Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN

Jaringan lunak mulut terdiri dari mukosa pipi, bibir, ginggiva, lidah, palatum,
dan dasar mulut. Struktur jarringan lunak mulut terdiri dari lapisan tipis jarringan
mukosa yang licin, melindungi jaringan keras dibawahnya; tempat organ, pembuluh
darah, saraf, alat pengecap dan alat pengunyah.

Secara histology lapisan mukosa trdiri dari 3 lapisan, yaitu :

 Lapisan Epitalium, yang melapisi bagian permukaan luar, terdiri dari berlais-
lapis sel mati yang berbentuk pipih (Datar) dimana lapisan sel-sel yang mati
ini selalu diganti terus menerus dari bawah dan sel-sel ini disebut dengan
stratified Squamous Epithelium
 Membrane bassalis yang merupakan lapisan pemisah antara lapisan
ephithelium dengan lamina propria, berupa serabut kolagen dan elastic.
 Lamina propria, pada lamina propria ini terdapat ujung-ujung saraf , rasa
sakit, raba, suhu, dan cita rasa

Mulut merupakan pintu masuknya kuman-kuman atau rangsangan-rangsangan


yang bersifat merusak. Mukosa mulut dapat mengalami kelainan yang bukan
merupakan suatu penyakit tetapi merupakan kondisi herediter. Padda keaddaan
normal didalam rongga mulut terdapat bermacam-macam kuman yang merupakan
bagian dari pada “Flora Mulut” dan tidak menimbulkan gangguan apapun dan disebut
apatogen. Jika daya tahan mulut atau tubuh menurun, maka kuman-kuman yang
apatogen itu menjadi pathogen dan menimbulkan gangguan atau menyebabkan
berbagai infeksi atau penyakit. Daya tahan mulut dapat menurun karena gangguan
mekanik (Trauma/Cedera). Gangguan Pada individu tertentu dapat terjadi reaksi
alergi terhadap jenis makanan tertentu sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada
mukosa mulut, begitu juga dengan factor psikis dan hormonal. Ini semua dapat terjadi
pada gangguan mulut yang disebut “Stomatitis”

A. Latar Belakang

Mulut merupakan pintu gerbang masuknya kuman-kuman atau rangsangan-


rangsangan yang bersifat merusak. Mukosa mulut dapat mengalami kelainan yang
bukan merupakan suatu penyakit tetapi merupakan kondisi herediter. Pada keadaan
normal di dalam rongga mulut terdapat bermacam-macam kuman yang merupakan
bagian daripada flora mulut dan tidak menimbulkan gangguan apapun dan disebut
apatogen. Jika daya tahan mulut atau tubuh menurun, maka kuman-kuman yang
apatogen itu menjadi patogen dan menimbulkan gangguan atau menyebabkan
berbagai penyakit/infeksi. Daya tahan mulut dapat menurun karena gangguan
mekanik (trauma, cedera), gangguan kimiawi, termik, defisiensi vitamin, kekurangan
darah (anemi).

Mulut bukan sekedar pintu masuk makanan dan minuman, tetapi fungsi mulut
lebih dari itu dan tidak banyak orang menyadari besarnya peranan mulut bagi kesehatan
dan kesejahteraan seseorang. Orang tua dan anak-anak akan sadar pentingnya kesehatan
gigi dan mulut ketika terjadi masalah atau ketika terkena penyakit. Oleh karena itu
kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan seseorang. Jika
rongga mulut kotor, maka sistem pencernaan juga akan terganggu. .

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari stomatitis ?

2. Apa saja macam-macam penyakit stomatitis ?

3. Apa saja etiologi penyakit stomatitis ?

4. Apa saja tanda & gejala stomatitis ?

5. Bagaimana patofisiologi stomatitis ?

6. Bagaimana penatalaksanaan dan pengobatan pada pasien dengan penyakit stomatitis?

7. Bagaimana pencegahan pada penyakit stomatitis ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu pengertian dari stomatitis, macam-macam dari penyakit
stomatitis ?

