Anda di halaman 1dari 35

EMPATI

Nursan Junita, MA (Psikolog Klinis)


Disampaikan pada kuliah program studi kedokteran
Unimal Lhokseumawe
1 Oct 2013
nursan73@gmail.com; 0813-7719-9909
What is Empaty?
 Kemampuan untuk memahami, merasakan,
menempatkan diri, berfikir dari sudut pandang
mereka, dan menghargai perasaan mereka

 KEMAMPUAN SEORANG DOKTER UNTUK


MERASAKAN APA YANG DIRASAKAN KLIEN,
MERASA DAN BERFIKIR BERSAMA KLIEN
Contoh Empati
 Saya dapat merasakan bagaimana perasaan saudara

 Saya dapat memahami fikiran anda

 Saya mengerti keinginan saudara

 Saya merasakan apa yang saudara rasakan dan saya


ikut terluka dengan pengalaman anda itu
 Kasih sayang (compassion /brotherly love/ukhuwah
insaniyyah) tanpa pamrih terhadap sesama manusia
 Empati dibangun dari kesadaran diri dan dengan
memposisikan diri senada, serasa dengan emosi orang lain
akan membantu kita membaca dan memahami perasaan
orang lain tersebut.
 Kunci utama untuk memahami perasaan orang lain adalah
mampu membaca pesan non verbal, misalnya; nada bicara,
gerak gerik, ekspresi wajah, dsb.
 Menurut riset psikologi perkembangan anak, akar empati
dapat dilacak hingga masa bayi. Bayi yang berusia 1 atau 2
bulan, merasa terganggu bila mendengar bayi lain menangis,
dan respons yang diberikan bayi yang mendengar dianggap
tanda-tanda awal munculnya empati.
Otak Empati:
 Hasil penelitian neurologis menunjukkan
bahwa amigdala serta hubungan2nya dengan
wilayah korteks visual diasosiasikan sebagai
bagian sirkuit kunci otak yang melandasi
empati.
 Empati terletak dalam ranah afektif (rasa) atau
emosi yang berpusat pada otak kanan
 Kemampuan empati yang diperankan orang
berbasis pada kecerdasaan emosional (EI)
 Empati tidak bergantung pada kemampuan
akademis (IQ)
Cara Membentuk Empati:
 Kesadaran diri: mengamati diri dan mengenali
perasaan2 serta mampu mengendalikan diri
 Membuka diri: menghargai keterbukaan, membina
kepercayaan dan mampu mengkomunikasikan
perasaan diri
 Konsep diri: membuat suatu pengertian terhadap diri
pribadi dan diri sosial
 Pemahaman realitas: memaknai arti interaksi,
komunikasi dan lingkungan hidup secara benar
 Pembuatan keputusan pribadi: mencermati tindakan2
diri, mengetahui akibat dan resiko serta mampu
bertanggungjawab
 dsb
HAL YANG HARUS DI JAGA DALAM
KOMUNIKASI EMPATI
 CARA BERBICARA
 CARA MENDENGARKAN
 CARA MENGAMATI
 SIKAP DALAM BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN
 Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua
pendekatan komunikasi
yang digunakan:

1. Disease centered communication style


atau doctor centered communication style.
2. Illness centered communication style atau patient centered
communication style.
Disease Centered Communication Style

 Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam


usaha menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan
dan penalaran klinik mengenai tanda dan
gejala-gejala.
Ilness Centered Communication Style

Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien


tentang penyakitnya yang secara individu merupakan
pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien,
kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi
kepentingannya serta apa yang dipikirkannya
Komunikasi EfektiF
 Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien :

TRUST (Kepercayaan)
melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua
belah pihak
menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu
empati.
 Empati itu sendiri dapat dikembangkan apabila
dokter memiliki ketrampilan mendengar dan
berbicara yang keduanya dapat dipelajari dan
dilatih.

 Bylund & Makoul (2002) mengembangkan 6


tingkat empati yang dikodekan dalam suatu sistem
The Empathy Communication Coding
System(ECCS) Levels)
Level 1: Ignoring
Dokter menolak sudut pandang pasien Mengacuhkan
pendapat pasien

Mis :Membuat pernyataan yang tidak


menyetujui pendapat pasien seperti
“Kalau stress ya, mengapa datang ke sini?” Atau “Ya,
lebih baik operasi saja sekarang.”
Level 2: Acuh
Dokter mengenali sudut pandang pasien secara sambil
lalu

Misal :dokter berkata “A ha”, tapi dokter mengerjakan


hal lain: menulis, membalikkan badan, menyiapkan
alat, dan lain-lain
Level 3: Pretending
Dokter mengenali sudut pandang pasien secara
implisit
Misal :
• Pasien, “Pusing saya ini membuat saya sulit bekerja”
• Dokter, “Ya...? Bagaimana bisnis Anda akhir-akhir ini?
Level 4: Attentive
Dokter menghargai pendapat pasien

Misal :
• “Anda bilang Anda sangat stres datang ke sini? Apa
Anda mau menceritakan lebih jauh apa yang
membuat Anda stres?”
Level 5: konfirmasi
Dokter mengkonfirmasi kepada pasien

