Anda di halaman 1dari 15

A.

PENDAHULUAN
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu menjawab
tentang:
1. Prinsip-prinsip Islam dalam bernegara
2. Hubungan pemimpin dengan yang dipimpin
3. Hak dan kewajiban pemimpin dan yang dipimpin
4. Etika berpolitik

B. PEMBAHASAN
Prof. Miriam Budiardjo mengartikan politik adalah aneka aktivitas dalam
suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses menentukan dan
melaksanakan tujuan dari sistem tersebut. Ada juga yang mengartikan politik sebagai
suatu seni dan ilmu untuk meraih dan mencapai kekuasaan, baik secara konstitusional
maupun inkonstitusional.
Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, antara
lain:

1. Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan
bersama (teori klasik Aristoteles).

2. Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan


negara.

3. Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan


mempertahankan kekuasaan di masyarakat.

4. Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan


kebijakan publik.

Seperti dikatakan oleh Miriam Budiardjo bahwa untuk melaksanakan tujuan


yang ingin dicapai tersebut, maka perlu adanya kebijaksanaan umum (public policy)
yang berkenaan dengan pengaturan dan pembagian (distribution) atau alokasi dari
sumber-sumber yang ada. Sedangkan untuk melaksanakan kebijaksanaan tersebut
diperlukan kekuasaan (power) dan kewenangan (authority). Cara yang digunakan
dapat berupa persuasif maupun paksaan.

1. Prinsip-prinsip kehidupan bernegara menurut Islam


a. Di dalam kehidupan bernegara, Rasulullah Saw. sudah meletakkan dasar dan
prinsip-prinsip umum yang dapat diteladani.
Menurut Muhammad Arkoun -seperti dijelaskan Nur Cholis Majid- bahwa
“eksperimen Madinah itu telah menyajikan kepada umat manusia contoh tatanan
sosial-politik yang mengenal pendelegasian wewenang (artinya, wewenang atau
kekuasan tidak memusat pada tangan satu orang seperti pada sistem diktatorial,
melainkan kepada orang banyak melalui musyawarah) dan kehidupan berkonstitusi
(artinya, sumber wewenang dan kekuasaan tidak pada keinginan dan keputusan lisan
pribadi, tetapi pada suatu dokumen tertulis yang prinsip-prinsipnya disepakati
bersama). Karena wujud historis terpenting dari sistem sosial-politik eksperimen
Madinah itu ialah dokumen yang termasyhur, yaitu Mitsāq al-Madīnah (Piagam
Madinah), yang di kalangan para sarjana modern juga menjadi amat terkenal sebagai
"Konstitusi Madinah”. Piagam Madinah itu selengkapnya telah didokumentasikan
oleh para ahli sejarah Islam seperti ibn Ishaq (wafat 152 H) dan Muhammad ibn
Hisyam (wafat 218 H)”.
Kemudian Abu Bakar r.a. ketika dilantik menjadi khalifah, menyampaikan
pidato politiknya yang sangat mengagumkan, antara lain:
‫أيهاالناس إقنى وقليت عليكم ولست بخيركم – وأن رإيتمونى على ح ق‬
‫ وأن رإيتمونى‬- ‫ق فأعينونى‬
‫على باطل فسقددّونى – أطيعونى ما أطعت ا فيكم – فإن عصيته فل طاعة لى علكم‬
“Wahai manusia, sesungguhnya saya diangkap menjadi pemimpin atas kamu
sekalian bukan berarti saya adalah orang yang terbaik di antara kamu sekalian –
Kalau kamu sekalian mendapatkan saya dalam kebenaran, maka bantulah saya
untuk melaksanakannya –Kalau kamu sekalian melihat saya dalam kebatilan, maka
koreksi saya –Taatilah saya selama saya mentaati Allah– Kalau saya bermaksiat
(menentang)-Nya, maka kamu sekalian boleh tidak mentaati saya”.
Menurut Amin Sa'id, pidato itu memuat prinsip-prinsip, (1) pengakuan Abu
Bakr sendiri bahwa dia adalah "orang kebanyakan", dan mengharap agar rakyat
membantunya jika ia bertindak benar, dan meluruskannya jika ia berbuat keliru; (2)
seruan agar semua pihak menyepakati etika atau akhlaq kejujuran sebagai
amanat, dan jangan melakukan kecurangan yang disebutnya sebagai khianat; (3)
penegasan atas persamaan prinsip persamaan manusia (egalitarianisme) dan keadilan
sosial, dimana terdapat kewajiban yang pasti atas kelompok yang kuat untuk
kelompok yang lemah yang harus diwujudkan oleh pimpinan masyarakat; (4) seruan
untuk tetap memelihara jiwa perjuangan, yaitu sikap hidup penuh cita-cita luhur dan
melihat jauh ke masa depan; (5) penegasan bahwa kewenangan kekuasaan yang
diperolehnya menuntut ketaatan rakyat tidak karena pertimbangan partikularistik
pribadi pimpinan, tetapi karena nilai universal prinsip-prinsip yang dianut dan
dilaksanakannya. Dalam istilah modern, kekuasaan Abu Bakr adalah kekuasaan
konstitusional, bukan kekuasaan mutlak perorangan.
b. Memilih pemimpin yang baik.
Islam sangat memperhatikan masalah leadership (kepemimpinan). Bahkan
Rasulullah Saw. menyuruh beberapa orang yang akan berpergian untuk mengangkat
salah seorang dari mereka sebagai pemimpinnya.