2. Untuk mengetahui apa saja etiologi, tanda&gejala stomatitis ?

3. Untuk mengetahui patofisiologi stomatitis ?

4. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dan pengobatan pada pasien stomatitis

5. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan pada penyakit stomatitis ?

D. Manfaat

1. Manfaat Bagi Pembaca

Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai penyakit sistema pencernaan yaitu


stomatitis

2. Manfaat Bagi Mahasiswa

Menambah wawasan dan keterampilan mahasiswa calon perawat dalam memberikan


asuhan keperawatan terhadap pasien stomatitis.

3. Manfaat Bagi Apoteker

Dapat digunakan sebagai bahan observasi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan


dan menambah keterampilan dalam melakukan asuhan kefarmasian terhadap pasien
stomatitis.
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Stomatitis

Stomatitis berasal dari bahasa yunani , Stoma yang berarti mulut dan itis yang berarti
radang/inflamasi. Peradangan atau pembengkakan, kemerahan yang umum terjadi pada
bagian mulut. Penyakit ini meliputi bagian membran lendir halus yang melapisi mulut
(mucosa), bibir, lidah, dan indera perasa . jika diakibatkan oleh herpes maka disebut
dengan Stomatitis herpes.

B. Klasifikasi Stomatitis:

1. Stomatitis apthous Reccurent terjadi akibat tergigit atau luka benturan dengan sikat
gigi, stomatitis ini terdiri atas:
 Rekuren apthous stomatitis minor
 Rekuren Apthous Stomatitis Major
 Herpetiformis apthous stomatitis
2. Stomatitis Herpetik disebabkan virus herpes simpleks dan berlokasi di bagian
belakang tenggorokan.

C. Epidemiologi

Penyakit infeksi pencernaan pada anak yaitu stomatitis dialami 15-20 % pada
masyarakat dan 80% pada usia > 30 tahun, bila di atas usia tersebut kemungkinan besar
penyebabnya merupakan suatu yang lebih kompleks. Di Amerika terdapat 29,6 % dari
perokok mengalami stomatitis. Sedangkan SAR (Stomatitis Aftosa Rekuren ) lebih
banyak terjadi pada wanita.

Prevalensi stomatitis bervariasi tergantung pada daerah populasi yang diteliti. Dari
penelitian-penelitian epidemiologi menunjukkan pada umumnya, prevalensi stomatitis
berkisar 15-25% dari populasi. Di Amerika, prevalensi tertinggi ditemukan pada
mahasiswa keperawatan 60%, mahasiswa kedokteran gigi 56% dan mahasiswa profesi
55%. Resiko terkena stomatitis cenderung meningkat pada kelompok sosioekonomi
menengah ke atas, ini berhubungan dengan meningkatnya beban kerja yang dialami
kalangan profesi atau jabatan-jabatan yang memerlukan tanggung jawab yang cukup
besar, pada wanita dan individu yang stres, seperti mahasiswa yang sedang menghadapi
ujian.

D. Etiologi

Stomatitis dapat terjadi pada anak dan bayi. Pada anak sariawan dapat disebabkan oleh:

1. daya tahan tubuh anak yang rendah;

2. kondisi mulut anak seperti kebersihan mulut yang buruk;


3. luka pada mulut karena tergigit atau makanan dan minuman yang terlalu panas;

4. kondisi tubuh seperti adanya alergi atau infeksi;

5.luka akibat menyikat gigi terlalu keras atau bulu sikat gigi yang sudah
mengembang;

6. kekurangan vitamin c dan vitamin b;

7. faktor psikologis (stress);

8. pada penderita yang sering merokok juga bisa menjadi penyebab dari sariawan.
pambentukan stomatitis aphtosa yang dahulunya perokok;

9. disebabkan karena jamur, namun biasanya hal ini dihubungkan dengan penurunan
sistem pertahanan tubuh (imuno). berasal dari kadar imunoglobin abnormal;
gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi).

