Anda di halaman 1dari 23

Hambatan Komunikasi

Terapeutik

Ns.Fany Sabban, S.Kep


Definisi Komunikasi Terapeutik
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari
satu pihak kepada pihak lain. Komukasi dapat dilakukan secara Verbal dan Non
Verbal

Komunikasi terapeutik ialah suatu interaksi interpersonal antara perawat dan klien
yang selama interaksi belangsung perawat berfokus pada kebutuhan khusus klien
untuk meningkatkan pertukaran informasi yang efektif.

Komunikasi Terapeutik Adalah Proses dimana perawat menggunakan pendekatan


terencana dalam mempelajari kliennya.
TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1. Membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan
serta pikiran.
2. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien.
3. Membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri
Sikap Saat Berkomunikasi
1. Berhadapan dengan Lawan Bicara
2. Mempertahankan kontak mata.
3. Membungkuk ke arah klien.
4. Mempertahankan sikap terbuka, tidak melipat kaki atau tangan
menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi.
5. Tetap tenang/rileks.
TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian.
2. Menunjukkan penerimaan.
3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.
4. Mengulangi ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.
5. Mengklasifikasi.
6. Memfokuskan.
7. Menyatakan hasil observasi.
8. Menawarkan informasi.
9. Diam.
10. Meringkas.
11. Memberi penghargaan.
12. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan.
13. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan.
14. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menguraikan persepsinya.
Komponen Komunikasi
Terapeutik
Empati

Kepercayaan

Kejujuran

Keterbukaan Diri

Mendengarkan Aktif
Hambatan Dalam Komunikasi Teraputik
(Delaune & Ladner 2002)

1. Hambatan Dari Proses Komunikasi

2. Hambatan Fisik

3. Hambatan Sematik

4. Hambatan Psikologis
1. Hambatan Dari Proses Komunikasi

• Ketidakmampuan klien untuk berkomunikasi secara efektif


Perbedaan Bahasa dengan petugas kesehatan dapat mempengaruhi respon
klien terhadap intervensi.

• Perawat harus menyadari pola interaksi tipikal pada


Perbedaan budaya berbagai budaya
• Setiap budaya menggunakan Bahasa yang berbeda-beda.

• Pengiriman, penerimaan, dan penafsiran pesan dapat


Gender bervariasi antara pria dan Wanita.
• Pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya
Hambatan dari atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan
pengirim pesan atau situasi emosional

Hambatan dalam • Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak
jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang
penyediaan atau dipergunakan antara pengirim dan penerima tidak sama
simbol atau bahasa yang dipergunakan terlalu suli

• Hambatan yang terjadi dalam penggunaan media


komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik
Hambatan media sehingga tidak dapat mendengarkan pesan
• Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si
Hambatan dalam penerima
bahasa sandi

• Kurangnya perhatian pada saat penerima atau


Hambatan dalam mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan
penerima pesan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut

Hambatan dalam • Balikan yang diberikan tidak menggambarkan


memberikan umpan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif,
balik tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya
2. Hambatan Fisik.
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat
komunikasi, dan lain-lain. Misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi
dan sebagainya.

3. Hambatan Semantic.
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti
mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan
penerima.

4. Hambatan Psikologis.
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya:
perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima
pesan.
Hambatan Komunikasi Terapeutik

Resisten

Transference

Kontertransferen
1. Resisten
Resisten adalah upaya klien untuk tetap tidak mengakui penyebab
kecemasan dalam dirinya dalam rangka melawan atau menyangkal
ungkapan perasaan.

