien Composmentris.
Kepala dan wajah:
Mata : Konjungtiva tidak anemis
Leher : Tidak ada pembesaran tyroid.
Persepsi sensori:
Pendengaran : Kiri dan kanan tidak ada kelainan (normal).
Penciuman : Tidak ada kelainan (normal).

24
Pengecapan : Tidak ada kelainan, bisa merasakan semua
rasa manis, asin dan pahit.
Penglihatan : Kiri dan kanan tidak ada kelainan (normal)
Perabaan : Tidak ada kelainan.
d) Perkemihan-Eliminasi Urin (B4: Bladder)
Produksi urine : 600 ml.
Frekuensi : 4x/hari.
Warna : Normal.
e) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B5: Bowel)
Mulut dan tenggorokan : Mukosa bibir kering.
BAB : 1x/2 hari dengan konsistensi normal.
f) Tulang-Otot-Integumen (B6: Bone)
Kemampuan pergerakan sendi : Ekstemitas atas klien
terganngu khususnya bagian
kanan karena terdapat lesi
terbuka pada punggung
tangan kanan klien
Extremitas : Kelainan di punggung
tangan kanan klien
Kulit : Warna kulit colat dan
kemerahan pada daerah
sekitar luka, turgor kering,
akral hangat.
g) Sistem Endokrin
Terapi hormone : Tidak ada terapi hormone.
h) Sistem Reproduksi
Laki-laki : klien mengatakan tidak
memiliki masalah dengan
organ-organ reproduksi

25
e. Pola Aktivitas ( Di Rumah dan RS )
1) Makan :

Rumah Rumah Sakit


Frekuensi/hari 3-4x 3x

Rendah lemak dan


Jenis menu Semua makanan
serat
Porsi 1 porsi habis ½ porsi
Yang disukai Soto Tidak ada
Tidak suka menu
Yang tidak disukai Tidak ada
dirumah sakit

Tidak ada Tidak ada


Pantangan
pantangan pantangan

Alergi Tidak ada alergi Tidak ada alergi


Lain-lain - -

2) Minum :

Rumah Rumah Sakit

Frekuensi >10x >10x

Jenis minuman Air putih biasa, es Air putih biasa

Jumlah (Lt/gelas) 1 liter ½ liter

Yang disukai Semua disukai Disukai

Yang tidak disukai Tidak ada Tidak ada

Tidak ada Tidak ada


Pantangan
pantangan pantangan

Alergi Tidak ada alergi Tidak ada alergi

Lain-lain - -

26
3) Kebersihan diri :

Rumah Rumah Sakit

Mandi 2x 2x

Keramas Setiap hari -

1x setiap mandi
Sikat gigi 2x setiap mandi
pagi

Memotong kuku 1 minggu sekali -

Ganti pakaian Sehari 2x 1x/hari

Lain-lain - -

4) Istirahat dan Aktivitas :


Istirahat Tidur

Rumah Rumah Sakit

Lama : - Lama : 2 jam


Tidur Siang
Jam : - Jam : 13.00-15.00

Lama : 6 jam Lama : 8 jam


Tidur Malam
Jam: 22.00-04.00 Jam : 21.00-05.00

Beberapa kali
terbangun karena
Gangguan tidur - nyeri dan gatal
pada punggung
tangan kanan.

27
Aktivitas
Rumah Rumah Sakit
Lama : 8 jam Lama : -
Aktivitas sehari-hari
Jam : 06.00-14.00 Jam : -
Pasien hanya
Jenis aktivitas Petani
berbaring tidur
Di bantu istri dan
Tingkat Semua aktivitas
anak yang
ketergantungan dilakukan sendiri
menunggui klien