E. Tanda dan Gejala

Menurut Williams dan Wilkins pada tahun 2008 membagi stomatitis berdasarkan
tanda dan gejalanya, yaitu:

a) Stomatitis hipertik akut


 Nyeri seperti terbakar di mulut
 Gusi membengkak dan mudah berdarah, selaput lendir terasa perih
 Ulse papulovesikular di dalam mulut dan tenggorokan; akhirnya menjadi lesi
berkantung keluar disertai areloa ynag memerah, robek, dan membertuk sisik.
 Limfadenitis submaksilari
 Nyeri hilang 2 sampai 4 hari sebelum ulser sembuh secara keseluruhan
b) Stomatitis aftosis
 Selaput lendir terasa terbakar, kesemutan, dan sedikit membengkak
 Ulser tunggal ataupun multipel, berbentuk kecil dengan pusat berwarna
keputihan dan berbatas merah
 Nyeri berlangsung 7 samapi 10 hari, dan sembuh total dalam 1 sampai 3
minggu.

F. Patofisiologi

Stomatitis yang disebabkan berbagai macam faktor, diantaranya bakteri, jamur dan
faktor traumatic seperti tergigit atau tergores sikat gigi. Penyebab oleh Candida Albicans
(monilia: thrush) banyak dijumpai pada bayi. Stomatitis terlihat sebagai titik-titik putih
kecil di bagian dalam pipi,lidah, dan atap mulut. Agak mirip dadih susu namun memiliki
ukuran yang lebih besar dan dapat dengan mudah dilepaskan menggunakan spatula.
Candida albicans dapat di kultur dalam jumlah besar dari apusan namun sering dapat di
kultur dari mulut atau tenggorokan anak sehat. Stomatitis berupa reaksi inflamasi dan
lesi ulseratif dangkal yang terjadi pada permukaan mukosa mulut atau orofaring.
Gingigostomatitis herpetica (HGS) disebabkan oleh herpes virus simpleks dapat
menyebabkan infeksi primer atau kekambuhan yang tidak terlalu berat. Infeksi primer di
mulai dengan faring menjadi edema dan eritema, vesikula muncul pada mukosa
menyebabkan nyeri berat dan bau napas khas. Penyakit ini dapat berlangsung 5 sampai
14 hari dengan berbagai keparahan.

Tubuh sebenarnya memiliki pertahanan tubuh alamiah terhadap serangan bakteri.


Pertahanan ini disebut dengan sistem laktoperoksidase (LP-system). Sistem ini terdapat
pada saliva atau ludah. LP system dapat berfungsi sebagai bakteriostatis terhadap bakteri
mulut dan bakteriosid terhadap bakteri patogen jika tersedia ketiga komponennya. Yaitu
enzim laktoperoksidase, dosianat, dan hydrogen peroksida (H2O2). Bakteri di dalam
mulut dapat berkembang biak tak terkendali karena sistem laktoperoksidase yang
merupakan pertahanan alami dalam saliva umumnya rusak. Hal ini dikarenakan
seringnya mengonsumsi makanan yang mengandung zat-zat kimia, seperti perasa,
pewarna, pengawet, bahkan yang memakai zat pembasmi hama.

Pemakaian deterjen (sodium laurit sulfat) yang berlebihan dalam pasta gigi juga
dapat sebagai peneyebab dari rusaknya ludah. Bila dalam pemakaian yang berlebihan
atau melebihi toleransi dapat dengan mudah merusak ludah dan menghancurkan sistem
pertahanan alami. Tidak hanya itu, pemakaian antiseptik pada obat kumur atau pasta gigi
juga dapat merusakkan LP system, sebab antiseptik ini bersifat bakteriosid sehingga
dapat membunuh semua bakteri yang berada di dalam rongga mulut, yang dapat
mengakibatkan lingkungan mukosa mulut menjadi rusak.

Seperti telah diterangkan bahwa mulut merupakan pintu gerbang masuknya kuman-
kuman atau rangsangan-rangsangan yang bersifat merusak. Dilain pihak mulut tidak
dapat melepaskan diri dari masuknya berbagai jenis kuman ataupun berbagai pengaruh
rangsangan antigenik yang bersifat merusak.

