PENDAHULUAN
1
5 Harapan mulia 13.666 13.217 26.883 3 3 6 26.889
Tabel 1.3. Data Luas Wilayah, Jumlah RW, dan Jumlah RT berdasarkan Kelurahan
Di Kecamatan Kemayoran Tahun 2014
No Kelurahan Luas Wilayah (km2) Jumlah RW Jumlah RT
1 Gn. Sahari Selatan 1,53 10 122
2 Kebon Kosong 1,16 13 129
3 Kemayoran 0,53 10 121
4 Serdang 0,86 7 113
2
5 Harapan Mulia 0,53 9 120
6 Utan Panjang 0,54 10 139
7 Cempaka Baru 0,99 10 138
8 Sumur Batu 1,15 8 105
Jumlah 7,25 77 987
Tabel 1.4 Data Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
berdasarkan Kelurahan di Kecamatan Kemayoran Tahun 2014
N Kelurahan Luas Wilayah Jumlah Kepadatan Penduduk
O (km2) Penduduk per km2
1 Gn. Sahari 1,53 23.116 15.107
Selatan
2 Kebon Kosong 1,16 24.335 20.995
3 Kemayoran 0,53 31.341 59.133
3
2 Kelurahan Kemayoran Jl Kemayoran Gempol No. 28 Rt 006/06 (021) 4256429
3 Kelurahan Serdang Jl. Eka V Rt 009/03 (021) 4222510
4 Kelurahan Harapan Mulia Jl. Harapan Mulia Rt 04/05 (021) 4229104
5 Kelurahan Utan Panjang Jl. Bendungan Jago Rt 09/01 (021) 42802057
6 Kelurahan Cempaka Baru Jl. Cempaka Baru Tengah I Rt 005/06 (021) 4229103
7 Kelurahan Sumur Batu Jl. Sumur Batu Raya Rt 007/01 (021) 4220947
4
Tabel 1.7. Data dasar di Wilayah Kecamatan Kemayoran Tahun 2014
Jumlah Kelurahan 8
Jumlah Puskesmas 7
Jumlah RW 77
Jumlah RT 987
Jumlah KK 67.547
Posyandu 103
5
wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan
kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek pembiayaan.
Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka puskesmas dituntut untuk
mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan.
Tetapi pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi
pelayanan mandiri, kewenangan yang dimiliki puskesmas juga meliputi:
kewenangan merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di wilayahnya,
kewenangan menentukan kegiatan yang termasuk public goods atau private goods
serta kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi puskesmas.
Jumlah kegiatan pokok puskesmas diserahkan pada tiap puskesmas sesuai
kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber daya yang dimiliki, namun
puskesmas tetap melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang menjadi
kesepakatan nasional.
Peran puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan kesehatan
nasional secara komprehensif. Tidak terbatas pada aspek kuratif dan rehabilitatif
saja seperti di Rumah Sakit.
Puskesmas merupakan salah satu jenis organisasi yang sangat dirasakan oleh
masyarakat umum. Seiring dengan semangat reformasi dan otonomi daerah maka
banyak terjadi perubahan yang mendasar dalam sektor kesehatan, yaitu terjadinya
perubahan paradigma pembangunan kesehatan menjadi “Paradigma Sehat”.
Dengan paradigma baru ini, mendorong terjadinya perubahan konsep yang sangat
mendasar dalam pembangunan kesehatan, antara lain :
1. Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada upaya kuratif
dan rehabilitatif, menjadi lebih fokus padaupaya preventif dan kuratif tanpa
mengabaikan kuratif-rehabilitatif
2. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-pilah
(fragmented) berubah menjadi kegiatan yang terpadu (integrated)
3. Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari pemerintah,
berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak dari masyarakat
4. Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang semula fee for
service menjadi pembayaran secara pra-upaya
6
5. Pergeseran pemahaman tentang kesehatan dari pandangan konsumtifmenjadi
investasi
6. Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh pemerintah, akan
bergeser lebih banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai “mitra” pemerintah
(partnership)
7. Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat (centralization),
menjadi otonomi daerah (decentralization)
8. Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up seiring
dengan era desentralisasi.
7
1.1.2.4. Peran Puskesmas
Dalam konteks Otonomi Daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran yang
vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial
dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan
daerah melalui sistem perencanaan yang matang, tatalaksana kegiatan yang
tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat.
8
Pertolongan persalinan Cakupan linakes
MTBS Cakupan MTBS
Imunisasi Cakupan imunisasi
Keluarga Berencana Pelayanan Keluarga Cakupan MKET
Berencana
Pemberantasanpenyakit Diare Cakupan kasus diare
menular ISPA Cakupan kasus ISPA
Malaria Cakupan kasus malaria
Cakupan kelambunisasi
Tuberkulosis Cakupan penemuan kasus
Angka penyembuhan
Gizi Distribusi vit A/ Fe / cap Cakupan vit A / Fe / cap
yodium yodium
PSG % gizi kurang / buruk,
SKDN
Promosi Kesehatan % kadar gizi
Pengobatan Medik dasar Cakupan pelayanan
UGD Jumlah kasus yang
ditangani
Laboratorium sederhana Jumlah pemeriksaan
(Sumber: Trihono, 2005, Manajemen Kesehatan, Arrimes, ed.)
9
kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam
rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas.
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas
bersama dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan
dari Konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila
upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target
cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai.Penetapan upaya
kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota.Dalam keadaan tertentu upaya kesehatan pengembangan
puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas kabupaten/kota.
Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan
pengembangan, padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas
kesehatan kabupaten/kota bertanggung jawab dan wajib menyelenggarakannya.
Untuk itu dinas kesehatan kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit
fungsional lainnya.
