Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Hospitalisasi

1. Definisi

Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, sasst

anak sakit dan dirawat dirumah sakit. Keadaan ini terjadi karena

anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan

baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor

stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua dan

keluarga (wong,2000)

Kondisi sakit dan perawatan dirumah sakit merupakan

kondisi kisis bagi anak dan dapat menyebabkan stres. Khususnya

pada bayi dan anak usia toodle, stres hopitalisasi dapat

disebabkan karena :

a. Perubahan Kegiatan dan lingkungan

b. Ketebatasan mekanisme koping pada anak untuk menghadapi

stres.

c. Kehilangan kontrol

Perasaan kehilangan kontol pada anak dilingkungan rumah

sakit akan meningkatkan stres pada anak saat menjalani rawat

inap. Berbagi macam situasi yang menyebabkan anak

kehilangan kontrol adalah pembatasan kegiatan fisik dan

terapi pengobatan rutin.

d. Nyeri
Takut adanya perlukaan tubuh dan nyeri sering kali menjadi

stressor bagi anak dirumah sakit. Pada perawatan dirumah

sakit. Pada perawatan di rumah sakit, perawat sebaiknya

memperhatikan adanya resiko cedera pada anak serta reaksi

nyeri pada berbagai tingkatan usia.

2. Stressor pada anak yang dirawa dirumah sakit

Stressor atau pemicu timbulnya stress pada anak yang

dirawat diruma sakit dapat beripa perubahan yang bersifat fisik,

spikososial, spiritual maupun perubahan fisiologis yang tampak

melalui tanda dan gejala yang dialami anak saat sakit. Adanya

perlukaan dan rasa nyeri membuat anak terganggu. Perubahan

lingkungan fisik ruanggan seperti fasilitas tempat tidur yang

sempit dan kurang nyaman, tingkat kebersihan kurang, dan

pencahayaaan yang terlalu terang atau redup. Selain itu suara

yang gaduh dapat membuat anak merasa terganggu atau bahkan

menjadi ketakutan. Keadaan dan warna dinding maupun tirai

dapat membuat anak merasa kurang nyaman. Perubahan

lingkungan fisik selama dibuat dirumah sakit dapat membuat

anak merasa asing. Hal tersebut dapat menjadikan anak merasa

tidak aman dan tidak nyaman (keliat 2005).

3. Efek Hospitalisasi Pada Anak

a. Faktor resiko individu


Sejumlah resiko membuat beberapa anak lebih rentan

dari pada yang lainnya terhadap penyebab stres dirumah sakit

antara lain :

1. Tempramen yang sulit

Anak-anak bertemperamental sulit biasanya sangat aktif,

peka rangsangan, dan mempunyai kebiasaan yang tidak

teratur. Anak dengan tipe tempremen ini lambat

beradaptasi sengan rutinitas, atau situasi baru. Ekspresi

mood biasanya kuat dan terutama negatif. Mereka sering

menimbulkan kekerasan.

2. Kurangnya kecocokan antara anak dengan orang tua

3. Usia ( Khususnya anak usia 6 buln sampai dengan 5 tahun).

4. Anak laki-laki

5. Kecerdasan di bawah rata rata.

6. Berbagai macam penyebab hospitalisasi dan waktu

lamanya hospitalisa (frekuensi hospitalisasi)

b. Perubahan pada populasi anak yang dirumah sakit

Alasan anak dirawat dirumah sakit saat ini sudah berbeda

dibandingkan dengan dua dekade yang lalu. Terlepas dari tren

yang berkembang tentang penyakit yang diderita anak selama

dirawat dirumah sakit, sebagian besar anak dirawat dirumah

sakit dengan masalah yang lebih serius dan kompleks dari

pada anak yang dirawat dirumah sakit pada masa lalu. Fokus

perawatan anak dalam beberapa tahun terakhir telah ada


peningkatan rawat inap karena perawatan medis dan masalah

yang kompleks serta diagnosa yang sulit dipahami dan

masalah spikososial anak yang rumit.

c. Manfaat hospitalisasi pada anak

a. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk

mempelajari reaksi anak terhadap stres hospitalisasi. Hal

ini akan membantu perkembangan keluarga dan pasien

b. Hospitalisasi sebagai media untuk belajar bagi keluarga

c. Meningkatkan kemampuan kontrol diri dengan

memberikan kesempatan pasien dan keluarga mengambil

keputusan

d. Meningkatkan pengalaman pasien dan keluarga melalui

interaksi pasen dengan pasien lainnya

A. Konsep Kecemasan

I. Defini Kecemasan

Kecemasan merupakan perasaan yang paling umum dialami

oleh pasien anak yang mengalami hospitalisasi. Kecemasan yang

sering dialami seperti menangis, dan takut pada orang baru.

