Anda di halaman 1dari 8

Filsafat ilmu abad ke 18

Sebagaimana lazimnya suatu dialog intelektual, disatu sisi terdapat bagian yang dilestarikan dan
sisi lain ada bagian dikritisi atau diserang bahkan mungkin ada bagian yang ditolak. Di dunia
Islampun muncul pelestari warisan Yunani, Persia dan Romawi, namun juga banyak yang
melakukan kritik terhadapnya. Disinilah tampak dinamika intelektual. Konsep Ide Plato trus
dipelajari dan dikembangkan, begitu juga konsep Akal dan Logika Aristoteles serta konsep
Emanasi Plotinus. Semunya tetap dijadikan pijakan. Ini membuktikan bahwa ketiga filsuf tersebut
yang notabene merupakan para pionir memiliki pengaruh yang sangat besar dalam membentuk
pola pikir para filusuf generasi berikutnya tidak terkecuali Immauel Kant, Filsuf kelahiran Jerman
yang abad ke-18.

Menurut Kant, Fiksafat adalah ilmu (Pengetahuan) yang menjadi pangkal dari semua pengetahuan
yang di dalamnya tercakup masalah epistemologi yang menjawab persoalan apa yang dapat kita
ketahui.

Tampak adanya perbedaan yang menyolok antara abad ke-17 dan abad ke-18. Abad ke-17
membatasi diri pada usaha memberikan tafsiran baru terhadap kenyataan bendawi dan rohani,yaitu
kenyataan yang mengenai manusia, dunia dan Allah. dan tokoh-tokoh filsafat di era ini adalah juga
tokoh-tokoh gereja sehingga mereka tidak lepas dari isu-isu ketuhanan,Yesus dan
sebagainya.1Akan tetapi abad ke-18 menganggap dirinya mendapat tugas untuk meneliti secara
kritik (sesuai dengan kaidah-kaidah yang diberikan akal)[1]. Segala yang ada, baik di dalam
negara maupun di dalam masyarakat.[2]

John Locke yang mendominasi filsafat pada abad ke-18, seperti sahabatnya, Newton yang
mendominasi ilmu pada periode yang sama. Awal abad ke-18 adalah masa yang gemilang. Eropa
sembuh dari kekalutan selama dua abad sebelumnya. Ini tentu sangat berbeda kondisinya dengan
tradisi keilmuan dalam Islam pada abad yang sama.

Makalah Filsafat Ilmu Filsafat Abad Ke-18

Menurut Dr. Harun Hadiwijono, dahulu filsafat mewujudkan suatu pemikiran yang hanya menjadi
hal istimewa beberapa ahli saja, tetapi sekarang orang berpendapat, bahwa seluruh umat manusia
berhak turut menikmati hasil-hasil pemikiran filsafat dan juga menjadi tugas filsafat untuk
membebaskan khalayak ramai dari kuasa gereja dan iman kepercayaan yang berdasarkan wahyu,
agar supaya mereka mendapat bagian dari hasil-hasil zaman pencerahaan.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:

Apa pengertian filsafat abad ke-18 (era Aufklarung)?


Apa masa Pencerahan di tiga negara eropa (Jerman, Inggris dan Prancis)?
Paham-paham apa yang muncul dimasa pencerahan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi filsafat abad ke-18, era Aufklarung

Filsafat abad ke-18 di Jerman disebut Zaman Aufklarung yang di Inggris dikenal dengan
Enlightenment, yaitu suatu zaman baru dimana seorang ahli pikir yang cerdas mencoba
menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme dengan empirisme. Zaman ini muncul dimana
manusia lahir dalam keadaan belum dewasa dalam pemikiran filsafatnya. Namun setelah
Immanuel Kant mengadakan penyelidikan dan kritik terhadap peran pengetahuan akal barulah
manusia terasa bebas dari otoritas yang datang dari luar manusia demi kemajuan peradaban
manusia. Pemberian nama ini juga dikarenakan pada zaman itu manusia mencari cahaya baru
dalam rasionya. Immanuel Kant mendefenisikan zaman itu dengan mengatakan, “Dengan
Aufklarung dimaksudkan bahwa manusia keluar dari keadaan tidak balig yang dengannya ia
sendiri bersalah.” Apa sebabnya manusia itu sendiri yang bersalah? Karena manusia itu sendiri
tidak menggunakan kemungkinan yang ada padanya, yaitu rasio.[3]

