Anda di halaman 1dari 4

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Sesak nafas atau dyspenia merupkan suatu persepsi subjektif mengenai ketidaknyamanan
bernapas yang terdiri dari berbagai macam sensasi yang berbeda intensitasnya. Sesak nafas
merupakan hasil interaksi berbagai faktor fisiologis, psikologi, sosial dan lingkungan dan dapat
menginduksi respons fisiologis dan perilaku sekunder. Sesak nafas ditandai dengan rasa penuh
didada, dada terasa berat, sempit, rasa tercekik, nafas pendek, nafas berat. Salah satu penyakit yang
mengalami gejala sesak nafas adalah asma. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat tahun
2008 ada 300 juta pasien asma di seluruh dunia. Indonesia sendiri memiliki 12,5 juta pasien asma.
95% diantaranya adalah pasien asma tak terkontrol. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa
kepala ruang rawat inap kelas III RSUD Dr. Moewardi Surakarta dapat diketahui bahwa setiap
tahunnya rata- rata 70% dari 100% pasien asma mengalami tanda dan gejala sesak nafas dengan
pembatasan aktivitas yaitu tirah baring (Safitri, 2011). Salah satu pengobatan yang bisa diterapkan
adalah memanfaatkan pengobatan tradisional.
Pengetahuan obat tradisional di Indonesia cukup luas karena sangat bervariasinya budaya
lokal. Praktek obat tradisional suku Jawa memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap
pengetahuan obat tradisional Indonesia dan memunculkan penggunaan istilah “jamu” (Riswan dan
Roemantyo, 2002). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
003/MENKES/PER/I/2010, jamu adalah obat tradisional Indonesia sedangkan obat tradisional itu
sendiri adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun
telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan bahwa 49% dari
30,4% masyarakat memanfaatkan ramuan, salah satunya yaitu jamu atau herbal untuk mengobati
penyakitnya (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013). Jamu atau ramuan tradisonal
yang dapat digunakan untuk asma yaitu campuran adas, pulosari, rimpang kencur, rimpang
temulawak, jintan hitam, gula merah dan air.
Keamanan jamu bergantung pada ketepatan dari penggunaan jamu / obat tradisional.
Ketepatan penggunaan obat tradisional meliputi kebenaran bahan, ketepatan dosis, ketepatan
waktu penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan telaah informasi, tanpa penyalahgunaan,
dan ketepatan pemilihan obat untuk indikasi tertentu (Sari, 2006). Oleh karena itu, diperlukan
adanya komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE). Tujuan umum KIE yaitu meningkatkan
keberhasilan terapi, memaksimalkan efek terapi, meminimalkan risiko efek samping,
meningkatkan cost effecfiveness dan menghormati pilihan pasien dalam menjalankan terapi
(Mashuda, 2011). Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penggunaan jamu sesak
nafas, maka dalam makalah ini dibahas mengenai formula jamu sesak nafas dan informasi
penggunaannya. N

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah makalah ini antara lain:
a. Apa komposisi jamu yang digunakan untuk sesak nafas?

b. Bagaimana cara menyiapkan jamu yang digunakan untuk sesak nafas?

c. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam penggunaan jamu sesak nafas?

1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini yaitu:
a. Mengetahui komposisi jamu untuk sesak nafas

b. Mengetahui cara menyiapkan jamu untuk sesak nafas

c. Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan jamu untuk untuk sesak nafas

Sitinya
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Formula Jamu Sesak nafas


R/ Adas 2 gram
Pulosari 2 gram
Rimpang kencur 3 gram
Rimpang temulawak 3 gram
Jintan hitam 1 gram
Gula merah 15 gram
Air 400 mL
DAFTAR PUSTAKA
Safitri, R dan A. Andriani. 2011. Keefektifan pemberian posisi semi fowler terhadap penurunan
sesak nafas pada pasien asma diruang rawat inap kelas III RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
GASTER. 8(2): (783-792)

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Sari, L.O.R.K. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya. Jurnal Ilmu Kefarmasian. Vol. 3(1): 1-7.

Mashuda Ali. 2011. Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB) Good Pharmacy
Practice (GPP). Jakarta: Menkes RI dan IAI

Anda mungkin juga menyukai