f. Psikososial Spiritual
1) Sosial Interaksi:
Dukungan keluarga : Aktif.
Dukungan kelompok/masyarakat : Aktif.
Reaksi saat interaksi : Kooperatif.
Konflik yang terjadi : Tidak ada.
2) Spritual:
Konsep tentang penguasaan kehidupan : Allah SWT.
Sumber kekuatan saat sakit : Allah SWT.
Ritual agama yang diharapkan saat ini : Baca kitab suci.
Sarana ritual agama : Lewat ibadah.
Upaya kesehatan yang bertentangan agama : Tidak ada.
Keyakinan bahwa Tuhan akan menolong : Ya.
Keyakinan penyakit dapat disembuhkan : Ya.
Persepsi terhadap penyebab penyakit : Cobaan/peringatan

g. Pemeriksaan Penunjang
Status Generalis Kepala Mata THT : Simetris, konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik,
tidak tampak deformitas,
Thoraks: tidak teraba

28
perbesaran KGB dan tiroid,
trakea di tengah.
Pemeriksaan laboratorium : menunjukan adanya
karsinoma sel skuamosa

2. Analisis Data
Symtomp
No. Problem Penyebab
DS DO
1. 1. Klien 1. Ekspresi Nyeri Lesi
mengatakan muka klien Kronis terbuka,
nyeri pada tampak sekunder
daerah luka menahan metastasis
terbuka yang sakit. kanker
ada pada 2. Nyeri klien
punggung berlangsung
tangan kanan kurang lebih
klien. 1 tahun yg
P: nyeri klien lalu
diakibatkan luka
pada punggung
tangan kanan klien
Q: klien
mengatakan nyeri
seperti terbakar.
R: klien
mengatakan nyeri
pada daerah luka
terbuka pada
punggung tangan
kanan klien

29
S: klien
mengatakan nyeri
pada skala 6-8
T: klien
mengatakan nyeri
hilang timbul dan
meningkat saat
luka tersentuh
2. 1. klien 1. terdapat luka Kerusakan (radiasi)
mengeluhkan luka terbuka Integritas Metastasis
yang ada pada dengan Kulit sel kanker
punggung tangan diameter
kanan klie 4cm

C. Diagnosis Keperawatan
No. Dx Diagnosa
1. Nyeri Kronis b.d. lesi terbuka, sekunder metastasis kanker
2. Kerusakan integritas kulit b.d. (radiasi) metastasis sel kanker

D. Intervensi Keperawatan
No. NOC (Tujuan) NIC (Rencana Rasional
Dx Keperawatan)
1 Setelah dilakukan 1. Bantu pasien untuk 1. Pengalihan
tindakan lebih berfokus pada focus ada
keperawatan aktivitas, bukan pada aktifitas dapat
selama 1x24 jam, nyeri dan rasa tidak membuat
Maka klien akan: nyaman seseorang tidak
1. Menunjukkan berfokur pada
tingkat nyeri rasa tidak
dengan indicator nyaman atau
tidak ada: nyeri.

30
Ekspresi nyeri
pada wajah 2. Ajarkan penggunaan 2. Penggunaan
2. Melaporkan teknik non teknik
bahwa skala farmakologis. nonfarmakologis
nyeri klien sebagai
dipertahankan alternative untuk
pada skala 1 atau mengurangi
kurang (pada nyeri klien tanta
skala nyeri 0-10) ketergantungan
3. Menyatakan obat pereda
secara verbal nyeri (terapi
pengetahuan farmakologis)
tentang cara
alternative untuk 3. Lakukan pengkajian 3. Pengakajian
meredakan nyeri ulang nyeri paska ulang
tindakan peredaan dibutuhkan
nyeri secara untuk memantau
komprehensif meliputi kondisi klien
lokasi, durasi atau paska tindakan.
tingkat keparahan
nyeri.

