Anda di halaman 1dari 26

TUGAS

PENDEKATAN SISTEM DALAM KONTEKS


KEPERAWATAN

Oleh

1. LUMILA MARTHINA
2. DANIATI
3. ISTRONINGSIH SETITIT
4. MEYLON BATUNGRABA
5. HALIMA TATROMAN
6. SITI B. RAHAWARIN
7. ULFA LETSOIN
8. NURHAYATI LA ADISAMU
9. RAHMA MAKATITA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MALUKU HUSADA
KAIRATU
2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sistem perawatan kesehatan berubah dengan cepat. Perawat jaman sekarang

berhadapan dengan perawatan klien yang mengharapkan asuhan keperawatan yang

berkualitas dan mengharapkan perawatan profesional sebagai penyedia perawatan

kesehatan terdidik dengan baik. Pelayanan keperawatan mempunyai peranan

penting dalam menentukan keberhasilan pelayanan kesehatan secara keseluruhan.

Salah satu faktor yang mendukung keyakinan diatas adalah kenyataan yang dapat

dilihat di unit pelayanan kesehatan seperti di rumah sakit, di mana tenaga yang

selama 24 jam harus berada di sisi pasien adalah tenaga perawat. Namun sangat

disayangkan bahwa pelayanan keperawatan pada saat ini masih jauh dari apa yang

diharapkan. Keadaan ini bukan saja disebabkan oleh terbatasnya jumlah tenaga

keperawatan yang kita miliki, tetapi terutama dikarenakan oleh terbatasnya

kemampuan profesional yang dimiliki oleh sebagian besar jenis tenaga ini. Proses

keperawatan merupakan suatu jawaban untuk pemecahan masalah dalam

keperawatan, karena proses keperawatan merupakan metode ilmiah yang

digunakan secara sistematis dan menggunakan konsep dan prinsip ilmiah yang

digunakan secara sistematis dalam mencapai diagnosa masalah kesehatan pasien,

merumuskan tujuan yang ingin dicapai, menentukan tindakan dan mengevaluasi

mutu serta hasil asuhan keperawata. Pendekatan sistem dapat didefinisikan untuk

memandang sesuatu sebagai suatu sistem yang terdiri dari unsur-unsur, komponen-

komponen, elemen-elemen atau unit-unit yang saling berhubungan, saling

2
berinteraksi, saling tergantung dalam mencapai tujuan. Pendekatan sistem meliputi

cara berpikir tentang fenomena secara keseluruhan, metode atau teknik dalam

memecahkan masalah atau pengambilan keputusan (kesadaran adanya masalah

karena berbagai faktor)

B. Tujuan

Pada masalah ini mempunyai tujuan meliputi :

1. Memberikan gambaran bagaimana penerapan pendekatan sistem dalam

keperawatan

2. Memberikan pemecahan masalah demi pengembangan proses keperawatan

3. Memberikan bagaimana peaksanaan proses keperawatan yang sesuai dengan

standar keperawatan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Teori

Pada era sekarang ini, kita hidup dalam organisasi yang terdiri dari

berbagai komponen didalamnya, seperti sifat mereka, interaksi mereka, dan derajat

organisasi yang lekat didalamnya. Organisasi seperti ini dianggap sebagai suatu

sistem karena kenaturalannya seperti organisme yang hidup, tersusun seperti

organisasi sosial. Oleh karena itu, kita tidak bisa memandang dan menjelaskannya

dalam bagian-bagiannya, akan tetapi bagian-bagian itu harus dijelaskan dalam arti

menyeluruh.

Teori sistem dapat dikatakan teori yang relatif baru. Teori ini muncul

sebagai reaksi positif terhadap administrasi klasik yang teralu menekankan

pembagian tugas dalam melaksanakan suatu program. Suatu organisasi pada

dasarnya dibentuk oleh sekelompok manusia yang berinteraksi antara satu dengan

yang lainnya, maka munculah teori hubungan manusia serta teori perilaku yang

merupakan dasar teori sistem.

Teori sistem sangat penting dalam dunia keperawatan, karena dalam teori

sistem ini kita dapat mempelajari suatu kerangka kerja yang berhubungan dengan

keseluruhan aspek sosial manusia, struktur masalah-masalah organisasi serta

perubahan hubungan internal dan lingkungan disekitarnya.