10
c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat.
d. Upaya Kesehatan Usia Lanjut.
e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut.
f. Upaya Kesehatan Jiwa.
g. Upaya Kesehatan Mata.
Untuk ini Puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai
berikut:
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga
berwawasan kesehatan.
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya.
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata
dan terjangkau di wilayah kerjanya.
11
berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukan Badan
Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh
puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat, antara lain:
1. KIA: Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB).
2. Pengobatan: Posyandu, Pos Obat Desa (POD).
3. Perbaikan Gizi: Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi
(Kadarzi).
4. Kesehatan Lingkungan: Kelompok Pemakai Air (Pokmair),
Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL).
5. UKS: Dokter Kecil, Saka Bakti Husada (SBH), Pos
Kesehatan Pesantren (Poskestren).
6. Kesehatan Usia Lanjut: Posyandu Usila, Panti Wreda.
7. Kesehatan Kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK).
8. Kesehatan Jiwa: Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat
(TPKJM).
9. Pembinaan Pengobatan Tradisional: Tanaman Obat
Keluarga (TOGA), Pembinaan Pengobatan Tradisional (Battra).
3. Azas Keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang
optimal, penyelenggaraan setiap program puskesmas harus diselenggarakan
secara terpadu.
Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Keterpaduan Lintas Program
Upaya memadukan penyelengaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi
tanggung jawab Puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program antara lain :
1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA
dengan P2M, gizi, promosi kesehatan & pengobatan.
2) UKS: keterpaduan kesehatan lingkungan dengan promosi
kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan
kesehatan jiwa.
12
3) Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB,
Gizi, promosi kesehatan, & kesehatan gigi.
4) Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, kesehatan
jiwa, dan promosi kesehatan.
b. Keterpaduan Lintas Sektor
Upaya memadukan penyelenggaraan program puskesmas dengan program
dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan
dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas sektoral antara lain :
1) UKS: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala
desa, pendidikan & agama.
2) Promosi Kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan
dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama dan pertanian.
3) KIA: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala
desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK dan PLKB.
4) Perbaikan Gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian, koperasi, dunia usaha
dan organisasi kemasyarakatan.
5) Kesehatan Kerja: keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan
camat, lurah, kepala desa, tenaga kerja dan dunia usaha.
4. Azas Rujukan
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang
dimiliki oleh puskesmas terbatas. Pada hal puskesmas berhadapan langsung
dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatan. Untuk
membantu puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut
dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap
program puskesmas harus ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas penyakit
atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara
vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana
13
pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar strata
sarana pelayanan kesehatan yang sama.
Ada dua macam rujukan yang dikenal yakni :
a. Rujukan Medis
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menangani suatu penyakit tertentu,
maka puskesmas tersebut dapat merujuk ke sarana pelayanan kesehatan
yang lebih mampu (baik vertikal maupun horizontal). Rujukan upaya
kesehatan perorangan dibedakan atas:
1) Rujukan Kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan
tindakan medis (contoh: operasi) dan lain-lain.
2) Rujukan Bahan Pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap.
3) Rujukan Ilmu Pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga
yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan
atau menyelenggarakan pelayanan medis spesialis di puskesmas.
b. Rujukan Kesehatan
Rujukan kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam:
1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan
fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio
visual, bantuan obat, vaksin, bahan habis pakai dan bahan pakaian.
2) Rujukan tenaga, antara lain tenaga ahli untuk penyidikan
kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan,
gangguan kesehatan karena bencana alam.
3) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya
kewenangan dan tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan
masyarakat dan atau penyelenggaraan kesehatan masyarakat ke periode
dinas kesehatan kabupaten/kota. Rujukan operasional diselenggarakan
apabila puskesmas tidak mampu.
Gambar 2. Sistem Rujukan Puskesmas
14
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
(Sumber: Trihono, Manajemen Puskesmas Arrimes)
15
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Fungsi pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan dapat dinilai
dari seberapa jauh institusi jajaran non-kesehatan memperhatikan kesehatan bagi
institusi dan warganya. Keberhasilan fungsi ini bisa diukur melalui Indeks
Potensi Tatanan Sehat (IPTS). Ada tiga tatanan yang bisa diukur yaitu :
a. Tatanan sekolah.
b. Tatanan tempat kerja.
c. Tatanan tempat-tempat umum.
16
7.25 km2. Puskesmas Kecamatan Kemayoran secara administratif terletak di Jl.
Serdang Baru 1, Kelurahan Serdang, Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat. Luas
total lahan Puskesmas Kecamatan Kemayoran adalah 2.430 m2 dengan luas lahan
terbangun yaitu 1.361 m2, dengan demikian proporsi lahan terbangun (Building
Coverage Ratio) mencapai 56%. Pada saat ini gedung Puskesmas Kecamatan
Kemayoran terdiri dari 3 lantai. Lantai Pertama digunakan untuk :
17
dengan puskesmas kecamatan, 77 Rukun Warga (RW), dan 986 Rukun Tetangga
(RT).
a. Letak Wilayah
Kecamatan Kemayoran adalah salah satu Kecamatan yang berada di
Wilayah Kotamadya Jakarta Pusat.
c. Luas Wilayah
Wilayah Jakarta Pusat terbagi dalam delapan wilayah kecil yang disebut
Kecamatan yaitu : Kecamatan Gambir, Kecamatan Sawah Besar, Kecamatan
Kemayoran, Kecamatan Cempaka Putih, Kecamatan Johar Baru, Kecamatan
Menteng, Kecamatan Tanah Abang dan Kecamatan Senen.