Banyaknya stressor yang dialami anak ketika menjalani

hospitalisasimenimbulkan dampak negatif yang mengganggu

perkembangan anak. Lingkungan rumah sakit dapat merupakan

penyebab stres dan kecemasan pada anak. (Utami,2014)

Kecemasan hospitalisasi pada anak dapat membuat anak

menjadi susah makan, tidak tenang, takut, gelisah, cemas, dan tidak
mau bekerja sama dalam tindakan mediasi sehingga mengganggu

proses penyembuhan anak (Stuart, 2007) masa hospitalisasi pada

anak prasekolah juga dapat menyebabkan post traumatic stres

disorde (PSTD) yang dapat menyebabkan trauma hospitalisasi

berkepanjangan bahkan setelah anak beranjak dewasa (Perkin

dkk,2013)

2. Penyebab Kecemasan

Faktor prediposisi kecemasa timbul karena adanya perasaan

takut dan tidak adanya penerimaan terhadap kondisi yang ada,

kecemasan muncul karena ketidak mampuan dari seseorang

mencapai keinginan (Stuart & Sundeen)

Teori yang menjelaskan mengenai penyebab dari kecemasan

diantaranya adalah : Pandangan interpesonal menjelaskan bahwa

cemas timbul dari perasaan takut terhadap penolakan dan ketidak

setujuan interpesonal, pandangan perilaku menjelaskan bahwa

cemas merupakan hasil dari frustasi, pandangan psikoanalitis

menjelaskan bahwa cemas adalah konflik emosional yang terjadi

antara dua elemen kepribadian, yaitu id dan superego ( Stuart,

2006).

3. Stressor Pencetus Kecemasan

Stressor pencetus kecemasan dapat berasal dari sumber

internal atau eksternal. Stressor pencetus dapat

dikelompokkan dalam dua kategori yaitu :


1. Ancaman terhadap integritas fisikmeliputi ketidak

mampuan fisiologis yang akan terjadi atau penurunan

kemampuan untuk melakukan aktifitas kegiatan

sehari-hari

2. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan

identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi

pada individu (Stuart, 2006).

4. Gejala-gejala Kecemasan

Menurut Kaplan & Sadock (2010), Pengalaman kecemasan

memiliki dua komponen yaitu kesadaran sedang gugup atau

ketakutan . Menuru Dalami et al (2009) kecemasan

digambarkan dengan keadaan khawatir, gelisah, takut dan

merasa tidak tentramyang disertai dengan adanya berbagai

keluhan fisik.

5. Rentang Respon Kecemasan

Menurut Struart (2007), tngkat kecemasan sebagai berikut :

1) Kecemasan ringan

Pada tingkat kecemasan ringan seseorang mengalami

ketegangan yang dirasakan setiap hari sehingga

menyebabkan seseorang menjadi waspada dan

meningkatkan lahan persepsinya. Seseorang akan lebi

tanggap dan bersikap positif terhadap peningkatan

minatdan motivasi. Tanda kecemasan ringan berupa

gelisah, mudah marah dan perilaku mencari perhatian


2) Kecemasan sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk

memusatkan pada hal yang penting dan

mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang

mengalami perhatian yang selektif, namun dapat

melakukan sesuatu yang lebih terarah. Pada

kecemasan sedang sedang, seseorang akan kelihatan

serius dalam memperhatikan sesuatu. Tanda-tanda

Kecemasan sedang berupa suara bergetar, perubahan

dalam nada suara takikardi, gemetaran, peningkatan

ketegangan otot.

3) Kecemasan berat

Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi,

enderung untuk memuaskan pada sesuatu yang rinci

dan spesifik serta tidak dapat berfikir tentang hal lain.

Semua perilaku dtunjukkan untuk mengurangi

menurunkan kecemasan dan fokus pada kegiatan lain

berkurang. Orang tersebut memerlukan banyak

pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu

daerah lain. Tanda-tanda kecemasan berat berupa

perasaan berupa perasaan terancam, ketergantungan

otot berlebihan,perubahan pernapasan, perubahan

gastrointestinal ( mual, muntah, rasa terbakar pada ulu


hati, sendawa, anoreksia dan diare), dan

ketidakmampuan untuk berkonsentrasi.

6. Faktor-faktor ang mempengaruhi kecemasan anak

Menurut Perry & Potter (2005), faktor-faktor yang berhubungan

dengan kecemasan antara lain :

a. Jenis kelamin

Pada usia 2-5 tahun, kecemasan lebih sering terjadi pada anak

laki-laki dari pada anak perempuan. Selain itu umumnya

perempuan dalam merespon stimulus atau rangsanganyang

berasal dari luar lebih kuat dan lebih instensif dari pada laki-

laki Kartono 2002)

b. Umur

Menurut kartno (2002), bahwa semakin tua seseorang semakin

baik seseorang dalam mengendalikan emosinya.

c. Lama hari rawat

Lama hari rawat dapat mempengaruhi kecemasan seseorang

yang sedang dirawat juga keluarga dari pasien tersebut.