Misal :
• “Anda sepertinya sangat sibuk, saya mengerti seberapa
besar usaha Anda untuk menyempatkan berolah raga
Level 6: Empati
 Dokter berbagi perasaan dan pengalaman
(sharing feelings and experience) dengan
pasien.
 Misal :
 • “Ya, saya mengerti hal ini dapat
mengkhawatirkan Anda berdua.Beberapa
pasien pernah mengalami aborsi spontan,
kemudian setelah kehamilan berikutnya
mereka sangat, sangat, khawatir”
LISTENING SKILL
(ketrampilan mendengarkan)
 Hearing Vs. Listening
 Hearing – mendengar suara
 Listening – menangkap makna dari suara yang kita
dengar.
 Listening requires:
 paying attention,
 interpreting,
 and remembering sound stimuli.
Active Vs. Passive Listening
 Mendengarkan secara pasif, menempatkan diri kita
seperti mesin perekam (recorder). Semua kata
dimasukan ke dalam memori (yang penting dan yang
tidak), sehingga kita tidak dapat membedakannya.
Kita ingat apa yang dikatakannya, tetapi tidak
mengerti apa maknanya.
 Mendengarkan secara aktif menuntut kita agar
mampu menempatkan diri sebagai pihak yang
menyampaikan pesan (empati). Kita harus
berkonsentrasi dan mau memahami sepenuhnya isi
yang dikemukakan pembicara.
Karakteristik Aktif Listener

1. Eye Contak
2. Exhibit affirmative head nods and appropriate
facial expression
3. Avoid distraction actions or gestures
4. Ask questions
5. Paraphrase
6. Avoid interrupting
7. Don’t over-talk
1. Kontak Mata
 Bagaimana perasaan anda ketika melihat orang yang
anda ajak bicara tidak memandang anda, melainkan
memandang ke tempat lain?. Seperti juga kebanyakan
orang lain, anda akan mentafsirkan bahwa orang
tersebut mungkin tidak tertarik akan apa yang anda
bicarakan. Anda mendengarkan dengan telinga anda,
namun orang lain menilai apakah anda mendengarkan
atau tidak, dengan melihat mata anda.
2. Anggukan kepala dan ekspresikan
wajah penuh perhatian
 Pendengar yang efektif menaruh minat atas apa yang
sedang diucapkan orang lain dengan memberikan
tanda “nonverbal”.
 Menganggukan kepala, mengerutkan wajah, tertawa
ketika pembicara mencoba melontarkan humor,
menggeser posisi duduk ke arah pembicara, dan lain
sebagainya.
3. Cegah tindakan atau gerakan
yang berkesan negatif
 Ketika anda sedang mendengarkan pembicaraan
orang lain, jangan terlampau sering melihat atau
melirik ke arah jam, memainkan pinsil, membuka-
buka halaman buku, atau mengerjakan sesuatu yang
tidak berkaitan dengan isi pembicaraan. Tindakan-
tindakan tersebut mengesankan bahwa anda bosan,
atau tidak tertarik pada apa yang sedang diutarakan
pembicara.
4. Ajukan Pertanyaan
 Pendengar yang kritis menganalisis apa yang
didengarkannya, dan lalu mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang relevan. Perilaku ini memberikan
keyakinan kepada pembicara bahwa anda memang
benar-benar mendengarkan.
5. Paraphrasing (menangkap
pesan utama)
 Untuk memudahkan klien memahami ide, perasaan,
dan pengalamannya, seorang konselor perlu
menangkap pesan utamanya dan menyatakan nya
kembali secara sederhana den mudah difahami
dengan bahasa konselor sendiri.
Tujuan pharapase
 Untuk mengatakan kembali kepada klien bahwa
konselor bersama dia & berusaha memahaminya.
 Mengedepankan apa yang dikemukan klien dalam
bentuk ringkasan.
 Memberi arah wawancara konseling.
 Pengecekan kembali persepsi konselor tentang apa
yang dikemukakan klien
Penting untuk diingat
Paraphasing yang baik:
1. Teliti mendengar pesan utama klien
2. Nyatakan kembali dengan ringkas
3. Amati respon klien
6. Hindarkan menginterupsi atau
memotong pembicaraan

 Beri kesempatan kepada pembicara untuk


menyelesaikan isi pembicaraannya. Setelah itu baru
anda boleh mengajukan pertanyaan atau memberikan
komentar.
 Biasakan untuk bersabar mendengarkan pembicaraan
orang lain.
7. Jangan terlalu banyak Bicara
 Memang, sebagian besar kita lebih suka
mengemukakan gagasan kita ketimbang harus
mendengarkan gagasan orang lain. Namun ketika kita
sedang dalam posisi sebagai pendengar yang baik,
tahanlah untuk tidak banyak bicara.
Lima Respon Empatik
 Mengulangi kata demi kata
 Mengatakan kembali isi
 Merefleksikan perasaan
 Mengatakan kembali isi serta
merefleksikan perasaan
 Melihat kapan empati tidak diperlukan
Ungkapan menunjukan
pengertian
 Nampaknya, anda merasa bahwa…
 Yang saya tangkap adalah bahwa…
 Jadi, menurut penglihatan anda….
 Sependengaran saya, anda…..
 Anda pasti merasa……
 Apa yang anda sampaikan tampaknya
seperti, “saya……”
MENDENGAR AKTIF
Memahami perilaku /komunikasi non verbal klien

Ekspresi Wajah Perilaku Tubuh


bibir, kerut dahi, alis, makro kinetik:
hidung, tatap mata dan gerakan tubuh-
kesesuaian antara tangan-kaki-sikap
pandangan mata–bibir- tubuh
hidung
Reaksi Fisiologis
Suara
pupil melebar,
intonasi suara, nafas tersengal,
cara bicara, jeda wajah merah –
kata pucat,
Penampilan berkeringat

Cara berpakaian, sikap dalam duduk dan


berdiri
Sekian &
Trima kasih

Wassalam

Anda mungkin juga menyukai