Rangsangan perusak yang masuk sesuai dengan potensinya akan ditanggapi oleh
tubuh baik secara lokal atau sistemik. Tanggapan ini dapat berlangsung wajar, artinya
tanggapantanggapan tersebut secara normal dapat dieleminasi melalui aksi fagositosis.
Sebenarnya reaksi tubuh terhadap rangsangan yang merusak itu bertujuan untuk
mengurangi atau meniadakan peradangan tersebut. Tetapi kadang-kadang reaksi jaringan
amat berlebih, melebihi porsi stimulusnya sendiri sehingga reaksi pertahanan yang
tadinya dimaksudkan untuk melindungi struktur dan fungsi jaringan justeru berakhir
dengan kerusakan jaringan sendiri.

Dalam keadaan yang tidak wajar, (Trauma, Stres dll ) terjadi ketidak seimbangan
immunologik yang melahirkan fenomena alergi dan defisiensi immunologi dengan efek
kerusakan-kerusakan yang menyangkut komponen vaskuler, seluler dan matriks daripada
jaringan. Dalam hal ini sistem imun yang telah dibangkitkan untuk melawan benda asing
oleh porsi reaksi yang tidak seimbang akhirnya ikut merusak jaringan-jaringan sendiri
disekitarnya. Misalnya pelepasan mediator aktif dari aksi-aksi komplemen, makrofag, sel
plasma, sel limposit dan leukosit, histamin, serta prostaglandin.
G. Pengobatan

Stomatitis akan sembuh sendiri dalam rentang waktu 10-14 hari. Stomatitis
umumnya ditandai dengan rasa nyeri seperti terbakar yang terkadang menyebabkan
pederita sulit untuk menelan makanan, dan bila sudah parah dapat menyebabkan demam.
Stomatitis dapat diredakan dengan menggunakan beberapa jenis obat, baik dalam bentuk
salep (yang mengandung antibiotic dan penghilang rasa sakit), obat tetes, maupun obat
kumur. Saat ini sudah banyak tersedia pasta gigi yang dapat mengurangi terjadinya
stomatitis. Jika stomatitis sudah terlanjur parah maka dapat menggunakan antibiotic dan
obat penurun panas (bila disertai demam). Stomatitis umumnya akan sembuh dalam
waktu 4 hari. Namun bila stomatitis tidak kunjung sembuh, segera periksaan ke dokter
karena hal itu dapat menjadi gejala awal adanya kanker mulut.

Penatalaksanaan medis pasien dengan stomatitis adalah sebagai berikut.

1. Sembuhkan penyakit atau keadaan yang mendasarinya

2. Diet lunak atau halus

3. Pemberian antibiotik

Antibiotik diberikan harus disertai dengan terapi penyakit penyebabnya. Selain


diberikan emolien topikal, seperti orabase, pada kasus yang ringan dengan 2–3 ulcersi
minor, pada kasus yang lebih berat dapat diberikan kortikosteroid, seperti triamsinolon
atau fluosinolon topikal, sebanyak 3 atau 4 kali sehari setelah makan dan menjelang
tidur. Tetrasiklin dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri dan jumlah ulcerasi. Bila
tidak ada respon atau perbaikan keadaan terhadap pemberian kortikosteroid atau
tetrasiklin, dapat diberikan dakson atau talidomid.

H. Pencegahan

Pencegahan pada stomatitis ditekankan untuk menghindari faktor pencetus yang dapat
menimbulkan stomatitis. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

 hindari faktor etiologi


 pelihara kesehatan gigi dan mulut serta mengonsumsi nutrisi yang cukup terutama
makanan yang mengandung vitamin B12 dan zat besi
 hindari stress yang dapat mengakibatkan timbulnya gejala
 usahakan untuk selalu menjaga kebersihan gigi dan mulut anak
 hati-hati saat menggosok gigi anak agar tidak menimbulkan luka pada mulut
 hindari memberikan makanan yang terlalu panas pada anak, berikan makanan yang
lembut dan mudah ditelan
 hindari memberikan anak dot yang berkontur kasar dan terbuat dari karet yang keras;
 perbanyak makan yang mengandung B3 seperti serelia, hati, ayam, daging,
kacangkacangan, apukat dan lain sebagainya
 anjurkan anak makanan berserat seperti sayur dan buah-buahan kususnya bervitamin c
aturlah makanan agar tetap seimbang sehingga tidak kekurangan gizi.

