Wiwin Herdwiani
1
Wiwin’s fie
Latar belakang
KepMenKes RI No.1027/Menkes/SK/IX/2004
Tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek
Pelayanan resep
Promosi dan edukasi
Pelayanan residensial (home care)
SOP FARMASIS DI APOTEK
RINTANGAN
Pesan (message)
SENDER
RECEIVER
Dapat meningkatkan
komunikasi verbal.
Sentuhan yang
simpatik pada lengan
sering dapat
mengatakan jauh
lebih berarti dari
katakata.
Sentuhan beda jenis
kelamin ada yang
tidak dapat diterima.
BODY POSTURE
Kita dapat mengontrol apa
yang kita katakan, tetapi kita
tidak begitu baik mengontrol
bahasa tubuh.
1.posisi tertutup: kalau orang
berdiri dengan
menyilangkan tangan.
2.posisi kaki: kakimorang
mengarah kemana ia akan
pergi.
3.body posture yang positif:
badan mengarah kepada
orang yang berbicara atau
duduk dengan relaks
merupakan contoh bahasa
non-verbal yang dapat
membuat komunikasi baik.
JARAK PERSONAL
Kita semua ounya jarak yang merasa nyaman. Jarak personal
bervariasi tergantung kultur dan situasi
BARIER DALAM KOMUNIKASI
1. Barier lingkungan
2. Barier personal
3. Barier pasien
4. Barier
administrasi dan
keuangan
5. Barier waktu
TANGGUNG JAWAB FARMASIS DALAM
MODEL KOMUNIKASI
LISTENING
Good communication is bulit
on active listening
Listening/ “mendengarkan”
berarti menaruh perhatian
terhadap segala pesan yang
dikirim orang.
TANDA-TANDA BEHAVING AND ACTIVE
LISTENING
1. TULUS
2. SEDERHANA
3. PENDEK
4. SPESIFIK
“Obat ada tiga macam, pertama diminum satu kali
sehari efek sampingnya adalah sering buang air
kecil, karenanya jangan diminum pada malam hari
jadi pada pagi hari.
Kedua, adalah antibiotika jadi sebaiknya diminum
setiap delapan jam sampai habis, walaupun ibu
sudah tidak sakit.
Obat yang terakhir harus diminum dua jam sebelum
makan, dan sebaiknya setiap delapan jam sekali,
bila muncul mual jangan mengkonsumsi antasida
karena obat ini berinteraksi dengan antasida, tetapi
sebaiknya ibu meminumnya satu jam sesudah
makan saja. Semoga cepet sembuh bu!”
WHY QUESTION
Psikologi
Keinginan untuk menguji kemanjuran obat
Keinginan untuk melakukan pengontrolan pada
pertemuan dokter dan pasien, atau pada kondisi
yang terlihat memerlukan pengawasan
Kurangnya pengalaman atau pengalaman yang
negatif terhadap pengobatan.
PENDEKATAN UNTUK
MENGURANGI KETIDAKPATUHAN
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
Pendahuluan
Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care)
adalah suatu tanggung jawab profesi dari apoteker
dalam mengoptimalkan terapi dengan cara
mencegah dan memecahkan masalah terkait obat
(Drug Related problem).
Ketidakpatuhan (non compliance) dan
ketidaksepahaman (non corcondance) pasien
kegagalan terapi.
Hal ini sering disebabkan karena kurangnya
pengetahuan dan pemahaman pasien tentang obat
dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
penggunaan obat untuk terapinya.
Pendahuluan
Concordance ( Kesepahaman )
Pengertian
Drug Related Problem ( DRP ) : Masalah terkait obat adalah
segala permasalahan yang berhubungan dengan penggunaan
obat yang menyebabkan menurunnya adherence.
Tujuan Umum
Meningkatkan keberhasilan terapi
memaksimalkan efek terapi
meminimalkan resiko efek samping
Meningkatkan cost effectiveness
Menghormati pilihan pasien dalam menjalankan
terapi
Tujuan Konseling
Tujuan Khusus :
Meningkatkan hubungan kepercayaan antara
apoteker dengan pasien
Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap
pasien
Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa
dengan obatnya
Membantu pasien untuk mengatur dan
menyesuaikan dengan penyakitnya
Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani
pengobatan.