4. Instruksikan pada 4. Informasi yang


klien dan keluarga cepat kepada
untuk segera perawat akan
memberitahu perawat memudahkan
ketika peredaan nyeri perawat untuk
tidak dapat dicapai melakukan
tindakan
selanjutnya

31
5. Hadir didekat klien 5. Relaksasi dapat
utuk memenuhi membuat focus
kebutuhan rasa seseorang pada
nyamanndan aktivitas nyeri dapat
lain untuk memenuhi berkurang
relaksasi.
2 Setelah dilakukan 1. Lakukan perawatan 1. Perawatan luka
tidakan luka atau perawatan dapat
keperawatan kulit secara rutin. mengurangi
selama 3x24 jam, kemungkinan
maka klien akan : adanya infeksi
1. Menunjukkan
penyembuhan 2. Lakukan masase 2. Sirkulasi yang
luka sekunder disekitar luka untuk baik dapat
yang dibuktikan merangsang sirkulasi membantu proses
oleh indicator penyembuhan
(banyak) luka
penyusutan luka
(kurang dari 3. Ajarkan kepada 3. Keluarga adalah
4cm) keluarga perawatan orang terdekat
2. Pasien dan luka, termasuk tanda klien yang dapat
keluarga dan gejala infeksi, membantu klien
menunjukan mempertahankan untuk proses
rutinitas kelembapan kulit dan perawatan luka
perawatan kulit mengurangi penekanan
atau perawatan pada luka
luka yang
4. Kaji lokasi, luas dan 4. Pengkajian ulang
optimal
kedalaman dan kaji ada dapat membantu

atau tidaknya tanda- perawat untuk

tanda infeksi luka mengetahui

setempat.

32
kondisi klien
paska tindakan

5. Konsultasikan kepada 5. Penyesuaian


ahli gizi tentang menu menu makanan
makanan yang sesuai dapat membantu
untuk penyembuhan proses
luka klien. penyembuhan
luka klien

E. Implementasi Keperawatan
No.dx Tgl/waktu Tindakan keperawatan Respon klien Ttd
1 5/1/15 Bantu pasien untuk lebih Klien terlihat Ani
12:00WIB berfokus pada aktivitas berfokus pada
(membantu klien untuk televisi dan
berfokus pada acara tv ekspresi nyeri pada
atau mendengarkan radio muka klien sedikit
dan berinteraksi dengan menurun
pengunjun)
2 5/1/15 Lakukan perawatan luka Luka klien tampak Ani
12:10WIB atau perawatan kulit merah dan basah
secara rutin.
(bersihkan luka, ubah
dan atur posisi klien
senyaman mungkin dan
pertahankan luka klien
dri kelembapan
berlebihan )
1 5/1/15 Ajarkan penggunaan Klien dan keluarga ani
14:00WIB teknik non farmakologis kooperatif dan
(terapi music, terapi mengatakan
aktivitas, kompres mengerti dan dapat

33
hangat dingin bila mengulangi
memungkinkan) instruksi perawat
1 5/1/15 Instruksikan pada klien Klien dan keluarga Ani
14:00WIB dan keluarga untuk mengerti dngan
segera memberitahu instruksi perawat
perawat ketika peredaan
nyeri tidak dapat dicapai
2 5/1/15 Lakukan masase Klien terlihat Ani
14:00WIB disekitar luka untuk sedikit kesakitan
merangsang sirkulasi
2 5/1/15 Ajarkan kepada keluarga Keluarga Ani
14:00WIB perawatan luka, kooperatif dan mau
termasuk tanda dan mengulangi apa
gejala infeksi, yang di ajarkan
mempertahankan perawat
kelembapan kulit dan
mengurangi penekanan
pada luka
1 5/1/15 Lakukan pengkajian Klien mengatkan Ani
18:00WIB ulang nyeri paska nyeri masih hilang
tindakan peredaan nyeri timbul dan masih
secara komprehensif nyeri saat ditekan,
meliputi lokasi, durasi dan skala nyeri
atau tingkat keparahan menurun pada
nyeri. skala 3-5
1 5/1/15 Hadir didekat klien utuk Klien kooperatif Ani
18:00WIB memenuhi kebutuhan dan mengatakan
rasa nyaman dan merasa nyaman
aktivitas lain untuk saat di masase
memenuhi relaksasi
(membantu klien