Resisten merupakan akibat dari ketidaksediaan klien untuk berubah telah


dirasakan. Perilaku resisten biasanya diperlihatkan oleh klien selama fase
kerja, karena fase ini sangat banyak berisi proses penyelesaian masalah.
Bentuk Resistens
a. Supresi
b. Pesimis Faktor Penyebab:
c. Putus asa terhadap masa depan a. Perawat berfokus pada diri sendiri
d. Hambatan intelektual: lupa, b. Belum terbina hubungan saling
mengantuk percaya
e. Perilaku amuk atau tidak rasional
f. Menolak untuk berubah
2. Transference
Transference adalah respons tidak sadar dimana klien mengalami
perasaan dan sikap terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan
tokoh kehidupannya di masa lalu. Bila berlarut-larut membuat pasien
menjadi sangat bergantung pada perawat. Contoh: pasien sangat benci
pada perawat karena perawat mirip dengan mantan suaminya yang telah
menyakitinya.
Reaksi yang ditampilkan:

1. Bermusuhan/bersikap negatif terhadap


perawat. Upaya mengatasi transference :
2. Menghindar/memutuskan hubungan
3. Membantah, mengkritik 1. Menjadi pendengar aktif, sikap tidak
4. Mengomel menyalahkan klien, perhatikan respons
non verbal klien.
5. Pelupa
2. Klarifikasi dan refleksi, pembicaraan
6. Ketergantungan atau membenci Terjadi lebih fokus, klien menyadari pikiran dan
bila kontrak pada tahap orientasi tidak perasaannya
jelas
3. Mengkaji perilaku diperlukan
pengetahuan dan pengalaman tentang
perilaku manusia.
3. Kontertransferen
Yaitu kebuntuan terapeutik yang dibuat oleh terapis bukan oleh
klien. Kontertransferens merujuk pada respon emosional spesifik
oleh terapis terhadap klien yang tidak tepat dalam isi maupun
konteks hubungan terapeutik atau ketidaktepatan dalam intensitas
emosi. Reaksi ini biasanya terbentuk dari salah satu dari tiga jenis
yaitu reaksi sangat mencintai, reaksi sangat bermusuhan atau
membenci dan reaksi sangat cemas sering kali digunakan
sebagai respons terhadap resisten klien.
Reaksi yang ditampilkan:
1. Sangat mencintai/ caring berlebihan
2. Sangat membenci/bermusuhan
3. Marah berlebihan atau tidak sabar
4. Cemas dan rasa bersalah, muncul berulang
5. Tidak mampu berempati terhadap klien
6. Menekan perasaan selama pertemuan
7. Tidak bersikap bijak saat membuat kontrak dengan klien
8. Berdebat dengan klien
9. Keterlibatan dengan klien pada tingkat personal/sosial
10. Melamunkan klien
11. Klien menjadi besar kepala
12. Klien sulit berubah, ketergantungan, klien menjadi manja.
13. Klien tidak terbuka
Cara identifikasi terjadinya kontertransferens

1. Mempunyai standar yg sama ttg harapan thd klien


2. Melatih hubungan terapeutik
3. Menemukan sumber masalah
4. Melatih kontrol diri
5. Pengawasan secara individual
6. Kontertransferens tidak mudah diatasi, membawa dampak terhadap
hubungan perawat-klien
7. Perlu upaya /keseriusan dari perawat untuk mengatasinya
Pelanggaran Hubungan Terapeutik :
1. Dalam hubungan terapeutik peran perawat sebagai penolong (helper), klien
maupun perawat harus menyadari batasan ini.
2. Pelanggaran batas terjadi jika perawat melampaui batas hubungan
terapeutik, terjadi hubungan personal.
3. Bentuk pelanggaran
a. Menerima ajakan makan diluar/undangan
b. Menjadi hubungan sosial
c. Memberikan informasi personal pada klien
d. Klien mengenalkan perawat pada anggota keluarga untuk tujuan hub sosial
e. Menerima hadiah dari klien
f. Menjalankan bisnis / memesan pelayanan dari klien
g. Secara rutin membelai/ memeluk klien
h. Menghadiri acara- acara sosial klien

4. Upaya pencegahan:
a. Membuat kesepakatan tentang interaksi yang akan dilakukan
b. Fokus pada tujuan interaksi, mengingatkan kontrak dan tujuan interaksi
Cara Mengatasi Hambatan Komunikasi
1.Terapkan umpan balik (feedback)
2.Empati
3.Memakai bahasa yang simpel dan relevan
4.Pengaturan waktu yang pas
5.Mau mendengarkan dengan seksama.
6.Menata arus informasi
7.Membuat komunikasi yang proaktif
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai