OLEH:
KELAS : A-11A
NIM : 17.321.2669
2017/2018
PERTEMUAN VIII
Sikap yg kurang tepat. Seorang perawat yg sedang berbicara atau melayani pasien harus
memberikan sikap yang baik dan sopan agar pasien merasa nyaman dan tenang.
Kurang memahami sistem sosial dan budaya lawan bicara (pasien) dapat menyebabkan
ketersinggungan lawan bicara.
Jarak fisik. Komunikasi menjadi kurang lancar bila jarak komunikan dan komunikator
berjauhan ataupun berdekatan
Mendominasi pembicaraan
Permasalahan bahasa
1.Hambatan dari Proses Komunikasi
Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi
dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional.
Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si
penerima
Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima
/mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yg keliru dan tidak mencari informasi
lebih lanjut
2.Hambatan Fisik
alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat
3.Hambatan Semantik.
1. Resistens
Upaya klien u/ tidak menyadari aspek dari penyebab cemas atau kegelisahan yg dialami.
Ini juga merupakan keengganan alamiah atau penghindaran secara verbal yang dipelajari.
Perilaku resistens biasanya diperlihatkan oleh pasien selama fase kerja karena fase ini
memuat sebagian besar proses penyelesaian masalah.
Contoh : tidak menepati janji pertemuan atau datang terlambat untuk suatu sesi, lupa,
diam atau mengantuk
2. Transferens
Respon tak sadar berupa perasaan atau perilaku terhadap perawat yg sebetulnya berawal
dari berhubungan dengan orang-orang tertentu yg bermakna baginya pada waktu dia
masih kecil
Reaksi transference membahayakan untuk proses terapeutik hanya bila hal ini diabaikan
dan tidak ditelaah oleh perawat.
Ada dua jenis utama reaksi transference yaitu reksi bermusuhan dan tergantung.
3. Kontertransferen
Respons emosional spesifik oleh terapis terhadap pasien yg tidak tepat dlm isi konteks
hubungan terapetik/ ketidaktepatan dalam intensitas emosi.
Perawat terkadang tidak menyadari bahwa apa yang telah di lakukan itu nantinya
merugikan kedua belah pihak. Perawat biasanya terpancing oleh sikap klien yg
berlebihan, baik sikap terlalu baik maupun sikap yang terlalu buruk sehingga perawat
merespons dengan emosi yg berlebihan juga.
Contoh : Perasaan marah/ tidak sabar karena ketidak inginan klien untuk berubah
4. Pelanggaran Batas
Perawat perlu membatasi hubungannya dgn klien. Batas hubungan perawat-klien adalah
bahwa hubungan yg di bina adalah hubungan terapeutik,dalam hubungan ini perawat
berperan sebagai penolong dan klien berperan sebagai yg di tolong.
Pelanggaran batas terjadi jika perawat melampaui batas hubungan yg terapeutik dan
membina hubungan sosial, ekonomi, atau personal dengan klien
Contoh : batas uang, waktu, tempat, peran dan pemberian hadiah dan pelayanan, bahasa,
kontak fisik
PERTEMUAN IX
Pasca lahir, menangis merupakan salah satu cara pertama yg dapat dilakukan bayi
untuk berkomunikasi dengan dunia luar .
Nilai Celoteh :
a. Berceloteh adalah praktek verbal sebagai dasar bagi perkembangan gerakan terlatih yng
dikehendaki dalam bicara. Celoteh mempercepat keterampilan berbicara.
3. Isyarat
yaitu gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai pengganti atau pelengkap
bicara.
4. Ungkapan Emosional
Contoh :
Gembira : mengendurkan badan, mengangkat tangan/kaki, tersenyum dan
ramah.
1. ASERTIF
• Sikap dapat menerima, memahami pasangan bicara dgn menunjukkan sikap peduli, sabar
u/ mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi
atau pembicaraan dapat dimengerti
2. RESPONSIF
• Berespon artinya bersikap aktif, tidak menunggu permintaan bantuan dari klien. Sikap
aktif dari petugas kesehatan ini akan menimbulkan perasaan tenang bagi pasien
3. FOKUS
• Sikap ini merupakan upaya perawat untuk konsisten terhadap materi komunikasi yg
diinginkan
4. SUPORTIF
• Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak merasa
menjadi beban bagi keluarganya, dgn demikian diharapkan klien menjadi termotivasi u/
mandiri & dapat berkarya sesuai kemampuannya
5. KLARIFIKASI
• Dilakukan dgn mengajukan pertanyaan ulang & memberi penjelasan lebih dari satu kali
agar pembicaraan kitadapat diterima dan dipersepsikan sama dengan klien
• Perubahan ini perlu disikapi dengan sabar & ikhlas agar perawat tidak menjadi jengkel &
tetap tercipta komunikasi yang terapeutik dan juga tidak menimbulkan kerusakan
hubungan antara klien dengan perawat
PERTEMUAN X
Gawat Darurat adl keadaan klinis pasien yg membutuhkan tindakan medis segera
guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU no 44 tahun
2009).
