Bab 8 Aik 4
Bab 8 Aik 4
PENDAHULUAN
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu menjawab
tentang:
1. Prinsip-prinsip Islam dalam bernegara
2. Hubungan pemimpin dengan yang dipimpin
3. Hak dan kewajiban pemimpin dan yang dipimpin
4. Etika berpolitik
B. PEMBAHASAN
Prof. Miriam Budiardjo mengartikan politik adalah aneka aktivitas dalam
suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses menentukan dan
melaksanakan tujuan dari sistem tersebut. Ada juga yang mengartikan politik sebagai
suatu seni dan ilmu untuk meraih dan mencapai kekuasaan, baik secara konstitusional
maupun inkonstitusional.
Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, antara
lain:
1. Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan
bersama (teori klasik Aristoteles).
Setiap orang pasti mendampakan seorang pemimpin yang baik dan cakap.
Berikut ini merupakan beberapa karakateristik pemimpin yang baik menurut Islam
untuk dijadikan pedoman ketika akan memilih seorang pemimpin:
1. Akidah (iman) yang kuat
Dalam Islam akidah atau iman (faith) yang kuat merupakan karakateristik
yang paling pokok yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, sebab akidah yang
kuat ini akan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam kepemimpinannya. Dari
akidah yang kuat inilah akan muncul sifat amanah, jujur, bertanggung jawab, adil,
berakhlak mulia, suka memaafkan, tawadhu’ (low profile), suka bermusyawarah,
tidak gampang berputus asa, berdisiplin dan lain sebagainya.
Rasulullah Saw., di dalam hadisnya, menjelaskan apa hakikat iman itu:
2. Amanah
Amanah (trust) berarti kepercayaan. Kalau seseorang diberi amanah berupa
jabatan, maka berarti dia dipercaya untuk menduduki jabatan tersebut. Apa akibatnya
apabila amanah ini diabaikan? Jawabannya ada dalam sabda Rasulullah Saw.:
Ibnu Katsir, ketika menafsirkan ayat di atas, antara lain mengatakan bahwa
“amanah” dalam ayat di atas mempunyai arti umum, meliputi semua kewajiban dan
tugas yang dipercayakan kepada manusia, baik itu berupa ibadah seperti shalat,
puasa, zakat, nadzar, dan lain sebagainya, maupun tugas-tugas kemanusiaan lainnya
yang dipercayakan untuk dilaksanakan seperti kepemimpinan.
Karena sifatnya yang amanah inilah yang menyebabkan Rasulullah Saw.
mendapat julukan al-Amīn. Al-Amīn, yang berarti yang dipercaya, merupakan gelar
yang diberikan oleh para pembesar Quraisy kepada Rasulullah Saw. Ketika itu terjadi
pertikaian antara para pembesar Quraisy tentang siapa yang akan meletakkan hajar
aswad ke Ka’bah. Atas usulan salah seorang tua di antara mereka diputuskanlah
bahwa siapa yang lebih dahulu masuk Masjid al-Haram pada pagi harinya, maka
dialah yang berhak meletakkannya. Ternyata yang masuk pertama adalah beliau.
Kemudian beliau mengambil sehelai kain dan dibentangkan untuk diletakkan hajar
aswad di atasnya. Setelah itu, para pembesar Quraisy tadi diminta beliau untuk
memegang masing-masing sudut kain dan mengangkatnya bersama-sama ke dekat
Ka’bah. Kemudian beliau mengambil hajar aswad itu dan meletakkannya di Ka’bah.
Selesailah pertikaian itu disebabkan karena beliau dapat menyelesaikannya dengan
cara yang bijaksana. Mulai saat itulah beliau mendapat gelar al-Amīn (yang
dipercaya).
3. Tanggung jawab
Antara tanggung jawab dengan amanah mempunyai kaitan yang sangat erat.