‫اا جعلجييإه جوجسخخللجم قجخخاجل إإجذا جخخخجرجج‬


‫صللى ل‬ ‫ي أجلن جراسوجل ل‬
‫اإ ج‬ ‫جعين أجإبيِ جسإعيدد ايلاخيدإر ي‬
‫ثججلثجةة إفيِ جسفجدر فجيلياجؤيماروا أججحجدهايم‬
“Dari Abi Said al-Khudri: Bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda: “Kalau tiga
orang sedang bepergian, maka hendaklah mereka mengangkat salah seorang dari
mereka menjadi pemimpinnya”. (Hadis Riwayat Abu Daud).

Setiap orang pasti mendampakan seorang pemimpin yang baik dan cakap.
Berikut ini merupakan beberapa karakateristik pemimpin yang baik menurut Islam
untuk dijadikan pedoman ketika akan memilih seorang pemimpin:
1. Akidah (iman) yang kuat
Dalam Islam akidah atau iman (faith) yang kuat merupakan karakateristik
yang paling pokok yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, sebab akidah yang
kuat ini akan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam kepemimpinannya. Dari
akidah yang kuat inilah akan muncul sifat amanah, jujur, bertanggung jawab, adil,
berakhlak mulia, suka memaafkan, tawadhu’ (low profile), suka bermusyawarah,
tidak gampang berputus asa, berdisiplin dan lain sebagainya.
Rasulullah Saw., di dalam hadisnya, menjelaskan apa hakikat iman itu:

‫ااخخ جعلجييخإه جوجسخخللجم ا ي إليجمخخاان‬


‫صللى ل‬
‫اإ ج‬ ‫ب جقاجل جقاجل جراسوال ل‬ ‫طالإ د‬‫جعين جعلإييِ يبإن أجإبيِ ج‬
‫ب جوقجيوةل إبالليجساإن جوجعجمةل إبايلجيرجكاإن‬
‫جميعإرفجةة إبايلقجيل إ‬
Dari Ali bin Abi Thalib berkata: Bersabda Rasulullah Saw.: “Iman adalah
pengakuan (pembenaran) dengan hati, pengucapan dengan lisan (lidah) dan
(dibuktikan dengan) tindakan anggota tubuh”. (Hadis Riwayat Ibnu Majah).

Dr. Yusuf al-Qardhawi mengatakan bahwa hakikat iman adalah kepercayaan


yang tertanam dalam lubuk hati dengan penuh keyakinan, tanpa bercampur dengan
keraguan, dan memberikan pengaruh terhadap pandangan hidup, perilaku dan amal
perbuatan sehari-hari. Dengan begitu, iman itu bukan sekedar pernyataan lidah, bukan
sekedar tingkah laku dan bukan pula sekedar pengetahuan tentang rukun Iman.