Sebagai latar belakangnya, manusia melihat adanya kemajuan ilmu pengetahuan (ilmu pasti,
biologi, filsafat dan sejarah) telah mencapai hasil yang menggembirakan. Disisi lain jalannya
filsafat tersendat-sendat. Untuk itu diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang sejajar
dengan ilmu pengetahuan alam. Isaac Newton ( 1642-1727) memberikan dasar-dasar berpikir
dengan induksi, yaitu pemikiran yang bertitik tolak pada gejala-gejala dan mengembalikan kepada
dasar-dasar yang sifatnya umum. Untuk itu dibutuhkan analisis. Dengan demikian zaman
pencerahan merupakan tahap baru dalam proses emansipasi manusia Barat yang sudah dimulai
sejak Renaissance dan Reformasi.

Para tokoh era Aufklarung ini juga merancang program-program khusus diantaranya adalah
berjuang menentang dogma gereja dan takhayul populer. Senjatanya adalah fakta-fakta ilmu dan
metode-metode rasional.[4]

B. Masa Pencerahan di Tiga Negara Eropa

Pencerahan di Jerman
Pada umumnya Pencerahan di Jerman tidak begitu bermusuhan sikapnya terhadap agama Kristen
seperti yang terjadi di Perancis. Memang orang juga berusaha menyerang dasar-dasar iman
kepercayaan yang berdasarkan wahyu, serta menggantinya dengan agama yang berdasarkan
perasaan yang bersifat pantheistic, akan tetapi semuanya itu berjalan tanpa “perang’ terbuka.

Yang menjadi pusat perhatian di Jerman adalah etika. Orang bercita-cita untuk mengubah ajaran
kesusilaan yang berdasarkan wahyu menjadi suatu kesusilaan yang berdasarkan kebaikan umum,
yang dengan jelas menampakkan perhatian kepada perasaan. Sejak semula pemikiran filsafat
dipengaruhi oleh gerakan rohani di Inggris dan di Perancis. Hal itu mengakibatkan bahwa filsafat
Jerman tidak berdiri sendiri.
Para perintisnya di antaranya adalah Samuel Pufendorff (1632-1694), Christian Thomasius (1655-
1728). Akan tetapi pemimpin yang sebenarnya di bidang filsafat adalah Christian Wolff (1679-
1754)[5] la mengusahakan agar filsafat menjadi suatu ilmu pengetahuan yang pasti dan berguna,
dengan mengusahakan adanya pengertian-pengertian yang jelas dengan bukti-bukti yang kuat.
Penting sekali baginya adalah susunan sistim filsafat yang bersifat didaktis, gagasan-gagasan yang
jelas dan penguraian yang tegas. Dialah yang menciptakan pengistilahan-pengistilahan filsafat
dalam bahasa Jerman dan menjadikan bahasa itu menjadi serasi bagi pemikiran ilmiah. Karena
pekerjaannya itu filsafat menarik perhatian umum.

Pada dasarnya filsafatnya adalah suatu usaha mensistimatisir pemikiran Leibniz dan menerapkan
pemikiran itu pada segala bidang ilmu pengetahuan. Dalam bagian-bagian yang kecil memang
terdapat penyimpangan-penyimpangan dari Leibniz. Hingga munculnya Kant yang filsafatnya
merajai universitas-universitas di Jerman.