18
Gambar 1.2. Peta Pembagian Wilayah Kerja Puskesmas Kec. Kemayoran
19
1. Mengembangkan kualitas pelayanan dari program sesuai dengan standard
mutu
2. Mengembangkan SDM yang professional dan berkualitas
3. Mengembangkan system manajemen Puskesmas
4. Mengembangkan sarana dan prasarana pelayanan Puskesmas
5. Mengembangkan upaya kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan
6. Menggalang kerjasama dengan mitra strategis
1.1.3.3. Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan manajerial pegawai
2. Meningkatkan kemampuan teknis pegawai
3. Meningkatkan kemampuan teknis pegawai
4. Meningkatkan pembinaan pegawai
5. Tersedianya system informasi yang cepat, tepat dan akurat serta mudah
dimengerti
6. Meningkatkan minat masyarakat untuk berkunjung ke Puskesmas
7. Meningkatkan mutu program Puskesmas
8. Terselenggaranya pelayanan tepat waktu
9. Meningkatkan kepuasan pegawai
10. Terlaksananya prosedur pelayanan yang tidak berbelit-belit
11. Meningkatnya fasilitas kesehatan di Puskesmas
12. Mengembangkan jenis pelayanan.
20
8. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan spesialis terbatas kebidanan,
kesehatan anak, penyakit dalam, mata dan telinga, hidung dan tenggorokan.
9. Penyelenggaraan rawat inap terbatas.
10. Penyelenggaraan pelayanan penunjang medis laboratorium, radiologi, gizi,
farmasi dan optik.
11. Penyelenggaraan pelayanan ambulans rujukan.
12. Penyelenggaraan pelayanan Keluarga Berencana.
13. Penyelenggaraan pelayanan imunisasi.
14. Penyelenggaraan pelayanan 24 jam.
15. Penyelenggaraan pelayanan rujukan.
16. Penyelenggaraan konsultasi kesehatan perorangan.
17. Penyelenggaraan pemberdayaan puskesmas kelurahan.
18. Penyelenggaraan pencatatan medis.
19. Penyelenggaraan pemeliharaan perawatan peralatan kedokteran, peralatan
keperawatan, peralatan perkantoran dan perawatan medis lainnya.
20. Penyelenggaraan peningkatan dan penjaminan mutu pelayanan.
21. Penyusunan Standar Operasional Prosedur.
22. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat menyurat dan
kearsipan serta kebersihan, keamanan dan keindahan puskesmas.
23. Pembinaan dan pengembangan kesehatan kerja.
24. Pemeriksaan Jenazah.
25. Pengumpulan dan pengolahan data seluruh hasil pelaksanaan tugas dan
fungsi yang diselenggarakan oleh puskesmas kelurahan.
26. Pengolahan data seluruh hasil pelaksanaan fungsi puskesmas kecamatan.
27. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi
puskesmas kecamatan secara berkala setiap bulan dan setiap triwulan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta melalui Suku Kepala
Dinas Kesehatan.
21
Potensi tenaga kesehatan yang ada di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran tahun 2014 berjumlah 101 orang, dapat dilihat dalam tabel berikut:
2 Paramedis
- Bidan 16 Orang
19 Orang
- Perawat
2 Orang
- Perawat Gigi 4 Orang
1 Orang
- Analis
4 Orang
- Radiografer
- Ahli Gizi
3 Sanitarian 3 orang
7 Administrasi 8 orang
8 Kebersihan 15 orang
22
1.1.3.6. Sarana dan Prasarana
Di Puskesmas Kecamatan Kemayoran juga dilengkapi fasilitas perlengkapan
medis dan non medis. Perlengkapan medis dan non medis adalah perlengkapan
dan alat-alat tidak habis pakai yang diberikan kepada puskesmas.
23
Sedangkan perlengkapan non medis yang dimiliki Puskesmas Kecamatan
Kemayoran adalah:
1. Meubel
a. Meja periksa 16 buah.
b. Meja rapat 2 buah.
c. Meja kerja 40 buah.
d. Kursi 60 buah.
e. Bangku tunggu 60 buah.
2. Kendaraan/transportasi
a. Mobil puskesmas keliling 2 buah.
b. Sepeda motor 9 buah.
3. Perlengkapan kantor
a. Administrasi (formulir,kertas,map,dll).
b. Mesin ketik (portable, elektronik).
c. Mesin hitung.
d. Brankas.
e. Personal komputer 3 (tiga) unit.
f. LCD 1 buah.
24
1. Promosi Kesehatan Masyarakat (PKM).
2. Program Kesehatan Lingkungan.
3. Program Kesehatan Ibu dan Anak.
4. Keluarga Berencana (KB).
5. Program Gizi.
6. Pengendalian Penyakit menular (P2M).
7. Program Pengobatan Dasar.
1.1.4.1 Program
Program Imunisasi Di Puskesmas Kecamatan Kemayoran
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia
terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit (Ranuh. et. all,
2008:40).
Imunisasi adalah pemberian vaksin kepada seseorang untuk
melindunginya dari beberapa penyakit tertentu (Wahab, A. Samik, 2002:
22).
Imunisasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas,
memberikan imunitas protektif dengan menginduksi respon memori
terhadap pathogen tertentu/toksin dengan menggunakan preparat antigen
non virulen/non toksik (Wong. DL, 2008: 28).