2. Amanah
Amanah (trust) berarti kepercayaan. Kalau seseorang diberi amanah berupa
jabatan, maka berarti dia dipercaya untuk menduduki jabatan tersebut. Apa akibatnya
apabila amanah ini diabaikan? Jawabannya ada dalam sabda Rasulullah Saw.:

‫ااخخ جعلجييخخإه جوجسخخللجم‬


‫صخخللى ل‬ ‫اا جعينها جقاجل جقاجل جراسوال ل‬
‫اإ ج‬ ‫ضجيِ ل‬ ‫جعين أجإبيِ هاجرييجرةج جر إ‬
‫اإ جقاجل إإجذا‬‫ضاجعتاجها جيا جراسوجل ل‬ ‫ت ايلججمانجةا جفاينتجإظير اللساجعةج جقاجل جكيي ج‬
‫ف إإ ج‬ ‫ضييجع ي‬
‫إإجذا ا‬
‫أايسنإجد ايلجيمار إإجلى جغييإر أجيهلإإه جفاينتجإظير اللساجعةج‬
Dari Abi Hurairah r.a. berkata: Bersabda Rasulullah Saw.: “Apabila amanah sudah
diabaikan, maka tunggulah masa kehancurannya”. (Abu Hurairah r.a.) bertanya:
“Apa yang dimaksud dengan pengabaiannya wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab:”Apabila urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka
tunggulah masa kehancurannya”.
‫ااخخ جعلجييخخإه جوجسخخللجم إإلل قجخخاجل جل‬
‫صللى ل‬ ‫اإ ج‬ ‫طبججنا نجبإييِ ل‬
‫ك جقاجل جما جخ ج‬ ‫جعين أجنج إ‬
‫س يبإن جمالإ د‬
‫إإيجماجن لإجمين جل أججمانجةج لجها جوجل إدّيجن لإجمين جل جعيهجد لجها‬
Dari Anas bin Malik berkata Nabi Saw. tidak berbicara kepada kami melainkan
”Tidak beriman bagi siapa yang tidak (memegang) amanah dan tidak beragama bagi
siapa yang tidak menepati janjinya”.

Ibnu Katsir, ketika menafsirkan ayat di atas, antara lain mengatakan bahwa
“amanah” dalam ayat di atas mempunyai arti umum, meliputi semua kewajiban dan
tugas yang dipercayakan kepada manusia, baik itu berupa ibadah seperti shalat,
puasa, zakat, nadzar, dan lain sebagainya, maupun tugas-tugas kemanusiaan lainnya
yang dipercayakan untuk dilaksanakan seperti kepemimpinan.
Karena sifatnya yang amanah inilah yang menyebabkan Rasulullah Saw.
mendapat julukan al-Amīn. Al-Amīn, yang berarti yang dipercaya, merupakan gelar
yang diberikan oleh para pembesar Quraisy kepada Rasulullah Saw. Ketika itu terjadi
pertikaian antara para pembesar Quraisy tentang siapa yang akan meletakkan hajar
aswad ke Ka’bah. Atas usulan salah seorang tua di antara mereka diputuskanlah
bahwa siapa yang lebih dahulu masuk Masjid al-Haram pada pagi harinya, maka
dialah yang berhak meletakkannya. Ternyata yang masuk pertama adalah beliau.
Kemudian beliau mengambil sehelai kain dan dibentangkan untuk diletakkan hajar
aswad di atasnya. Setelah itu, para pembesar Quraisy tadi diminta beliau untuk
memegang masing-masing sudut kain dan mengangkatnya bersama-sama ke dekat
Ka’bah. Kemudian beliau mengambil hajar aswad itu dan meletakkannya di Ka’bah.
Selesailah pertikaian itu disebabkan karena beliau dapat menyelesaikannya dengan
cara yang bijaksana. Mulai saat itulah beliau mendapat gelar al-Amīn (yang
dipercaya).

3. Tanggung jawab
Antara tanggung jawab dengan amanah mempunyai kaitan yang sangat erat.
Di mana ada amanah, di sana ada pertanggung jawaban. Prof. Dr. Widi Agoes
Pratikto, M.Sc, Ph.D -pada saat Kolokium kajian spiritual tentang Proses
Pengambilan Keputusan yang diselenggarakan di Universitas Negeri Malang pada
tanggal 5 Februari 2005, antara lain mengatakan:
“Amanah sangat bertalian dengan mekanisme pertanggungjawaban
kepemimpinan. Artinya, kepemimpinan bukan semata-mata dilihat dari
pencapaian prestasi terukur seorang pemimpin, tetapi juga berkelit-kelitan
dengan tata cara bagaimana prestasi itu dapat diraih. Kemudian akan
ditimbang kadar kejujuran pencapaiannya dalam pertanggungjawaban
vertikal yang melibatkan “mata” Tuhan yang tembus pandang dan
“intervensi” Tuhan yang tak mungkin diajak kompromi”.

