Anda di halaman 1dari 14

DASAR-DASAR BERMAIN DRAMA

I. PENDAHULUAN

Drama adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan
media percakapan(dialog), gerak dan tingkah laku. Naskah merupakan hal utama dalam
bermain drama (modern) karena ia merupakan panduan bagi para pemeran (aktor) di atas
pentas. Selain naskah, ada unsur-unsur lain yang sangat menentukan yaitu dekorasi (setting),
musik, lighting, make up,kostum,nyanyian, tarian, dan unsur penunjang lainnya.

II. NASKAH
Naskah di sini diartikan sebagai bentuk tertulis dari suatu drama. Sebuah naskah walaupun
telah dimainkan berkali-kali, dalam bentuk yang berbeda-beda, naskah tersebut tidak akan
berubah mutunya. Sebaliknya sebuah atau beberapa drama yang dipentaskan berdasarkan
naskah yang sama dapat berbeda mutunya. Hal ini tergantung pada penggarapan dan situasi,
kondisi, serta tempat di mana dimainkan naskah tersebut. Selain dialog, sebuah naskah yang
baik harus memiliki tema, tokoh dan plot atau rangka cerita.

Dialog
Dialog berisikan kata-kata. Dalam drama para tokoh harus berbicara dan apa yang diutarakan
mesti sesuai dengan perannya, dengan tingkat kecerdasannya, pendidikannya, dsb. Dialog
berfungsi untuk mengemukakan persoalan, menjelaskan perihal tokoh, menggerakkan plot
maju, dan membukakan fakta.

Tema
Tema adalah rumusan inti sari cerita yang dipergunakan dalam menentukan arah dan tujuan
cerita. Dari tema inilah kemudian ditentukan tokoh-tokohnya.

Tokoh
Dalam cerita drama tokoh merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi penggerak
cerita.oleh karena itu seorang tokoh haruslah memiliki karakter, agar dapat berfungsi sebagai
penggerak cerita yang baik. Disamping itu, dalam naskah akan ditentukan dimensi-dimensi
sang tokoh. Biasanya ada 3 dimensi yang ditentukan yaitu:
Dimensi fisiologi (ciri-ciri badani) antara lain: usia, jenis kelamin, keadaan tubuh dan cirri-
ciri muka.
Dimensi sosiologi (latar belakang) kemasyarakatan misalnya status sosial, pendidikan,
pekerjaan, peranan dalam masyarakat, kehidupan pribadi, pandangan hidup, agama, hobby,
dan sebagainya.
Dimensi psikologis (latar belakang kejiwaan) misalnya temperamen, mentalitas, sifat, sikap
dan kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian dalam bidang tertentu, kecakapan, dan lain
sebagainya.
Apabila kita mengabaikan salah satu saja dari ketiga dimensi diatas, maka tokoh yang akan
kita perankan akan menjadi tokoh yang kaku, timpang, bahkan cenderung menjadi tokoh
yang mati.

Plot
Plot adalah alur atau kerangka cerita. Plot merupakan suatu keseluruhan peristiwa didalam
naskah. Secara garis besar, plot drama dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
1.Pemaparan (eksposisi)
Bagian pertama dari suatu pementasan drama adalah pemaparan atau eksposisi. Pada bagian
ini diceritakan mengenai tempat, waktu dan segala situasi dari para pelakunya. Kepada
penonton disajikan sketsa cerita sehingga penonton dapat meraba dari mana cerita ini
dimulai. Jadi eksposisi berfungsi sebagai pengantar cerita. Pada umumnya bagian ini
disajikan dalam bentuk sinopsis.

2. Komplikasi awal atau konflik awal


Kalau pada bagian pertama tadi situasi cerita masih dalam keadaan seimbang maka pada
bagian ini mulai timbul suatu perselisihan atau komplikasi. Konflik merupakan kekuatan
penggerak drama.

3. Klimaks dan krisis


Klimaks dibangun melewati krisis demi krisis. Krisis adalah puncak plot dalam adegan.
Konflik adalah satu komplikasi yang bergerak dalam suatu klimaks.

4. Penyelesaian (denouement)
Drama terdiri dari sekian adegan yang di dalamnya terdapat krisis-krisis yang memunculkan
beberapa klimaks. Satu klimaks terbesar dibagian akhir selanjutnya diikuti adegan
penyelesaian.

III. LATIHAN DASAR


Dalam bermain drama ada yang disebut dengan akting. Akting adalah pelafalan dialog (yang
tertulis di dalam naskah) disertai dengan gerak atau gesture. Seorang aktor dikatakan baik
apabila ia sanggup membawakan dialog sesuai dengan karakter tokoh yang diperankannya.
Dialog itu bisa terdengar (volume baik), jelas (artikulasi baik), dimengerti (lafal benar), dan
aktor bisa menghayati sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah.
Seorang aktor yang baik akan mampu membawakan dialog tersebut dengan gerak yang pas
(tidak berlebihan atau dibuat-buat). Ia bergerak dengan leluasa (blocking baik) tidak ragu
ragu ( meyakinkan), dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan), dan juga bisa
menghayati sesuai dengan tuntutan peran yang ditentukan dalam naskah.

3.1 BLOCKING
Blocking adalah kedudukan aktor pada saat di atas pentas. Dalam permainan drama, blocking
yang baik sangat diperlukan, oleh karena itu pada waktu bermain kita harus selalu
mengontrol tubuh kita agar tidak merusak blocking. Blocking tersebut harus seimbang, utuh,
bervariasi dan memiliki titik pusat perhatian serta wajar.Jelas, tidak ragu ragu, meyakinkan.
Kesemuanya itu mempunyai pengertian bahwa gerak yang dilakukan jangan setengah
setengah dan jangan sampai berlebihan. Kalau ragu ragu terkesan kaku sedangkan kalau
berlebihan terkesan over acting.