Orang yang seolah-olah dengan tiba-tiba menyempurnakan Pencerahan adalah Immanuel Kant
(1724-1804). Yang merupakan Filsuf yang pengaruhnya terhadap filsafat pada dua ratus tahun
terakhir ini, baik di Barat maupun di Timur, hampir secara universal diakui sebagai filsuf terbesar
sejak masa Aristoteles. Ada yang berpendapat bahwa filsafat pada dua ratus tahun terakhir ini
bagaikan catatan kaki terhadap tulisan-tulisannya. Ada juga yang berpendapat sistem filsafatnya
bagi dunia modern ini laksana Aristoteles bagi dunia skolastik:

Kant lahir di Konigserg, Prusia Timur,Jerman. Pikiran-pikiran dan tulisan-tulisannya membawa


revolusi yang jauh jangkauannya dalam filsafat modern. ia hidup dizaman Scepticism Sebagian
besar hidupnya telah ia pergunakan untuk mempelajari logical process of thought (proses
penalaran logis), the external world (dunia eksternal) dan reality of things (realitas segala yang
wujud )[6]

Kehidupannya dalam dunia filsuf dibagi dalam dua periode: zaman pra-kritis dan zaman kritis.
Pada zaman pra-kritis ia menganut pendirian rasionalis yang dilancarkan oleh Wolff dkk. Tetapi
karena terpengaruh oleh David Hume ( 1711-1776), berangsur-angsur Kant meninggalkan
rasionalisme. Ia sendiri mengatakan bahwa Hume itulah yang membangunkannya dari tidur
dogmatisnya. Pada zaman kriitsnya , Kant merubah wajah filsafatnya secara radikal.

Di lingkungan masyarakatnya, Kant sering menjadi subjek karikatur secara tidak wajar, semisal
bahwa rutinitas hariannya amat kaku sampai-sampai para tetangganya menyetel arloji mereka
menurut kedatangan dan kepergiannya setiap hari, namun cerita semacam ini mungkin justru
mencerminkan integritas kehidupannya yang bersesuaian dengan ide-idenya sendiri jika kita ingin
menilainya secara positif. ketika meninggal, epitaf di batu nisannya hanya bertuliskan“ Sang
Filsuf “ sebuah sebutan yang dianggap tepat, dengan mempertimbangkan bahwa periode filsafat
yang bermula dengan tampilnya Sokrates menjadi lengkap dalam banyak hal dengan hadirnya
Kant.[7]

Dengan munculnya Kant dimulailah zaman baru, sebab filsafatnya mengantarkan suatu gagasan
baru yang memberi arah kepada segala pemikiran filsafat la sendiri memang merasa, bahwa ingin
meneruskan Pencerahan.

Karyanya yang terkenal dengan menampakkan kritisismenya adalah Critique of Pure Reason.
(kritik atas rasio murni) yang membicarakan tentang reason dan knowing process yang ditulisnya
selama lima belas tahun. Bukunya yang kedua adalah Critique of Practical Reason atau kritik atas
rasio praktis yang menjelaskan filsafat moralnya dan bukunya yang ketiga adalah Critique of
judgment atau kritik atas daya pertimbangan. Kant yang juga dikenal sebagai raksasa pemikir
Barat mengatakan bahwa, Filsafat merupakan ilmu pokok dari segala pengetahuan yang meliputi
empat persolan yaitu:

Apa yang dapat kita ketahui ? ,Apa yang boleh kita lakukan?,Sampai dimanakah pengharapan
kita? Dan Apakah manusia itu? 8

Pencerahan di Inggris
Di Inggris filsafat Pencerahan dikemukakan oleh ahli-ahli pikir yang bermacam-macam
keyakinannya. Kebanyakan ahli pikir yang seorang lepas daripada yang lain, kecuali tentunya
beberapa aliran pokok.

