Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 146 tahun 2014 tentang kurikulum 2013 pendidikan anak usia dini pasal 1

menyatakan bahwa “Pendidikan Anak Usia Dini, yang selanjutnya disingkat

PAUD, merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan pada anak sejak lahir

sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian ransangan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani

agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.

Anak usia dini adalah sosok individu sebagai makhluk sosial yang sedang

mengalami proses perkembangan yang sangat fundamental bagi kehidupan

selanjutnya karakteristik tertentu. Anak usia dini adalah suatu organisme yang

merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dengan segala struktur

dan perangkat biologis dan psikologis sehingga menjadi sosok yang unik.

Pendidikan non formal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan

formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Dalam jalur

pendidikan informal dikenal dengan jalur pendidikan yang ada di dalam suatu

keluarga dan lingkungannya. Dalam pelaksanaannya, pendidikan anak dalam

keluarga mempunya peran menentukan bagi pencapaian mutu sumber daya


manusia. Hal ini di karenakan melalui pendidikan keluarga, individu pertama kali

mempelajari dan mengenal sistem nilai budaya yang berwujud aturan-aturan

khusus, norma, kebiasaan dan teladan dari masyarakat lain.

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi proses

perkembangan seorang individu sekaligus merupakan peletak dasar kepribadian

anak. Pendidikan anak diperoleh terutama melalui interaksi antara orang tua

-anak. Dalam pola usaha orang tua akan menunjukan sikap dan perlakuan tertentu

sebagai perwujudan pendidikan terhadap anaknya, oleh karena itu keluarga

mempunyai peranan penting dalam mengembangkan potensi anak.

Peran keluarga dalam pendidikan anak usia dini sangatlah besar, terutama

pada jalur pendidikan informal. Anak lebih banyak menghabiskan waktunya di

rumah dari pada di luar rumah sehingga dibutuhkan pengawasan serta perhatian

lebih dari orang tua, terutama anak usia dini. Peran yang sangat besar di dalam hal

menentukan karakter dan memeksimalkan kecerdasan anak. Oleh karena itu, di

perlukan pengasuhan yang dapat memaksimalkan kecerdasan yang harus di miliki

oleh seorang anak.

Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua, melalui orang

tua, anak beradaptasi dengan lingkungannya dan mengenal dunia sekitarnya serta

pola pergaulan hidup yang berlaku di lingkungannya. Hal ini di sebabkan oleh

orang tua merupakan dasar pertama bagi pembentukan pribadi anak. Salah satu

aspek yang penting untuk di kembangkan pada anak usia prasekolah adalah aspek

2
perkembangan sosial emosional. Hal tersebut dikarenakan perkembangan sosial

emosional yang berkembang dengan sehat dan memperoleh dukungan positif

akan menjadi lisan yang kuat bagi perkembangan anak tersebut kemudian hari.

Setiap anak atau individu mempunyai emosi yang berbeda, ada yang bisa

mengontrol emosinya dan ada pula yang kurang bisa. Pada saat bayipun, emosi

anak bisa terlihat dari yang menangis saat di gendong orang tua yang belum

dikenalnya hingga belajar mengasimilasi peristiwa agar sesuai dengan struktur

mentalnya. Perkembangan emosional anak dipengaruhi oleh lingkungan sosial

dan bagaimana orang lain bereaksi terhadapnya. Keluarga sebagai tempat dimana

anak memperoleh pengalaman pertamanya sangat menentukan perkembangan

sosio emosional anak, sehingga cara pengasuhan orang tua menentukan

kepribadian anak kelak.

Pengasuhan orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan

bersifat relative konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan

oleh anak, dari segi negative maupun positif. Pola pertemuan antara orang tua

sebagai pendidik dan anak sebagai terdidik dengan maksud bahwa orang tua

mengarahkan anaknya sesuai dengan tujuannya, yaitu membantu anak memiliki

dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri. Orang tua dengan anaknya sebagai

pribadi dan sebagai pendidik, dapat menyingkap pengasuhan orang tua dalam

mengembangkan disiplin diri anak yang tersirat dalam situasi dan kondisi yang

bersangkutan. Jadi, pengasuhan adalah sebuah cara orang tua dalam berinteraksi

3
dengan anaknya yang tujuannya memberikan penjagaan, perawatan, pendidikan,

dan pembimbingan yang diberikan dalam intensitas waktu yang cukup konstan

dengan maksud mengarahkan anak sesuai dengan tujuan yang diharapkan orang

tuu.

Pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua sangat mempengaruhi sosial

emosional anak, penting bagi orang tua untuk mengetahui bagaimana cara

mengasuh anak dengan baik sehingga terbentuklah sosial emosional yang baik

pula. Sosial emosional anak terbentuk dengan melihat dan belajar dari orang-

orang disekitar anak, orang tua perlu menerapkan sikap dan perilaku yang baik

demi pembentukan kepribadian anak yang baik.

Mata pencaharian adalah pekerjaan atau pencaharian utama (yang

dikerjakan untuk kebutuhan sehari-hari). Mata pencaharian merupakan aktifitas

manusia untuk memperoleh taraf hidup yang layak dimana antara daerah satu

dengan daerah yang lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk

dan keadaan demografinya. Mata pencaharian dibedakan menjadi dua yaitu mata

pencaharian pokok dan mata pencaharian sampingan. Mata pencaharian pokok

adalah keseluruhan kegiatan untuk memanfaatkan sumber daya yang ada yang

dilakukan sehari-hari dan merupakan mata pencaharian utama untuk memenuhi

kebutuhan hidup. Mata pencaharian sampingan adalah mata pencaharian di luar

mata pencaharian pokok . Mata pencaharian adalah keseluruhan kegiatan untuk

mengeksploitasi dan memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada pada

4
lingkungan fisik, sosial dan budaya yang terwujud sebagai kegiatan produksi,

distribusi dan konsumsi.

Berdasarkan hasil observasi awal, bahwa kondisi keluarga yang memiliki

anak usia 5-6 tahun di Keluarahan Mapak Kecamatan Sekarbela Kota Mataram,

bahwa anak-anak tersebut selalu ditinggal oleh orang tua nya bekerja dari pagi

hari sampai sore hari. Anak-anak tersebut sudah terbiasa dengan kondisi tersebut,

tetapi hal tersebut bisa berampak buruk bagi perkembangan mereka, khususnya

perkembangan sosial dan emosional anak tersebut, terkadang terdapat orang tua

yang mengajak anaknya yang masih berusia dini untuk ikut kerja ke tempatnya

bekerja, sehingga banyak anak usia dini yang tidak mengikuti program

pendidikan anak usia dini. Hal itu mengakibatkan banyaknya orang tua yang

kurang memperhatikan tugas perkembangan anaknya sendiri dan pada umumnya

orang tua memiliki kesulitan dalam penerapan pengasuhan orang tua terhadap

anak, sehingga pengasuhan yang diberikan orang tua belum optimal. Selain itu,

juga ditemukan latar belakang anak bervariasi ada anak dengan orang tua yang

bekerja sebagai petani, nelayan, buruh lepas dan sebagainya. Perbedaan latar

belakang tersebut berpengaruh terhadap pengasuhan orang tua. Hal tersebut

terlihat dari adanya perkembangan sosial-emosional anak yang berbeda-beda.

Oleh karena itu, dalam mengoptimalkan perkembangan sosial-emosional anak

pengasuhan orang tua merupakan faktor yang sangat menentukan dalam

menentukkan perkembangan sosial-emosional anak. Harus diakui bahwa banyak

5
anak yang mengalami perkembangan sosial-emosional anak yang rendah karena

disebabkan oleh faktor pengasuhan orang tua yang kurang optimal.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti perlu melakukan penelitian tentang

Pengasuhan Pada Keluarga Petani dan Perkembangan Sosial emosional Anak

Usia 5-6 Tahun di Keluarahan Mapak Kecamatan Sekarbela Kota Mataram.

B. Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini yaitu pengasuhan pada keluarga petani dan

perkembangan sosial emosional anak usia 5-6 tahun di Keluarahan Mapak

Kecamatan Sekarbela Kota Mataram.

C. Rumusan Masalah

Dari fokus penelitian yang ada, maka rumusan masalah yang diperoleh,

yaitu:

1. Bagaimana karakteristik pengasuhan keluarga petani anak usia 5-6 tahun?

2. Bagaimana karakteristik perkembangan sosial emosional anak petani usia 5-6

tahun?

3. Bagaimanakah karakteristik perkembanagan sosial emosional anak sebagai

akibat dari pengasuhan keluarga petani?