I. Pemeriksaan penunjang

Dilakukan pengolesan lesi dengan Toluidin biru 1% topical dengan swab atau
kuumur sedangkan diagnosis pasti dengan menggunakan biopsy

Pemeriksaan laboratorium

a. WBC menurun pada stomatitis sekunder

b. Pemeriksaan kultur virus : cairan vesikel dan herpes simplek stomatitis

c. Pemeriksaan kultur baktteri : eksudat untuk membentuk vincent’s stomatit.


BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Stomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan pengiritasi
seperti tembakau, defisiensi vitamin, infeksi oleh bakteri, virus atau jamur, dan
penggunaan obat kemoterapi (Potter & Perry, 2005). Stomatitis adalah imflamasi
mukosa oral, yang dapat meliputi mukosa bukal (pipi) dan labial (bibir), lidah, gusi,
angit-langit dan dasar mulut. Ada 4 klasifikasi stomatitis, yaitu Mycotic stomatitis,
Gingivostomatitis, Denture stomatitis, dan Aphthous stomatitis. Keluhan utama yang
sering muncul pada pasien stomatitis adalah nyeri atau pedih pada bagian yang terkena
stomatitis. Salah satu factor penyebab stomatitis yaitu perhatian yang kurang terhadap
rongga mulut. Stomatitis dapat diredakan dengan menggunakan beberapa jenis obat,
baik dalam bentuk salep (yang mengandung antibiotic dan penghilang rasa sakit), obat
tetes, maupun obat kumur. Penyakit stomatitis dapat dihindari dengan cara menjaga
kebersihan gigi dan mulut serta mengonsumsi nutrisi yang cukup terutama makanan
yang mengandung vitamin B12 dan zat besi.

B. Saran

Dengan dibuatnya Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan


penyakit stomatitis diharapkan materi ini untuk lebih bisa kami pahami, mengetahui
dan mengerti tentang cara pembuatan makalah ini yang mengalami gangguan tersebut .
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis
dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Baughman,D.C& Hackley,J.C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
2. Doengoes, Marilynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC
3. Ganong, Mcphee, J Stephen. 2010. Patofisiologi Penyakit ed 5. Jakarta : EGC
4. Hayes, Peter C. 1997. Buku Saku Diagnosis dan Terapi. Jakarta : EGC Kumar, dkk.
2009. Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC
5. Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius
6. Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta: EGC
7. Price & Wilson. 2012. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :
EGC
8. Sloane, Ethel.2004. Anatomi dan Fisiologi untk Pemula. Jakarta:EGC
9. Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 1. Jakarta: EGC.
10. Sudoyo A, et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI Tambayong,
Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
11. Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA,
Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC
Contoh kasus

Seorang anak G berusia 6 tahun dengan keluhan susah makan ±5 hari yang lalu,
lemas dan mual serta sakit di dalam mulut terkena penyakit medis stomatitis.

 Identitas
Stomatitis (Sariawan)
 Situasi
Susah makan kerna terkena sakit didalam mulut
 Background
Saat makan terasa perih.
 Assessment
 Kenapa bisa terkena stomatitis (sariawan) ?

Kebersihan mulut yang tidak terjaga dengan baik. Bibir, lidah, dan pipi bagian
dalam tergigit sendiri secara tidak sengaja. Iritasi yang terjadi karena
pemakaian gigi palsu dan kawat gigi Kurang nutrisi seperti zat besi, vitamin C
dan vitamin B12