Dalam hadisnya yang sangat populer, Rasulullah Saw. bersabda:

‫اا جعلجييخخإه‬‫صللى ل‬ ‫اإ ج‬ ‫اا جعينهاجما أجنلها جسإمجع جراسوجل ل‬ ‫ضجيِ ل‬ ‫اإ يبإن اعجمجر جر إ‬ ‫جعين جعيبإد ل‬
‫ع جوهاخخجو جميسخخائوةل جعخخين‬ ‫ع جوجميسائوةل جعين جرإعيلتإإه جفا ي إلجماام جرا د‬ ‫جوجسللجم يجاقوال اكلياكيم جرا د‬
‫ع جوهاجو جميسائوةل جعخخين جرإعيلتإخخإه جوايلجمخخيرأجةا فإخخيِ بجييخخ إ‬
‫ت‬ ‫جرإعيلتإإه جواللراجال إفيِ أجيهلإإه جرا د‬
‫ع جوهاخخجو‬ ‫جزيوإججها جراإعيجةة جوإهجيِ جميسائولجةة جعين جرإعيلتإجها جوايلجخاإدّام إفيِ جماإل جسخخييإدإه جرا د‬
‫جميسائوةل جعين جرإعيلتإإه‬
Dari ibnu Umar r.a. bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda: “Setiap kamu sekalian
adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang
dipimpinnya, Imam adalah pemimpin dan akan mintai pertangungjawaban terhadap
yang dipimpinnya, suami adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan mintai
pertangungjawaban terhadap yang dipimpinnya, istri adalah pemimpin dalam rumah
suaminya dan akan mintai pertangungjawaban terhadap yang dipimpinnya dan
pembantu terhadap harta majikannya adalah pemimpin dan akan mintai
pertangungjawaban terhadap yang dipimpinnya (Hadis Riwayat Bukhari).

Di dalam Islam, profesi (pekerjaan) dianggap sebagai amanah yang nantinya


akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah. Semakin besar dan tinggi profesinya,
akan semakin besar pertanggung jawabannya.
Karena itulah bagi seseorang yang memiliki iman yang kuat -di dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaannya- tidak perlu ada pengawasan dari pimpinan
atau orang lain, sebab ia pasti sadar bahwa apa yang dilakukannya pasti akan
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak.

4. Adil
Dr. M. Quraish Shihab mencatat ada beberapa makna adil dalam al-Qur’an,
antara lain: adil dapat berarti sama, seimbang, perhatian terhadap hak-hak individu
dan memberikan hak-hak itu kepada setiap pemiliknya.
Dengan demikian jelaslah bahwa makna adil dalam Islam tidak sama dengan
arti adil menurut paham Komunis “sama rata, sama rasa”. Pengertian adil seperti ini
sangat keliru. Apakah adil seseorang kerjanya malas diberi insentif yang lebih besar
dari yang kerjanya rajin? Apakah adil seorang pimpinan yang tanggung jawabnya
lebih besar diberi gaji yang sama dengan staf yang tanggung jawab lebih kecil?
Dr. M. Quraish Shihab mengatakan:
"Amanah dimaksudkan berkaitan dengan banyak hal, di antaranya adalah
perlakuan adil. Keadilan yang dituntut ini bukan hanya terhadap kelompok,
golongan, atau kaum Muslimin saja, tetapi mencakup seluruh manusia bahkan
seluruh makhluk”.

Dengan demikian masalah keadilan ini termasuk amanah yang wajib


dilaksanakan oleh setiap orang, lebih-lebih seorang pemimpin. Perlakuan seorang
pemimpin terhadap orang lain, terutama bawahannya, harus berprinsip pada keadilan,
bukan atas dasar like or dislike (suka atau tidak suka).