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

a. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang pengasuhan pada

keluarga petani dan perkembangan sosial emosional anak

6
b. Menambah kajian pengasuhan pada keluarga petani dan perkembangan

sosial emosional anak

c. Untuk menambah khasanah keilmuan dasar bagi peneliti lain.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi orang tua, orang tua dapat menerapkan pengasuhan yang baik karena

mempunyai pengaruh yang sangat besar untuk anak sehingga tidak boleh

sembarangan dan harus bijaksana terhadap anak.

b. Bagi guru, agar guru dapat memahami perilaku sosial emosional anak

yang berbeda-beda yang juga terbentuk dari pengasuhan yang diterapkan

oleh orang tua masing-masing anak.

c. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat meningkatkan perkembangan sosial

emosional anak dengan penerapan pengasuhan yang baik oleh orang tua.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Konsep Fokus dan Sub Fokus Penelitian


1. Pengasuhan
a. Pengertian Pengasuhan

Pengasuhan orang tua adalah pengasuhan yang banyak memberikan

kebebasan kepada anak, berkembang menurut perkembangannya sendiri dan

menurut caranya sendiri (Suhardiman, 2008). Ahli lain mengemukakan bahwa

pengasuhan adalah pengasuhan yang mempengaruhi anak agar bersedia

bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara

berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan sepenuhnya oleh anak

(Salman, 2000). Pengasuhan adalah suatu bentuk interaksi orang tua dengan

anak yang dapat digambarkan dari perilaku, sikap atau cara mendidik orang

tua terhadap anak (Gunarsa, 2002).

Pengertian pengasuhan menurut Alvita (2009) sebagai serangkaian

keputusan tentang sosialisasi pada anak, yang mencakup apa yang harus

dilakukan oleh orang tua/pengasuh agar anak mampu bertanggung jawab dan

memberikan kontribusi sebagai anggota masyarakat termasuk juga apa yang

harus dilakukan orang tua/pengasuh ketika anak menangis, marah, berbohong,

dan tidak melakukan kewajibannya dengan baik.

8
Interaksi antara keluarga/ orang tua dengan anak untuk mendidik,

membimbing, dan mengajar anak dengan tujuan tertentu, disebut dengan

pengasuhan. Pengasuhan merupakan cara yang khas dalam menyatakan

pikiran dan perasaaan dalam berinterkasi orang tua dengan anak. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa dari beberapa definisi yang ada, pengasuhan merupakan

perlakuan kerabat sebagai orang tua tua asuh atau orang tua yang ditinggalkan

dirumah berinteraksi langsung dengan anak dengan tujuan memenuhi

kebutuhan fisiologis dan psikologis.

b. Faktor Yang Mempengaruhi Pengasuhan Orangtua

Faktor yang memperngaruhi pengasuhan orangtua menurut Pratjipto

(dalam Soekanto, 2004), bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi dalam

pengasuhan orangtua yaitu faktor eksternal serta faktor internal. Faktor

eksternal adalah lingkungan sosial dan lingkungan fisik serta lingkungan kerja

orangtua, sedangkan faktor internal adalah model pola pengasuhan yang

didapat sebelumnya.

1. Faktor eksternal

a. Lingkungan sosial dan fisik tempat keluarga tinggal

Pola pengasuhan suatu keluarga turut dipengaruhi oleh tempat

dimana keluarga itu tinggal. Apabila suatu keluarga tinggal di

lingkungan yang otoritas pendudukya berpendidikan rendah serta tidak

9
sopan santun yang rendah, maka anak akan dapat dengan mudah juga

menjadi ikut terpengaruh.

b. Lingkungan kerja orangtua

Orangtua yang terlalu sibuk bekerja cenderung akan menyerahkan

pengasuhan anak kepada orang-orang terdekat. Hal ini juga terjadi pada

orangtua yang bekerja sebagai TKI di luar negeri, mereka menitipkan

dan menyerahkan tanggung jawab pengasuhan pada orangtua yang

ditnggalkan maupun keorang terdekat misalnya saudara atau ke nenek

kakenya. Oleh karena itu pola pengasuhan yang didapat oleh anak

sesuai dengan orang yang mengasuh anak tersebut.

2. Faktor Internal

Model pola pengasuhan yang didapat sebelumnya. Artinya orangtua

menerapkan pola pengasuhan kepada anak berdasarkan pola pengasuhan

yang mereka dapatkan sebelumnya. Hal ini diperkuat apabila meerka

memandang pola pengasuhan yang pernah mereka dapatkan dipandang

berhasil.

c. Aspek Dalam Pengasuhan

Menurut Rita (2011), keterlibatan dalam parenting anak/remaja

mengandung aspek:

10
1. Waktu

Waktu merupakan suatu dimensi di mana terjadi peristiwa yang dapat

dialami dari masa lalu melalui masa kini ke masa depan, dan juga ukuran

durasi kejadian dan interval. Keluarga adalah harta yang tidak ternilai.

Memanfaatkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga memiliki

dampak yang baik untuk mempererat hubungan antar anggota keluarga,

karena pada saat inilah orang tua bisa lebih dekat, lebih memahami dan

bahkan jadi lebih tahu apa yang diharapkan anak.

2. Interaksi

Interaksi adalah suatu jenis tindakan atau aksi yang terjadi sewaktu

dua atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain.

Dalam membentuk dasar pendidikan dan perkembangan perilaku anak,

keluarga memiliki peran sangat penting.

3. Komunikasi

Pentingnya suatu komunikasi dalam setiap kegiatan, dapat

melancarkan segala aktivitas dan apabila komunikasi tidak lancar maka

terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan. Komunikasi adalah suatu proses

seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat

menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan

lingkungan dan orang lain.

11
4. Perhatian

Perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam

hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari

lingkungannya. Pengertian perhatian, jika dikaitkan dengan peran orang tua

yang mempunyai tanggungjawab dalam memberi perhatian untuk anak-

anaknya maka dapat di artikan kemampuan orangtua untuk dapat

memusatkan seluruh aktivitas psikis yang ditujukan pada anak-anaknya

agar tercapai tujuannya.

5. Kontrol positif

Orangtua memfasilitasi kebutuhan anak dengan memberikan

bimbingan positif pada saat yang tepat, menerapkan aturan yang konsisten

dan memiliki tuntutan sesuai dengan kemampuan anak. Dengan kontrol

yang positif diharapkan anak menjadi lebih terpantau perkembangan dan

perilaku sosialnya.

6. Afek positif

Ekspresi emosional yang positif pada anak yang mengindikasikan

adanya kehangatan dan perasaan positif akan kesenangan penerimaan

terhadap perilaku anak, misalnya ekspresi verbal (tidak menghardik,

mengancam, mengejek, penolakan) maupun ekspresi non verbal (berupa

senyuman, pelukan) tidak merefleksikan kemarahan, kecemasan akan

perilaku anak.

12
7. Proteksi yang tidak berlebihan

Tidak memberikan perlindungan kepada anak yang berlebihan.

Dengan indikator bahwa orangtua memberikan perlakuan yang di

antaranya: tiadanya perilaku memerintah dan batasan-batasan dari orang

tua terhadap upaya eksplorasi dan kemandirian, dan tidak adanya perasaan

khawatir atau cemas yang berlebihan ketika anak melakukan sesuatu

tindakan yang merugikan

8. Tiadanya hukuman fisik

Tidak memberikan hukuman fisik bila anak melakukan perbuatan

yang tidak sesuai dengan harapan orangtua. Menurut peneliti intensitas

waktu, interaksi, perhatian, kehangatan, control positif, afek positif,

proteksi yang tidak berebihan dan tiadanya hukuman fisik dalam

pengasuhan merupakan hal yang mendasar untuk mencapai suatu

kenyamanan dalam diri anak/remaja maupun pengasuhnya.

d. Karakteristik Pengasuhan Keluarga Petani

Pengasuhan keluarga petani merupakan pengasuhan yang diterapkan

dan dikembangkan oleh orang tua terhadap perkembangan anak merupakan

dasar awal pembinaan terhadap perkembangan mental anak. Pembinan dasar

yang melekat dalam diri anak akan berpengaruh pula kepada sikap anak itu

baik di rumah, dilingkungan maupun di sekolah. Menurut Santrock (2002)

13
membagi pengasuhan keluarga petani dalam 3 jenis, yaitu: otoriter,

otoritatif/demokratis, dan permisif.