Keberhasilan pelayanan kesehatan yang terjalin pada perawat, dokter atau

tim kesehatan lain berhasil secara sempurna apabila ada sikap saling menunjang

dalam melakukan praktek keperawatan. Sistem ini akan memberikan kualitas

4
pelayanan kesehatan yang efektif dengan melihat nilai-nilai yang ada

dimasyarakat. Dalam melakukan pelayanan kesehatan, keperawatan merupakan

bagian penting dalam pelayanan kesehatan.

Pada perawat diharapkan dapat memberikan pelayanan secara berkualitas

bagi masyarakat dalam meningkatkan pelayanan kesehatan, sehingga tidak ada

perbedaan yang akanterjadi antara perawat dan pasien. Di samping itu, dalam

menerapkan prinsip-prinsip perubahan perawat harus menerapkannya secara

menyeluruh (holistik).

Salah satu kemajuan yang dicapai saat ini adalah kemajuan dalam

pengembangan sistem informasi. Dalam bidang kesehatan dikenal dengan istilah

Sistem Informasi Kesehatan, yaitu suatu sistem yang terpadu untuk menyajikan

informasi guna mendukung fungsi operasi manajemen dan pengambilan

keputusan dalam organisasi kesehatan.

Sistem Informasi menerima masukkan data dan instruksi, serta mengolah

data tersebut sesuai instruksi dan mengeluarkan hasilnya. Model dasar sistem

berupa masukan, pengolahan dan keluaran adalah model yang sesuai bagi suatu

kasus informasi yang paling sederhana. Oleh karena itu, pengetahuan sistem dan

pendekatan sistem dasar sangat penting untuk dipelajar dalam sistem informasi

kesehatan.

5
B. Pengertian Sistem

1. Pengertian Sistem

Sebuah sistem merupakan kumpulan dari berbagai komponen. Komponen

tersebut saling berhubungan dan merupakan bagian dari suatu tujuan umum

untuk membentuk suatu kesatuan (Potter & Perry, 2009).

Sistem menurut Gordon B. Davis adalah terdiri dari bagian-bagian yang

saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran

atau maksud (Davis, 1995, hal:68 darihttp://repository.

Ludwig Von Bertalanffy, sistem adalah seperangkat unsur-unsur yang

terikat antara relasi diantara unsur-unsur tersebut dengan lingkungan.

Anatol Rapoport, sistem adalah suatu kumpulan kesatuan dan perangkat

hubungan antara satu sama lain.

L. Ackof, sistem adalah setiap kesatuan, secara konseptual atau fisik,

yang terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lain.

John-A. Beckett, sistem adalah kumpulan sistem-sistem yang

berinteraksi.

Dari beberapa definisi diatas yang lebih jelas memaparkan sistem adalah

Gordon B. Davis dalam bukunya “Managemen Development” yang menyatakan

bahwa sistem terdiri dari bagian-bagian yang bersama-sama beroprasi untuk

mencapai beberapa tujuan.

Dengan kata lain, suatu bukanlah merupakan unsur-unsur yang terkait secara

sembarangan, tetapi terdiri dari unsur-unsur yang dapat didefinisikan sebagai

kebersamaan yang menyatu disebabkan tujuan atau sasaran yang sama. Wilian A.

6
Shorde dan Dan Voich J.R. dalam bukunya “Organization and Management”

menyebut enam ciri sistem sebagai berikut :

1. Perilaku berdasarkan tujuan tertentu sistem terorientas ikan pada sasaran

tertentu.

2. Keseluruhan : keseluruhan melebihi jumlah semua bagian.

3. Keterbukaan : sistem saling berhubungan dengan sebah sistem yang lebih besar,

yakni lingkungannya.

4. Trasformasi:bagian-bagian yang beroperasi menciptakan sesuatu yang

mempunyai nilai.

5. Antara hubungan:berbagai macam bagian harus cocok satu sama lain

6.Mekanisme kontrol:adanya kekuatan yang mempersatukan dan mempertahankan

sistem bersangkutan.

Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan

yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak. Misalnya,

Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti

provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu Negara denga rakyat

sebagai penggeraknya. Kata “sistem” sering digunakan baik dalam percakapan

sehari-hari, forum diskusi maupun dokumen ilmiah. Kata ini digunakan untuk

banyak hal dan berbagai bidang sehingga memiliki makna yang beragam.