5. Istiqamah (strightness)
Istiqamah berarti pendirian yang teguh. Seorang pemimpin harus mempunyai
pendirian yang teguh. Tidak gampang dibisiki atau dipengaruhi oleh isu-isu yang
akan mempengaruhi pendiriannya.
Karena isu-isu yang dia terima mungkin saja benar atau mungkin saja
menyesatkan, lebih-lebih kalau isu-isu itu berasal dari para provokator atau orang-
orang yang tidak bisa dipercaya, maka, sebagai pimpinan, dia harus menelitinya
dengan cermat (check and recheck), sehingga dia tidak menetapkan atau memutuskan
sesuatu berdasarkan isu-isu sepihak yang akan merugikan orang lain.
Kendati demikian, bukan berarti dia harus mempertahankan pendiriannya
yang salah jika memang terbukti salah atau menolak pendapat yang benar yang
datang dari orang lain, termasuk dari para stafnya.Orang yang baik itu bukan orang
yang tidak pernah berbuat salah, melainkan orang yang pernah berbuat salah dan mau
memperbaiki kesalahannya itu.

‫اا جعلجييإه جوجسللجم اكخخيل بجنإخخيِ آجدّجم جخطلخخاةء جوجخييخخار ايلجخطلخخاإئيجن‬


‫صللى ل‬ ‫جقاجل جراسوال ل‬
‫اإ ج‬
‫التللواابوجن‬
“Rasulullah Saw. bersabda: “Setiap anak Adam (manusia) mempunyai dosa
(kesalahan) dan sebaik-baik orang-orang yang bersalah (berdosa) adalah
bertaubat”. (Hadis Riwayat Ibnu Majah, At-Tirmidzi, Ahmad dan Ad-Darimi).

6. Akhlak Mulia
Berakhlak mulia (behave ethically) merupakan keharusan bagi seorang
pemimpin, sebab hal ini bukan saja akan menaikkan martabat, kewibawaan dan
prestisenya, tetapi juga akan ikut mewarnai cara dia bersikap dan memperlakukan
stafnya dan orang lain. Tidaklah berlebihan apa yang dikatakan oleh Jack Calareso,
yang sekaligus merupakan judul tulisannya: “Good leaders put morality above all
else”.(Para pemimpin yang baik itu akan meletakkan moral di atas segalanya). Karena
sangat pentingnya akhlak mulia ini bagi kehidupan manusia, sampai-sampai
Rasulullah Saw. bersabda:

‫ت إلاتجيمخخجم‬
‫اا جعلجييإه جوجسللجم إإنلجمخخا باإعيثخخ ا‬
‫صللى ل‬ ‫جعين أجإبيِ هاجرييجرةج جقاجل جقاجل جراسوال ل‬
‫اإ ج‬
‫صالإجح ايلجيخجل إ‬
‫ق‬ ‫ج‬
Dari Abi Hurairah r.a. berkata: Bersabda Rasulullah Saw.: Saya diutus hanyalah
untuk menyempurnakan akhlak yang baik (mulia). (Hadis Riwayat Imam Ahmad)

Sehubungan dengan hal ini, Aisyah r.a. pernah ditanya tentang akhlak
Rasulullah Saw.:

‫ت أجيخبإإريإنيِ جعخخين اخلاخخ إ‬


‫ق جراسخوإل ل‬
‫اإخخ‬ ‫ت جعائإجشةج فجقايل ا‬ ‫جعين جسيعإد يبإن إهجشادم جقاجل جسأ جيل ا‬
‫ت جكاجن اخلاقاها ايلقايرآجن‬ ‫اا جعلجييإه جوجسللجم فججقالج ي‬
‫صللى ل‬
‫ج‬
Dari Sa’d bin Hisyam berkata: Saya pernah bertanya kepada Aisyah: “Kataku
beritahu aku tentang akhlak Rasulullah Saw.?” (Aisyah) menjawab: “Akhlak beliau
adalah Al-Qur’an”. (Hadis Riwayat Imam Ahmad)
Sebagai orang yang beriman, maka panutan kita dalam masalah akhlak mulia
ini adalah Rasulullah Saw. yang merupakan uswatun hasanah bagi umatnya.
Rasulullah Saw. juga menyatakan:

‫ااخخ جعلجييخخإه جوجسخخللجم إإلن إمخخين أجيكجمخخإل‬


‫صخخللى ل‬ ‫اإخخ ج‬ ‫ت قجخخاجل جراسخخوال ل‬ ‫جعخخين جعائإجشخخةج قجخخالج ي‬
‫طفاهايم بإأ جيهلإإه‬‫ايلاميؤإمإنيجن إإيجماقنا أجيحجسناهايم اخلاققا جوأجيل ج‬

Dari Aisyah r.a. berkata: Bersabda Rasulullah Saw.: Sesungguhnya di antara orang-
orang beriman yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik
akhlaknya (Hadis Riwayat Tirmidzi).

