Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) adalah suatu kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia akibat defek sekresi insulin, kerja insulin, atau

keduanya. Diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 (Insulin

dependent diabetes) yang terjadi hanya 5% sampai 10% kasus diabetes dan DM

tipe 2 (Non-insulin dependent diabetes) yang terjadi sekitar 90% sampai 95%

kasus diabetes, serta diabetes tipe lainnya (American Diabetes Association /ADA,

2010).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,

prevalensi DM di Indonesia sebesar 2,1%, dengan prevalensi tertinggi terdapat di

Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan

Nusa Tenggara Timur (3,3%). Prevalensi DM di Provinsi Aceh sekitar 2,6%

terbanyak berada di Kota Lhokseumawe yaitu 4,6% berdasarkan diagnosis dokter

dan 5,3% berdasarkan diagnosis dokter dan gejala DM (Riskesdas Aceh, 2013).

Berdasarkan data Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara selama

tahun 2014-2016 penderita baru DM tipe 1 dan tipe 2 sebanyak 5192 orang dan

penderita lama sebanyak 8.506 orang (RSUD Cut Meutia, 2016). Berdasarkan

data Dinas Kesehatan Kota Lhoksemawe tahun 2015 didapatkan penderita DM

tipe 1 dan tipe 2 laki-laki berjumlah 2.361 orang penderita dan perempuan

berjumlah 3.537 orang jadi total penderita mencapai 5.898 orang penderita DM

tipe 1 dan tipe 2 (DINKES Kota Lhoksemawe, 2016).

1
2

World Health Organization (WHO) memperkirakan diabetes

menyebabkan 1,5 juta kematian dan komplikasinya dapat menyebabkan serangan

jantung, stroke, kebutaan, gagal ginjal dan amputasi ekstremitas bawah (WHO,

2016). Komplikasi dari DM dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu

makroangiopati, mikroangiopati dan neuropati. Makroangiopati contohnya seperti

penyakit jantung koroner, penyakit arteri perifer, penyakit serebrovaskular dan

kaki diabetes. Mikroangiopati contohnya seperti retinopati diabetik, nefropati

diabetik, dan disfungsi ereksi. Mikroangiopati merupakan komplikasi yang terjadi

paling dini diikuti dengan makroangiopati dan neuropati (Priantono dan

sulistianingsih, 2014).

Orang dewasa dengan DM berisiko mengalami peningkatan kejadian

kardiovaskuler 2-4 kali lipat dibandingkan dengan mereka yang tidak diabetes.

Stress oksidatif seperti PKC, advanced glycosylation end products (AGEs),

hexosamine pathway, aldose reductase (PAHA) dan hiperglikemia merupakan

rantai metabolik yang dihubungkan secara kuat dengan komplikasi vaskuler

diabetik (Tjokroprawiro, 2008).

Penyakit DM ini lama kelamaan akan mengarah kepada kerusakan serius

pada jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, dan saraf (WHO, 2016). Penyakit

mikrovaskuler (nefropati, retinopati dan neuropati) terbentuk pada penderita

diabetes setelah periode 10-15 tahun. Sekitar 20-40% penderita diabetes akan

mengalami nefropati diabetik. Albuminuria persisten didapatkan pada kisaran 30-

299 mg/24 jam (mikroalbuminuria) merupakan pertanda dini dari nefropati

diabetik. Prognosis nefropati diabetik bisa dilihat dari tahapan nefropati diabetik
3

berdasarkan kondisi ginjal dan lama menderita. Tahap nefropati diabetik yang

pertama adalah kondisi ginjal hipertropi hiperfungsi dan lama menderitanya

berkisar 0-5 tahun. Tahap kedua nefropati diabetik pada kondisi ginjal terjadi

kelainan struktur dan lama menderita sekitar 5-10 tahun. Tahap ketiga nefropati

diabetik pada kondisi ginjal terjadi mikroalbuminuria persisten dan lama

menderita sekitar 11-14 tahun. Selanjutnya tahap keempat nefropati diabetik pada

kondisi ginjal akan terjadi makroalbuminuria proteinuria dan waktu yang

dibutuhkan untuk terjadinya kondisi tersebut sekitar 15-20 tahun. Tahapan yang

terakhir adalah kondisi ginjal pada keaadaan uremia dan prognosis kelangsungan

hidup 2 tahun sekitar 50% (Hendratomo, 2007). Nefropati diabetik merupakan

komplikasi serius dari DM dan penyebab utama dari gagal ginjal stadium akhir

(Wibisono et al, 2012). Urutan penyebab gagal ginjal pasien hemodialisis tahun

2014 adalah penyakit ginjal hipertensi sekitar 37% diikuti oleh nefropati diabetika

sebanyak 27%. (IRR, 2012).

Center disease classification (CDC) memaparkan beberapa komplikasi

DM yaitu pada mata, ginjal, dan saraf terutama mikrovaskuler, dapat dikurangi

dengan kontrol glukosa yang baik. Deteksi dini dan pengobatan komplikasi dapat

mencegah perkembangan. Pemantauan bisa dilakukan dengan pemeriksaan mata,

pemeriksaan urin, dan pemeriksaan kaki, karena risiko penyakit kardiovaskular

meningkat pada diabetes dan pradiabetes (CDC, 2014).


4

1.2 Rumusan Masalah

Lama seseorang menderita DM akan menimbulkan komplikasi baik

mikrovaskular dan makrovaskular salah satunya pada ginjal. Adapun cara

memantau fungsi ginjal pada penderita DM adalah dengan urinalysis

menggunakan alat dipstick urin untuk menilai proteinuria. Proteinuria adalah

salah satu tanda klinis dari kerusakan ginjal pada nefropati diabetik. Berdasarkan

latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“hubungan lama menderita dengan derajat kualitatif proteinuria pada pasien DM

tipe 2 di rumah sakit umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara tahun 2017”.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian ini adalah :

1. Bagaimana gambaran kualitatif proteinuria pada pasien DM tipe 2

berdasarkan lama menderita diabetes mellitus di Rumah Sakit Umum

Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara tahun 2017 ?

2. Bagaimana hubungan antara lama menderita dengan derajat kualitatif

proteinuria pada pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit Umum Cut Meutia

Kabupaten Aceh Utara 2017 ?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan lama menderita DM tipe 2 dengan derajat

proteinuria di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kab Aceh Utara 2016.
5

1.4.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui gambaran kualitatif proteinuria pada pasien DM tipe 2

berdasarkan lama menderita diabetes mellitus di Rumah Sakit Umum Cut

Meutia Kabupaten Aceh Utara tahun 2017.

2. Mengetahui hubungan lama menderita dengan derajat kualitatif proteinuria

pada pasien DM tipe 2 diRumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh

Utara 2017.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang

DM dan komplikasi terjadinya nefropati diabetik pada penderita DM, serta dapat

digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan

dengan hubungan lamanya menderita DM tipe 2 dengan derajat kualitatif

proteinuria.

1.5.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi

bagi pelayanan kesehatan di rumah sakit umum Cut Meutia Kabupaten Aceh

Utara 2016 tentang DM dan menambah pengetahuan pasien DM tentang

komplikasi yang bisa terjadi. Diharapkan agar segera skrinning fungsi ginjal agar

penderita mengertahui risiko komplikasi penyakit DM tipe 2 dan mengurangi

mortalitas penyakit tersebut.

Anda mungkin juga menyukai