Dalam pengertian yang paling umum, sebagai sistem adalah sekumpulan alat

yang memiliki hubungan diantara mereka. Sistem secara sederhana dapat

didefinisikan sebagai suatu kesatuan dari berbagai elemen atau bagian-bagian yang

mempunyai hubungan fungsional dalam upaya mencapaian tujuan akhir.

7
Sistem merupakan suatu kerangka yang berhubungan dengan keseluruhan

aspek social manusia, masalah-masalah organisasi serta perubahan hubungan

internal dan lingkungan disekitarnya. Sistem terdiri atas tujuan, proses da nisi.

Tujuan adalah sesuatu yang harus dilaksanakan sehingga tujuan dapat memberikan

arah pada sistem. Proses berfungsi dalam memenuhi tujuan yang hendak dicapai

da nisi terdiri atas bagian yang membentuk suatu sistem.

2 Jenis-jenis sistem

Menurut Kusrini dan Andri Koniyo dalam buku “Tuntunan Praktis

Membangun Sistem Informasi Akuntansi dengan Visual Basic dan Microsoft SQL

Server”, sistem diklasifikasikan menjadi empat:

1. Sistem abstrak dan sistem fisik

Sistem abstrak adalah suatu sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang

tidak tampak secara fisik, sedangkan sistem fisik adalah sistem yang ada secara

fisik.

2. Sistem alamiah dan sistem buatan

Sistem alamiah adalah sistem yang tejadi melalui proses alam

(contoh:pembuahan karena meleburnya ovum dan sperma menjadi satu)

sedangkan sistem buatan manusia adalah sistem yang dirancang oleh manusia

(contoh: inseminasi buatan).

3. Sistem tertentu dan tak tentu

Sistem tertentu adalah suatu sistem yang operasinya dapat diprediksi secara tepat

(khasiat suatu obat oleh apoteker) sedangkan sistem tak tentu adalah sistem

dengan perilaku ke depan yang tidak dapat diprediksi.

8
4. Sistem tertutup dan terbuka

Sistem tertutup adalah sistem yang tidak terpengaruh oleh lingkungan luar atau

otomatis (contoh : reaksi kimia dalam tabung), sedangkan sistem terbuka adalah

sistem yang berhubungan dan terpengaruh oleh lingkungan luar.

3 Karakteristik sistem

Menurut Kusrini “Tuntunan Praktis Membangun Sistem Informasi

Akuntansi dengan Visual Basic dan Microsoft SQL Server”, sistem memiliki

karakteristik, antara lain komponen sistem (Sistem terdiri dari sejumlah komponen

yang saling berinteraksi, yang saling bekerja sama membentuk suatu komponen

sistem atau bagian-bagian dari sistem), batasan sistem (Daerah yang membatasi

suatu sistem dengan sistem lain atau dengan lingkungannya), subsistem (Bagian-

bagian dari sistem yang beraktivitas dan berinteraksi satu sama lain untuk

mencapai tujuan dengan sasarannya masing-masing), lingkungan luar sistem

(Suatu sistem yang ada di luar dari batas sistem yang dipengaruhi oleh operasi

sistem), penghubung sistem (Media penghubung antara suatu subsistem dengan

subsistem lain), masukan sistem (Energi yang masuk kedalam sistem), keluaran

sistem (Hasil energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang

berguna dan sisa pembuangan), pengolahan sistem (Mengubah masukan menjadi

keluaran), sasaran sistem (Tujuan yang ingin dicapai oleh sistem, akan dikatakan

berhasil apabila mengenai sasaran atau tujuan).

9
4. Pendekatan Sistem

Dalam pendekatan sistem adalah upaya untuk melakukan pemecahan masalah

yang dilakukan dengan melihat masalah yang ada secara menyeluruh dan

melakukan analisis secara sistem. Analisa sistem memiliki banyak batasan,

beberapa di antaranya analisa sistem adalah proses untuk menentukan hubungan

yang ada dan relevansi antara beberapa komponen (subsistem) dari suatu sistem

yang ada. Analisa sistem adalah suatu cara kerja yang dengan mempergunakan

fasilitas yang ada, dilakukan pengumpulan pelbagai masalah yang dihadapi untuk

kemudian dicarikan pelbagai jalan keluarnya, lengkap dengan uraian, sehingga

membantu administrator dalam mengambil keputusan yang tepat untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Simatupang (1995); Eriyatno (1999) dan Hadiguna (2009) ada

beberapa alasan mengapa perlu melakukan pendekatan sistem dalam mengkaji

suatu permasalahan, antara lain untuk memastikan bahwa pandangan yang

menyeluruh telah dilakukan, mencegah analisis menyajikan data secara dini

definisi masalah yang spesifik, mencegah analisis menerapkan secara dini model

tertentu, agar lingkungan masalah didefinisikan secara luas sehingga berbagai

kebutuhan yang relevan dapat dikenali (Simatupang 2010 ).