Dengan demikian betapa eratnya kaitan iman seseorang dengan akhlaknya.


Keindahan akhlak dan budinya sebagai pertanda imannya yang kuat.

7. Pemaaf dan lemah lembut.


Sebagai pemimpin, seseorang harus berhati lapang dan mudah memberikan
maaf serta rendah hati (low profile/tawadhu’) terhadap bawahannya. Sebaliknya,
kalau posisinya sebagai bawahan (staf), maka dia harus tahu diri ketika
pemimpinnnya bermurah hati dan lemah lembut padanya, jangan lantas hal itu
dimaknai bahwa dia boleh berbuat semau gue, melainkan perlakuan pimpinan yang
semacam itu semestinya akan membuat dirinya bertambah sungkan dan hormat.
“Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah
penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang setimpal)”.
Bersikap lemah lembut bukan berarti tidak boleh marah. Marah itu boleh
bahkan harus dalam situasi tertentu. Misalnya, marah kepada staf yang sudah sering
diingatkan yang tidak segera mengerjakan tugas yang diberikan tanpa alasan yang
logis atau juga marah karena harga dirinya dilecehkan.

8. Musyawarah (consultation)
Salah satu hal yang sering dilakukan oleh Rasulullah Saw. dan kemudian
diteruskan oleh para sahabat beliau adalah musyawarah untuk membicarakan
bermacam-macam masalah. Misalnya, Rasulullah Saw. pernah melakukan
musyawarah untuk memecahkan masalah tentang tawanan perang Badar dengan para
sahabat. Beliau meminta pendapat kepada Abu bakar dan Umar bin Khaththab
tentang masalah tersebut.
Musyawarah merupakan sesuatu yang perlu dilakukan oleh seorang
pemimpin, terutama apabila ada masalah-masalah yang pelik yang harus dipecahkan.
Pendapat orang banyak jauh lebih baik dari pendapat individu. Karena musyawarah
ini sangat penting artinya untuk memecahkan permasalahan, maka Allah
memerintahkan untuk melakukannya. Allah Swt. berfirman:
Seperti dikatakan Alfian -di dalam bukunya Politik, Kebudayaan dan
Manusia Indonesia -antara lain, bahwa konsep musyawarah-mufakat sebagai esensi
dari mekanisme politik demokrasi yang mempertemukan berbagai pendapat dan
aspirasi yang berbeda ke dalam suatu konsensus bersama. Konsep musyawarah-
mufakat ini kadang-kadang memang tampak indah di atas kertas, tetapi tidak
dipraktekkan di dalam kehidupan berpolitik sehari-hari. Salah satu penyebabnya
adalah masing-masing kekuatan politik merasa pendapatnyalah yang paling benar dan
berupaya sekuat tenaga mempertahankannya. Sehingga sulit mencapai konsensus.
Yang lebih parah lagi kalau suatu konsensus diambil dan diputuskan bersama
yang semestinya harus dilaksanakan oleh semua pihak, tetapi ada pihak yang tidak
mau melaksanakan apa yang sudah diputuskan tersebut karena mereka merasa tidak
sependapat.

9. Pengetahuan (knowlodge).

Charles C. Krulak -di dalam tulisannya yang berjudul The Fourteen Basic
Traits of Effective Leadership- antara lain mengatakan:
“To lead others, you must know your business. …a leader must have a
degree of resident knowledge in his or her respective field. …We
accomplish this through continual self-improvement. We read. We
attend seminars and take courses. We listen”.

(Untuk memimpin orang-orang lain, maka anda harus mengetahui urusan


anda…seorang pemimpin harus mempunyai suatu tingkatan pengetahuan tentang
bidangnya masing-masing…Kita menyempurnakan ini dengan melalui peningkatan
diri yang terus-menerus. Kita membaca, menghadiri seminar and mengambil kursus-
kursus serta mendengarkan (dari orang lain).