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan
anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat
anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah
bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang
dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT,
campak, dan melalui mulut seperti vaksin polio. Di negara Indonesia terdapat
jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah dan ada juga yang hanya
dianjurkan. Imunisasi wajib di Indonesia sebagaimana telah diwajibkan oleh
WHO ditambah dengan Hepatitis B. Imunisasi yang dianjurkan oleh
pemerintah dapat digunakan untuk mencegah suatu kejadian yang luar biasa
25
atau penyakit endemik, atau untuk kepentingan tertentu (bepergian) seperti
jemaah haji yaitu imunisasi meningitis (Hidayat. AA, 2008: 37)
Imunisasi adalah suatu prosedur rutin yang akan memberi
kekebalan pada bayi. Fungsi imunisasi adalah untuk memberi
perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya dan
sering terjadi pada tahun tahun awal kehidupan seorang anak. Tujuan
program imunisasi adalah menurunkan angka kematian bayi akibat
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Keberhasilan program
imunisasi diukur dengan pencapaian target cakupan imunisasi. Sasaran
kegiatan ini adalah bayi dan ibu hamil.
Imunisasi merupakan hal yang terpenting dalam usaha melindungi
kesehatan anak untuk memberikan kekebalan khusus terhadap seseorang
yang sehat, dengan tujuan utama menurunkan angka kesakitan dan
kematian karena berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Tanpa imunisasi, kira-kira tiga dari 100 kelahiran anak akan meninggal
karena penyakit campak, dua dari 100 kelahiran anak akan meninggal
karena batuk rejan. satu dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena
penyakit tetanus. Setiap 200.000 anak, satu akan menderita penyakit polio.
Imunisasi yang dilakukan dengan memberikan vaksin tertentu akan
melindungi anak terhadap penyakit-penyakit tertentu.
Sesuai dengan program pemerintah (Departemen kesehatan)
tentang program pengembangan imunisasi, maka anak harus mendapat
perlindungan terhadap tujuh jenis penyakit utama yaitu penyakit TBC
dengan pemberian vaksin BCG, penyakit difteri tetanus pertusis dengan
pemberian vaksin DPT, penyakit poliomyelitis dengan vaksin polio,
penyakit hepatitis B dengan vaksin hepatitis B, dan penyakit campak
dengan vaksin campak.
Ada dua Imunisasi yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
Perbedaan antara imunisasi aktif dan imunisasi pasif berhubungan dengan
kekebalan yang didapat. Kekebalan Aktif yaitu tubuh anak sendiri
membuat zat anti yang akan bertahan selama bertahun–tahun, Sedangkan
26
Imunisasi pasif ialah tubuh anak tidak membuat sendiri zat anti, si anak
mendapatnya dari luar tubuh dengan cara penyuntikan bahan atau serum
yang telah mengandung zat anti atau anak tersebut mendapat zat anti dari
ibunya semasa dalam kandungan. Kekebalan yang diperoleh dengan
imunisasi pasif tidak berlangsung lama.
Sifat vaksin attenuated dan inactivated berbeda sehingga hal ini menentukan
bagaimana vaksin ini digunakan.
a. Vaksin hidup attenuated
Vaksin hidup dibuat dari virus atau bakteri liar (wild) penyebab penyakit.
Virus atau bakteri liar ini dilemahkan di laboratorium, biasanya dengan
pembiakan berulang-ulang.
Vaksin hidup yang tersedia: berasal dari virus hidup yaitu vaksin campak,
gondongan (parotitis), rubella, polio, rotavirus, demam kuning (yellow
fever). Berasal dari bakteri yaitu vaksin BCG dan demam tifoid.
b. Vaksin inactivated
Vaksin inactivated dihasilkan dengan cara membiakkan bakteri atau virus
dalam media pembiakan (persemaian), kemudian dibuat tidak aktif
(inactivated) dengan penanaman bahan kimia (biasanya formalin). Untuk
vaksin komponen, organisme tersebut dibuat murni dan hanya komponen-
komponennya yang dimasukkan dalam vaksin (misalnya kapsul
polisakarida dari kuman pneumokokus). Vaksin inactivated tidak hidup
dan tidak dapat tumbuh, maka seluruh dosis antigen dimasukkan dalam
suntikan. Vaksin ini selalu membutuhkan dosis multipel, pada dasarnya
27
dosis pertama tidak menghasilkan imunitas protektif, tetapi hanya memacu
atau menyiapkan sistem imun.
c. Vaksin polisakarida
Vaksin polisakarida adalah vaksin sub-unit yang inactivated dengan
bentuknya yang unik terdiri atas rantai panjang molekul-molekul gula
yang membentuk permukaan kapsul bakteri tertentu. Vaksin ini tersedia
untuk tiga macam penyakit yaitu pneumokokus, meningokokus, dan
haemophillus influenzae type b.
d. Vaksin rekombinan
Terdapat tiga jenis vaksin rekombinan yang saat ini telah tersedia :
1. Vaksin hepatitis B dihasilkan dengan cara memasukkan suatu
segmen gen virus hepatitis B ke dalam gen sel ragi.
Tiga dari empat virus yang berada di dalam vaksin rotavirus hidup
adalah rotavirus kera rhesus yang diubah secara genetik menghasilkan
antigen rotavirus manusia apabila mereka mengalami replikasi
28
Syarat-syarat penyimpanan dan transportasi vaksin harus diperhatikan untuk
menjamin potensinya ketika diberikan kepada seorang anak.
29
Gambar 1.5 Macam-macam tempat penyimpanan Vaksin
1.1.4.2.2 Suhu optimum untuk vaksin hidup
Secara umum semua vaksin sebaiknya disimpan pada suhu +2°C sampai
dengan +8ºC, diatas suhu +8ºC vaksin hidup akan cepat mati, vaksin polio
hanya bertahan dua hari, vaksin BCG dan campak yang belum dilarutkan
mati dalam tujuh hari. Vaksin hidup potensinya masih tetap baik pada suhu
kurang dari 2ºC sampai dengan beku. Vaksin oral polio yang belum dibuka
lebih bertahan lama (2 tahun) bila disimpan pada suhu -25ºC sampai
dengan -15ºC, namun hanya bertahan enam bulan pada suhu +2°C sampai
dengan +8ºC. Vaksin BCG dan campak berbeda, walaupun disimpan pada
30
suhu -25ºC sampai dengan -15ºC, umur vaksin tidak lebih lama dari suhu
+2°C sampai dengan +8ºC, yaitu BCG tetap satu tahun dan campak tetap
dua tahun. Oleh karena itu vaksin BCG dan campak yang belum dilarutkan
tidak perlu disimpan di suhu -25ºC sampai dengan -15ºC atau didalam
freezer.