Di mana ada amanah, di sana ada pertanggung jawaban. Prof. Dr. Widi Agoes
Pratikto, M.Sc, Ph.D -pada saat Kolokium kajian spiritual tentang Proses
Pengambilan Keputusan yang diselenggarakan di Universitas Negeri Malang pada
tanggal 5 Februari 2005, antara lain mengatakan:
“Amanah sangat bertalian dengan mekanisme pertanggungjawaban
kepemimpinan. Artinya, kepemimpinan bukan semata-mata dilihat dari
pencapaian prestasi terukur seorang pemimpin, tetapi juga berkelit-kelitan
dengan tata cara bagaimana prestasi itu dapat diraih. Kemudian akan
ditimbang kadar kejujuran pencapaiannya dalam pertanggungjawaban
vertikal yang melibatkan “mata” Tuhan yang tembus pandang dan
“intervensi” Tuhan yang tak mungkin diajak kompromi”.
اا جعلجييخخإهصللى ل اإ ج اا جعينهاجما أجنلها جسإمجع جراسوجل ل ضجيِ ل اإ يبإن اعجمجر جر إ جعين جعيبإد ل
ع جوهاخخجو جميسخخائوةل جعخخين ع جوجميسائوةل جعين جرإعيلتإإه جفا ي إلجماام جرا د جوجسللجم يجاقوال اكلياكيم جرا د
ع جوهاجو جميسائوةل جعخخين جرإعيلتإخخإه جوايلجمخخيرأجةا فإخخيِ بجييخخ إ
ت جرإعيلتإإه جواللراجال إفيِ أجيهلإإه جرا د
ع جوهاخخجو جزيوإججها جراإعيجةة جوإهجيِ جميسائولجةة جعين جرإعيلتإجها جوايلجخاإدّام إفيِ جماإل جسخخييإدإه جرا د
جميسائوةل جعين جرإعيلتإإه
Dari ibnu Umar r.a. bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda: “Setiap kamu sekalian
adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang
dipimpinnya, Imam adalah pemimpin dan akan mintai pertangungjawaban terhadap
yang dipimpinnya, suami adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan mintai
pertangungjawaban terhadap yang dipimpinnya, istri adalah pemimpin dalam rumah
suaminya dan akan mintai pertangungjawaban terhadap yang dipimpinnya dan
pembantu terhadap harta majikannya adalah pemimpin dan akan mintai
pertangungjawaban terhadap yang dipimpinnya (Hadis Riwayat Bukhari).
4. Adil
Dr. M. Quraish Shihab mencatat ada beberapa makna adil dalam al-Qur’an,
antara lain: adil dapat berarti sama, seimbang, perhatian terhadap hak-hak individu
dan memberikan hak-hak itu kepada setiap pemiliknya.
Dengan demikian jelaslah bahwa makna adil dalam Islam tidak sama dengan
arti adil menurut paham Komunis “sama rata, sama rasa”. Pengertian adil seperti ini
sangat keliru. Apakah adil seseorang kerjanya malas diberi insentif yang lebih besar
dari yang kerjanya rajin? Apakah adil seorang pimpinan yang tanggung jawabnya
lebih besar diberi gaji yang sama dengan staf yang tanggung jawab lebih kecil?
Dr. M. Quraish Shihab mengatakan:
"Amanah dimaksudkan berkaitan dengan banyak hal, di antaranya adalah
perlakuan adil. Keadilan yang dituntut ini bukan hanya terhadap kelompok,
golongan, atau kaum Muslimin saja, tetapi mencakup seluruh manusia bahkan
seluruh makhluk”.
5. Istiqamah (strightness)
Istiqamah berarti pendirian yang teguh. Seorang pemimpin harus mempunyai
pendirian yang teguh. Tidak gampang dibisiki atau dipengaruhi oleh isu-isu yang
akan mempengaruhi pendiriannya.
Karena isu-isu yang dia terima mungkin saja benar atau mungkin saja
menyesatkan, lebih-lebih kalau isu-isu itu berasal dari para provokator atau orang-
orang yang tidak bisa dipercaya, maka, sebagai pimpinan, dia harus menelitinya
dengan cermat (check and recheck), sehingga dia tidak menetapkan atau memutuskan
sesuatu berdasarkan isu-isu sepihak yang akan merugikan orang lain.