Mencegah atau meminimalkan Drug Related
Problem
Tujuan Konseling
1. Availability
2. Atmosphere
3. Attitude
4. Approach
Availability Atmosphere
Ruang konseling yang
Farmasis harus berada tertutup
di tempat dan terlihat Mengurangi hambatan
aktif dalam melayani fisik,
pasien Menciptakan suasana
Farmasis harus memilki akrab,
identitas yang jelas Volume suara yang
Layout apotek dapat tenang dan akrab
mempermudah akses Melakukan kontak mata
farmasis dalam bentuk Mengurangi kekacauan di
ruang konseling counter
Attitude Aproach
Profesional tetapi santai
Tidak terlihat sangat sibuk
Menggunakan bahasa
nonverbal
Sikap penuh perhatian
Sikap penyampaian yang
menarik
Lebih memperhatikan
Berbicara dengan
membesarkan hati pasien
Meningkatkan sikap percaya
diri
Long life learner
Approach
Meminta pasien
untuk mengulang
instruksi Show and Tell
Untuk meyakinkan
bahwa pesan tidak Untuk obat yang
ada yang terlewat pernah dipakai
Koreksi bila ada Untuk
misinformasi memastikan
pemahaman
pasien
12/03/2019
PRINSIP DASAR KONSELING
PROSES KONSELING
Penentuan Prioritas Pasien
Dalam kegiatan pelayanan kefarmasian sehari-hari,
pemberian konseling tidak dapat diberikan pada
semua pasien mengingat waktu pemberian konseling
yang cukup lama.
Oleh sebab itu diperlukan seleksi pasien yang perlu
diberikan konseling.
Seleksi pasien dilakukan dengan penentuan prioritas
pasien-pasien yang dianggap perlu mendapatkan
konseling.
Penentuan Prioritas Pasien
Prioritas pasien yang perlu mendapat konseling :
Pasien dengan populasi khusus ( pasien geriatri,
pasien pediatri,dll)
Pasien dengan terapi jangka panjang (TBC, Epilepsi,
diabetes,dll)
Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan
instruksi khusus (Penggunaan kortikosteroid dengan
”tappering down” atau ”tappering off” )
Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan
indeks terapi sempit ( digoxin, phenytoin, dll )
Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan
menjalankan terapi rendah.
Persiapan Dalam Melakukan Konseling
5. Menutup diskusi
Sebelum menutup diskusi sangat penting untuk Apoteker
bertanya kepada pasien apakah ada hal-hal yang masih
ingin ditanyakan maupun yang tidak dimengerti oleh
pasien.
Mengulang pernyataan dan mempertegasnya merupakan
hal yang sangat penting sebelum penutupkan sesi diskusi,
pesan yang diterima lebih dari satu kali dan diberi
penekanan biasanya akan diingat oleh pasien.
Tahapan Konseling
6. Follow-up diskusi
Fase ini agak sulit dilakukan sebab terkadang pasien
mendapatkan Apoteker yang berbeda pada sesi konseling
selanjutnya. Oleh sebab itu dokumentasi kegiatan
konseling perlu dilakukan agar perkembangan pasien dapat
terus dipantau.
Aspek konseling yang harus
disampaikan kepada pasien
1. Deskripsi dan kekuatan obat
Apoteker harus memberikan informasi kepada pasien
mengenai :
Bentuk sedian dan cara pemakaiannya
Nama dan zat aktif yang terkandung didalamnya
Kekuatan obat (mg/g)
2. Jadwal dan cara penggunaan
Penekanan dilakukan untuk obat dengan instruksi khusus
seperti ”minum obat sebelum makan”, ”jangan diminum
bersama susu” dan lain sebagainya.
Kepatuhan pasien tergantung pada pemahaman dan
perilaku sosial ekomoninya.
Aspek konseling yang harus
disampaikan kepada pasien
BATUK PILEK
ANAK USIA 2 TAHUN
PEDOMAN PERTANYAAN
Intensity (berat ringan)
Apakah batuknya keras sampai melengking
Apakah hidungnya tersumbat
Apakah demam meriang atau panas tinggi sampai
mengigil
Nature (ttipe)
Batuknya berdahak atau kering
Rasa sakit di tenggorokan atau didahului rasa gatal
Pilek dengan ingus jernih, kental, berwarna
Apakah demamnya naik turun atau tetap
Pertanyaan
Duration (lama serangan)
Berapa lama setiap kali serangan
Accurence (kejadian kapan)
Sejak kapanmenderita batuk/ pilek/ demam
Concomitant (gejala penyakit lain yang menyertai)
Apakah ada sesak nafas
Apakah nafas berbunyi
Apakah cuping hidung kembang kempis
Apabila batuk berdahak, apakah campur darah atau
hijau
Pertanyaan