1. Authoritarian Parenting (pengasuhan otoriter)

Pengasuhan authoritarian adalah cara orang tua mengasuh anak

dengan menetapkan standar perilaku bagi anak, tetapi kurang responsif

pada hak dan keinginan anak. Orang tua berusaha membentuk,

mengendalikan, serta mengevaluasi tingkah laku anak sesuai dengan

standar tingkah laku yang ditetapkan orang tua. Dalam pengasuhan ini

orang tua berlaku sangat ketat dan mengontrol anak tapi kurang memiliki

kedekatan dan komunikasi berpusat pada orang tua. Orang tua sangat

jarang terlibat dalam proses memberi-menerima dengan anaknya.

Pengasuhan ini lebih menekankan pada kebutuhan orang tua,

sedangkan ekspresi diri dan kemandirian anak ditekan atau dihalangi.

Orang tua juga sering menggunakan hukuman sebagai cara membentuk

kepatuhan anak. Anak yang dibesarkan dari pola pengasuhan seperti ini

biasanya memiliki kecenderungan emosi tidak stabil (moody), murung,

takut, sedih, dan tidak spontan. Anak laki- laki yang orang tuanya

berpengasuhan authoritarian, akan menjadi anak mudah marah dan

bersikap menentang, sedangkan pada anak perempuan akan menjadi sangat

tergantung dan kurang dalam bereksplorasi, serta menghindari tugas-tugas

menantang (Bee & Boyd, 2004).

14
2. Permissive (permisif)

Pada pengasuhan permisif orang tua hanya membuat sedikit perintah

dan jarang menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan pengasuhan

anak (Bee & Boyd, 2004). Orang Tua bersikap responsif terhadap

kebutuhan anak tetapi mereka menghindari segala bentuk tuntutan ataupun

kontrol kepada anak-anak. Orang tua menerapkan sedikit sekali disiplin

dan sekalipun mereka menerapkan disiplin kepada anak, mereka bersikap

tidak konsisten dalam penerapan. Mereka memberikan kebebasan sebanyak

mungkin pada anak untuk berbuat semaunya dan anak tidak dituntut untuk

belajar bertingkah laku baik atau belajar mengerjakan tugas-tugas rumah.

Orang tua memperbolehkan anak untuk mengatur dan membuat keputusan

bagi diri sendiri, meskipun anak tersebut belum siap untuk itu. Selain itu

orang tua juga bersikap tidak menghukum dan menerima serta menyetujui

apa saja yang dilakukan anak. Orang tua seperti ini tetap menyayangi anak

tetapi menghindari pemberian perintah kepada anak.

Pada bentuk pengasuhan ini, orang tua memberi bimbingan terlalu

sedikit, sehingga anak menjadi bingung mengenai apa yang seharusnya

dilakukan, serta merasa cemas apakah ia sudah melakukan sesuatu dengan

benar atau belum (Papalia, 2004). Anak dengan pengasuhan ini kurang

dewasa dalam mengambil keputusan, mempunyai kesulitan dalam

mengontrol dorongan hati, tidak patuh jika diminta melakukan sesuatu

15
yang bertentangan dengan keinginan mereka. Ia juga kurang tekun dalam

mengerjakan tugas-tugas prasekolah jika dibandingkan dengan anak yang

orang tuanya lebih menunjukkan kontrol.

3. Authoritative Parenting (Pengasuhan demokratis)

Pengasuhan Authoritative adalah cara orang tua mengasuh anaknya

dengan menetapkan standar perilaku bagi anak dan sekaligus juga responsif

terhadap kebutuhan anak (Bee & Boyd, 2004). Pada bentuk pengasuhan ini

orang tua menggunakan pendekatan rasional dan demokratis. Orang tua

menawarkan keakraban dan menerima tingkah laku asertif anak mengenai

peraturan, norma dan nilai-nilai. Orang tua dengan pola pengasuhan seperti

ini mau mendengarkan pendapat anak, menerangkan peraturan dalam

keluarga, dan menerangkan norma dan nilai yang dianut. Selain itu orang

tua juga dapat bernegosiasi dengan anak (J.P. Hill dalam Papalia, 2004).

Orang tua mengarahkan aktivitas anak secara rasional, menghargai minat

anak, dan menghargai keputusan anak untuk mandiri.

2. Perkembangan Sosial emosional Anak


a. Pengertian Perkembangan Sosial emosional Anak

Perkembangan sosial anak adalah tahapan kemampuan anak dalam

berperilaku sesuai dengan harapan lingkungan (Hurlock, 2008). Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan (2007) menyatakan bahwa perkembangan sosial

adalah suatu proses perubahan yang berlangsung secara terus-menerus menuju

pendewasaan yang memerlukan adanya komunikasi dengan masyarakat. Masa

16
kanak-kanak merupakan awal kehidupan sosial yang berpengaruh pada anak,

dimana anak akan belajar mengenal dan menyukai orang lain melalui aktifitas

sosial. Apabila pada masa kanak-kanak ini anak mampu melakukan hubungan

sosial dengan baik akan memudahkan bagi anak dalam melakukan

penyesuaian sosial dengan baik dan anak akan mudah diterima sebagai

anggota kelompok sosial di tempat mereka mengembangkan diri (Hurlock,

2008).

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam

hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk

menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi

meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan

bekerjasama. Anak dilahirkan belum bersifat sosial. Dalam arti, dia belum

memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain.

Patmonodewo (2003), mengartikan sosialisasi itu sebagai proses

belajar yang membimbing anak ke arah perkembangan kepribadian sosial

sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang bertanggungjawab dan

efektif. Sosialisasi dari orang tua ini sangatlah diperlukan oleh anak, karena ia

masih sangat terlalu muda dan belum memiliki pengalaman untuk

membimbing perkembangannya sendiri kearah kematangan. J. Clausen dalam

Desmita (2009), mendeskripsikan tentang upaya yang dilakukan dalam rangka

sosialisasi dan perkembangan sosial yang dicapai anak. Bahri (2004)

17
menyatakan bahwa perkembangan sosial adalah suatu proses perubahan yang

berlangsung secara terus-menerus menuju pendewasaan yang memerlukan

adanya komunikasi dengan masyarakat. Masa kanak-kanak merupakan awal

kehidupan sosial yang berpengaruh pada anak, diamana anak akan belajar

mengenal dan menyukai orang lain melalui aktifitas social (Hurlock, 2008).

Perkembangan sosial anak adalah tahapan kemampuan anak dalam

berperilaku sesuai dengan harapan lingkungan (Hurlock, 2008). Usia

Childhood dibagi atas 2 bagian yaitu Early Childhood usia 2-6 tahun (masa

prasekolah) dan Childhood usia 6-12 tahun (masa sekolah). Masa prasekolah

(6 tahun-12 tahun) menurut Munandar (2002) merupakan masa-masa untuk

bermain dan mulai memasuki masa taman kanak-kanak. Waktu bermain

merupakan sarana untuk tumbuh dalam lingkungan dan kesiapannya dalam

belajar formal maupun non formal (Gunarsa, 2000). Dan faktor yang

mempengaruhi perkembangan sosial yaitu keluarga dan di luar keluarga.

Dari beberapa pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa

perkembangan sosial anak adalah suatu proses perubahan tingkah laku anak

menuju kematangan dalam hubungan sosial sehingga dapat berperilaku sesuai

dengan harapan sosial.

Emosi adalah suatu reaksi tubuh menghadapi situasi tertentu. Sifat dan

intensitas emosi biasanya terkait erat dengan aktivitas kognitif (berpikir)

manusia sebagai hasil persepsi terhadap situasi. Emosi adalah hasil reaksi

18
kognitif terhadap situasi spesifik. Emosilah yang seringkali menghambat

orang tidak melakukan perubahan. Ada perasaan takut dengan yang akan

terjadi, ada rasa cemas, ada rasa khwatir, ada pula rasa marah karena adanya

perubahan. Anak kecil bereaksi dengan intensitas yang sama tetapi dia sering

marah dan cenderung cemburu ketika dia merasakan kasih sayangnya

berkurang (Nurihsan, 2007).

Menurut Suryabrata (2004), emosi adalah pengalaman yang afeektif

yang disertai oleh penyesuaian batin secara menyeluruh, dimana keadaan

menttal dan fisiologi sedang dalam kondisi yang meluap-luap, juga dapat

diperlihatkan dengan tingkah laku yang jelas dan nyata.

Anak yang berumur antara 6-12 tahun biasanya memperlihatkan

penyesuaian diri yang luar biasa terhadap lingkungan sosialnya yang selalu

berubah. Pada umur 6 tahun anak tersebut mengalami kebingungan karena

taraf kesadaran sosial dan kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan

pola sosial yang diterima disekolah berbeda dengan pengalaman yang

diterima sebelumnya seperti tingkat perkembangan fisiknya, tingkat

ketajaman mental tipenya.