Kendati demikian, bukan berarti dia harus mempertahankan pendiriannya
yang salah jika memang terbukti salah atau menolak pendapat yang benar yang
datang dari orang lain, termasuk dari para stafnya.Orang yang baik itu bukan orang
yang tidak pernah berbuat salah, melainkan orang yang pernah berbuat salah dan mau
memperbaiki kesalahannya itu.
6. Akhlak Mulia
Berakhlak mulia (behave ethically) merupakan keharusan bagi seorang
pemimpin, sebab hal ini bukan saja akan menaikkan martabat, kewibawaan dan
prestisenya, tetapi juga akan ikut mewarnai cara dia bersikap dan memperlakukan
stafnya dan orang lain. Tidaklah berlebihan apa yang dikatakan oleh Jack Calareso,
yang sekaligus merupakan judul tulisannya: “Good leaders put morality above all
else”.(Para pemimpin yang baik itu akan meletakkan moral di atas segalanya). Karena
sangat pentingnya akhlak mulia ini bagi kehidupan manusia, sampai-sampai
Rasulullah Saw. bersabda:
ت إلاتجيمخخجم
اا جعلجييإه جوجسللجم إإنلجمخخا باإعيثخخ ا
صللى ل جعين أجإبيِ هاجرييجرةج جقاجل جقاجل جراسوال ل
اإ ج
صالإجح ايلجيخجل إ
ق ج
Dari Abi Hurairah r.a. berkata: Bersabda Rasulullah Saw.: Saya diutus hanyalah
untuk menyempurnakan akhlak yang baik (mulia). (Hadis Riwayat Imam Ahmad)
Sehubungan dengan hal ini, Aisyah r.a. pernah ditanya tentang akhlak
Rasulullah Saw.:
Dari Aisyah r.a. berkata: Bersabda Rasulullah Saw.: Sesungguhnya di antara orang-
orang beriman yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik
akhlaknya (Hadis Riwayat Tirmidzi).
8. Musyawarah (consultation)
Salah satu hal yang sering dilakukan oleh Rasulullah Saw. dan kemudian
diteruskan oleh para sahabat beliau adalah musyawarah untuk membicarakan
bermacam-macam masalah. Misalnya, Rasulullah Saw. pernah melakukan
musyawarah untuk memecahkan masalah tentang tawanan perang Badar dengan para
sahabat. Beliau meminta pendapat kepada Abu bakar dan Umar bin Khaththab
tentang masalah tersebut.
Musyawarah merupakan sesuatu yang perlu dilakukan oleh seorang
pemimpin, terutama apabila ada masalah-masalah yang pelik yang harus dipecahkan.
Pendapat orang banyak jauh lebih baik dari pendapat individu. Karena musyawarah
ini sangat penting artinya untuk memecahkan permasalahan, maka Allah
memerintahkan untuk melakukannya. Allah Swt. berfirman:
Seperti dikatakan Alfian -di dalam bukunya Politik, Kebudayaan dan
Manusia Indonesia -antara lain, bahwa konsep musyawarah-mufakat sebagai esensi
dari mekanisme politik demokrasi yang mempertemukan berbagai pendapat dan
aspirasi yang berbeda ke dalam suatu konsensus bersama. Konsep musyawarah-
mufakat ini kadang-kadang memang tampak indah di atas kertas, tetapi tidak
dipraktekkan di dalam kehidupan berpolitik sehari-hari. Salah satu penyebabnya
adalah masing-masing kekuatan politik merasa pendapatnyalah yang paling benar dan
berupaya sekuat tenaga mempertahankannya. Sehingga sulit mencapai konsensus.
Yang lebih parah lagi kalau suatu konsensus diambil dan diputuskan bersama
yang semestinya harus dilaksanakan oleh semua pihak, tetapi ada pihak yang tidak
mau melaksanakan apa yang sudah diputuskan tersebut karena mereka merasa tidak
sependapat.
9. Pengetahuan (knowlodge).
Charles C. Krulak -di dalam tulisannya yang berjudul The Fourteen Basic
Traits of Effective Leadership- antara lain mengatakan:
“To lead others, you must know your business. …a leader must have a
degree of resident knowledge in his or her respective field. …We
accomplish this through continual self-improvement. We read. We
attend seminars and take courses. We listen”.