Beberapa prinsip dasar dalam mengolah blocking di antaranya:


1. Dimengerti (jelas)

Apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari hukum gerak dalam
kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan tangan kanan, maka tubuh
kita akan miring ke kiri, dsb.
Blocking harus memiliki motivasi yang jelas berarti gerak-gerak anggota tubuh maupun
gerak wajah harus sesuai tuntutan peran dalam naskah.

2. Seimbang
Seimbang berarti kedudukan pemain, termasuk juga benda-benda yang ada diatas panggung
(setting) tidak mengelompok di satu tempat, sehingga mengakibatkan adanya kesan berat
sebelah. Jadi semua bagian panggung harus terwakili oleh pemain atau benda-benda yang ada
di panggung. Penjelasan lebih lanjut mengenai keseimbangan panggung ini akan disampaikan
pada bagian mengenai "Komposisi Pentas".

3. Utuh
Utuh berarti blocking yang ditampilkan hendaknya merupakan suatu kesatuan. Semua
penempatan dan gerak yang harus dilakukan harus saling menunjang dan tidak saling
menutupi.

4. Bervariasi
Bervariasi artinya bahwa kedudukan pemain tidak disuatu tempat saja, melainkan
membentuk komposisi-komposisi baru sehingga penonton tidak jenuh. Keadaan seorang
pemain jangan sama dengan kedudukan pemain lainnya. Misalnya sama-sama berdiri, sama-
sama jongkok, menghadap ke arah yang sama, dsb. Kecuali kalau memang dikehendaki oleh
naskah.

5. Memiliki titik pusat


Memiliki titik pusat artinya setiap penampilan harus memiliki titik pusat perhatian. Hal ini
penting artinya untuk memperkuat peranan lakon dan mempermudah penonton untuk melihat
dimana sebenarnya titik pusat dari adegan yang sedang berlangsung. Antara pemain juga
jangan saling mengacau sehingga akan mengaburkan dimana sebenarnya letak titik perhatian.

6. Wajar
Wajar artinya setiap penempatan pemain ataupun benda-benda haruslah tampak wajar, tidak
dibuat-buat. Disamping itu setiap penempatan juga harus memiliki motivasi dan harus
beralasan.
Dalam drama kontemporer kadang-kadang naskah tidak menuntut blocking yang sempurna,
bahkan kadang-kadang juga sutradara atau naskah itu sendiri sama sekali meninggalkan
prinsip-prinsip blocking. Ada juga naskah yang menuntut adanya gerak-gerak yang seragam
diantara para pemainnya.

3.2 MEDITASI
Secara umum arti meditasi adalah mencoba untuk menenangkan pikiran. Dalam teater dapat
diartikan sebagai suatu usaha untuk menenangkan dan mengosongkan pikiran dengan tujuan
untuk memperoleh kestabilan diri.

Tujuan Meditasi:
1. Mengosongkan pikiran.
Kita mencoba mengosongkan pikiran kita, dengan jalan membuang segala sesuatu yang ada
dalam pikiran kita, tentang berbagai masalah baik itu masalah keluarga, sekolah, pribadi dan
sebagainya. Kita singkirkan semua itu dari otak kita agar pikiran kita bebas dari segala beban
dan ikatan.
2. Meditasi sebagai jembatan.
Disini alam latihan kita sebut sebagai alam "semu", karena segala sesuatu yang kita kerjakan
dalam latihan adalah semu, tidak pernah kita kerjakan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi
setiap gerak kita akan berbeda dengan kelakuan kita sehari-hari. Untuk itulah kita
memerlukan suatu jembatan yang akan membawa kita dari alam kehidupan kita sehari-hari ke
alam latihan.

Cara meditasi:
1. Posisi tubuh tidak terikat, dalam arti tidak dipaksakan. Tetapi yang biasa dilakukan adalah
dengan duduk bersila, badan usahakan tegak. Cara ini dimaksudkan untuk memberi
bidang/ruangan pada rongga tubuh sebelah dalam.

2. Atur pernapasan dengan baik, hirup udara pelan-pelan dan keluarkan juga dengan
perlahan. Rasakan seluruh gerak peredaran udara yang masuk dan keluar dalam tubuh kita.
Kosongkan pikiran kita, kemudian rasakan suasana yang ada disekeliling kita dengan segala
perasaan. Kita akan merasakan suasana yang hening, tenang, bisu, diam tak bergerak. Kita
menyuruh syaraf kita untuk lelap, kemudian kita siap untuk berkonsentrasi.

Catatan:
Pada suatu saat mungkin kita kehilangan rangsangan untuk berlatih, seolah-olah timbul
kelesuan dalam setiap gerak dan ucapan. Hal ini sering terjadi akibat diri terlalu lelah atau
terlalu banyak pikiran. Jika hal ini tidak diatasi dan kita paksakan untuk berlatih, maka akan
sia-sia belaka. Cara untuk mengatasi adalah dengan MEDITASI. Meditasi juga perlu
dilakukan bila kita akan bermain di panggung, agar kita dapat mengkonsentrasikan diri kita
dengan peran yang hendak kita bawakan.

3.3 KONSENTRASI
Konsentrasi secara umum berarti "pemusatan". Dalam teater kita mengartikannya dengan
pemusatan pikiran terhadap alam latihan atau peran-peran yang akan kita bawakan agar kita
tidak terganggu dengan pikiran-pikiran lain, sehingga kita dapat menjiwai segala sesuatu
yang kita kerjakan.