Terapi Secara Farmakologi

1. HEXATIDINE
 Komposisi
Hexadol Larutan Kumur mengandung Hexetidine 0.1%.
 Indikasi
Nyeri tenggorokan, faringitis, gingivitis, periodontitis, stomatitis, oral
trush, angina Vincent's, perikoronitis, ulkus apthous, tonsilitis. Pembilas
sebelum dan setelah cabut gigi, hygiene oral
 Kontra Indikasi
 Jangan berikan Hexadol Larutan Kumur kepada penderita yang
hipersensitif terhadap Hexetidine
 Mekanisme Kerja
Hexetidine membunuh bakteri dan jamur, merupakan derivat grup pirimidin
yang memiliki efek bekterisidal terhadap bakteri Gram - positif. Afinitas
yang tinggi hexetidine terhadap protein oral mukosa dan plak dapat
mengurangi 98% bakteri saliva secara langsung
 Golongan obat wajib apotek (OWA)
 Dosis & Cara pemakaian
Lesi mulut dan tenggorokan: Kumur 15 mL selama 30 detik pada pagi
dan malam. Atau oleskan pada luka dengan lidi kapas
 Efek samping termasuk:
iritasi pada mulut atau lidah (nyeri, sensasi terbakar atau gatal)
perubahan pada rasa mati rasa sementara pada mulut

Terapi non farmakologi


 Konsumsi buah yang mengandung vitamin C, vitamin B12
 Minum air putih yang banyak
 Berkumur-kumur dengan air garam.
 Hindari makan makanan yang panas dan diikuti dengan minuman dingin
 Hindari keadaan yang bisa menyebabkan stress
 Olahraga yang rutin untuk meningkatkan daya tahan tubuh

ALASAN PEMILIHAN OBAT


Karena obat ini digunakanya mudah hanya dengan berkumur atau dioleskan
pada bagian yang sakit, sehingga mempermudah pemerian sediaan pada anak kecil
yang rewel akibat mulut yang sakit tersebut. Hexitidine merupakan antiseptik yang
bermanfaat membunuh mikroorganisme ayng menyebabkan stomatitis (Sariawan).
2. IBUPROFEN
 Komposisi
Proris sirup Mengandung Ibuprofen 100 mg
 Indikasi
Nyeri ringan sampai sedang
 Kontra Indikasi
Ulkus peptikum.
 Mekanisme Kerja
Pemberian obat ibuprofen dalam bentuk oral diabsorbsi dengan cepat,
berikatan dengan protein plasma dan kadar puncak dalam plasma tercapai 1-2
jam setelah pemberian. Pada ibuprofen oral (minum), adanya makanan akan
memperlambat absorbsi, tetapi tidak mengurangi jumlah yang diabsorbsi.
 Golongan obat wajib apotek (OWA)
 Dosis & Cara pemakaian
Dosis ibuprofen untuk anak pengidap nyeri: Bayi dan Anak: 4-10
mg/kg secara oral setiap 6-8 jam sesuai kebutuhan. Dosis maksimal harian
yang dianjurkan yaitu 40 mg/kg.
 Efek samping termasuk:
Ibuprofen relatif ringan, di antaranya sakit kepala, gelisah dan muntah.
Diare, muntah darah, hematuria, penglihatan kabur, ruam kulit, gatal dan
bengkak, Meningkatkan risiko tekanan darah tinggi atau hipertensi, serangan
jantung, dan stroke bila digunakan terus menurus dan dosis lebih tinggi, Kulit
lebih sensitif terpapar cahaya namun efeknya paling lemah di antara NSAID
lainnya. Sindrom Stevens-Johnson dan nekrolisis epidermal toksik, yang dapat
berakibat fatal, selama pemakaian NSAID termasuk Proris Ibuprofen
meskipun sangat jarang. Pengobatan harus dihentikan jika gejala seperti ruam
atau timbulnya hipersensitivitas.
MAKALAH SWAMEDIKASI
“(STOMATITIS)”

Dosen Pengampu :
Yul Mariyah, M. Si., Apt

Disusun oleh:
KELAS C KELOMPOK 6

1. Serli Marselina (1920374173)


2. Winda Istikhomah (1920374184)
3. Yeti Norita (1920374188)
4. Yuliana Trisnani (1920374189)
5. Fannia Nabilla (1920374196)
6. Kiki Permata Sari (1920374199)

PROGRAM PROFESI APOTEKER XXXVII


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2019

Anda mungkin juga menyukai