34
merubah posisi dan
masase)
2 6/1/15 Kaji lokasi, luas dan Luas luka klien Ani
06:00WIB kedalaman dan kaji ada 4cm dan tidak ada
atau tidaknya tanda- tanda tanda infeksi
tanda infeksi luka daera sekitar.
setempat.
2 6/1/15 Konsultasikan kepada Klien mengatakan ani
07:00WIB ahli gizi tentang menu tidak menyukai
makanan yang sesuai menu yang
disediakan namun
klien tetap mau
mengkonsumsinya

F. Evaluasi
No.dx Tgl/waktu Evaluasi
1. 6/5/15 S:
11:00 1. Klien mengatkan nyeri masih hilang timbul dan
masih nyeri saat ditekan, dan skala nyeri
menurun pada skala 3-5
2. Klien mengatakan mengerti dengan alternatif
ereda nyeri dan mampu mempraktekkannya
didepan perawat
O:
1. Ekspresi wajah klien tidak menujukan menahan
rasa sakit atau nyeri
A: Tujuan tercapai sebagian (1,3)
P: Lanjutkan intervensi (1,2,3,5)
2. 8/5/15 S:
11:00 1. Klien mengatakan dapat mempertahankan
kondisi luka tetap kering

35
O:
1. Keluarga mampuh untuk membantu perawat
untuk merawat luka klien (mempertahankan
kelembapan)
2. Diameter luka menjadi 3cm
A: Tujuan tercapai
P: Pertahankan kondisi klien dan Lanjutkan intervensi
(1,2,4)

36
BAB 5
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh.
Kulit melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan
terhadap bakteri, virus dan jamur. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis
yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel
berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm
adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.
Karsinoma sel skuamosa merupakan salah satu jenis kanker yang berasal
dari lapisan tengah epidermis. Jenis kanker ini menyusup ke jaringan di bawah
kulit (dermis).
Penyebab pasti belum diketahui dengan jelas, tetapi terdapat beberapa
faktor risiko yang terkait dengan perkembangan karsinoma sel skuamosa.
Pada negara berkembang terdapat peningkatan jumlah penderita dibawah
usia 40 tahun, hal ini dikarenakan meningkatnya perubahan genetik pada
populasi dewasa muda dan perubahan zat karsinogenik penyebab kanker
Squamosa cell caecinoma (SCC) adalah tumor ganas pada keratinosit
epidermis. Beberapa kasus karsinoma sel skuamosa terjadi de novo (yaitu
dengan tidak adanya lesi precursor). Namun beberapa karsinoma sel skuamosa
berasal dari matahari yang disebabkan oleh lesi prakanker dikenal sebagai
keratosis actinic.
Karsinoma sel skuamosa invasif secara klinik ditandai lesi yang ulseratif
dan induratif. Sering daerah ulserasi menunjukkan tepi melingkar, melipat dan
mukosa yang berdekatan dapat menunjukkan batas-batas yang tampak
leukoplakia dan atau eritroplakia.
Pada stadium lanjut tindakan pembedahan, kemoterapi dan radiasi bisa
dilakukan untuk mengatasi kanker sel skuamosa kulit.

37
B. Saran
Setelah membaca makalah asuhan keperawatan Karsinoma Sel Skuamosa
ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang karsinoma sel skuamosa dan
bagi perawat supaya dapat menerapkan konsep askep pada klien dengan
diagnosa karsinoma sel skuamosa.
Namun makalah ini tentu memiliki kekurangan jadi disarankan kepada
pembaca untuk selalu menambah wawasan dengan membaca dari berbagai
sumber untuk lebih memahami tentang teori asuhan keperawatan pada
karsinoma sel skuamosa.

38
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2013. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta :


Salemba Medika.

Suzzane C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol.1.


Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia : Jakarta.

Judith, Wilson. 2012. Buku Saku Keperawatan. Jakarta : EGC.

39

Anda mungkin juga menyukai