31
1.1.4.2.5 Lemari es dan freezer
Setiap lemari es sebaiknya mempunyai satu stop kontak tersendiri. Jarak
lemari es dengan dinding belakang 10-15 cm, kanan kiri 15 cm, sirkulasi
udara disekitarnya harus baik. Lemari es tidak boleh terkena sinar
matahari langsung. Suhu didalam lemari es harus berkisar +2°C sampai
dengan +8ºC, digunakan untuk menyimpan vaksin-vaksin hidup maupun
mati, dan untuk membuat cool pack (kotak dingin cair). Sedangkan suhu
di dalam freezer berkisar antara -25ºC sampai dengan -15ºC, khusus untuk
menyimpan vaksin polio dan pembuatan cold pack (kotak es beku).
Termostat di dalam lemari es harus diatur sedemikian rupa sehingga
suhunya berkisar antara +2 sampai dengan +8ºC dan suhu freezer berkisar
-15ºC sampai dengan -25ºC. Di dalam lemari es lebih baik bila dilengkapi
freeze watch atau freeze tag pada rak ke-3, untuk memantau apakah
suhunya pernah mencapai di bawah 0 derajat. Sebaiknya pintu lemari es
hanya dibuka dua kali sehari, yaitu ketika mengambil vaksin dan
mengmbalikan sisa vaksin, sambil mencatat suhu lemari es.
Lemari es dengan pintu membuka ke atas lebih dianjurkan untuk
penyimpanan vaksin. Karet-karet pintu harus diperiksa kerapatannya,
untuk menghindari keluarnya udara dingin. Bila pada dinding lemari es
telah terdapat bunga es, atau di freezer telah mencapai tebal 2-3 cm harus
segera dilakukan pencairan (defrost). Sebelum melakukan pencairan,
pindahkan vaksin ke cool box atau lemari es yang lain. Cabut kontak
listrik lemari es, biarkan pintu lemari es dan freezer terbuka selama 24
jam, kemudian dibersihkan. Setelah bersih, pasang kembali kontak listerik,
tunggu sampai suhu stabil. Setelah suhu lemari sedikitnya mencapai +8ºC
dan suhu freezer-15ºC, masukkan vaksin sesuai tempatnya.
32
Gambar 1.6 Lemari es penyimpanan Vaksin
33
pada suhu rendah. Rak yang lebih jauh dari freezer (rak ke 2 dan 3) untuk
meletakkan vaksin-vaksin mati (inaktif), agar tidak terlalu dekat freezer,
untuk menghindari rusak karena beku. Thermometer Dial atau Muller
diletakkan pada rak ke-2, freeze watch atau freeze tag pada rak ke 3.
34
Gambar 1.8 Lemari es dengan pintu membuka ke atas
35
Gambar 1.10 Ice pack
36
gelap daripada lingkaran dan sekitarnya (disebut kondisi VVM C
atau D) maka vaksin sudah terpapar suhu di atas batas yang
diperkenankan, tidak boleh diberikan pada pasien.
37
5.) Pemilihan vaksin
Vaksin yang harus segera dipergunakan adalah : vaksin yang belum
dibuka tetapi telah dibawa ke lapangan, sisa vaksin telah dibuka
(dipergunakan), vaksin dengan VVM B, vaksin dengan tanggal
kadaluarsa sudah dekat (EEFO = Early Expire First Out), vaksin yang
sudah lama tersimpan dikeluarkan segera (FIFO = First In First Out).
38
difteri disebabkan oleh corynebacterium diphtheriae, sifatnya sangat
ganas dan mudah menular.
Seorang anak akan terjangkit difteri bila ia berhubungan langsung
dengan anak lain sebagai penderita difteri atau sebagai pembawa kuman
(karier). Dalam hal inilah perlunya dilakukan imunisasi. Dengan
imunisasi anak akan terhindar, sedangkan anak yang belum mendapat
imunisasi akan tertular penyakit difteri yang diperoleh dari temannya
sendiri yang menjadi karier. Pertusis (batuk rejan) adalah infeksi bakteri
Bordetella pertussis ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta
bunyi pernafasan yang melengking.
Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat
menyebabkan serangan batuk sehingga anak sulit bernafas, makan atau
minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti
pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Sementara tetanus adalah infeksi
bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang.
Gejala yang khas yaitu anak tiba-tiba batuk keras secara terus-menerus,
sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan, keluar air mata dan
kadang-kadang sampai muntah.
Vaksin DPT diberikan dengan cara disuntikkan pada otot lengan
atau paha. Imunisasi DPT diberikan sebanyak tiga kali, yaitu pada saat
anak berumur dua bulan (DPT I), tiga bulan (DPT II) dan empat bulan
(DPT III); selang waktu tidak kurang dari empat minggu. Imunisasi DPT
ulang diberikan satu tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6
tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka
diberikan DT, bukan DPT.