Salah satu gejala Pencerahan di Inggris ialah yang disebut Deisme, suatu aliran dalam filsafat
Inggris pada abad ke-18, yang menggabungkan diri dengan gagasan Eduard Herbert yang dapat
disebut pemberi alas ajaran agama alamiah.

Menurut Herbert, akal mempunyai otonomi mutlak di bidang agama. Juga agama Kristen
ditaklukkan kepada akal. Atas dasar pendapat ini ia menentang segala kepercayaan yang
berdasarkan wahyu. Terhadap segala skeptisisme di bidang agama ia bermaksud sekuat mungkin
meneguhkan kebenaran-kebenaran dasar alamiah dari agama.

Dasar pengetahuan di bidang agama adalah beberapa pengertian umum yang pasti bagi semua
orang dan secara langsung tampak jelas karena naluri alamiah, yang mendahului segala
pengalaman dalam pemikiran akal. Ukuran kebenaran dan kepastiannya adalah persetujuan umum
segala manusia, karena kesamaan akalnya. Isi pengetahuan itu mengenai soal agama dan
kesusilaan.

Inilah asas-asas pertama yang harus dijabarkan oleh akal manusia sehingga tersusunlah agama
alamiah, yang berisi: a) bahwa ada Tokoh yang Tertinggi. b) bahwa manusia harus berbakti kepada
Tokoh yang Tertinggi itu. c) bahwa bagian pokok kebaktian ini adalah kebajikan dan kesalehan. d)
bahwa manusia karena tabiatnya benci terhadap dosa dan yakin bahwa tiap pelanggaran kesusilaan
harus disesali. e) bahwa kebaikan dan keadilan Allah memberikan pahala dan hukuman kepada
manusia di dalam hidup ini dan di akhirat. Menurut Herbert, di dalam segala agama yang positif
terdapat kebenaran-kebenaran pokok dari agama alamiah.[8]

Pada akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18 pandangan Herbert ini dikembangkan lebih lanjut,
baik yang mengenai unsur-unsurnya yang negatif maupun unsur-unsurnya yang positif.
Pencerahan di Perancis
Pada abad ke-18 filsafat di Perancis menimba gagasannya dari Inggris. Para pelopor filsafat di
Perancis sendiri (Descartes, dll) telah dilupakan dan tidak dihargai lagi. Sekarang yang menjadi
guru mereka adalah Locke dan Newton.

Perbedaan antara filsafat Perancis dan Inggris pada masa tersebut adalah:

Di Inggris para filsuf kurang berusaha untuk menjadikan hasil pemikiran mereka dikenal oleh
umum, akan tetapi di Perancis keyakinan baru ini sejak semula diberikan dalam bentuk populer.
Akibatnya filsafat di Perancis dapat ditangkap oleh golongan yang lebih luas, yang tidak begitu
terpelajar seperti para filsuf. Hal ini menjadikan keyakinan baru itu memasuki pandaangan umum.
Demikianlah di Perancis filsafat lebih erat dihubungkan dengan hidup politik, sosial dan
kebudayaan pada waktu itu. Karena sifatnya yang populer itu maka filsafat di Perancis pada waktu
itu tidak begitu mendalam. Agama Kristen diserang secara keras sekali dengan memakai senjata
yang diberikan oleh Deisme.

Sama halnya dengan di Inggris demikian juga di Perancis terdapat bermacam-macam aliran: ada
golongan Ensiklopedi, yang menyusun ilmu pengetahuan dalam bentuk Ensiklopedi, dan ada
golongan materialis, yang meneruskan asas mekanisme menjadi materialisme semata-mata.

Diantara tokoh yang menjadi sentral pembicaraan disini adalah Voltaire (1694-1778), Pada tahun
1726 ia mengungsi ke Inggris. Di situ ia berkenalan dengan teori-teori Locke dan Newton. Apa
yang telah diterimanya dari kedua tokoh ini ialah: a) sampai di mana jangkauan akal manusia, dan
b) di mana letak batas-batas akal manusia. Berdasarkan kedua hal itu ia membicarakan soal-soal
agama alamiah dan etika. Maksud tujuannya tidak lain ialah mengusahakan agar hidup
kemasyarakatan zamannya itu sesuai dengan tuntutan akal.