Cara konsentrasi:
Kita harus melakukan dahulu meditasi. Kita kosongkan dulu pikiran kita, dengan cara-cara
yang sudah ditentukan. Kita kerjakan sesempurna mungkin agar pikiran kita benar-benar
kosong dan siap berkonsentrasi.
Setelah pikiran kita kosong, mulailah memasuki otak kita dengan satu unsur pikiran. Rasakan
bahwa saat ini sedang latihan, kita memasuki alam semu yang tidak kita dapati dalam
kehidupan sehari-hari. Jangan memikirkan yang lain, selain bahwa kita saat ini sedang latihan
teater.

Catatan:
Pada saat kita akan membawakan suatu peran, misalnya sebagai ayah, nenek, gadis pemalu
dan sebagainya, baik itu dalam latihan atau pementasan, konsentrasikan pikiran kita pada
hal tersebut. Jangan sekali-kali memikirkan yang lain.

3.4 PERNAPASAN
Seorang artis panggung, baik itu dramawan ataupun penyanyi, maka untuk memperoleh suara
yang baik ia memerlukan pernapasan yang baik pula. Oleh karena itu ia harus melatih
pernapasan/alat-alat pernapasannya serta mempergunakannya secara tepat agar dapat
diperoleh hasil yang maksimum, baik dalam latihan ataupun dalam pementasan.
Ada empat macam pernapasan yang biasa dipergunakan:

1. Pernapasan dada
Pada pernapasan dada kita menyerap udara kemudian kita masukkan ke rongga dada
sehingga dada kita membusung. Di kalangan orang orang teater pernapasan dada biasanya
tidak dipergunakan karena disamping daya tampung atau kapasitas dada untuk udara sangat
sedikit, juga dapat mengganggu gerak/akting sang aktor, karena bahu menjadi kaku.

2. Pernapasan perut
Dinamakan pernapasan perut jika udara yang kita hisap kita masukkan ke dalam perut
sehingga perut kita menggelembung. Pernapasan perut dipergunakan oleh sebagian
dramawan, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak
dibandingkan dada.

3. Pernapasan lengkap
Pada pernapasan lengkap kita mempergunakan dada dan perut untuk menyimpan udara,
sehingga udara yang kita serap sangat banyak (maksimum). Pernapasan lengkap
dipergunakan oleh sebagian artis panggung yang biasanya tidak terlalu mengutamakan
akting, tetapi mengutamakan vokal.

4. Pernapasan diafragma
Diafragma adalah bagian tubuh kita yang terletak diantara rongga dada dan perut. Sedangkan
yang dimaksud dengan Pernapasan diafragma adalah ketika sang aktor itu mengambil udara
sebanyak-banyaknya kemudian disimpan di diafragma dan rasakan bahwa diafragma itu
benar-benar mengembang. Hal ini dapat kita rasakan dengan mengembangnya perut,
pinggang, bahkan bagian belakang tubuh di sebelah atas pinggul kita juga turut mengembang.
Akhir-akhir ini, banyak orang teater yang mempergunakan pernapasan diafragma, karena
tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dengan
pernapasan perut.

Latihan latihan pernapasan:


Pertama kita menyerap udara sebanyak mungkin. Kemudian masukkan ke dalam dada,
kemudian turunkan ke perut, sampai di situ napas kita tahan. Dalam keadaan demikian tubuh
kita gerakkan turun sampai batas maksimum bawah. Setelah sampai di bawah, lalu naik lagi
ke posisi semula, barulah napas kita keluarkan kembali.

Cara kedua adalah menarik napas dan mengeluarkannya kembali dengan cepat.
Cara berikutnya adalah menarik napas dalam dalam, kemudian keluarkan lewat mulut dengan
mendesis, menggumam, ataupun cara cara lain. Di sini kita sudah mulai menyinggung vokal.
*Catatan: Bila sudah menentukan pernapasan apa yang akan kita pakai, disarankan agar
janganlah beralih ke bentuk pernapasan yang lain.

3.5 VOKAL
Untuk menjadi seorang pemain drama yang baik, maka dia harus mempunyai dasar vokal
yang baik pula. "Baik" dalam pengertian:
- dapat terdengar (dalam jangkauan penonton, sampai penonton, yang paling belakang),
- jelas (artikulasi/pengucapan yang tepat),
- tersampaikan misi (pesan) dari dialog yang diucapkan, dan
- tidak monoton.
Untuk mempunyai vokal yang baik ini, maka perlu dilakukan latihan latihan vokal. Banyak
cara, yang dilakukan untuk melatih vokal, antara lain:
1. Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menghentakan suara "wah…" dengan
energi suara. Lakukan ini berulang kali.
2. Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menggumam "mmm…mmm…"
(suara keluar lewat hidung).

3. Sama dengan latihan kedua, hanya keluarkan dengan suara mendesis,"ssss……."


4. Hirup udara banyak banyak, kemudian keluarkan vokal "aaaaa……." sampai batas napas
yang terakhir. Nada suara jangan berubah.
5. Sama dengan latihan di atas, hanya nada (tinggi rendah suara) diubah-ubah naik turun
(dalam satu tarikan napas)
6. Keluarkan vokal "a…..a……" secara terputus-putus.
7. Keluarkan suara vokal "a i u e o", "ai ao au ae ", "oa oi oe ou", "iao iau iae aie aio aiu oui
oua uei uia ......" dan sebagainya.
8. Berteriaklah sekuat kuatnya sampai ke tingkat histeris.
9. Bersuara, berbicara, berteriak sambil berialan, jongkok, bergulung gulung, berlari, berputar
putar dan berbagai variasi lainnnya.