5. Pendekatan Sistem dalam Pelayanan Kesehatan

Resky Permatasari (2012) mengatakan bahwa pelayanan kesehatan adalah

segala upaya dan kegiatan pencegahan dan pengobatan penyakit, semua upaya

dan kegiatan peningkatan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan oleh

sebuah lembaga yang ditujukan kepada masyarakat.

10
Pendekatan sistem dalam pelayanan kesehatan adalah upaya-upaya yang

dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah kesehatan yang ada dengan

memperhatikan komponen-komponen yang ada dalam pelayanan kesehatan dan

kaitan antar komponen-komponen tersebut. Pendekatan sistem dalam pelayanan

kesehatan sangat diperlukan untuk menyelesaikan masalah kompleks yang

terdapat pada klien supaya mutu kesehatan klien dapat meningkat.

C. Sistem Klien

1. Pengertian Klien dan Jenis-jenis Klien

Klien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik dalam

keadaan sakit maupun sehat (Wijono, 1999). Jika dikaitkan dengan teori Roy,

bahwa manusia (klien) adalah suatu sistem dalam pelayanan kesehatan. Klien

merupakan salah satu komponen tunggal yang memiliki hak dan kewajiban

dalam sistem pelayanan kesehatan. Sebagai sasaran dalam asuhan keperawatan,

lingkup klien dapat dibedakan menjadi 3 yaitu individu sebagai klien, keluarga

sebagai klien, dan masyarakat sebagai klien.

2. Individu Sebagai Klien

Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari

aspek-aspek bio-psiko-sosio-spiritual. Dalam hal ini, keperawatan berperan

memenuhi kebutuhan dasar individu karena:

- Kelemahan fisik dan mental yang dialami klien

- Keterbatasan pengetahuan klien

- Dan kurangnya kemauan menuju mandiri yang dialami klien

11
3. Kelompok dan Masyarakat Sebagai Klien

Keluarga, merupakan kelompok individu yang memiliki hubungan yang

erat yang secara kontinu hingga terjadi interaksi baik dalam lingkungan sendiri

maupun masyarakat. Di bawah ini merupakan alasan mengapa keluarga

dijadikan fokus pelayanan kesehatan:

- Merupakan unit utama dalam masyarakat

- Suatu kelompok pemberi perubahan dalam masalah kesehatan dalam

kelompok/masyarakat seperti menimbulkan, mencegah dan memperbaiki

lingkungannya

- Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan

- Keluarga berperan dalam pengambilan keputusan asuhan keperawtan

- Merupakan perantara yang efektif pada lingkungannya.

Masyarakat adalah suatu perantara yang terbentuk karena interaksi antara

manusia dan budaya di dalam suatu lingkungan. Masyarakat bersifat dinamis

dan terdiri atas individu, keluarga, kelompok dan komunitas yang mempunyai

tujuan dan norma sebagai sistem nilai.

4. Hak Dan Kewajiban Pasien Dalam Pelayanan Kesehatan

Hak-hak pasien ada dalam pasal 25 The United Nations Universal

Declaration Of Human Rights 1948; Pasal 1 The United Nations Internasional

Convention Civil and Political Right 1966 yaitu hak memperoleh pemeliharaan

kesehatan (the right to health care) dan hak menetukan nasib sendiri.

Kemudian dari Deklarasi Heksinki, oleh The 18 th World Medical Assembly

12
Finland 1964 ditetapkan hak untuk memperoleh informasi ( Poernomo, 1992

dalam Priharjo, 2005 ).

Berikut Beberapa hak pesien yang penerapannya harus disesuaikan

dengan situasi nyata dan melihat situasi tersebut secara individu, serta tetap

mengikuti kebijakan atau petunjuk yang berlaku, diantaranya:

1. Hak memberi persetujuan ( Informed Consent)

Consent mengandung arti suatu tindakan atau aksi beralasan yang diberikan

tanpa paksaan oleh seseorang yang memiliki pengetahuan cukup tentang

keputusan yang ia berikan dan orang tersebut secara hukum mampu

memberikan consent, dewasa mempunyai hak untuk menentukan apa yang

harus dilakukan terhadapnya. Penataan informed consent di Indonesia diatur

dalam Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik No. HK.00.06.3.5.1986

tentnag pedoman persetujuan tindakan medic. Penerapan prosedur

pengambilan consent yang tepat juga tidak bertentangan dengan hak pasien

sebagai konsumen kesehatan. (Priharjo, 2005).