1. Cemas ; perasaan tersebut ditandai oleh rasa ketakutan, tidak menyenangkan, seringkali
disertai oleh gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan
sebagainya.
3. Mudah marah; hal ini terjadi apabila seseorang dlm kondisi gelisah & tidak tau apa yg
harus diperbuat
1. Mendengarkan
Perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi yg disampaikan oleh klien dengan
penuh empati dan perhatian. Ini dapat ditunjukkan dgn memandang kearah klien selama
berbicara, menjaga kontak pandang yg menunjukkan keingintahuan & menganggukkan
kepala pada saat berbicara tentang hal yang dirasakan penting atau memerlukan ummpan
balik. Teknik dimaksudkan untuk memberikan rasa aman kepada klien dalam
mengungkapkan perasaan dan menjaga kestabilan emosi klien.
2. Menunjukkn peneriman
4. Klarifikasi
1. Caring ( sikap pengasuhan yang ditnjukan peduli dan selalu ingin memberikan bantuan)
Komunikasi dgn pasien tidak sadar merupakan suatu komunikasi dengan menggunakan
teknik komunikasi khusus karenakan fungsi sensorik dan motorik pasien mengalami
penurunan sehingga seringkali stimulus dari luar tidak dapat diterima klien dan klien
tidak dapat merespons kembali stimulus tersebut.
Ada karakteristik komunikasi yg berbeda pada klien tidak sadar ini, kita tidak
menemukan feed back (umpan balik), salah satu elemen komunikasi. Ini dikarenakan
klien tidak dapat merespon kembali apa yg telah kita komunikasikan sebab pasien sendiri
tidak sadar.
Cara Berkomunikasi Dengan Pasien Tak Sadar :
1. Menjelaskan
Dalam berkomunikasi perawat dapat menjelaskan apa yg akan perawat lakukan terhadap
klien. Penjelasan itu dapat berupa intervensi yg akan dilakukan kepada klien. Dengan
menjelaskan pesan secara spesifik, kemungkinan untuk dipahami menjadi lebih besar
oleh klien.
2. Memfokuskan
Memfokuskan berarti memusatkan informasi pada elemen atau konsep kunci dari
pesan yang dikirimkan. Perawat memfokuskan informasi yg akan diberikan pada
klien untuk menghilangkan ketidakjelasan dalam komunikasi.
3. Memberikan Informasi
Fungsi berkomunikasi dgn klien salah satunya adalah memberikan informasi. Dalam
interaksi berkomunikasi dgn klien, perawat dapat memberi informasi kepada klien.
Informasi itu dapat berupa intervensi yg akan dilakukan maupun kemajuan dari status
kesehatannya, karena dengan keterbukaan yg dilakukan oleh perawat dapat
menumbuhkan kepercayaan klien dan pendorongnya untuk menjadi lebih baik.
4. Mempertahankan ketenangan
Mempertahankan ketengan pada pasien tidak sadar, perawat dpt menujukkan dgn
kesabaran dalam merawat klien. Ketenagan yg perawat berikan dpt membantu atau
mendorong klien menjadi lebih baik. Ketenagan perawat dapat ditunjukan kepada klien
yg tidak sadar dgn komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal dapat berupa sentuhan
yg hangat. Sentuhan adalah transmisi pesan tanpa kata-kata, merupakan salah satu cara
yg terkuat bagi seseorang untuk mengirimkan pasan kepada orang lain. Sentuhan adalah
bagian yg penting dari hubungan antara perawat & klien.
Prinsip-Prinsip Berkomunikasi Dengan Pasien Yang Tidak Sadar
1. Berhati-hati melakukan pembicaraan verbal di dekat klien, karena ada keyakinan bahwa
organ pendengaran merupakan organ terkhir yg mengalami penurunan penerimaan,
rangsangan pada klien yang tidak sadar. Klien yg tidak sadar seringkali dapat mendengar
suara dari lingkungan walaupun klien tidak mampu meresponnya sama sekali.