*Catatan:
Apabila suara kita menjadi serak karena latihan latihan tadi, janganlah takut. Hal ini biasa
terjadi apabila kita baru pertama kali melakukan. Sebabnya adalah karena lendir lendir di
tenggorokan terkikis, bila kita bersuara keras. Tetapi bila kita sudah terbiasa, tenggorokan
kita sudah agak longgar dan selaput suara (larink) sudah menjadi elastis. Maka suara yang
serak tersebut akam menghilang dengan sendirinya. Dan ingat, janganlah terlalu memaksa
alat alat suara untuk bersuara keras, sebab apabila dipaksakan akan dapat merusak alat alat
suara kita. Berlatihlah dalam batas-batas yang wajar.
Latihan ini biasanya dilakukan di alam terbuka. misalnya di gunung, di tepi sungai, di dekat
air terjun dan sebagainya. Di sana kita mencoba mengalahkan suara suara di sekitar kita,
disamping untuk menghayati karunia Tuhan.

3.6 ARTIKULASI
Artikulasi yang dimaksud adalah pengucapan kata melalui mulut agar terdengar dengan baik
dan benar serta jelas, sehingga telinga pendengar/penonton dapat mengerti pada kata-kata
yang diucapkan. Pada pengertian artikulasi ini dapat ditemukan beberapa sebab yang
mongakibatkan terjadinya artikulasi yang kurang/tidak benar, yaitu:
1. Cacat artikulasi alami: cacat artikulasi ini dialami oleh orang yang berbicara gagap atau
orang yang sulit mengucapkan salah satu konsonan, misalnya "r", dan sebagainya.
2. Artikulasi jelek; ini bukan disebabkan karena cacat artikulasi, melainkan terjadi sewaktu-
waktu. Hal ini sering terjadi pada pengucapan naskah/dialog.
Misalnya:
Kehormatan menjadi kormatan,
menyambung menjadi mengambung, dan sebagainya.

Artikulasi jelek disebabkan belum terbiasa pada dialog, pengucapan terlalu cepat, gugup, dan
sebagainya. Sedangkan artikulasi menjadi tak tentu: hal ini terjadi karena pengucapan
kata/dialog terlalu cepat, seolah olah kata demi kata berdempetan tanpa adanya jarak sama
sekali.
Untuk mendapatkan artikulasi yang baik, maka kita harus melakukan latihan:
1. Mengucapkan alfabet dengan benar, perhatikan bentuk mulut pada setiap pengucapan.
Ucapkan setiap huruf dengan nada-nada tinggi, rendah, sengau, kecil, besar, dsb. Juga
ucapkanlah dengan berbisik.
2. Variasikan dengan pengucapan lambat, cepat, naik, turun, dsb
3. Membaca kalimat dengan berbagai variasi seperti di atas. Perhatikan juga bentuk mulut.

3.7 INTONASI
Seandainya pada dialog yang kita ucapkan, kita tidak menggunakan intonasi, maka akan
terasa monoton, datar dan membosankan. Yang dimaksud intonasi di sini adalah tekanan-
tekanan yang diberikan pada kata, bagian kata atau dialog. Dalam tatanan intonasi, terdapat
tiga macam, yaitu:

Tekanan Dinamik (keras lemah)


Ucapkanlah dialog pada naskah dengan melakukan penekanan-penekanan pada setiap kata
yang memerlukan penekanan. Misainya saya pada kalimat "Saya membeli pensil ini"
Perhatikan bahwa setiap tekanan memiliki arti yang berbeda. Misal:
SAYA membeli pensil ini. (Saya, bukan orang lain)
Saya MEMBELI pensil ini. (Membeli, bukan, menjual)
Saya membeli PENSIL ini. (Pensil, bukan buku tulis)

Tekanan Nada (tinggi rendah)


Cobalah mengucapkan kalimat/dialog dengan memakai nada/aksen, artinya tidak
mengucapkan seperti biasanya. Yang dimaksud di sini adalah membaca/mengucapkan dialog
dengan Suara yang naik turun dan berubah-ubah. Jadi yang dimaksud dengan tekanan nada
ialah tekanan tentang tinggi rendahnya suatu kata.

Tekanan Tempo
Tekanan tempo adalah memperlambat atau mempercepat pengucapan. Tekanan ini sering
dipergunakan untuk lebih mempertegas apa yang kita maksudkan. Untuk latihannya cobalah
membaca naskah dengan tempo yang berbeda-beda. Lambat atau cepat silih berganti.

3.8 WARNA SUARA


Hampir setiap orang memiliki warna suara yang berbeda. Demikian pula usia sangat
mempengaruhi warna suara. Misalnya saja seorang kakek, akan berbeda warna suaranya
dengan seorang anak muda. Seorang ibu akan berbeda warna suaranya dengan anak gadisnya.
Apalagi antara laki laki dengan perempuan, akan sangat jelas perbedaan warna suaranya. Jadi
jelaslah bahwa untuk membawakan suatu dialog dengan baik, maka selain harus
memperhatikan artikulasi, gestikulasi dan intonasi, harus memperhatikan juga warna suara.
Sebagai latihan dapat dicoba mengubah-ubah warna suara dengan menirukan warna suara
seorang tua, pengemis, anak kecil, dan lain sebagainya.