Mengenai jiwa dikatakan, bahwa kita tidak mempunyai gagasan tentang jiwa (pengaruh
Locke).Yang kita amati hanyalah gejala-gejala psikis. Pengetahuan kita tidak sampai kepada
adanya suatu substansi jiwa yang berdiri sendiri.

Oleh karena agama dipandang sebagai terbatas kepada beberapa perintah kesusilaan, maka ia
menentang segala dogma, dan menentang agama.

Di Perancis pada era pencerahan ini juga ada Jean Jacques Rousseau(1712-1778), yang telah
memberikan penutupan yang sistematis bagi cita-cita pencerahan di Perancis. Sebenarnya ia
menentang Pencerahan, yang menurut dia, menyebarkan kesenian dan ilmu pengetahuan yang
umum, tanpa disertai penilaian yang baik, dengan terlalu percaya kepada pembaharuan umat
manusia melalui pengetahuan dan keadaban. Sebenarnya Rousseau adalah seorang filsuf yang
bukan menekankan kepada akal, melainkan kepada perasaan dan subjektivitas. Akan tetapi di
dalam menghambakan diri kepada perasaan itu akalnya yang tajam dipergunakan.

Terkait kebudayaan menurut Rousseau, kebudayaan bertentangan dengan alam, sebab kebudayaan
merusak manusia. (Yang dimaksud ialah kebudayaan yang berlebih-lebihan tanpa terkendalikan
dan yang serba semu, seperti yang tampak di Perancis pada abad ke-18 itu.

Mengenai agama Rousseau berpendapat, bahwa agama adalah urusan pribadi Agama tidak boleh
mengasingkan orang dari hidup bermasyarakat. Kesalahan agama Kristen ialah bahwa agama ini
mematahkan kesatuan masyarakat. Akan tetapi agama memang diperlukan oleh masyarakat.
Akibat keadaan ini ialah, bahwa masyarakat membebankan kebenaran-kebenaran keagamaan,
yang pengakuannva secara lahir perlu bagi hidup kemasyarakatan, kepada para anggotanya
sebagai suatu undang-undang, yaitu tentang adanya Allah serta penyelenggaraannya terhadap
dunia, tentang penghukuman di akhirat, dsb. Pengakuan secara lahiriah terhadap agama memang
perlu bagi masyarakat, tetapi pengakuan batiniah tidak boleh dituntut oleh negara.

Pandangan Rousseau mengenai pendidikan berhubungan erat dengan ajarannya tentang negara
dan masyarakat. Menurut dia, pendidikan bertugas untuk membebaskan anak dari pengaruh
kebudayaan dan untuk memberi kesempatan kepada anak mengembangkan kebaikannya sendiri
yang alamiah. Segala sesuatu yang dapat merugikan perkembangan anak yang alamiah harus
dijauhkan dari anak. Di dalam pendidikan tidak boleh ada pengertian “kekuasaan” yang memberi
perintah dan yang harus ditaati. Anak harus diserahkan kepada dirinya sendiri. Hanya dengan cara
demikian ada jaminan bagi pembentukan yang diinginkan. Juga pendidikan agama yang secara
positif tidak boleh diadakan. Anak harus memilih Sendiri keyakinan apa yang akan diikutinya.
Bagi seorang muslim, paham seperti ini tentu sangat menyesatkan.

Harun Hadiwijono berkesimpulan bahwa Pencerahan di Perancis memberikan senjata rohani


kepada revolusi Perancis.