2. Hak perlindungan Bagi Anak, Individu Gangguan Mental, Usia Lanjut, dan

Wanita

Individu dengan gangguan mental, anak-anak dibawah umur, remaja dan

usia lanjut yang sudah mengalami gangguan pola berpikir atau kelemahan

fisik yang mereka tidak dapat membuat keputusan tentang nasibnya sendiri,

perlu dilindungi hak-haknya. Demikian pula wanita dengan situasi tertentu

yang beresiko terhadap pelecehan dan kekerasan. Prinsip dalam konteks di

sini, hak-hak mereka tidak dilanggar dan segala keputusan yang dibuat

13
terhadap mereka merupakan keputusan yang terbaik. Apabila diperlukan

orang lain ( misalnya orang tua atau wali), pengaturan ini harus dijamin

seadil-adilnya (Priharjo, 2005).

3. Hak pasien atas perawatan dan pengurusan.

Pasien secara umum tidaklah mempunyai hak atas terapi tertentu yang

khusus sifatnya, akan tetapi yang mungkin dilakukan sesuai dengan

perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan. Artinya, terapi yang umum

diberikan oleh tenaga-tenaga kesehatan dalam keadaan yang sama. Dengan

semikian tenaga kesehatan mempunyai tanggungjawab, sesuai dengan ilmu

dan teknologi yang dikuasainya. Akan tetapi, kadang-kadang pasien

mempunyai hak atas cara perawatan tertentu, misalnya, pada pengguguran

atau inseminasi artificial (Soekanto, 2001 ).

4. Hak untuk menolak cara perawatan tertentu.

Tenaga kesehatan harus menghormati hak tersebut; artinya, tenaga kesehatan

dilarang untuk menelantarkan pasien karena menolak cara perawaran

tertentu, sehingga tenaga kesehatan harus tetap merawat pasien secara

normal (Soekanto, 2001 ).

5. Hak untuk memilih tenaga kesehatan dan rumah sakit yang akan merawat

pasien.

6. Hak atas informasi

Pasien mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang keadaan

dirinya, tenaga kesehatan yang akan merawatnya, aturan rumah sakit dan

seterusnya. Kecuali itu, pasien mempunyai hak untuk mendapat jawaban

14
atas segala pertanyaan yang diajukannya. Hak tersebut merupakan dasar bagi

terjadinya perjanjian dan pengecualian pemindahan.(Soekanto, 2001)

7. Hak untuk menolak perawatan tanpa izin.

Artinya, pasien mempunyai hak untuk memberikan izin agar tenaga

kesehatan boleh merawatnya. Secara pinsipiel pasien sendiri yang

memberikan izin tersebut. pengencualiannya adalah: (Soekanto, 2001)

a. Hak dianggap belum cakap untuk menentukan kehendaknya menurut

hukum, misalnya, pasien dibawah umur yang harus didampingi oleh

orang tua atau walinya.

b. Pasien mengalami gangguan jiwa, sehingga harus didampingi pengampu.

c. Pasien dalam keadaan tidak sadar ( dalam keadaan darurat dianggap sudah

ada izin)

d. Tindakan-tindakan rutin dalam bidang kesehatan sebagaimana dilakukan

oleh setiap tenaga kesehatan pada umumnya.

8. Hak atas rasa aman dan tidak diganggu (privacy).

Hak tersebut mencakup wewenang pasien untuk mengendalikan

kemungkinan bahwa pihak lain menghubungi dirinya untuk memperoleh

informasi mengenai dirinya.

9. Hak atas pembatasan terhadap pengaturan kebebasan perawatan.

10. Hak untuk mengakhiri perjanjian perawatan.

Dalam memberikan informasi kepada pasien, terkadang agak sulit

menentukan informasi yang mana yang harus diberikan, karena sangat

15
bergantung pada usia, pendidikan, keadaan umum pasien dan mentalnya, namun

pada umumnya dapat dipedomani hal-hal berikut: (Hanafiah dan Amir, 1999)

1. Informasi yang diberikan haruslah dengan bahasa yang dimengerti oleh pasien.

2. Pasien harus dapatmemperoleh informasi tentang penyekitnya, tindakan-

tindakan yang akan diambil, kemungkinan komplikasi dan resiko-resikonya.