Untuk latihan cobalah membaca naskah berikut ini dengan menggunakan dasar dasar vokal
seperti di atas.
(Kang Dul masuk tergopoh gopoh)
Kang Dul: Aduh Mas….e…..e…..itu, Mas…. Anu…. Mas….a….a….ada mahasiswa bawa
mobil, pakaiannya bagus. Saya takut, Mas, mungkin dia orang kota, Mas.
Bambang: Goblog ! Kenapa Takut ? Kenapa tidak kau kumpulkan saja orang-orangmu untuk
mengusirnya ?
Pak Slamet: (kepada Bambang) Kau lebih-lebih Goblog ! Kau membohongi saya ! Kau tadi
lapor apa ?! Sudah tidak ada orang kota yang masuk ke daerah kita, hei ! (sambil
mencengkeram Bambang).
Bambang: Sungguh, Pak, sudah lama tidak ada orang kota yang masuk.
Pak Slamet: (membentak sambil mendorong) Diam Kamu !
(kepada Kang Dul) Di mana dia sekarang ?
Kang Dul: Di sana Pak, nongkrong di kantin sambil main leptop.

Selain mengenai dasar dasar vokal di atas, dalam sebuah dialog diperlukan juga adanya suatu
penghayatan. Mengenai penghayatan ini akan diterangkan dalam bagian tersendiri.

3.9 GESTIKULASI
Gestikulasi adalah suatu cara untuk memenggal kata dan memberi tekanan pada kata atau
kalimat pada sebuah dialog. Jadi seperti halnya artikulasi, gestikulasi pun merupakan bagian
dari dialog, hanya saja fungsinya yang berbeda. Gestikulasi tidak disebut pemenggalan
kalimat karena dalam dialog satu kata dengan satu kalimat kadang kadang memiliki arti yang
sama. Misalnya kata "Pergi !!!!" dengan kalimat "Angkat kaki dari sini !!!". Juga dalam
drama bisa saja terjadi sebuah dialog yang berbentuk "Lalu ?" , "Kenapa ?" atau "Tidak !"
dan sebagainya. Karena itu diperlukan suatu ketrampilan dalam memenggal kata pada sebuah
dialog. Gestikulasi harus dilakukan, sebab kata kata yang pertama dengan kata berikutnya
dalam sebuah dialog dapat memiliki maksud yang berbeda. Misalnya: "Tuan kelewatan.
Pergi!". Antara "Tuan kelewatan" dan "Pergi" harus dilakukan pemenggalan karena antara
keduanya memiliki maksud yang berbeda. Hal ini dilakukan agar lebih lancar dalam
memberikan tekanan pada kata. Misalnya "Tuan kelewatan"....... (mendapat tekanan),
"Pergi…." (mendapat tekanan).

3.10 OLAH TUBUH


Sebelum kita melangkah lebih jauh untuk mempelajari seluk beluk gerak, maka terlebih
dahulu kita harus mengenal tentang olah tubuh. Olah tubuh (bisa juga dikatakan senam),
sangat perlu dilakukan sebelum kita mengadakan latihan atau pementasan. Dengan berolah
tubuh kita akan, mendapat keadaaan atau kondisi tubuh yang maksimal. Selain itu olah tubuh
juga mempunyai tujuan melatih atau melemaskan otot otot kita supaya elastis, lentur, luwes
dan supaya tidak ada bagian bagian tubuh kita yang kaku selama latihan-latihan nanti.

Pelaksanaan olah tubuh:


Pertama sekali mari kita perhatikan dan rasakan dengan segenap panca indera yang kita
punyai. Dengan memakai rasa kita perhatikan seluruh tubuh kita, mulai dari ujung rambut
sampai ujung kaki.

Sekarang mari kita menggerakkan tubuh kita.


1. Jatuhkan kepala ke depan. Kemudian jatuhkan ke belakang, ke kiri, ke kanan. Ingat
kepala/leher dalam keadaan lemas, seperti orang mengantuk.
2. Putar kepala pelan pelan dan rasakan lekukan lekukan di leher, mulai dari muka. kemudian
ke kiri, ke belakang dan ke kanan. Begitu seterusnya dan lakukan berkali kali. Ingat, pelan
pelan dan rasakan !
3. Putar bahu ke arah depan berkali kali, juga ke arah belakang. Pertama satu-persatu terlebih
dahulu, baru kemudian bahu kiri dan kanan diputar serentak.
4. Putar bahu kanan ke arah depan, sedangkan bahu kiri diputar ke arah belakang. Demikian
pula sebaliknya.

5. Rentangkan tangan kemudian putar pergelangan tangan, putar batas siku, putar tangan
keseluruhan. Lakukan berkali kali, pertama tangan kanan dahulu, kemudian tangan kiri, baru
bersama sama.

6. Putar pinggang ke kiri, depan, kanan, belakang. Juga sebaliknya.


7. Ambil posisi berdiri yang sempurna, lalu angkat kaki kanan dengan tumpuan pada kaki
kiri. Jaga jangan sampai jatuh. Kemudian putar pergelangan kaki kanan, putar lutut kanan,
putar seluruh kaki kanan. Kerjakan juga pada kaki kiri sesuai dengan cara di atas.
8. Sebagai pembuka dan penutup olah tubuh ini, lakukan iari lari di tempat dan meloncat
loncat.

Macam Macam Gerak:


Setiap orang memerlukan gerak dalam hidupnya. Banyak gerak yang dapat dilakukan
manusia. Dalam latihan dasar teater, kita juga harus mengenal dengan baik bermacam macam
gerak Latihan latihan mengenai gerak ini harus diperhatikan secara khusus oleh seseorang
yang berkecimpung dalam bidang teater.
Pada dasarnya gerak dapat dibagi menjadi dua, yaitu

Gerak teaterikal
Gerak teaterikal adalah gerak yang dipakai dalam teater, yaitu gerak yang lahir dari keinginan
bergerak yang sesuai dengan apa yang dituntut dalam naskah. Jadi gerak teaterikal hanya
tercipta pada waktu memainkan naskah drama.