Kemudian di dalam shalat berjamaah, tidak semua orang boleh menjadi imam
(pemimpin shalat). Dalam hal ini Rasulullah Saw. menjelaskan:

‫اا جعلجييخخإه جوجسخخللجم يجخخاؤيم‬‫صللى ل‬ ‫اإ ج‬ ‫ي جقاجل جقاجل جراسوال ل‬ ‫صاإر ي‬ ‫جعين أجإبيِ جميساعوددّ ايلجين ج‬
‫اإ فجإ إين جكاانوا إفيِ ايلقإجراجءإة جسخخجواقء فجخخأ جيعلجامهايم إباليسخخنلإة فجخخإ إين‬
‫ب ل‬ ‫ايلقجيوجم أجيقجراؤهايم لإإكجتا إ‬
‫جكاانوا إفيِ اليسنلإة جسجواقء فجأ جيقجدامهايم إهيججرةق فجإ إين جكاانوا إفيِ ايلإهيجخخجرإة جسخخجواقء فجأ جيقخخجدامهايم‬
‫إسيلقما‬
Dari Abi Mas’ud al-Anshari berkata: Bersabda Rasulullah Saw. :”Hendaklah yang
mengimami kelompok itu adalah orang yang paling baik bacaan (paham) al-
Qur’annya di antara mereka. Kalau mereka sama baik dalam bacaan (pemahaman)
al-Qur’annya, maka yang paling mengetahui Sunnah. Kalau mereka sama pandainya
dalam Sunnah, maka yang lebih dahulu hijrah di antara mereka. Kalau mereka sama
dalam hal hijrah, maka yang lebih dahulu masuk Islam di antara mereka”.

Atas dasar hadis tersebut dapatlah dipahami bahwa seorang pemimpin


memiliki pengetahuan dan skill dalam bidang pekerjaannya. Tanpa itu, tidak mungkin
dia akan dapat melakukan pekerjaannya atau mengarahkan para stafnya untuk
melakukan pekerjaannya dengan baik. Untuk itulah seorang pemimpin perlu selalu
belajar dan belajar pengetahuan tentang bidang pekerjaannya dengan cara membaca,
bertanya, mengikuti pelatihan-pelatihan dan sebagainya.
Demikian beberapa di antara sekian banyak karakteristik kepemimpinan
menurut Islam. Menurut Islam pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang
mempunyai karakateristik seperti di atas.
2. Etika berpolitik

Islam merupakan way of life bagi seorang Muslim. Karena itulah Islam
haruslah dijadikan sebagai pedoman dan penuntun dalam semua aktivitas
kehidupannya, termasuk dalam kehidupan berpolitik. Dengan demikian Islam tidak
mungkin dipisahkan dengan kehidupan dunia politik. Pemisahan antara agama
dengan dunia politik hanya mungkin dilakukan apabila yang berpolitik itu bukan lagi
manusia. Agama itu diturunkan memang untuk membimbing dan mengarahkan
kehidupan manusia. Kalau di dalam kehidupan manusia, termasuk dalam kehidupan
berpolitik, sudah sudah tidak berpedoman kepada Agama, maka akan banyak
mengalami kekacauan.

Berbicara tentang etika politik pada dasarnya membicarakan tentang


bagaimana seharusnya para pelaku politik tersebut bertindak dan berbuat dalam
aktivitas politik mereka sesuai dengan etika dan moral.
Di dalam Islam ada beberapa etika politik, antara lain: saling menghormati,
saling menghargai hak orang lain, saling menerima dan tidak memaksakan pendapat
sendiri, 1tidak boleh berdusta dan obral janji, tidak boleh saling olok, tidak boleh
mengadu domba, memilih orang yang tepat untuk menduduki suatu jabatan, meraih
kekuasaan dengan cara yang baik, suka bermusyawarah, adil dan amanah dalam
melaksanakan tugas, dan lain sebagainya.
Berikut ini di antara ayat dan hadis yang terkait dengan masalah di atas:

‫ااخخ جعلجييخخإه جوجسخخللجم إإلل قجخخاجل جل‬


‫صللى ل‬ ‫اإ ج‬ ‫ك جقاجل جما جخطجبججنا نجبإييِ ل‬ ‫جعين أجنج إ‬
‫س يبإن جمالإ د‬
‫إإيجماجن لإجمين جل أججمانجةج لجها جوجل إدّيجن لإجمين جل جعيهجد لجها‬
Dari Anas bin Malik berkata Nabi Saw. tidak berbicara kepada kami melainkan
“Tidak beriman bagi siapa yang tidak (memegang) amanah dan tidak beragama bagi
siapa yang tidak menepati janjinya”.