Anak yang berumur 2,5 tahun -3 tahun adalah masa penting bagi anak

untuk mendapatkan kasih sayang dan perhatian langsung dari orang tua nya

sendiri. Anak usia 9 tahun-12 tahun anak tadi harus dibimbing atau dibantu

untuk ikut serta mengambil bagian dalam kerja kelompok agar dapat bekerja

19
sama dengan temannya dengan baik. Masa kanak-kanak (childhood) terjamin

tidaknya kesempatan untuk berprakarsa dalam menumbuhkan inisiatif

sebaliknya bila sering dilarang akan timbul rasa bersalah dan berdoasa

(quilty). Usia Childhood lebih cenderung menghasilkan sebagian besar

waktunya bermain dengan mainannya. Usia 2 tahun-4 tahun sudah

mempunyai pengertian sederhana mengenai kenyataan sosial dan fisik tetapi

masih sangatkurang untuk menghadapi cakrawala sosial serta lingkungan fisik

yang semakin luas.

Hubungan emosional masih membutuhkan kasih syang tetapi anak-

anak harus belajar memberi dan menerima kasih sayang. Singkatnya, ia harus

belajar terikat keluar dari pada dirinya sendiri. Selama awal masa kanak-

kanak emosinya kuat dan tidak seimbang. Emosi pada awal masa anak-anak

ditandai oleh ledakan amarah yang kuat, ketakutan yang hebat dan iri hati

yang tidak masuk akal. Emosi yang umum pada masa awal anak-anak adalah

amarah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih dan kasih sayang.

Perkembangan sosial emosi anak adalah perkembangan tingkah laku

anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku di

masyarkat tempat anak berada. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar

untuk menyesuaikan diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi

dan bekerja sama. Perkembangan sosial emosi anak menurut Munandar

(2002) merupakan letupan perasaan yang dari dalam diri seorang, baik

20
bersifat positif ataupun sebaliknya. Perkembangan emosi anak perlu

mendapatkan perhatian, karena kondisi emosi seseorang akan berdampak

pada penyesuaian pribadi dan sosial.

Perkembangan sosial emosi anak adalah gejala psikofisiologis yang

menimbulkan efek pada persepsi, sikap dan perilaku. Emosi dalam pemakaian

kita sehari-hari sangat berbeda dengan pengertian emosi dalam psikologi.

Emosi dalam pemakain sehari-hari mengacu pada ketegangan yang terjadi

pada individu sebagai akibat dari tingkat kemarahan yang tinggi (Gunarsa,

2000). Dan faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial yaitu keluarga

dan di luar keluarga.

Dari beberapa pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa

perkembangan sosial anak adalah perbuatan yang disertai dengan perasaan-

perasaan tertentu yang melingkupi individu di saat berhubungan dengan orang

lain. Jadi perkembangan sosial emosi pada anak usia dini yaitu perubahan

perilaku yang disertai dengan perasaan-perasaan tertentu yang melingkupi

anak usia dini saat berhubungan dengan orang lain.

b. Pola Perkembangan Sosial emosional Anak Usia Dini

21
Pola perkembangan sosial emosional menurut (Herlimsyah, 2007).

a. Perkembangan Sosial Emosional Anak-anak awal


Jenjang Usia Perkembangan sosial anak-anak awal
Pasca Lahir Lebih suka ditinggal timbang diganggu, tampak
paling puas sewaktu berkontak erat dengan
tubuh ibu, menangis keras bila merasa tidak
enak, tetapi berhenti bila didekap erat atau
diayun dengan lembut.
Satu Bulan Tampak merasa kehadiran ibu dan memandang
kearahnya bila sang ibu mendekati
Tiga bulan Terus-menerus mengamati gerakan orang yang
berada di dekat tempat tidurnya,
memperhatikan bunyi, akan berhenti menangis
bila diajak bermain atau diajak berbicara.
Enam Bulan Penuh hasrat dan minat terhadap segala sesuatu
yang tengah berlangsung di sekitarnya. tertawa
kecil bila diajak bermain oleh orang yang
dikenalnya.
Sembilan Bulan Sangat responsive dan siaga. mengerti kata
tidak, melambaikan tangan, bertepuk tangan,
bermain cilukba dengan teman sebaya.
Dua Belas Bulan Memperhatikan orang dewasa dengan
bersungguh-sungguh dan meniru tindakan
tersebut. memahami perintah sederhana.
Delapan belas bulan Bila letih, terluka, sakit atau takut ia akan
memperlihatkan ketergantungan besar pada
ibunya atau orang dewasa lain yang ia kenal.
Dua Puluh Satu Bulan Mengerti sebagian besar dari apa yang
dikatakan kepada dirinya. mengulangi kata
yang diucapkan orang dewasa. memperlihatkan
perhatian kepada orang tua nya sebagai
individu
Dua Tahun Memperlihatkan minat besar terhadap kata-
kata, nama-nama, benda-benda dan orang.
bertanya apa itu. bisa menunjukan bagian tubuh
bila ditanya. Menuntut perhatian lebih banyak.
Dua Setengah Tahun Mengacu pada diri sendiri. senang mendapat
persetujuan orang dewasa. memperhatikan anak
lain dengan berminat. banyak bercakap dengan
orang dewasa dan banyak bertanya.
Tiga Tahun Berbicara lepas dengan diri sendiri.

22
mengajukan banyak pertanyaan apa , siapa,
bagaimana, memproyeksikan pengalamannya
sendiri pada boneka dan mainan.
Empat Tahun Berbicara dengan lancar. mengajukan banyak
pertanyaan “kapan, bagaimana, mengapa.
bermain dengan keompok anak. aktivitas
bermain menjadi lebih rinci, berkepanjangan
dan imajinatif
Lima Tahun Kerap puas bermain seorang diri untuk waktu
yang lama, menguasai suatu keterampilan
dalam bermain. menyukai kisah orang yang
kuat seperti Batman, Samson dan sebagainya

b. Karakteristik dan Ciri Tingkah Laku Sosial Emosional Anak


1) Periode Bayi

1-2 Bulan Belum mampu membedakan objek dan benda


3 Bulan a) Otot mata sudah kuat dan mampu melihat pada orang
atau objek dan mengikuti
b) Gerakan telinga sudah mampu membedakan suara.
Mulai mampu membedakan objek dan orang, siap
untuk belajar menjadi manusia sosial
c) Senyum sosial (Social Smiles) apabila orang yang
dikenalnya datang dan menangis apabila ditinggal
4 bulan Memperlihatkan tingkah laku, memperhatikan apabila
ada orang yang bicara, membuat penyesuaian dengan
tertawa kepadanya
4-6 bulan Tersenyum dengan bayi lainnya
5-6 bulan Bereaksi berbeda terhadap suara yang ramah dan tidak
6-8 bulan Memegang, melihat, merebut benda dari bayi lain
7-9 bulan Mengikuti suara-suara, tingkah laku yang sederhana
9-13 bulan Meniru suara, mengeksplorasi bayi lain, menjambak,
dan sebagainya. Bisa bermain dengan permainan tanpa
komunikasi
12 bulan/1 Mengenal larangan
tahun
13-18 Mulai minat dengan bayi lain
bulan
15 bulan Memperlihatkan minat yang tinggi terhadap orang
dewasa dan selalu ingin dekat serta mutasi dengan
mereka

23
2 tahun Menggunakan permainan sebagai alat untuk hubungan
sosial. Disini mereka bermain bersama, tetapi tidak ada
interaksi- solitary a paralel play

2) Periode Pra Sekolah

Adapun Ciri sosial periode pra sekolah adalah sebagai berikut:

a) Membuat kontak sosial dengan orang di luar rumahnya.


b) Dikenal dengan istilah pregang age. dikatakan pregang karena

anak pra sekolah berkelompok belum mengikuti arti dari

sosialisasi yang sebenarnya. Mereka mulai menyesuaikan diri

dengan harapan lingkungan sosial.


c) Hubungan dengan orang dewasa
d) Melanjutkan hubungan dan selalu ingin dekat dengan orang

dewasa baik dengan orang tua maupun dengan guru. Mereka selalu

berusaha untuk berkomunikasi dan menarik perhatian orang

dewasa.
e) Hubungan dengan teman sebaya.
f) 3-4 tahun mulai bermain bersama (cooperative play). mereka

tampak mulai mengobrol selama bermain, memilh teman untuk

bermain, mengurangi tingkah laku bermusuhan.