Gerak non teaterikal


Gerak non teaterikal adalah gerak kita dalam kehidupan sehari hari. Gerak yang dipakai
dalam teater (gerak teaterikal) ada bermacam macam, secara garis besar dapat kita bagi
menjadi dua, yaitu gerak halus dan gerak kasar.

Gerak Halus
Gerak halus adalah gerak pada raut muka kita atau perubahan mimik, atau yanq lebih dikenal
lagi dengan ekspresi. Gerak ini timbul karena pengaruh dari dalam/emosi, misalnya marah,
sedih, gembira, dan sebagainya.

Gerak Kasar
Gerak kasar adalah gerak dari seluruh/sebagian anggota tubuh kita. Gerak ini timbul karena
adanya pengaruh baik dari luar maupun dari dalam. Gerak kasar masih dapat dibagi menjadi
empat bagian. yaitu:
(1)Business, adalah gerak gerak kecil yang kita lakukan tanpa penuh kesadaran Gerak ini kita
lakukan secara spontan, tanpa terpikirkan (refleks). Misalnya:
- sewaktu kita sedang mendengar alunan musik, secara tak sadar kita menggerak gerakkan
tangan atau kaki mengikuti irama musik.
- sewaktu kita sedang belajar/membaca, kaki kita digigit nyamuk. Secara refleks tangan kita
akan memukul kaki yang tergigit nyamuk tanpa kehilangan konsentrasi kita pada belajar.

(2)Gestures, adalah gerak gerak besar yang kita lakukan. Gerak ini adalah gerak yang kita
lakukan secara sadar. Gerak yang terjadi setelah mendapat perintah dari diri/otak kita Untuk
melakukan sesuatu, misalnya saja menulis, mengambil gelas, jongkok, dsb. (3)Movement,
adalah gerak perpindahan tubuh dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Gerak ini tidak
hanya terbatas pada berjalan saja, tetapi dapat juga berupa berlari, bergulung gulung,
melompat, dsb. (4)Guide, adalah cara berjalan. Cara berjalan disini bisa bermacam-macam.
Cara berjalan orang tua akan berbeda dengan cara berjalan seorang anak kecil, berbeda pula
dengan cara berjalan orang yang sedang mabuk, dsb.

Setiap gerakan yang kita lakukan harus mempunyai arti, motif dan dasar. Hal ini harus benar-
benar diperhatikan dan harus diyakini benar-benar oleh seorang pemain apa maksud dan
maknanya ia melakukan gerakan yang demikian itu. Dalam latihan gerak, kita mengenal
latihan "gerak-gerak dasar". Latihan mengenai gerak-gerak dasar ini kita bagi menjadi tiga
bagian, yaitu:

(1)Gerak dasar bawah: posisinya dalam keadaan duduk bersila. Di sini kita hanya boleh
bergerak sebebasnya mulai dari tempat kita berpijak sampai pada batas kepala kita.

(2)Gerak dasar tengah: posisi kita saat ini dalam keadaan setengah berdiri. Di sini kita
diperbolehkan bergerak mulai dari bawah sampai diatas kepala.
(3)Gerak dasar atas: di sini kita boleh bergerak sebebas-bebasnya tanpa ada batas.

Dalam melakukan gerak-gerak dasar diatas kita dituntut untuk berimprovisasi / menciptakan
gerak-gerak yang bebas, indah dan artistik.

Latihan-latihan gerak yang lain:


1. Latihan cermin.
Dua orang berdiri berhadap-hadapan satu sama lain. Salah seorang lalu membuat gerakan dan
yang lain menirukannya, persis seperti apa yang dilakukan temannya, seolah-olah sedang
berdiri didepan cermin. Latihan ini dilakukan bergantian.

2. Latihan gerak dan tatap mata


Sama dengan latihan cermin, hanya waktu berhadapan mata kedua orang tadi saling tatap,
seolah kedua pasang mata sudah saling mengerti apa yang akan digerakkan nanti.

3. Latihan melenturkan tubuh


Seseorang berdiri dalam keadaan lemas. Kemudian seorang lagi membantu mengangkat
tangan temannya. Setelah sampai atas dijatuhkan. Dapat juga sebelum dijatuhkan lengan /
tangan tersebut diputar-putar terlebih dahulu.

4. Latihan gerak bersama


Suatu kelompok yang terdiri dari beberapa orang melakukan gerakan yang sama seperti
dilakukan oleh pemimpin kelompok tersebut, yang berdiri didepan mereka.

5. Latihan gerak mengalir


Suatu kelompok yang terdiri beberapa orang saling bergandengan tangan, membentuk
lingkaran. Kemudian salah seorang mulai melakukan gerakan ( menggerakkan tangan atau
tubuh ) dan yang lain mengikuti gerakan tangan orang yang menggandeng tangannya. Selama
melakukan gerakan, tangan kita jangan sampai terlepas dari tangan teman kita. Latihan ini
dilakukan dengan memejamkan mata dan konsentrasi, sehingga akan terbentuk gerakan yang
artistik.
3.11 GERAK DAN VOKAL
Setelah kita berlatih tentang vokal dan gerak secara terpisah, maka sekarang kita mencoba
untuk memadukan antara vokal dan gerak. Banyak bentuk-bentuk latihan yang dapat
dilakukan, antara lain mengucapkan kalimat yang panjang sambil berlari-lari, melompat,
jongkok, bergulung-gulung, atau juga bisa dengan memutar-mutar kepala, memutar-mutar
tubuh, dan sebagainya. Latihan ini berguna sekali bagi kita pada waktu acting. Tujuannya
adalah agar vokal dan gerak kita selalu serasi, agar gerak kita tidak terlalu banyak
berpengaruh pada vokal.