C. Aliran-aliran yang muncul dimasa pencerahan

Kritisisme
Aliran ini dimulai di Inggris, kemudian Prancis dan selanjutnya menyebar keseluruh
Eropa,terutama di Jerman. Di Jerman pertentangan antara rasionalisme dan empirisme terus
berlanjut. Masing-masing berebut otonomi. Kemudian timbul masalah, siapa sebenarnya
dikatakan sumber pengetahuan? Apakah pengetahuan yang benar itu lewat rasio atau empirik?
Kant mencoba menyelesaikan persoalan diatas. Pada awalnya Kant mengikuti rasionalisme, tetapi
kemudian terpengaruh oleh empirisme (Hume). Walaupun demikian, Kant tidak begitu mudah
menerimanya, karena ia mengetahui bahwa dalam empirisme terkandung skeptisme. Untuk itu
tetap mengakui kebenaran ilmu dan dengan akal manusia akan dapat mencapai kebenaran
empirsme.[9]Aliran Filsafat yang dkenal dengan kritisisme adalah filsafat yang di introdusir oleh
Immanuel Kant. Filsafat ini memulai pelajarannya dengan menyelidiki batas-batas kemampuan
rasio sebagai sumber pengetahuan manusia.

Pertentangan antara rasionalisme dan empirisme dicoba untuk diselesaikan oleh Kant dengan
kritisismenya.[10]

Adapun ciri-ciri kritisisme diantarnya adalah sebagai berikut:


a. Menganggap bahwa objek pengenalan itu berpusat pada subjek dan bukan pada objek.

b. Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas atau hakikat
sesuatu. Rasio hanyalah mampu menjangkau gejalanya atau fenomenya saja.

Deisme
Deisme adalah suatu aliran yang mengakui adanya yang menciptakan alam semesta ini. Akan
tetapi setelah dunia diciptakan, Allah menyerahkan dunia kepada nasibnya sendiri. Sebab Ia telah
memasukkan hukum-hukum dunia itu ke dalamnya. Segala sesuatu berjalan sesuai dengan hukum-
hukumnya. Manusia dapat menunaikan tugasnya dalam berbakti kepada Allah dengan hidup
sesuai dengan hukum-hukum akalnya.

Maksud aliran ini adalah menaklukkan wahyu Ilahi beserta dengan kesaksian-kesaksiannya, yaitu
buku-buku Alkitab, kepada kritik akal serta menjabarkan agama dari pengetahuan yang alamiah,
bebas dari segala ajaran Gereja. Yang dipandang sebagai satu-satunya sumber dan patokan
kebenaran adalah akal.

Tokoh-tokoh yang mewakili aliran ini di antaranya adalah John Toland (1670-1722), yang menulis
Christianity not mysterious (1696), dan Matteh Tindal (1656-1733), yang menulis Christianity as
Old as Creation (1730).

Di bidang filsafat orang yang meneruskan karya Locke di bidang metafisika adalah George
Berkeley (w1753), yang mempunyai pangkal pikiran sama dengan Locke. Namun kesimpulan-
kesimpulannya berbeda dengan kesimpulan-kesimpulan Locke, yaitu lebih tajam, bahkan sering
bertentangan dengan Locke. Oleh karena itu Berkeley bermuara ke dalam aliran idealisme, yang ia
sendiri menyebutnya imaterialisme, sebab ia menyangkal adanya suatu dunia yang ada di luar
kesadaran manusia.

Keyakinannya yang asasi adalah: a) segala realitas di luar manusia tergantung kepada kesadaran;
b) tiada perbedaan antara dunia rohani dan dunia bendawi; c) tiada perbedaan antara gagasan
pengalaman batiniah dan gagasan pengalaman lahiriah, sebab pengamatan adalah identik dengan
gagasan yang diamati; d) tiada sesuatu yang berada kecuali roh, yang dalam realitasnya yang
konkrit adalah pribadi-pribadi atau tokoh-tokoh yang berpikir. Pangkal pikiran Berkeley terdapat
pada pandangannya di bidang teori pengenalan. Menurut dia segala pengetahuan bersandar pada
pengamatan. Pengamatan adalah identik dengan gagasan yang diamati. Bagaimana pengamatan
terjadi?