3) Periode Usia Sekolah

Minat terhadap kelompok semakin besar, mulai mengurangi

keikutsertaannya pada aktivitas keluarga. Mereka membentuk

kelompok (geng) sehingga periode ini disebut gang age. Peranan

teman sebaya pada tahap ini sangat penting dan berpengaruh terhadap

24
perkembangan sosial anak. Diantara pengaruh yang ditimbulkannya

pada keterampilan sosialisasi anak diantaranya sebagai berikut:

a) Membantu anak untuk belajar bersama dengan orang lain dan

bertingkah laku yang dapat diterima oleh kelompok.


b) Membantu anak mengembangkan nilai-nilai sosial lain di luar nilai

orang tua .
c) Membantu mengembangkan kepribadian yang mandiri dengan

mendapatkan kepuasan emosional dari rasa berkawan.

c. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial emosional Anak

Menurut Soetarno (2009) berpendapat bahwa ada dua faktor utama

yang mempengaruhi perkembangan sosial emosional anak yaitu faktor

lingkungan keluarga dan faktor dari luar rumah atau keluarga. Kedua faktor

tersebut dilengkapi oleh Hurlock (2008) dengan faktor ketiga yaitu faktor

pengalaman awal yang diterima anak.

a. Faktor lingkungan keluarga

1) Status sosial ekonomi keluarga

Keadaan sosial ekonomi keluarga ternyata mempunyai pengaruh

terhadap perkembangan anak. Apabila ekonomi keluarga cukup maka

lingkungan material anak di dalam keluarga tersebut menjadi lebih

luas. anak mendapat kesempatan yang lebih banyak dalam

25
mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang mungkin tidak

akan ia dapatkan jika keadaan ekonomi keluarga tidak memadai.

2) Keutuhan Keluarga

Hubungan keluarga yang harmonis memegang peranan penting

dalam perkembangan sosial anak. anak yang hidup dalam keluarga

broken home maka cara anak menilai hubungan sosial menjadi

berbeda bila dibandingkan dengan anak-anak yang hidup dalam

lingkungan keluarga yang normal.

3) Sikap dan Kebiasaan orang tua

Tingkah laku orang tua sebagai pemimpin kelompok dalam

keluarga sangat mempengaruhi suasana interaksi keluarga dan dapat

merangsang perkembangan ciri-ciri tertentu pada pribadi anak. Sikap

orang tua yang otoriter dapat mengakibatkan anak-anak tidak taat,

takut, pasif, tidak memiliki inisiatif, tidak dapat menyediakan sesuatu

serta menyerah. semua pengaruh di atas akan berdampak pada perilaku

sosial selanjutnya sehingga anak menjadi terhambat dalam

merefleksikan hubungan sosial dengan pihak lainnya karena pengaruh

suasana interaksi keluarga.

b. Faktor di luar rumah

Pengalaman sosial di luar rumah melengkapi pengalaman sosial di

dalam rumah dan merupakan penentu yang paling penting bagi sikap

26
sosial dan pola perilaku anak. jika hubungan mereka dan teman sebaya

dan orang dewasa di luar rumah menyenangkan, mereka akan menikmati

hubungan sosial tersebut dan ingin mengulanginya. Sebaliknya, jika

hubungan itu tidak menyenangkan atau menakutkan, anak-anak akan

menghindarinya dan kembali pada anggota keluarga untuk memenuhi

kebutuhan sosial mereka.

c. Faktor pengaruh pengalaman sosial awal

Pengalaman sosial awal sangat mempengaruhi perilaku kepribadian

selanjutnya. Banyaknya pengalaman bahagia yang diperoleh sebelumnya

akan mendorong anak mencari pengalaman semacam itu lagi pada

perkembangan sosial selanjutnya. Dalam penelitian Waldrop dan

Halyerson ditemukan bahwa sosiobilitas anak pada umur 2,5 tahun dapat

digunakan untuk meramalkan sosiobilitas pada umur 7,5 tahun.

4. Pengasuhan Pada Keluarga Petani dan Perkembangan Sosial emosional

Anak

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang

ditunjukkan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

27
perkembangan jasmani dan ruhani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan

informal.

Keluarga juga mempunyai masing-masing peranan misalnya Ayah

sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperan sebagai pencari

nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,

sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari

lingkunganya, Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai

peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik bagi

anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosial

serta sebagai anggota masyarakat di lingkungannya, disamping itu juga ibu

perperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. Anak-anak

melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik

fisik, mental, sosial, dan spiritual.

Jadi peranan keluarga terutama orang tua memang sangat penting dalam

perkembangan anak terutama perkembangan sosial emosional anak. Karena jika

dalam keluarga sering terjadi hal-hal yang tidak seharusnya dilihat atau ditiru oleh

anak maka perkembangan sosial emosional anak tidak akan berkembang dengan

baik. Orang tua yang demokratis memandang sama kewajiban hak orang tua dan

anak, bersikap rasional dan selalu mendasari tindakannya pada rasio pemikiran.

28
Pengasuhan yang diterapkan orang tua juga akan mempengaruhi

pembentukan karakteristik pada anak, beda cara pola pengasuhan orang tua juga

sangat mempengaruhi pada pembentukan karakteristik anak. Karena itulah orang

tua juga harus memikirkan menerapkan pengasuhan yang bagus demi

perkembangan-perkembangan anak termasuk perkembangan sosial-emosional

anak.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan terkait dengan judul pengasuhan orang tua

pada keluarga petani dan perkembangan sosial emosional anak

1. Penelitian yang sejenis dilakukan oleh Mas’ud (2008) dengan judul

“Pengasuhan Orang tua Dalam Pengembangan Perilaku Sosial

Anakkelompok B TK Belia Kreatif Karangpilang Surabaya” diperoleh

kesimpulan bahwa Pengasuhan orang tua terkadang masih kurang diterapkan

di kalangan keluarga, padahalanak lebih banyak bermain di rumah daripada di

sekolah. Banyak orang tua yang kurangmemperhatikan perilaku anak karena

mereka sibuk dengan pekerjaan, sehingga banyakanak yang terkadang merasa

kurang kasih sayang dari orang tua nya. Berdasarkan analisis data diperoleh (r

hitung 0.632 > r tabel 0.334), berarti ada hubungan yang signifikan antara

pengasuhan orang tua dengan perilaku sosial anak usia dini.

2. Penelitian dari Samiyati (2006) dengan judul “Hubungan Pengasuhan Orang

tua Dengan Perkembangan emosi Anak Usia Pra Sekolah Di TK Rohmatul

29
Magfiroh Desa Pakisaji Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang” diperoleh

kesimpulan Anak usia pra sekolah (4-6 tahun) perlu mendapatkan stimulus

dan pengasuhan yang positif untuk mengembangkan fungsi motorik, kognitif

dan afeksi. Bentuk perkembangan afeksi adalah perkembangan emosi negatif

dan positif yang diakibatkan dari pemberian pengasuhan orang tua

(authoritarian, permissive, authoritative). Hasil penelitian ini menunjukkan 35

(71,4%) orang tua (ibu) anak usia pra sekolah menerapkan pengasuhan

demokratis dan 36 (73,5%) anak memiliki perkembangan emosi positif. Uji

statistik Chi Square penelitian ini menunjukkan hubungan pengasuhan orang

tua dengan perkembangan emosi anak usia pra sekolah, dengan nilai x2 hitung

>x2 tabel (9,698>5,991) dan memiliki nilai p < 0,05 (0,008<0,05). Hasil

penelitian ini dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk penelitian

selanjutnya mengenai pengaruh budaya terhadap perkembangan emosi.

3. Penelitian dari Saputra (2009) dengan judul “Pengasuhan Orang tua Yang

Bekerja Terhadap Perkembangan Sosial emosional Anak Usia 4-5 Tahun”.

Hasil dari analisis data ini dibuatkan kerangka dari angket-angket yang

dikumpulkan dan solusi untuk memenuhi kebutuhan dasar anak dalam bidang

pengasuhan di Desa Pagerwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung

Barat. Dengan penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam kegiatan

masyarakat sehari-hari terutama untuk pengasuhan orang tua.