Kemudian di dalam shalat berjamaah, tidak semua orang boleh menjadi imam
(pemimpin shalat). Dalam hal ini Rasulullah Saw. menjelaskan:
اا جعلجييخخإه جوجسخخللجم يجخخاؤيمصللى ل اإ ج ي جقاجل جقاجل جراسوال ل صاإر ي جعين أجإبيِ جميساعوددّ ايلجين ج
اإ فجإ إين جكاانوا إفيِ ايلقإجراجءإة جسخخجواقء فجخخأ جيعلجامهايم إباليسخخنلإة فجخخإ إين
ب ل ايلقجيوجم أجيقجراؤهايم لإإكجتا إ
جكاانوا إفيِ اليسنلإة جسجواقء فجأ جيقجدامهايم إهيججرةق فجإ إين جكاانوا إفيِ ايلإهيجخخجرإة جسخخجواقء فجأ جيقخخجدامهايم
إسيلقما
Dari Abi Mas’ud al-Anshari berkata: Bersabda Rasulullah Saw. :”Hendaklah yang
mengimami kelompok itu adalah orang yang paling baik bacaan (paham) al-
Qur’annya di antara mereka. Kalau mereka sama baik dalam bacaan (pemahaman)
al-Qur’annya, maka yang paling mengetahui Sunnah. Kalau mereka sama pandainya
dalam Sunnah, maka yang lebih dahulu hijrah di antara mereka. Kalau mereka sama
dalam hal hijrah, maka yang lebih dahulu masuk Islam di antara mereka”.
Islam merupakan way of life bagi seorang Muslim. Karena itulah Islam
haruslah dijadikan sebagai pedoman dan penuntun dalam semua aktivitas
kehidupannya, termasuk dalam kehidupan berpolitik. Dengan demikian Islam tidak
mungkin dipisahkan dengan kehidupan dunia politik. Pemisahan antara agama
dengan dunia politik hanya mungkin dilakukan apabila yang berpolitik itu bukan lagi
manusia. Agama itu diturunkan memang untuk membimbing dan mengarahkan
kehidupan manusia. Kalau di dalam kehidupan manusia, termasuk dalam kehidupan
berpolitik, sudah sudah tidak berpedoman kepada Agama, maka akan banyak
mengalami kekacauan.
ت إلاتجيمخخجم
اا جعلجييإه جوجسللجم إإنلجمخخا باإعيثخخ ا
صللى ل جعين أجإبيِ هاجرييجرةج جقاجل جقاجل جراسوال ل
اإ ج
صالإجح ايلجيخجل إ
ق ج
Dari Abi Hurairah r.a. berkata: Bersabda Rasulullah Saw.: Saya diutus hanyalah
untuk menyempurnakan akhlak yang baik (mulia) (Hadis Riwayat Imam Ahmad).
C. RANGKUMAN
Politik adalah aneka aktivitas dalam suatu sistem politik atau negara yang
menyangkut proses menentukan dan melaksanakan tujuan dari sistem tersebut. Ada
juga yang mengartikan politik sebagai suatu seni dan ilmu untuk meraih dan
mencapai kekuasaan, baik secara konstitusional maupun inkonstitusional. Untuk
melaksanakan tujuan yang ingin dicapai tersebut, maka perlu adanya kebijaksanaan
umum (public policy) yang berkenaan dengan pengaturan dan pembagian
(distribution) atau alokasi dari sumber-sumber yang ada. Sedangkan untuk
melaksanakan kebijaksanaan tersebut diperlukan kekuasaan (power) dan kewenangan
(authority). Cara yang digunakan dapat berupa persuasif maupun paksaan.
Prinsip tauhid Islam menekankan hubungan erat antara agama dengan negara,
yaitu tidak ada pemisahan antara agama dengan negara (al-dīn wa al-dawlah) kerana
tiada pemisahan antara agama dengan dunia (al-dīn wa al-dunyā) serta agama dan
politik (al-dīn wa al-siyasah). Berdasarkan prinsip tauhid, ajaran-ajaran Islam
meliputi seluruh aspek kehidupan sama ada sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan,
teknologi, kesenian mahupun politik.
1