3.12 PENGGUNAAN PANCAINDERA


Manusia yang normal dikaruniai Tuhan dengan lima panca indera secara utuh. Dalam
kehidupan sehari-hari kita selalu menggunakan panca indera kita tersebut, baik secara
bersama-sama ataupun sendiri-sendiri. Dalam teater kita juga harus menggunakan indera kita
dengan baik agar dapat memainkan suatu peran dengan baik pula.
Supaya alat-alat indera kita dapat bekerja semaksimal mungkin, tentu saja harus dilatih. Hal
ini sangat perlu dalam teater untuk membantu kita dalam membentuk ekspresi. Bentuk-
bentuk latihan yang dapat dilakukan, antara lain:

Mata
Duduk bersila sambil menatap suatu titik di dinding. Konsentrasi hanya pada titik tersebut.
Usahakan menatap titik tersebut tanpa berkedip, selama mungkin.

Telinga
Duduk bersila, pejamkan mata. Sementara itu seseorang mengetuk-ngetuk sesuatu pada
beberapa macam benda, dimana setiap benda memiliki nada / suara yang berlainan. Hitunglah
berapa kali ketukan pada benda yang sudah ditentukan.
Duduklah ditepi jalan yang ramai, sambil memejamkan mata. Cobalah untuk mengenali suara
apa saja yang masuk ke telinga, misalnya suara truk, bus, sepeda motor, suara tawa seseorang
diatas sepeda motor, suara sepatu diatas trotoar,dsb.

Hidung
Duduk ditepi jalan sambil memejamkan mata, kemudian cobalah untuk mengenali bau apa
yang ada disekitar kita. Misalnya bau keringat orang yang lewat didepan kita, bau parfum,
asap knalpot, asap rokok, atau tanah yang baru disiram hujan, dsb.
Ciumlah tangan, kaki, pakaian, dan jika bisa seluruh tubuh kita, rasakan dan hayati benar-
benar bagaimana baunya.

Kulit
Rabalah tangan, kaki, kepala dan seluruh tubuh kita, juga pakaian kita. Rasakan dan kenalilah
tubuh kita itu, cari perbedaan antara setiap tubuh.
Rabalah dinding, lantai, meja, atau benda-benda lain. Perhatikanlah bagaimana rasanya,
dingin atau panas. Juga sifatnya halus atau kasar dan coba juga mengenali bentuknya.
Lakukan latihan ini dengan mata terpejam.

Lidah
Rabalah dengan lidah bagaimana bentuk mulut kita, bagaimana bentuk gigi, langit-langit,
bibir, dan sebagainya.
Rasakan dengan menjilat, bagaimana rasa dari sebuah kancing baju, sapu tangan, batang
pensil, tangan yang berkeringat,dsb.
3.13 KARAKTERISASI
Karakterisasi adalah suatu usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari tokoh yang
diperankan. Tokoh-tokoh dalam drama, adalah orang-orang yang berkarakter. Jadi seorang
pemain drama yang baik harus bisa menampilkan karakter dari tokoh yang diperankannya
dengan tepat. Dengan demikian penampilannya akan menjadi sempurna karena ia tidak hanya
menjadi figur dari seorang tokoh saja, melainkan juga memiliki watak dari tokoh tersebut.

Agar kita dapat memainkan tokoh yang berkarakter seperti yang dituntut naskah, maka kita
harus terlebih dahulu mengenal watak dari tokoh tersebut. Suatu misal, kita dapat peran
menjadi seorang pengemis. Nah, kita harus mengenal secara lengkap bagaimana sifat-
sifatnya, tingkah lakunya, dsb. Apakah dia seorang yang licik, pemberani, atau pengecut,
alim, ataukah hanya sekedar kelakuan yang dibuat-buat.
Demikianlah, kita menyadari bahwa untuk memerankan suatu tokoh, kita tidak hanya
memerankan jabatannya, tetapi juga wataknya. Misalnya:
Tokoh (A) … jabatan (lurah) … watak (licik, pura-pura, pengecut)
Tokoh (B) … jabatan (jongos) … watak (baik hati, ramah, jujur, mengalah)
Untuk melatih karakteristik dapat dipakai cara sebagai berikut:
Dengan menirukan gerak-gerak dasar yang biasa dilakukan oleh pengemis, kakek, anak kecil,
pemabuk, orang buta, dsb. (yang dimaksud dengan gerak-gerak dasar disini adalah cirri-ciri
khas)
Dua orang atau lebih, berdiri dan berkonsentrasi, kemudian salah satu memberi perintah
kepada temannya untuk bertindak / berlaku sebagai tokoh dari apa yang diceritakan. Untuk
membantu memberi suasana, dapat memakai musik pengiring.
Untuk memperdalam mengenai karakteristik, maka agaknya perlu juga kita mempelajari
observasi, ilusi, imajinasi dan emosi. Untuk itu marilah kita kenali satu persatu.

3.14 OBSERVASI
Observasi adalah suatu metode untuk mempelajari / mengamati seorang tokoh. Bagaimana
tingkah lakunya, cara hidupnya, kebiasaannya, pergaulannya, cara bicaranya, dsb. Setelah
kita mengenal segala sesuatu tentang tokoh tersebut, kita akan mengetahui wujud dari tokoh
itu. Setelah itu baru kita menirukannya. Dengan demikian kita akan menjadi tokoh yang kita
ingini.