30
4. Elmie Hidayah (2014) dalam penelitiannya yang berjudul: “Perbedaan

Kemandirian Anak Usia 4-5 Tahun Ditinjau dari Pengasuhan Orang Tua di

Taman Kanak-kanak Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur Tahun

Ajaran 2013/2014.” Perpustakaan FKIP. Jenis penelitian yang digunakan yaitu

penelitian survey dengan metode pengumpulan data berupa angket. Hasil

penelitian dan analisis data dalam penelitian ini adalah ada perbedaan

kemandirian antara pengasuhan authoritatif dengan pengasuhan authoritarian

dengan hasil hitung 2,658 > 1,669. Tidak ada perbedaan kemandirian antara

pengasuhan authoritarian dengan pengasuhan permisif dengan hasil hitung

0,309 < 1,859. Tidak ada perbedaan kemandirian antara pengasuhan permissif

dengan pengasuhan authoritatif dengan hasil hitung -5,570 < 1,669.

Berdasarkan hasil kemandirian anak dengan pengasuhan orang tua dari 70

anak yang diteliti, menunjukkan bahwa 13 anak memiliki kemandirian baik,

40 anak memiliki kemandirian cukup baik, dan 8 anak memiliki kemandirian

kurang baik dengan pengasuhan authoritatif. 1 anak memiliki kemandirian

baik, 2 cukup, 2 kurang dengan pengasuhan authoritarian. 3 anak cukup, 2

anak kurang pengasuhan permissif. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa

pengasuhan authoritatif dapat dikatakan sebagai pengasuhan yang

memberikan dampak yang baik bagi kemandirian anak. Perbedaannya terletak

pada metode penelitian, variabel penelitian, responden, dan lokasi penelitian.

31
5. Astuti, R. Dwi (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Pengasuhan Orangtua Terhadap Kemandirian Siswa Dalam Belajar Pada

Siswa Kelas XI.” Online. Dengan menggunakan metode penelitian

pengambilan sampel Propotional Random Sampling yang menjadi anggota

sampel untuk masing-masing kelas dilakukan secara acak sederhana/undian.

Metode pengumpulan data dengan skala psikologi yaitu skala pengasuhan

orang tua dan skala kemandirian siswa dalam belajar, analisis data yang

terkumpul menggunakan analisis regresi ganda dengan tiga prediktor, dengan

hasil penelitian ada pengaruh pengasuhan orang tua terhadap kemandirian

siswa dalam belajar pada siswa kelas XI. Perbedaannya terletak pada metode

penelitian, variabel penelitian, responden, dan lokasi penelitian.

6. Asmaul Husna (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Tipe Pengasuhan

yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial emosional Anak Kelompok B di

TK Harapan Bangsa PGRI Mambalan Kecamatan Gunungsari Tahun Ajaran

2014/2015.” Perpustakaan FKIP. Jenis penelitian yang digunakan adalah

kualitatif deskriptif dengan pendekatan expostfacto. Metode pengumpulan

data yang digunakan adalah angket, observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 5 orang tua menerapkan pengasuhan

demokratis, 3 orang tua menerapkan pengasuhan otoriter, dan 2 orang tua

menerapkan pengasuhan permisif. Berdasarkan analisis data bahwa pengaruh

pengasuhan demokratis berpengaruh paling tinggi terhadap perkembangan

32
sosial emosional anak dengan nilai 89,5% diikuti oleh pengasuhan otoriter

dengan nilai 30,75% dan permisif dengan nilai 47,5%. Untuk orang tua dan

guru agar menerapkan pengasuhan demokratis dengan semaksimal mungkin

agar perkembangan sosial emosional anak dapat berkembang dengan baik.

Perbedaannya terletak pada metode penelitian, variabel, responden, dan lokasi

penelitian.

33
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan diadakannya penelitian

ini adalah:

1. Untuk mengetahui karakteristik pengasuhan keluarga petani anak usia 5-6

tahun

2. Untuk mengetahui karakteristik perkembangan sosial emosional anak petani

usia 5-6 tahun

3. Untuk mengetahui karakteristik perkembanagan sosial emosional anak

sebagai akibat dari pengasuhan keluarga petani

B. Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Keluarahan Mapak Kecamatan Sekarbela Kota

Mataram. Dengan waktu penelitian dimulai dari:

1. Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada anak usia 5-6 tahun di Keluarahan

Mapak Kecamatan Sekarbela Kota Mataram.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2018, pada anak

usia 5-6 tahun. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan mengenai pengasuhan

34
orang tua pada keluarga petani dan perkembangan sosial emosional anak usia

5-6 tahun.

3. Tahapan persiapan, meliputi:


a. Penyusunan proposal penelitian, merupakan awal kegiatan penelitian dan

awal gambaran dari kegiatan penelitian yang akan dilakukan.


b. Menentukan lokasi penelitian, dalam penelitian ini ditetapkan lokasi

penelitian di Keluarahan Mapak Kecamatan Sekarbela Kota Mataram.


c. Mengurus surat permohonan ijin penelitian, dan selanjutnya diserahkan

kepada pihak sekolah. Melakukan survey dan menilai keadaan lapangan

diantaranya yaitu keseharian responden pada saat disekolah


d. Menentukan subjek yang menjadi responden di dalam penelitian.
e. Menyiapkan semua perlengkapan yang diperlukan di dalam penelitian

yaitu berupa pedoman observasi dan dokumentasi.


4. Tahap pelaksanaan
a. Membuat rencana penelitian.
b. Pengumpulan data

Kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu

sebagai berikut:

1) Mengambil dokumentasi anak di Keluarahan Mapak Kecamatan

Sekarbela Kota Mataram


2) Melakukkan observasi terhadap subjek penelitian di Keluarahan

Mapak Kecamatan Sekarbela Kota Mataram.


5. Menganalisis hasil observasi dan dokumentasi yang telah diperoleh di

sekolah.
6. Tahapan penyusunan laporan hasil penelitian.
7. Penyimpulan laporan hasil penelitian.
C. Latar Penelitian

35
Latar penelitian dalam penelitian ini berupa latar atau kebiasaan yang

dilakukan oleh subyek yang diteliti. Penelitian yang diteliti yaitu pengasuhan

pada keluarga petani dan perkembangan sosial emosional anak usia 5-6 tahun.

Pengasuhan orang tua dapat dilihat dari cara orang tua dalam proses mendidik

anak sewaktu di rumah, sedangkan perkembangan sosial emosional dapat dilihat

dari tingkah laku anak dalam kesehariannya baik di rumah maupun saat di

sekolah dengan peneliti mengobservasi langsung baik ke rumah maupun ke

sekolah anak.

Observasi pendahuluan yaitu peneliti mengobservasi pengasuhan orang

tua dan perkembangan sosial emosional anak di usia 5-6 tahun. Orang tua yang

bekerja sebagai petani biasanya tingkat pendidikannya rendah, budaya masih

tradisional, agama sedangkan sifat sosialnya masih terjaga. Secara agama

mayoritas beragama Islam.

Keluarga petani selalu rawan terhadap seperangkat tekanan yang datang

dari luar dan sangat mengancam eksistensinya. Pertama, tekanan dari ekotipe

petani itu sendiri. Tekanan ini berasal dari lingkungan yang hanya sebagian saja

dapat dikuasai atau tidak dapat dikuasai. Kedua, tekanan dari sistem sosial kaum

tani. Tekanan yang timbul dari keharusan untuk mempertahankan kelangsungan

rumah tangga dalam menghadapi anggota yang tidak puas dan ingin berdiri

senidri. Ketiga, tekanan yang datang dari masyarakat yang lebih luas dimana

36
rumah dan ladang petani itu merupakan bagian. Tekanan-tekanan seperti itu

dialami oleh semua keluarga petani, hanya saja tidak merata.

Selanjtnya peneliti dapat mengobservasi langsung bagaimana pengasuhan

pada keluarga petani dan perkembangan sosial emosional anak yang diteliti baik

saat di sekolah maupun saat dirumah. Selain itu peneliti juga dapat bertanya atau

mewawancarai guru kelas dan orang tua anak tentang perkembangan sosial

emosional anak tersebut. Sehingga peneliti akan mendapatkan data-data mengenai

kemandirian anak yang diteliti.

Penelitian ini akan dilaksanakan dirumah dan di sekolah anak. Penelitian

dirumah dilakukan ketika anak melakukan interaksi dengan orang tua dan teman-

temannya. Sementara penelitian disekolah dilaksanakan ketika anak sedang

melakukan kegiatan di dalam ruangan maupun di luar ruangan.

D. Metode dan Prosedur Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif fenomelatif, karena tujuannya adalah untuk mendeskripsikan dan

menggambarkan apa adanya mengenai pengasuhan pada keluarga petani dan

perkembangan sosial emosional anak usia 5-6 tahun. Dalam hal ini guna

menganalisis data yang diperoleh secara mendalam dan menyeluruh dengan

37
harapan dapat diketahui sejauh mana pengasuhan pada keluarga petani dan

perkembangan sosial emosional anak usia 5-6 tahun.