3. Untuk anak-anak dan pasien penyakit jiwa, maka infromasi diberikan kepada

orang tua atau walinya.

Di Indonesia sendiri hak-hak pasien diatur dalam Undang-undang nomor

23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan UU Nomor 2009 Tahun 2004 tantang

praktik kedokteran.

Suatu kewajiban moral dari pasien adalah untuk memelihara

kesehatannya. Kewajiban-kewajiban pasien menurut hukum adalah, sebagi

berikut: (Soekanto, 2001)

1. Kewajiban memberikan informasi kepada tenaga kesehatan, sehingga tenaga

kesehatan mempunyai bahan yang cukup untuk mengambil keputusan. Hal

ini juga sangat penting, agar tenaga kesehatan tidak melakukan kesalahan.

Landasannya adalah bahwa hubungan antara tenaga kesehatan dengan pasien

merupakan hubungan hukum yang didasarkan pada kepercayaan, sehingga

sampai batas-batas tertentu dituntut adanya suatu keterbukaan.

2. Kewajiban untuk memberikan nasihat-nasihat yang diberikan tenaga

kesehatan dalam rangka perawatan. Kalau pasien meragukan manfaat nasihat

itu, yang bersangkutan mempunyai hak untuk meminta penjelasan.

16
3. Kewajiban menghormati kerahasiaan diri dan kewajiban tenaga kesehatan

untuk menyimpan rahasia kedokteran.

4. Kewajiban untuk memeberikan imbalan terhadap jasa-jasa professional yang

telah diberikan oleh tenaga kesehatan.

5. Kewajiban untuk memberikan ganti rugi, apabila tindakan-tindakan pasien

merugikan tenaga kesehatan.

6. Kewajiban untuk berterus terang apabila timbul masalah (dalam hubungan

dengan tenaga kesehatan).

Kewajiban pasien dalam pelayanan medis ada dalam Pasal 53 UUPK no 29

thn 2004.

1. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya

2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dr/drg

3. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan dan

4. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima

D. Tingkatan Pelayanan Kesehatan dan Peran Keperawatan dalam Sistem

Pelayanan Kesehatan

a. Asuhan Promotif (peningkatan kesehatan)


Asuhan keperawatan promotif yaitu mempromosikan kesehatan dengan
memberikan penyuluhan kesehatan, seperti keluarga berencana dan nutrisi ibu
post partum. Tujuan asuhan keperawatan promotif adalah agar penderita dapat

meningkatkan kualitas hidupnya. Upaya promotif dilakukan untuk

meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat

dengan jalan memberikan:

17
 Penyuluhan kesehatan masyarakat
 Peningkatan gizi
 Pemeliharaan kesehatan perseorangan
 Pemeliharaan kesehatan lingkungan
 Olahraga secara teratur
 Rekreasi
 Pendidikan seks

b. Asuhan Preventif (pencegahan)

Asuhan keperawatan preventif adalah suatu pencegahan penyakit yang

dilakukan oleh perawat, sebagai contoh melakukan vulva hygiene. Tujuan

asuhan keperawatan preventif adalah untuk melindungi penderita yang masih

menjalani proses asuhan keperawatan agar tidak memperoleh resiko terjadinya

invasi mikroba patogen karena adanya prosedur dan tindakan medis. Upaya

preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan

kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui

kegiatan-kegiatan:

 Imunisasi masal terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil

 Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas, maupun

kunjungan rumah

 Pemberian vitamin A, yodium melalui posyandu, puskesmas, ataupun di

rumah

 Pemeriksaan dan pemeliharaan, nifas, dan menyusui

Tingkatan pencegahan terbagi atas tiga bagian, yaitu:

a. Pencegahan primer : pencegahan pada tingkat ini dilakukan untuk

meningkatkan kesehatan dan melindungi klien dari penyakit. Hal ini dapat

18
mencakup pemberian nutrisi dan perhatian terhadap perkembangan pribadi

klien.

b. Pencegahan sekunder : pencegahan yang bertujuan untuk mempertahankan

kondisi klien yang mengalami masalah terhadap kesehatan. Hal ini

dilakukan ketika suatu penyakit telah menunjukkan tanda dan gejalanya.