Dalam hadisnya yang sangat populer, Rasulullah Saw. bersabda:


‫اا جعلجييخخإه‬‫صللى ل‬ ‫اإ ج‬ ‫اا جعينهاجما أجنلها جسإمجع جراسوجل ل‬ ‫ضجيِ ل‬ ‫اإ يبإن اعجمجر جر إ‬ ‫جعين جعيبإد ل‬
‫ع جوهاخخجو جميسخخائوةل جعخخين‬ ‫ع جوجميسائوةل جعين جرإعيلتإإه جفا ي إلجماام جرا د‬ ‫جوجسللجم يجاقوال اكلياكيم جرا د‬
‫ت‬‫ع جوهاجو جميسائوةل جعخخين جرإعيلتإخخإه جوايلجمخخيرأجةا فإخخيِ بجييخخ إ‬ ‫جرإعيلتإإه جواللراجال إفيِ أجيهلإإه جرا د‬
‫ع جوهاخخجو‬ ‫جزيوإججها جراإعيجةة جوإهجيِ جميسائولجةة جعين جرإعيلتإجها جوايلجخاإدّام إفيِ جماإل جسخخييإدإه جرا د‬
‫جميسائوةل جعين جرإعيلتإإه‬
“Dari ibnu Umar r.a. bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda: “Setiap kamu sekalian
adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang
dipimpinnya, Imam adalah pemimpin dan akan mintai pertangungjawaban terhadap
yang dipimpinnya, suami adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan mintai
pertangungjawaban terhadap yang dipimpinnya, isteri adalah pemimpin dalam
rumah suaminya dan akan mintai pertangungjawaban terhadap yang dipimpinnya
dan pembantu terhadap harta majikannya adalah pemimpin dan akan mintai
pertangungjawaban terhadap yang dipimpinnya (Hadis Riwayat Bukhari)”.

‫ت إلاتجيمخخجم‬
‫اا جعلجييإه جوجسللجم إإنلجمخخا باإعيثخخ ا‬
‫صللى ل‬ ‫جعين أجإبيِ هاجرييجرةج جقاجل جقاجل جراسوال ل‬
‫اإ ج‬
‫صالإجح ايلجيخجل إ‬
‫ق‬ ‫ج‬
Dari Abi Hurairah r.a. berkata: Bersabda Rasulullah Saw.: Saya diutus hanyalah
untuk menyempurnakan akhlak yang baik (mulia) (Hadis Riwayat Imam Ahmad).

Islam melarang seseorang atau suatu kelompok mengolok dan mengejek


orang atau kelompok lain.

C. RANGKUMAN
Politik adalah aneka aktivitas dalam suatu sistem politik atau negara yang
menyangkut proses menentukan dan melaksanakan tujuan dari sistem tersebut. Ada
juga yang mengartikan politik sebagai suatu seni dan ilmu untuk meraih dan
mencapai kekuasaan, baik secara konstitusional maupun inkonstitusional. Untuk
melaksanakan tujuan yang ingin dicapai tersebut, maka perlu adanya kebijaksanaan
umum (public policy) yang berkenaan dengan pengaturan dan pembagian
(distribution) atau alokasi dari sumber-sumber yang ada. Sedangkan untuk
melaksanakan kebijaksanaan tersebut diperlukan kekuasaan (power) dan kewenangan
(authority). Cara yang digunakan dapat berupa persuasif maupun paksaan.
Prinsip tauhid Islam menekankan hubungan erat antara agama dengan negara,
yaitu tidak ada pemisahan antara agama dengan negara (al-dīn wa al-dawlah) kerana
tiada pemisahan antara agama dengan dunia (al-dīn wa al-dunyā) serta agama dan
politik (al-dīn wa al-siyasah). Berdasarkan prinsip tauhid, ajaran-ajaran Islam
meliputi seluruh aspek kehidupan sama ada sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan,
teknologi, kesenian mahupun politik.
1

Anda mungkin juga menyukai