Sugiyono (2014) penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat post positivise, atau paradigm interpretive, suatu

realitas atau obyek tidak dapat dilihat secara persial dan dipecah ke dalam

beberapa variabel. Penelitian kualitatif memandang obyek sebagai sesuatu

yang dinamis, hasil konstruksi pemikiran dan interpretasi terhadap gejala yang

diamati, secara utuh (holistik) karena setiap aspek dari obyek itu mempunyai

satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Berdasarkan pendapat di atas, keberhasilan suatu penelitian salah satu

penunjang oleh metode penelitian yang tepat dengan tujuan penelitian yang

telah ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain metode penelitian sangat

dibutuhkan dalam suatu penelitian karena dalam metode penelitian ditemukan

cara-cara bagaimana objek penelitian hendak diketahui dan diamati sehingga

menghasilkan data-data yang tepat sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Prosedur Penelitian

Dalam pelaksanaan tindakan mengetahui pengaruh pengasuhan orang

tua dirumah terhadap perkembangan sosial emosional anak akan di uraikan

langkah-langkah sebagai berikut.

a. Persiapan Penelitian

Adapun surat izin yang perlu dipersiapkan dalam penelitian ini adalah:

38
1) Menyiapakan surat izin penelitian dari Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Mataram

2) Surat Ijin Penelitian dari BLHP tersebut di sampaikan kepada kepala

Keluarahan Mapak Kecamatan Sekarbela Kota Mataram

3) Setelah mengadakan penelitian di Keluarahan Mapak Kecamatan

Sekarbela Kota Mataram maka dikeluarkan Surat telah mengadakan

penelitian oleh Keluarahan Mapak Kecamatan Sekarbela Kota

Mataram.

b. Menyiapkan Instrumen Penelitian

Penyusunan intrumen penelitian bertujuan untuk mempermudah peneliti

memperoleh data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Instrumen penelitian

disusun sendiri berdasarkan indikator variabel tentang pengasuhan pada

keluarga petani dan perkembangan sosial emosional anak usia 5-6 tahun.

c. Prosedur penelitian

Tahapan Capaian Hasil

Fokus :
Pengasuhan
Penentuan Fokus Perkembangan sosial emosional

Indikator Fokus:
Pengasuhan orangtua :
Penentuan Sub fokus Perkembangan sosial emosional
anak:

39
Pedoman pengamatan:
Kisi-kisi dan instrument penelitian tentang
Menyusun Instrumen
perkembangan sosial emosional anak
Penelitian
berdasarkan indikator variabel yang ada.

Metode observasi, wawancara dan


Mengumpulkan Data dokumentasi

Pencatatan Data
Analisis Data Data reduction (reduksi data)
Data display (penyajian data)
Drawing/verifikasi Data
Kesimpulan

E. Data dan Sumber Data

1. Data

Arikunto (2008) data adalah hasil pencatatan penelitian baik berupa

fakta maupun angka. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa:

a. Data pengasuhan orang tua

b. Peningkatan perkembangan sosial emosional anak

Berdasarkan definisi tersebut data yang didapatkan yaitu data yang

langsung berupa jawaban-jawaban diperoleh melalui wawancara dari para

responden mengenai pengasuhan orang tua dan perkembangan sosial

emosional anak.

2. Sumber data

40
Arikunto (2008), yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah

subyek darimana data diperoleh. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

pedoman observasi dan wawancara dalam penelitian, maka sumber data

disebut responden yaitu, orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-

pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis atau lisan. Penelitian ini juga

menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatan yang menjadi

sumber data.

Pengertian lainnya menurut Hasan Bisri dalam (Mahmud, 2011),

mengatakan bahwa sumber data adalah subjek tempat asal data dapat

diperoleh, dapat berupa bahan pustaka, atau orang. Secara umum sumber data

dapat di golongkan ke dalam sumber primer dan sumber sekunder.

Data yang ada disini merupakan data kualitatif yang diperoleh dari

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sumber data mengenai pengasuhan

demokratis adalah orang tua melalui wawancara, dari hasil wawancara dengan

orang tua maka peneliti mendapatkan informasi mengenai pengasuhan yang

diterapkan oleh orang tua kepada anak. Sumber data mengenai perkembangan

sosial emosional anak adalah:

a. Orang tua

Dari hasil wawancara dan observasi kepada orang tua, maka peneliti

mendapatkan informasi mengenai pengasuhan pada keluarga petani dan

perkembangan sosial emosional anak usia 5-6 tahun.

41
b. Guru

Dari hasil wawancara dengan guru disekolah, maka peneliti mendapatkan

informasi mengenai pengasuhan pada keluarga petani dan perkembangan

sosial emosional anak usia 5-6 tahun.

c. Anak

Dengan melakukan observasi langsung terhadap anak, maka peneliti akan

mendapatkan informasi mengenai pengasuhan pada keluarga petani dan

perkembangan sosial emosional anak usia 5-6 tahun.

Sumber data lainnya dapat berupa`dokumentasi kegiatan di

Keluarahan Mapak Kecamatan Sekarbela Kota Mataram dan foto-foto anak

selama mengikuti kegiatan.

F. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data


1. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2010) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang

paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mengumpulkan data. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh

peneliti antara lain:

a. Teknik observasi

Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

melalui suatu pengamatan, disertai dengan pencatatan-pencatatan terhadap

keadaan atau perilaku objek yang diamati. Observasi merupakan langkah-

langkah yang digunakan untuk melihat sejauh mana pengasuhan pada

42
keluarga petani dan perkembangan sosial emosional anak usia 5-6 tahun

dengan menggunakan pedoman observasi.

b. Teknik wawancara

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk

bertukar informasidan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan

sebagai teknik pengumpula data apabila peneliti ingin melakukan studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi

juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam.

c. Teknik dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk mencari data mengenai hal-

hal atau variabel berupa catatan, transkip, buku dan sebagainya (Arikunto,

2006). Teknik dokumentasi pada penelitian ini menggunakan biodata anak

di sekolah, di Keluarahan Mapak Kecamatan Sekarbela Kota Mataram

Tahun 2016-2017.

2. Prosedur pengumpulan data

Suatu kegiatan penelitian sangat diperlukan alat pengumpulan data.

Alat mengumpul data dalam penelitian ini adalah Instrumen Penelitian.

Instrument dalam penelitian ini adalah alat yang akan digunakan dalam

43
mengumpulkan data tentang pengasuhan pada keluarga petani dan

perkembangan sosial emosional anak usia 5-6 tahun.

G. Prosedur Analisis Data

Analisis data dimana data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa

sehingga peneliti dapat menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai

untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian (Arikunto,

2010).

Data yang telah didapatkan selanjutnya dianalisis dengan analisa

deskriptif kualitatif yang dapat diartikan sebagai suatu cara peneliti untuk

mengolah dan memaparkan data sesuai dengan fakta yang ada dilapangan

sehingga dapat menarik kesimpulan. Dalam penelitian ini data yang dianalisis

adalah data mengenai perkembangan sosial emosional anak dan data mengenai

pengasuhan orang tua .

Langkah-langkah menganalisis data, menurut Arikunto (2010):

1. Pencatatan data

Kebanyakan data penelitian kualitatif adalah dalam bentuk catatan-

catatan, dapat juga berupa peta, skema, gambar-gambar, rekaman tape, video,

memo dan sebagainya. Peneliti banyak menghabiskan waktu untuk membuat

catatan-catatan. Karena itu, peneliti sebaiknya berusaha meringkaskan data

sejauh tidak menghilangkan makna keadaan di lapangan.

44
Pencatatan data dilakukan dalam format catatan lapangan yang

dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a) Pencatatan awal dilakukan selama wawancara, observasi, studi

dokumentasi dengan menggunakan kata kunci.

b) Perluasan yang merupakan bentuk catatan lapangan yang terdiri dari

catatan deskriptif dan reflektif yang merupakan tanggapan peneliti

c) Melakukan perbaikan (revisi).

Data yang diperoleh di lapangan saat melakukan observasi dan

wawancara mengenai perkembangan sosial emosional anak dan pengasuhan

orang tua yang terlihat saat anak melakukan kegiatan sehari-hari, saat

berinteraksi antara orang tua dan anak, dan saat orang tua menerapkan

pengasuhan, langsung dicatat dan dijabarkan dengan kata-kata hingga seluruh

data yang diteliti dirasa cukup oleh peneliti.