c. Pencegahan tersier : tingkat pencegahan ini terjadi setelah suau penyakit

menyebabkan kerusakan yang luas. Hal ini berhubungan dengan cara

mengembalikan klien kepada fungsi yang maksimal disebabkan keterbatasan

yang disebabkan oleh penyakit tersebut.

c. Asuhan Primer

Asuhan keperawatan primer terdapat pada lingkungan dimana klien

menerima pencegahan dan pelayanan primer, seperti sekolah, kamar periksa,

klinik kesehatan kerja, dan pusat keperawatan. Asuhan Primer merupakan salah

satu program promosi kesehatan.

Asuhan keperawatan primer berfokus pada pelayanan kesehatan individual,

sedangkan pelayanan kesehatan primer berfokus pada perbaikan kesehatan dari

seluruh populasi. Pelayanan kesehatan primer termasuk pelayanan kesehatan ibu

atau anak, keluarga berencana, imunisasi, dan pengendalian penyakit. Model

pelayanan kesehatan primer membutuhkan kerjasama antara para profesional

kesehatan dan anggota masyarakat yang menerangkan pada promosi kesehatan,

pembentukan kebijakan kesehatan, dan pencegahan penyakit dan masyarakat.

Program kesehatan masyarakat yang berhasil harus mempertimbangkan faktor

19
masyarakat dan lingkungan jika ingin melayani kebutuhan kesehatan dari

masyarakat tersebut (Merzel dan D’Affliti, 2003).

d. Asuhan Sekunder dan Tersier

Proses awal yang dilakukan untuk pencegahan adalah dengan promosi

kesehatan. Anggota masyarakat paling tidak memiliki asuransi adalah

kelompok dewasa muda dengan usia antara 19-20 tahun (Collins, et. Al, 2006).

Padahal kelompok usia ini memiliki angka insiden yang tinggi untuk obesitas,

kehamilan, dan HIV. Mereka yang tidak memilki asuransi kesehatan cenderung

menunggu lebih lama sebelum berkonsultasi ke dokter, sehingga mereka berada

dalam kondisi penyakit yang lebih berat dan membutuhkan pelayanan

kesehatan yang lebih banyak. Akibatnya, pelayanan sekunder dan tersier

(disebut juga pelayanan akut) memakan biaya lebih banyak. Tempat pelayanan

kesehatan sekunder dan tersier meliputi departemen darurat rumah sakit, sentra

pelayanan darurat, unit pelayanan kritis, dan unit rawat jalan medis-operatif.

Perawat pada lingkungan ini dituntut untuk menjalankan komunikasi yang

dekat dengan seluruh anggota tim pelayanan kesehatan. Perawat juga harus

memiliki kemampuan berpikir kritis dan mengenali masalah klien secara tepat.

Perawat secara kontinu melibatkan klien dalam evaluasi pelayanan dan

menyesuaikan intervensi sampai dicapai hasil yang terbaik.

Kemampuan melakukan pemeriksaan fisik, membuat keputusan, dan

pelayanan darurat menjadi sangat penting bagi perawat dalam memberikan

asuhan sekunder dan tersier di semua lokasi pelayanan kesehatan.

20
e. Asuhan restoratif (pemulihan)

Tujuan pelayanan restoratif adalah membantu individu mencapai

kembali status fungsional yang maksimal dan meningkatkan kualitas hidup

melalui pengenalan perawatan diri dan kemandirian. Aspek penting dari asuhan

keperawatan restoratif adalah pengkajian dan evaluasi status fisik yang

berkesinambungan. Fokus utama asuhan restorative pada pengkajian fisik,

patofisiologi, dan rasional ilmiah atas terapi yang dilakukan perawat dalam

membuat keputusan mengenai status kesehatan.

Sosialisasi dan aktifitas merupakan komponen penting dalam perawatan

restoratif. Tanggung jawab utama sistem adalah bekerja dengan keluarga klien

dan anggota tim lain serta membantu klien meningkatkan kemampuannya untuk

melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Perawat memberi instruksi pada klien

untuk melakukan latihan tambahan untuk memperkuat otot-otot tertentu dan

meningkatkan daya tahan.

f. Asuhan berkelanjutan

Pelayanan berkelanjutan ditujukan kepada klien dengan kecacatan, klien

yang tidak akan hidup mandiri, atau mereka yang menderita penyakit stadium

akhir. Perawatan berkelanjutan tersedia dalam lingkungan institusional (contoh:

pusat atau panti keperawatan, rumah kelompok, atau komunitas pensiunan),

komunitas (contoh: perawatan harian dewasa dan pusat lansia), atau dirumah

(contoh: perawatan rumah, makanan yang diantar ke rumah, dan rumah

istirahat) (Meiner dan Lueckenotte, 2006).