Daya proteksi atau daya lindung vaksin difteri cukup baik yaitu
sebesar 80-95% dan daya proteksi vaksin tetanus sangat baik yaitu
sebesar 90-95% sedangkan daya proteksi vaksin pertusis masih rendah
yaitu 50-60%. Oleh karena itu tidak jarang anak yang telah mendapat
imunisasi pertusis masih terjangkit penyakit batuk rejan, tetapi dalam
bentuk yang lebih ringan.
39
1.1.4.4.3 Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
poliomielitis. Terdapat dua jenis vaksin yang masing-masing
mengandung virus polio tipe I, II & III yang sudah dimatikan (Vaksin
Salk), cara pemberiannya dengan penyuntikan. Dan yang masih hidup
tapi dilemahkan (Vaksin Sabin) cara pemberiannya melalui mulut berupa
cairan. Di Indonesia vaksin yang lazim diberikan ialah vaksin jenis
Sabin.Vaksin polio dapat mencegah penyakit poliomielitis yang
disebabkan oleh virus polio, yaitu tipe I, II dan III. Virus polio akan
merusak bagian anterior susunan saraf pusat tulang belakang. Penyakit ini
terutama banyak terdapat di negara yang sedang berkembang. Di
Indonesia tercatat beberapa kali wabah polio misalnya di Belitung tahun
1948, di Semarang tahun 1954, di Medan tahun 1957. Gejala penyakit ini
sangat bervariasi, dari gejala ringan sampai timbul kelumpuhan bahkan
sampai timbul kematian. Gejala yang umum dan mudah dikenal ialah
anak mendadak lumpuh pada salah satu anggota gerak setelah menderita
demam selama 2-5 hari. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada
otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan.
Imunisasi dasar polio diberikan pada anak umur 0-4 bulan sebanyak
empat kali (polio I, II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari
empat minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun setelah
imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada
saat meninggalkan SD (12 tahun). Daya proteksi vaksin polio sangat baik
yaitu sebesar 95-100%.
40
paramiksovirus. Gejala yang khas yaitu timbulnya bercak–bercak merah
dikulit setelah anak demam 3-5 hari, bercak merah ini semula timbul pada
pipi di bawah telinga kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota
gerak.
Imunisasi campak diberikan sebanyak dua kali. Pertama, pada saat
anak berumur sembilan bulan atau lebih, Campak kedua diberikan pada
umur 5-7 tahun. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur
enam bulan dan diulangi enam bulan kemudian. Vaksin disuntikkan
secara langsung di bawah kulit (subkutan). Campak I diperlukan untuk
menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan Campak II diperlukan
untuk meningkatkan kekuatan antibodi sampai pada tingkat yang tertingi.
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare.
Daya proteksi imunisasi campak sangat tinggi yaitu 96-99%,
Menurut penelitian, kekebalan yang diperoleh ini berlangsung seumur
hidup.
41
Program imunisasi di Puskesmas Kecamatan Menteng adalah
imunisasi dasar dan imunisasi pada ibu hamil. Imunisasi dasar yang
diberikan pada anak adalah:
a. BCG untuk mencegah penyakit TB,
b. DPT untuk mencegah penyakit Difteria, Pertusis dan Tetanus,
c. Polio untuk mencegah penyakit Poliomyelitis,
d. Campak untuk mencegah penyakit Measles,
Hepatitis B untuk mencegah penyakit Hepatitis B.
Berdasarkan tabel 1.14 didapatkan bahwa Peserta Imunisasi DPT/HB/Hib
1 Sekecamatan Tanjung Priok Periode Januari – Desember 2014 adalah 92
% dengan jumlah sasaran sebanyak 7212 bayi.
Tabel 1.21 Cakupan Peserta Imunisasi HB 0 (0-7 HR) di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran Periode Januari – Desember 2014
42
Nama Puskesmas Jumlah % Target 1 Januari s/d Desember
Kelurahan Bayi Baru Tahun Jumlah Bayi % Bayi yang
Lahir yang diimunisasi
(Bayi) diimunisasi selama 1 tahun
(Bayi)
Tabel 1.13 Cakupan Peserta Imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran
Periode Januari – Desember 2014
43
Tabel 1.17 Cakupan Peserta Imunisasi Polio 1 di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran Periode Januari – Desember 2014
44
Tabel 1.18 Cakupan Peserta Imunisasi Polio 2 di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran Periode Januari – Desember 2014
45
Tabel 1.19 Cakupan Peserta Imunisasi Polio 3 di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran Periode Januari – Desember 2014
46
Tabel 1.20 Cakupan Peserta Imunisasi Polio 4 di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran Periode Januari – Desember 2014
47
Sasaran program imunisasi dasar adalah bayi baru lahir dan bayi lahir
hidup. Sasaran lainnya adalah kelompok masyarakat yang mempunyai resiko
tinggi tertular penyakit. Setelah didapatkan identifikasi masalah dari program
Imunisasi dasar di Puskesmas Kecamatan Penjaringan maka dengan cara
menghitung dan membandingkan nilai kesenjangan antara apa yang diharapkan
(expected) dengan apa yang telah terjadi (observed) akan dipilih dua masalah
yang menjadi prioritas utama untuk diselesaikan. Selanjutnya dilakukan
perumusan masalah untuk membuat perencanaan yang baik sehingga masalah
yang ada dapat diselesaikan.