2. Reduksi data

Data yang didapat di lapangan langsung diketik atau ditulis dengan

rapi, terinci serta sistematis setiap selesai mengumpulkan data. Data-data yang

terkumpul semakin bertambah biasanya mencapai ratusan lembar. Oleh sebab

itu, laporan harus dianalisis sejak dimulainya penelitian. Laporan-laporan itu

perlu direduksi, yaitu dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan

fokus penelitian. Kemudian mencari temannya. Data-data yang telah direduksi

memberikan gambaran yang tajam tentang hasil pengamatan dan

45
mempermudah peneliti untuk mencarinya jika sewaktu-waktu diperlukan.

Reduksi data pula membantu dalam memberikan kode-kode pada aspek-aspek

tertentu.

Data yang telah dicatat oleh peneliti dipilah-pilih sehingga menjadi

lebih rinci dan jelas mengenai fokus penelitian dengan memaparkan

perkembangan sosial emosional anak dan data mengenai pengasuhan orang

tua.

3. Display data

Data yang semakin bertumpuk itu kurang dapat memberikan gambaran

secara menyeluruh. Oleh sebab itu, diperlukannya display data. Display data

ialah menyajikan data dalam bentuk tabel, matriks, network, chart, atau

grafik, dan sebagainya. Dengan demikian, peneliti dapat menguasai dan data

tidak terbenam dengan setumpuk data.

Data yang telah direduksi, disajukan dalam bentuk tabel dengan

menghubungkan antara pengasuhan yang muncul dengan perkembangan

sosial emosional yang terbentuk pada anak hingga data yang muncul saling

berkaitan.

4. Verifikasi data

Verifikasi data dimana peneliti berusaha mencari makna dari data yang

diperolehnya. Untuk maksud itu, ia berusaha mencari pola, model, tema,

hubungan, persamaan, hal-hal yang sering muncul, hipotesis, dan sebagainya.

46
Jadi, dari data yang didapatnya itu ia mencoba mengambil kesimpulan. Mula-

mula kesimpulan itu kabur, tetapi lama-kelamaan semakin jelas karena data

yang diperoleh semakin banyak dan mendukung. Verifikasi dapat dilakukan

dengan singkat, yaitu dengan cara mengumpulkan data baru atau mencari

kebenaran atau kevalidan hasil data yang diperoleh dengan kembali lagi/turun

ke lapangan dengan melakukan FGD (focus group discussion) dengan orang

terdekat anak yang diteliti seperti keluarga, tetangga, ataupun guru mengenai

fokus penelitian yang telah ditemukan tentang pengasuhan pada orang tua dan

perkembangan sosial emosional yang muncul pada anak.

5. Kesimpulan

Kesimpulan merupakan hasil akhir pemecahan masalah. Dimana data-

data yang telah terkumpul dari berbagai teknik pengumpulan data diolah

sedemikian rupa sehingga hasil data yang diperoleh dapat dibuat suatu

kesimpulan akhir.

47
Gambar proses analisis data kualitatif:
Gambar 3.2
Proses Analisis Data

Pencatatan Data

Reduksi Data

Display Data

Verifikasi Data

48
Kesimpulan

H. Pemeriksaan Keabsahan Data

Keabsahan data adalah kegiatan yang dilakukan agar hasil penelitian

dapat dipertanggung jawabkan dari segala sisi. Penelitian kualitatif menjadikan

peneliti sebagai instrumen utama pengumpulan data. Untuk keperluan

pemeriksaan keabsahan data dikembangkan empat indikator. Keabsahan data

dalam penelitian ini meliputi uji validitas internal (credibility), validitas eksternal

(transferability), reliabilitas (dependenbility) dan obyektivitas (confirmability).

Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2008) yang menyatakan bahwa uji

keabsahan data pada penelitian kualitatif meliputi uji, (1) kredibilitas, (2)

keteralihan (transferability), (3) kebergantungan, dan (4) kepastian. Namun,

dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan satu indikator keabsahan data

yaitu kredibilitas yang akan dipaparkan sebagai berikut:

1. Kredibilitas

49
Uji kredibilitas dilaksanakan untuk memenuhi nilai kebenaran dari

data dan informasi yang dikumpulkan. Artinya, hasil penelitian harus dapat

dipercaya oleh semua pembaca secara kritis dan dari responden sebagai

informan. Kriteria ini berfungsi melakukan inquiry sedemikian rupa sehingga

kepercayaan penemuannya dapat dicapai.

2. Perpanjangan pengamatan

Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke

lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang

pernah ditemui maupun yang baru. Untuk menambah hasil data yang

ditemukan agar data lebih meyakinkan, peneliti melakukan perpanjangan

pengamatan dengan melihat lagi pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua

dan perkembangan sosial emosional yang muncul pada anak hingga data telah

benar-benar dirasa cukup.

3. Meningkatkan ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarati peneliti akan melakukan

pengamatan secara cermat dan berkesinambungan. Untuk memastikan data

yang diperoleh sesuai, peneliti meningkatkan ketekunan dengan meneliti

secara lebih mendalam, terus-menerus, dan meminta bantuan kepada teman

sebagai pendamping dalam penelitian terhadap subyek yang diteliti mengenai

perkembangan sosial emosional anak dan pengasuhan yang diterapkan oleh

orang tua .

50
4. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas adalah pengecekan data dari

berbagai sumber. Dalam kredibilitas data peneliti melakukan pengecekan data

menggunakan FGD. Peneliti melakukan FGD atau terjun lagi ke lapangan

untuk memastikan bahwa data yang diperoleh telah teruji kebenarannya. FGD

dilakukan untuk memperlebar sumber data dengan meminta informasi kepada

kerabat terdekat subyek yang diteliti baik guru, keluarga terdekat maupun

tetangga mengenai hasil temuan penelitian yang diperoleh untuk diuji

kebenarannya hingga menemukan data yang konsisten dan sama dari

beberapa sumber.

5. Menggunakan bahan referensi

Adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah di temukan

oleh peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan foto dan rekaman

hasil penelitian agar data menjadi lebih kredibel.

6. Mengadakan member check

Data yang ditemukan peneliti akan diklarifikasikan kepada pemberi

data agar data benar-benar valid. Untuk menguji data yang peneliti temukan

dengan kenyataan yang ada di lapangan, peneliti melakukan klarifikasi

dengan mewawancarai orang tua maupun guru mengenai perkembangan

sosial emosional anak.

51
52
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka


Cipta.

Azhar. 2010. Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam
Keluarga. Jakarta: Prenada Media Group

Bahri.S. 2004. Pola Komunikasi Orang tua & Anak Dalam Keluarga. Jakarta. PT
Rineka Cipta.

Chiira. 2012. Perkembangan Emosi Pada Anak. 17 Maret 2015. http://debu-


community.blogspot.com/2012/04/perkembangan-emosi-pada-anak.html

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Firhan. 2011. Konsep Peasant dan Kajian Masyarakat Pedesaan di Indonesia.


Universitas Indonesia. Jakarta.

Gunarsa. 2002. Kepemimpinan Orang tua Dalam Mendidik. Guru SMU. Jakarta.

Herlimsyah. 2007. Modul Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Universitas Terbuka

Hurlock, 2008. Metode Pengembangan Sosial emosional. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Kartini. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Munandar, Utami, 2002. Perkembangan Anak Usia Dini, PT Mondar Maju: Bandung,

Nurihsan Juntika. 2007. Buku Materi Pokok Perkembangan Peserta didik . Bandung:
Sekolah Pasca Sarjana (UPI).

Patmonodewo,S. 2003. Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta. PT Rineka.

Salman. 2000. Teori Kepemimpinan Orang tua . Jakarta: Rineka Cipta.

Semiawan, Conny, 2000. Pengenalan dan Pengembangan Bakat, PT Remaja, Jakarta.

Soetarno. 2009. Konsep Dasar PAUD. Jakarta: PT Indeks.

53
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.

Suhardiman. 2008. Orang tua Sebagai Pendidik. Jakarta. Rineka Cipta.

Sujanto. 2008. Kepemimpinan Orang tua . Bandung: CV. Alfabeta.

Suryabrata. 2004. Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional. Jakarta:
Elex Media Komputindo.

Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.

Sutari. 2007. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini.
Jakarta: Universitas Terbuka.

Wahyu, Rendra. 2015. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial


Peserta Didik. 17 Maret 2015.
http://saranaprasarana.blogspot.com/2012/12/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi.html

Yusuf L.N, Syamsu. 2000. Perkembangan Peserta Didik. Depok: Raja Grafindo
Persada.

54

Anda mungkin juga menyukai