3.15 ILUSI
Ilusi adalah bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah terjadi, baik
yang dialami sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu dapat berupa pengalaman, hasil
observasi, mimpi, apa yang dilihat, dirasakan, ataupun angan-angan, kemungkinan-
kemungkinan, ramalan, dan lain sebagainya.
Cara-cara melatihnya antara lain:
Menyampaikan data-data tentang suatu kecelakaan, kebakaran, dsb.
Bercerita tentang perjalanan keliling pulau Jawa, ketika dimarahi guru, dsb.
Menyampaikan pendapat tentang lingkungan hidup, sopan santun dikampung, dsb.
Menyampaikan keinginan untuk menjadi raja, polisi, dewa, burung, artis, dsb.
Berangan-angan bahwa kelak akan terjadi perang antar planet, dsb.

3.16 IMAJINASI
Imajinasi adalah suatu cara untuk menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah
ada. Kalau ilusi obyeknya adalah peristiwa, maka imajinasi obyeknya benda atau sesuatu
yang dibendakan. Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu menggantungkan diri pada
benda-benda yang kongkrit. Juga diatas pentas, penonton akan melihat bahwa apa yang
ditampilkan tampak benar-benar terjadi walaupun sesungguhnya tidak terlihat, benar-benar
dialami sang pelaku. Kemampuan untuk berimajinasi benar-benar diuji bilamana kita sedang
memainkan sebuah pantomim.

Sebagai contoh, dalam naskah OBSESI, terjadi dialog antara pemimpin koor dengan roh suci.
Roh suci disini hanya terdengar suaranya, tetapi pemain harus menganggap bahwa roh suci
benar-benar ada. Dalam contoh lain dapat kita lihat pada sebuah naskah yang didalamnya
terdapat sebuah dialog, sebagai berikut: "Hei letnan, coba perhatikan perempuan berkaca
mata gelap didepan toko itu. Perhatikan topi dan tas hitam yang dipakainya. Rasa-rasanya
aku pernah melihat tas dan topi itu dipakai Nyonya Lisa beberapa saat sebelum terjadi
pembunuhan". Yang dibicarakan tokoh diatas sebenarnya hanya khayalan saja. Perempuan
berkaca mata gelap, bertopi, dan bertas hitam tidak terlihat atau tidak tampak dalam pentas.

Telah disebutkan bahwa obyek imajinasi adalah benda atau sesuatu yang dibendakan,
termasuk disini segala sifat dan keadaannya. Sebagai latihan dapat dipakai cara-cara sebagai
berikut:
Sebutkan sebanyak mungkin benda-benda yang terlintas di otak kita. Jangan sampai
menyebutkan sebuah benda lebih dari satu kali.

Sebutkan sebuah benda yang tidak ada disekitar kita kemudian bayangkan dan sebutkan
bentuk benda itu, ukurannya, sifatnya, keadaannya, warna, dsb.
Menganggap atau memperlakukan sebuah benda lain dari yang sebenarnya. Contohnya,
menganggap sebuah batu adalah suatu barang yang sangat lucu, baik itu bentuknya, letaknya,
dsb. Sehingga dengan memandang batu tersebut kita jadi tertawa terpingkal-pingkal.
Menganggap sesuatu benda memiliki sifat yang berbeda-beda. Misalnya sebuah pensil
rasanya menjadi asin, pahit, manis kemudian berubah menjadi benda yang panas, dingin,
kasar, dsb.

3.17 EMOSI
Emosi dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih,
marah, benci, bingung, gugup, dsb. Dalam drama, seorang pemain harus dapat
mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk memberikan warna bagi
tokoh yang diperankan dan untuk menunjang karakter tokoh tersebut. Emosi juga sangat
mempengaruhi tubuh, yaitu tingkah laku, roman muka (ekspresi), pengucapan dialog,
pernapasan, niat. Niat disini timbul setelah emosi itu terjadi, misalnya setelah marah maka
tinbul niat untuk memukul, dsb.

3.18 PENGHAYATAN
Penghayatan adalah mengamati serta mempelajari isi dari naskah untuk diterapkan pada
tubuh kita. Misalnya pada waktu kita berperan sebagai Pak Usman yang berprofesi sebagai
polisi, maka saat itu kita tidak lagi berperan sebagai diri kita sendiri melainkan menjadi Pak
Usman yang berprofesi sebagai polisi. Hal inilah yang harus kita terapkan dengan baik jika
kita akan memainkan sebuah naskah drama.

Cara-cara yang dipergunakan dalam penghayatan adalah:


Pelajari naskah secara keseluruhan, supaya dapat mengetahui apa yang dikehendaki oleh
naskah, problema apa yang ditonjolkan, serta apa titik tolak dan inti dari naskah.
Melakukan gerak serta dialog yang terdapat dalam naskah. Jadi disini kita sudah mendapat
gambaran tentang akting dari tokoh yang akan kita perankan.
Sebagai latihan cobalah membaca sebuah naskah / dialog dengan diiringi musik sebagai
pembantu pemberi suasana. Hayati dulu musiknya baru mulailah membaca.

IV. KOMPOSISI PENTAS


Komposis pentas adalah pembagian pentas menurut bagian-bagian yang tertentu. Komposisi
pentas ini dibuat untuk membantu blocking, dimana setiap bagian pentas mempunyai arti
tersendiri.

Kadar kekuatan pentas dapat dilihat pada urutan penempatannya. Bagian depan lebih kuat
daripada bagian belakang. Bagian kanan lebih kuat daripada bagian kiri. Oleh karena itu
jangan menempatkan diri atau benda yang kadar kekuatannya tinggi pada bagian yang kuat.
Carilah tempat-tempat yang sesuai agar blocking kelihatan seimbang. Walaupun demikian
harus tetap dalam batas-batas yang wajar, jangan terlalu dibuat-buat.

Anda mungkin juga menyukai