Dari berbagai hasil pencapaian program kegiatan imunisasi dasar yang
dievaluasi di Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari – Desember
2014 maka didapatkan identifikasi masalah sebagai berikut:
Januari – Desember 2014
1. Cakupan imunisasi HB0 (0-7 hari) di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 95 %.
2. Cakupan imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 98,12 %.
3. Cakupan imunisasi Polio 1 di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 98,4 %.
4. Cakupan imunisasi DPT/HB(1) di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 98,4 %.
5. Cakupan imunisasi Polio 2 di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 98,62 %.
6. Cakupan imunisasi DPT/HB(2) di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 97,3 %.
7. Cakupan imunisasi Polio 3 di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 99 %.
8. Cakupan imunisasi DPT/HB(3) di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 98,62 %.
9. Cakupan imunisasi Polio 4 di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 98,62 %.
10. Cakupan imunisasi Campak di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 97,62 %.
48
Setelah didapatkan identifikasi masalah dari program Imunisasi dasar di
Puskesmas Kecamatan Penjaringan maka dengan cara menghitung dan
membandingkan nilai kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan
apa yang telah terjadi (observed) akan dipilih dua masalah yang menjadi prioritas
utama untuk diselesaikan. Selanjutnya dilakukan perumusan masalah untuk
membuat perencanaan yang baik sehingga masalah yang ada dapat diselesaikan.
Rumusan masalah meliputi 4 W 1 H (What, Where, When, Whose, How much)
Rumusan masalah dari program imunisasi dasar Puskesmas adalah sebagai berikut
:
49
8. Cakupan imunisasi DPT/HB(3) di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 98,62 % lebih
tinggi dari target 90 %.
9. Cakupan imunisasi Polio 4 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran
periode Januari – Desember 2014 sebesar 98,62 % lebih tinggi dari target
90%.
10. Cakupan imunisasi Campak di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 97,62 % lebih
tinggi dari target 90%.
BAB II
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH
2.1. Penetapan Prioritas Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan
(expected) dengan apa yang aktual terjadi (observed). Idealnya, semua
permasalahan yang timbul harus dicarikan jalan keluarnya, namun karena
keterbatasan sumber daya, dana, dan waktu menyebabkan tidak semua
permasalahan dapat dipecahkan sekaligus. Untuk itu perlu ditentukan
masalah yang menjadi prioritas. Setelah pada tahap awal merumuskan
masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas masalah yang
harus dipecahkan. Prioritas masalah didapatkan dari data atau fakta yang
ada secara kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya
pengetahuan yang cukup.
50
Pada BAB I, telah dirumuskan masalah yang terdapat pada
program imunisasi dasar yang merupakan salah satu dari 7 program
kesehatan dasar di Puskesmas Kecamatan Kemayoran. Dikarenakan
adanya keterbatasan sumber daya manusia, dana dan waktu, maka dari
semua masalah yang telah dirumuskan, perlu ditetapkan masalah yang
menjadi prioritas untuk diselesaikan.
Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan
pembobotan. Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring
perlu dibentuk sebuah kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat
dilakukan secara menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap anggota
kelompok diharapkan mempunyai informasi dan data yang tersedia.
Beberapa langkah yang dilakukan dalam penetapan prioritas masalah
meliputi :
1. Menetapkan kriteria
2. Memberikan bobot masalah
3. Menentukan skoring tiap masalah
51
2.1.1. Non-Scoring Technique
Bila tidak tersedia data, maka cara penetapan prioritas masalah
yang lazim digunakan adalah teknik non scoring.
Dengan menggunakan teknik ini, masalah dinilai melalui diskusi
kelompok, oleh sebab itu juga disebut “Nominal Group Technique”
(NGT). NGT terdiri dari dua, yaitu:
A. Metode Delbecq
Menetapkan prioritas masalah menggunakan tekhnik ini
dilakukan melalui diskusi dan kesepakatan sekelompok orang,
namun yang tidak sama keahliannya. Sehingga untuk menentukan
prioritas masalah, diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk
memberikan pengertian dan pemahaman peserta diskusi, tanpa
mempengaruhi peserta diskusi. Hasil diskusi ini adalah prioritas
masalah yang disepakati bersama.
B. Metode Delphi
Yaitu masalah masalah didiskusikan oleh sekelompok
orang yang mempunyai keahlian yang sama melalui pertemuan
khusus. Para peserta diskusi diminta untuk mengemukakan
pendapat mengenai beberapa masalah pokok. Masalah yang
terbanyak dikemukakan pada pertemuan tersebut, menjadi prioritas
masalah.
52
Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah dalam
masyarakat dan dilihat dari besarnya angka kesakitan dan angka
kematian akibat masalah kesehatan tersebut.
3. Manageability
Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan sumber daya
4. Community concern
Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah kesehatan
tersebut. Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah
yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor
yang diberikan adalah satu sampai lima yang ditulis dari arah kiri
ke kanan sesuai baris untuk tiap masalah. Kemudian dengan
penjumlahan dari arah atas ke bawah sesuai kolom untuk masing-
masing masalah dihitung nilai skor akhirnya. Masalah dengan nilai
tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Tetapi metode
ini juga memiliki kelemahan yaitu hasil yang didapat dari setiap
masalah terlalu berdekatan sehingga sulit untuk menentukan
prioritas masalah yang akan diambil.
2.1.2.2 Metode Matematik PAHO
Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom dan masalah-
masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada baris, dan
digunakan kriteria untuk penilaian masalah yang akan dijadikan sebagai
prioritas masalah. Kriteria yang dipakai ialah:
1. Magnitude
Berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau penyakit yang
ditunjukkan dengan angka prevalensi
2. Severity
Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan case
fatality rate masing- masing penyakit.