Pengamatan bukan terjadi karena hubungan antara subyek yang mengamati dan obyek yang
diamati, melainkan karena hubungan antara pengamatan indera yang satu dengan pengamatan
indera yang lain. Umpamanya: pengamatan jarak atau ukuran luas antara subyek dan obyek yang
diamati. Pengamatan ini terjadi karena hubungan antara pengamatan penglihatan dan pengamatan
raba. (Penglihatan saya hanya menunjukkan bahwa ada warna meja, peraba saya menunjukkan
bentuk kasar dan halusnya). sebenarnya penglihatan saya tidak mengamati jarak atau ukuran
keluasan antara meja itu dengan saya. Penglihatan tidak menceritakan berapa jauh jarak antara
saya dan barang yang saya amati. Pengalaman dan kebiasaanlah yang menjadikan saya menduga
bahwa ada jarak, ada ukuran keluasan, atau ada ruang di antara saya dan benda yang diamati

Lanjut Berkeley, bahwa sifat pengamatan adalah konkrit, artinya: isi yang diamati adalah sesuatu
yang benar-benar dapat diamati. segala sesuatu yang kita amati adalah konkrit.

Pengertian Locke yang mengenai substansi dipandangnya hanya sebagai hipotese yang sewenang-
wenang dan berlebih-lebihan, substansi demikian Berkeley, tidak lebih dari suatu penggabungan
yang tetap dari gagasan-gagasan. Seandainya kita meniadakan segala sifat yang ada pada sesuatu,
tidak akan ada sesuatu lagi. Sebab sifat-sifat itulah yang membentuk isi sesuatu tadi. sesuatu yang
kita kenal sebenarnya adalah suatu kelompok sifat-sifat yang dapat diamati. Sebuah meja,
umpamanya, terdiri dari bentuknya yang tampak, kerasnya yang dapat diraba, suaranya yang dapat
didengar jikalau ditarik dari tempatnya, dan lain-lainnya.

Orang yang mengembangkan filsafat empirisme Locke dan Berkeley secara konsekuen adalah
David Hume (1711-1776).

Dalam soal teori pengenalan ia mengajarkan, bahwa manusia tidak membawa pengetahuan
bawaan ke dalam hidupnya. Sumber pengetahuan adalah pengamatan. Pengamatan memberikan
dua hal, yaitu: kesan-kesan (impression) dan pengertian-pengertian atau idea-idea (ideas).

Menurut Hume Pada umumnya manusia mendasarkan pendapatnya atau pengetahuannya atas hal-
hal yang diterimanya tidak secara langsung, yang melalui idea-idea atau pengertian- pengertian.
Itulah sebabnya manusia sering ragu-ragu, kacau dan lain sebagainya.

Menurut Harun Hadiwijono pemikiran Hume ini bersifat analitis, kritis dan skeptic. la berpangkal
kepada keyakinan, bahwa hanya kesan-kesanlah yang pasti, jelas dan tidak dapat diragukan. Dari
situ ia sampai kepada keyakinan, bahwa “aku”yang merupakan substansi rohani termasuk alam
khayalan. Dunia hanya terdiri dari kesan-kesan yang terpisah-pisah, yang tidak dapat disusun
secara obyektif sistematis, karena tiada hubungan sebab-akibat di antara kesan-kesan itu.

Demikianlah tampak ada garis yang berkesinambungan atau kontinyu, yang dimulai dari Locke,
diteruskan oleh Berkeley dan sampai kepada Hume. Pemikiran ketiga orang ini terlebih-lebih
diarahkan kepada ajaran tentang pengenalan.

Anda mungkin juga menyukai