TRUST (Kepercayaan)
melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua
belah pihak
menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu
empati.
Empati itu sendiri dapat dikembangkan apabila
dokter memiliki ketrampilan mendengar dan
berbicara yang keduanya dapat dipelajari dan
dilatih.
Misal :
• “Anda bilang Anda sangat stres datang ke sini? Apa
Anda mau menceritakan lebih jauh apa yang
membuat Anda stres?”
Level 5: konfirmasi
Dokter mengkonfirmasi kepada pasien
Misal :
• “Anda sepertinya sangat sibuk, saya mengerti seberapa
besar usaha Anda untuk menyempatkan berolah raga
Level 6: Empati
Dokter berbagi perasaan dan pengalaman
(sharing feelings and experience) dengan
pasien.
Misal :
• “Ya, saya mengerti hal ini dapat
mengkhawatirkan Anda berdua.Beberapa
pasien pernah mengalami aborsi spontan,
kemudian setelah kehamilan berikutnya
mereka sangat, sangat, khawatir”
LISTENING SKILL
(ketrampilan mendengarkan)
Hearing Vs. Listening
Hearing – mendengar suara
Listening – menangkap makna dari suara yang kita
dengar.
Listening requires:
paying attention,
interpreting,
and remembering sound stimuli.
Active Vs. Passive Listening
Mendengarkan secara pasif, menempatkan diri kita
seperti mesin perekam (recorder). Semua kata
dimasukan ke dalam memori (yang penting dan yang
tidak), sehingga kita tidak dapat membedakannya.
Kita ingat apa yang dikatakannya, tetapi tidak
mengerti apa maknanya.
Mendengarkan secara aktif menuntut kita agar
mampu menempatkan diri sebagai pihak yang
menyampaikan pesan (empati). Kita harus
berkonsentrasi dan mau memahami sepenuhnya isi
yang dikemukakan pembicara.
Karakteristik Aktif Listener
1. Eye Contak
2. Exhibit affirmative head nods and appropriate
facial expression
3. Avoid distraction actions or gestures
4. Ask questions
5. Paraphrase
6. Avoid interrupting
7. Don’t over-talk
1. Kontak Mata
Bagaimana perasaan anda ketika melihat orang yang
anda ajak bicara tidak memandang anda, melainkan
memandang ke tempat lain?. Seperti juga kebanyakan
orang lain, anda akan mentafsirkan bahwa orang
tersebut mungkin tidak tertarik akan apa yang anda
bicarakan. Anda mendengarkan dengan telinga anda,
namun orang lain menilai apakah anda mendengarkan
atau tidak, dengan melihat mata anda.
2. Anggukan kepala dan ekspresikan
wajah penuh perhatian
Pendengar yang efektif menaruh minat atas apa yang
sedang diucapkan orang lain dengan memberikan
tanda “nonverbal”.
Menganggukan kepala, mengerutkan wajah, tertawa
ketika pembicara mencoba melontarkan humor,
menggeser posisi duduk ke arah pembicara, dan lain
sebagainya.
3. Cegah tindakan atau gerakan
yang berkesan negatif
Ketika anda sedang mendengarkan pembicaraan
orang lain, jangan terlampau sering melihat atau
melirik ke arah jam, memainkan pinsil, membuka-
buka halaman buku, atau mengerjakan sesuatu yang
tidak berkaitan dengan isi pembicaraan. Tindakan-
tindakan tersebut mengesankan bahwa anda bosan,
atau tidak tertarik pada apa yang sedang diutarakan
pembicara.
4. Ajukan Pertanyaan
Pendengar yang kritis menganalisis apa yang
didengarkannya, dan lalu mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang relevan. Perilaku ini memberikan
keyakinan kepada pembicara bahwa anda memang
benar-benar mendengarkan.
5. Paraphrasing (menangkap
pesan utama)
Untuk memudahkan klien memahami ide, perasaan,
dan pengalamannya, seorang konselor perlu
menangkap pesan utamanya dan menyatakan nya
kembali secara sederhana den mudah difahami
dengan bahasa konselor sendiri.
Tujuan pharapase
Untuk mengatakan kembali kepada klien bahwa
konselor bersama dia & berusaha memahaminya.
Mengedepankan apa yang dikemukan klien dalam
bentuk ringkasan.
Memberi arah wawancara konseling.
Pengecekan kembali persepsi konselor tentang apa
yang dikemukakan klien
Penting untuk diingat
Paraphasing yang baik:
1. Teliti mendengar pesan utama klien
2. Nyatakan kembali dengan ringkas
3. Amati respon klien
6. Hindarkan menginterupsi atau
memotong pembicaraan
Wassalam