21
Asuhan berkelanjutan di lingkungan institusional atau komunitas lebih

dipegang oleh perawat dan profesional kesehatan lainnya, sedangkan asuhan

berkelanjutan di rumah dilakukan oleh anggota keluarga dengan instruksi dari

perawat atau profesional kesehatan lainnya.

g. Peran Perawat di Berbagai Tingkat Pelayanan Kesehatan

Pelayanan keperawatan merupakan salah satu dari bagian pelayanan kesehatan.

Perawat merupakan aspek penting di setiap tingkat pelayanan kesehatan. Jika

ditinjau dari tingkatannya, peran perawat dalam pelayanan kesehatan terbagi

menjadi:

a. Asuhan promotif dan preventif:

1) Asuhan promotif

Asuhan promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,

keluarga, dan masyarakat dengan penyuluhan kesehatan masyarakat,

peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perseorangan dan lingkungan,

olahraga teratur, rekreasi, serta pendidikan seks.

2) Asuhan preventif

Asuhan preventif merupakan upaya pencegahan penyakit yang bertujuan

untuk melindungi klien dan ancaman kesehatan yang beersifat actual

maupun potensial (Potter dan Perry, 2005:14). Pada asuhan promotif dan

preventif, Perawat memberikan pengetahuan tentang kesehatan kepada

masyarakat umum agar mereka dapat menciptakan lingkungan yang sadar

dan sesuai serta peduli akan pentingnya hidup dalam taraf kesehatan yang

baik.

22
Asuhan primer, sekunder, dan tertier

1) Asuhan primer

Upaya kesehatan dasar yang terdiri atas upaya kesehatan perorangan

primer dan pelayanan kesehatan masyarakat primer. Asuhan primer

merupakan yang pertama kali perawat lakukan terhadap klien dengan

resiko penyakit. Perawat membantu klien mendapatkan atau

meningkatkan status kesehatannya melalui proses penyembuhan yang

lebih dari sekedar sembuh namun berfokus pada kebutuhan kesehatan

klien secara holistik.

2) Asuhan sekunder

Upaya rujukan lanjutan setalah adanya asuhan primer. Asuhan sekunder

terdiri atas pelayanan kesehatan perorangan sekunder dan masyarakat

sekunder. Asuhan sekunder dibutuhkan oleh klien dengan tingkat

penyakit yang lebih lanjut. Dalam perawatan ini, perawat mempertahan

klien yang mengalami masalah kesehatan, komplikasi atau kekacauan.

Perawat mengatur jadwal tindakan yang akan dilakukan terhadap klien

oleh tenaga kesehatan yang ada di suatu rumah sakit untuk

meminimalkan tindakan penyembuhan yang saling bertabrakan dan

memaksimalkan fungsi teurapeutik dari segala tindakan yang akan

dilaksanakan terhadap klien. Perawat juga membantu mempertahankan

lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk

mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari efek yang

23
tidak diinginkan yang mungkin disebabkan oleh pengobatan atau

tindakan diagnosis tertentu.

24
DAFTAR PUSTAKA
 Allimul, Aziz. 2004. Dasar-dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya medika
 Anggoro, Yoga. (2004). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
1992 tentang Kesehatan dan Undang-undang Republik Indonesia Nomor
29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Jakarta: Visimedia.
 Asmafi. 2005 konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC
 Collins S.R., et al. 2006. “Rite of Passege? Why Young Adult Become Uninsured
and How New Policies Can Help”. The Commonwealth Fund:
 Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial, Problematika, dan Pengendaliannya. Jakarta:
Salemba Medika
 Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
EGC
 Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
 Hanafiah, Yusuf., Amri Amir. (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan
Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
 Hegner, Barbara dan Esther Caldwell. 1994. Asisten Keperawatan Suatu
Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
 Heryanto. 2007. Konsep Dasar Keperawatan dengan Pemetaan Konsep. Jakarta:
Salemba Medika.

25
26

Anda mungkin juga menyukai