Kecemasan anak yang dirawat dirumah sait akan sangat

terlihat pada hari pertama sampai kedua bahkan sampai hari

ketiga, dan biasanya memasuki hari keempat atau kelima

kecemasan yang dirasakan anak akan berkurang. Kecemasan

pada anak yang sedang dirawat bisa berkurang karena adanya

dukungan orang tua yang selalu menemani anak selama

dirawa, teman-teman anak yang datang berkunjung kerumah


sakitatau anak sudah membina hubungan yang baik dengan

petugas kesehatan sehingga dapat menurunkan tingkat

kecemasan anak.

d. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Kecemasan

Pada Anak

Menurut Wong (2000), upaya untuk mengatasi kecemasan pada

anak antara lain yaitu :

a. Melibatkan orang tua anak, agar orang tua berperan aktif

dalam perawatan anak dengan cara membolehkan mereka

untuk tinggal bersama anak selama 24 jam. Jika tidak

mungkin, beri kesempatan orang tua untuk melihat anak setiap

saat dengan maksud untuk mempertahankan kontak antara

mereka.

b. Modifikasi lingkungan rumah sakit, agar anak tetap merasa

nyaman dan tidak asing dengan lingkungan baru.

c. Peran dari petugas kesehatan rumah sakit dimana diharapkan

petugas kesehatan khususnya perawat harus menghargai sikap

anak karena selain orang tua perawat dirumah sakit. Sekalipun

anak menolak orang asing,namun perawat harus tetap

memberikan dukungan dengan meluangkan waktu secara fisik

dekat dengan anak mengajak bermain denga mewarnai

gambar.

B. Konsep Bermain

a. Pengertian
Terapi bermain merupakan usaha mengubah tingkah laku

bermasalah, dengan menempatkan anak dalam situasi bermain.

Biasanya ada ruanggan khusus yang diatur sedemikian rupa sehingga

anak bisa merasa lebih santai dan dapat mengekspresikan segala

perasaan dengan bebas. Dengan cara ini dpat diketahui permasalahan

anak dan bagaimana cara mengatasinya. (Adriana,2011)

Bermain adalah penting untuk kesehatan mental, emosional,

dan sosial. Oleh karena itu, adanya ruang bermain khusus bagi anak

adalah sangat penting untuk memberikan rasa aman dan

menyenangkan. Dalam pelaksanaan aktivitas bermain dirumah sakit,

perlu diperhatikan prinsip-prinsip bermain dan permainan yang sesuai

dengan usia atau tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak,

sehingga tujuan bermain, yaitu untuk mempertahankan proses tumbuh

kembang dapat dicapai secara optimal. Disamping itu keterlibatan

orang tua dalam aktivitas bermain sangat penting karena anak akan

merasa aman, sehingga dia mampu mengekpresikan perasaanya

secara bebas dan terbuka. (buku nursalam 2005)

Bermain adalah asatu aspek penting dari kehidupan anak dan

salah satu alat paling penting untuk menatalaksanakan stres karena

hospitalisasi menimbulan krisis dalam kehidupan anak, dan karena

situasi tersebut sering disertai stres berlebihan, maka anak-anak perlu

bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami

sebagai alat koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting

bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan


perkembangan dan kebutuhan bemain tidak juga terhenti pada saat

anak durumah sakit (Wong,2004)

b. Tujuan bermain

Tujuan bermain pada anak usia prasekolah menurut Adriana

(2011) adalah sebagai berikut : mengembangkan kemampuan

menyamakan dan membedakan, mengembangkan kemampuan

berbahasa, mengembangkan pengertian tentang berhitung

(menambah dan mengurangi), merangsang daya imajinasi dengan

berbagai cara bermain pura-pura (sandiwara), membedakan

benda-benda dengan perabaan, menumbuhkan sportivitas,

mengembangkan kepercayaan diri, mengembangkan kreativitas

mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari

dan lain-lain) mengembangkan kemampuan mengontrol emosi,

dan gotong royong.

c. Fungsi bermain dirumah sakit

Menurut adriana (2011), fungsi bermain dirumah asakit

sebagai berikut :

1. Memfasilitasi anak untuk beradatasi dengan

lingkungan yang asig

2. Memberi kesempatan utuk membuat keputusan dan

kontrol

3. Membantu mengurangi cemas akibat perpisahan

4. Membantu anak merasa lebih aman dalam

lingkungan yang asing.


5. Memberi cara untuk mengurangi tekanan dan untuk

mengeksporasi perasaan.

6. Menganjurkan cara berinteraksi dan

mengembangkan sikap-sikap yang positif terhadap

orang lain.

7. Memberi cara untuk mengekpresikan ide kreatif dan

minat

d. Prinsip bermain dirumah sakit

Menurut nursalam dalam melakukan aktifitas bermain untuk

anak yang dirawat dirumah sakit,perawat hendaknya

memperhatikan prinsip bermain sebagai berikut:

1) Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat, dan

sederhana

2) Mempertahankan keamanan dan infeksi silang

3) Kelompok umur yang sama

4) Permainan tidak bertentangan dengan pengobtan

5) Semua alat permainan dapat di cuci

6) Melibatkan orang tua

Anda mungkin juga menyukai