3. Ucapkan kata-kata sebelum menyentuh klien. Sentuhan diyakini dapat menjadi salah satu
bentuk komunikasi yg sangat efektif pada klien dengan penurunan kesadaran
PERTEMUAN XI
Ada dua istilah mengenai keluhan yg harus dibedakan sbg langkah awal untuk menentukan
proses manajemen komplain, yaitu keluhan (complaint) & komplain (grievances).
1. Keluhan (complaint)
Keluhan pasien yg bisa diselesaikan dlm kurun waktu 24 jam/atau saat itu juga &
melibatkan staff terkait/yg ada. Contoh masalah kebersihan, makanan & hal lain yg tidak
memerlukan investigasi khusus serta jawaban khusus secara tertulis dari pihak rumah sakit.
2. Komplain (grievances)
Dapat diajukan secara verbal/tertulis, dpt diajukan setelah pasien keluar dari
rumah sakit, berupa masalah yg belum bisa diselesaikan dlm waktu singkat, berupa
pelanggaran terhadap hak pasien/ melibatkan kebutuhan pasien terhadap respon yg diminta
mengenai keluhan pasien. Contoh ; RS tdk melindungi kerahasiaan pasien, tdk meminta
informed consent
Penanganan Komplain di Unit Terkait
2. Apabila komplain terjadi pada jam kerja, maka Karu bertugas menangani komplain
tersebut. Apabila komplain terjadi di luar jam kerja & staff unit setempat tidak dapat
menangani komplain yg ada, maka Manager of Duty (MOD) akan melayani komplain yg
ada.
7. Persilahkan duduk dan siapkan minum air putih untuk menenangkan pasien
11. 11. Dengarkan keluhan pasien dgn seksama & tidak memotong
13. 12.Catat semua keluhan yg pasien/keluarga sampaikan & simpulkan inti dari pokok
masalahnya
14. 13. Petugas mendata komplain yg diajukan oleh pasien/keluarganya dlm lembar
tanggapan keluhan pasien. Selanjutnya petugas akan memberikan data keluhan setiap
bulannya kpd humas agar diolah u/ perbaikan mutu pelayanan RS.
Inilah kesalahan yg paling sering dilakukan oleh kebanyakan orang. Mereka tidak terima
dimarahi & ikut naik pitam.
Menghadapi orang marah mereka lantas berkata “Tenang dulu Pak!”, “Ayo duduk dulu
Bu!” atau “Ini diminum dulu Bu”.
State adalah kondisi dan bahasa tubuh. Orang yg sedang emosi pasti bahasa
tubuhnya juga menunjukkan hal yg senada, misalkan: posisi berdiri, berkacak pinggang
sambil menunjuk ke arah kita.
3. Tunjukkan bahwa Anda mengerti
Orang yg sedang emosi butuh untuk dimengerti. Dengan mengerti bukan berarti
kita membenarkan apa yg dia sampaikan, kita hanya menunjukkan bahwa kita memahami
apa yg dia rasakan. Misal : ``Saya mengerti jika ibu merasa kecewa dgn hal ini
4. Tunjukkan empati
Ketika ada pasien marah, cara terbaik menghadapinya adl mendengarkan &
menunjukkan empati daripada ikut berdebat & berargumen. Perawat perlu tetap sabar &
mendengarkan keluhan pasien mereka, meskipun kadang tidak masuk akal. Agar bisa
melakukannya, cobalah posisikan diri kita di posisi mereka & rasakan sakit yg mereka
rasakan.
Setelah situasinya lbh tenang & kondusif, barulah sekarang kita bisa membahas
masalah & mencari jalan keluarnya. Di tahapan ini diskusi mustinya sudah bisa mulai
berjalan karena emosi sudah tidak lagi mendominasi. Pada awal – awal lebih banyaklah
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, misalnya saja: ``Bisakah Bapak ceritakan dahulu
kronologis kejadiannya?``
Kata-kata perawat bisa dijadikan alat oleh pasien. Dalam situasi marah, perawat
perlu berhati-hati saat berbicara, sehingga tidak memperparah situasi. Kata-kata memiliki
kekuatan, jadi daripada memperparah kemarahan dengan cara bicara yg benar, perawat
mungkin bisa menemukan alasan frustasi & kemarahan mereka, darimana itu berasal &
menyelesaikan akar permasalahannya.
7. Hiburlah mereka
Jika kita telah berusaha meredakan amarah pasien & tidak berhasil, biarkan saja
pasien marah. Tidak ada orang yg sempurna & jika pasien ingin marah, biarkan mereka
sedikit marah, karena kita tahu kita telah memberi yg terbaik & kita tahu tidak ada lagi yg
bisa kita lakukan. Ingatlah untuk tetap tenang & berusaha menghibur mereka & sampaikan
bahwa kita memahami perasaan mereka.