3. Vulnerability
Sejauh mana ketersediaan teknologi atau obat yang efektif untuk
mengatasi masalah tersebut
53
4. Community and political concern
Menunjukkan sejauh mana masalah tersebut menjadi concern atau
kegusaran masyarakat dan para politisi
5. Affordability
Menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia
2.1.2.3Metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)
Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus ada
kesepakatan mengenai bobot kriteria yang akan digunakan, dan masalah-
masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Metode ini
memakai lima kriteria untuk penilaian masalah tetapi masing-masing
kriteria diberikan bobot penilaian dan dikalikan dengan penilaian masalah
yang ada sehingga hasil yang didapat lebih objektif. Masalah dengan nilai
tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Kriteria yang dipakai
terdiri dari:
1. Emergency
Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan
sehingga menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang
digunakan dalam kriteria ini adalah CFR (Case Fatality Rate), jika
masalah yang dinilai berupa penyakit. Adapun jika yang dinilai
adalah masalah kesehatan lain, maka digunakan parameter
kuantitatif berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang
dapat ditimbulkan oleh permasalahan tersebut. Misalnya masalah
K1, maka yang digunakan sebagai parameter adalah angka
kematian ibu dan lain sebagainya.
2. Greetes member
Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak
penduduk yang terkena masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah
kesehatan yang berupa penyakit, maka parameter yang digunakan
adalah prevalence rate.Sedangkan untuk masalah lain, maka
greetes member ditentukan dengan cara melihat selisih antara
54
pencapaian suatu kegiatan pada sebuah program kesehatan dengan
target yang telah ditetapkan.
3. Expanding Scope
Menunjukan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan
terhadap sektor lain diluar sektor kesehatan. Parameter lain yang
digunakan adalah seberapa luas wilayah yang menjadi masalah,
berapa banyak jumlah penduduk di wilayah tersebut, serta berapa
banyak sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan dengan
masalah tersebut.
4. Feasibility
Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah
seberapa mungkin masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang
digunakan adalah ketersediaan sumber daya manusia berbanding
dengan jumlah kegiatan, fasilitas terkait dengan kegiatan
bersangkutan yang menjadi masalah, serta ada tidaknya anggaran
untuk kegiatan tersebut.
5. Policy
Berhubung orientasi masalah yang ingin diselesaikan
adalah masalah kesehatan masyarakat, maka sangat penting untuk
menilai apakah masyarakat memiliki kepedulian terhadap masalah
tersebut serta apakah kebijakan pemerintah mendukung
terselesaikannya masalah tersebut.Hal tersebut dapat dinilai dengan
apakah ada seruan atau kebijakan pemerintah yang concern
terhadap masalah tersebut, apakah ada lembaga atau organisasi
masyarakat yang concern terhadap permasalahan tersebut, serta
apakah masalah tersebut terpublikasi diberbagai media.
Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut di atas
untuk penilaian masalah dan masing-masing kriteria harus
diberikan bobot penilaian untuk dikalikan dengan penilaian
masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih objektif. Pada
metode ini harus ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot
yang akan digunakan.
55
Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara
kriteria yang satu dengan yang lainnya untuk mengetahui kriteria
2.1.3 Pemilihan Metode MCUA
mana yang mempunyai nilai bobot yang lebih tinggi. Nilai bobot
berkisar satu sampai lima, dimana nilai yang tertinggi adalah
kriteria yang mempunyai bobot lima.
Bobot 5 : paling penting
Bobot 4 : sangat penting sekali
Bobot 3 : sangat penting
Bobot 2 : penting
Bobot 1 : cukup penting
2.1.3.1Emergency
Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan
sehingga menimbulkan kematian atau kesakitan.Parameter yang
digunakan dalam kriteria ini adalah CFR (Case Fatality Rate), jika
masalah yang dinilai berupa penyakit. Adapun jika yang dinilai adalah
masalah kesehatan lain,maka parameter yang digunakan berupa proxy
CFR yaitu suatu angka yang digunakan untuk masalah - masalah yang
tidak berhubungan dengan penyakit. Nilai proxy CFR ditentukan
berdasarkan hasil diskusi, argumentasi, serta justifikasi.
56
Berikut merupakan rincian dari CFR dan proxy :
TBC : 24,2 %
Difteri : 5,01%
Pertusis : 0.5 %
Tetanus : 53,8 %
Campak : 1,74 %
Hepatitis B : 3,1 %
Polio :0%
(Sumber: Depkes.2013)
57
Tabel.2.2 Penentuan Score Emergency
N0 MASALAH (X) (Y) X+Y SCOR
Proxy Target – Cakupan (%) E
(%) (%)
1 Cakupan imunisasi HB0 (0-7 hari) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas 3,1 15 18,1 3
Kecamatan Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 95 %
2 Cakupan imunisasi BCG pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan 24,2 3,12 27,32 4
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 98,12 %
3 Cakupan imunisasi Polio 1 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan 0 3,4 3,4 1
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 98,4 %
4 Cakupan imunisasi DPT/HB(1) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas 62,41 3,4 65,81 9
Kecamatan Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 98,4 %
5 Cakupan imunisasi Polio 2 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan 0 8,62 8,62 2
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 98,62 %
6 Cakupan imunisasi DPT/HB(2) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas 62,41 7,3 69,71 9
Kecamatan Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 97,3 %
7 Cakupan imunisasi Polio 3 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan 0 9 9 2
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 99 %
8 Cakupan imunisasi DPT HB(3) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas 62,41 8,62 71,03 10
Kecamatan Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 98,62 %
9 Cakupan imunisasi Polio 4 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan 0 8,62 8,62 2
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 98,62 %
10 Cakupan imunisasi Campak pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan 1,74 7,62 9,36 2
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 97,62 %
58
2.1.3.2. Greetets Members
Greetest member menunjukkan berapa banyak penduduk yang
terkena masalah atau penyakit yang ditunjukkan dengan angka prevalens.
Semakin besar selisih antara target dan cakupan maka akan semakin besar
score yang didapatkan.
Tabel 2.3 Skala Score GreetesMember
Range Score
1-2 1
3-4 2
5-6 3
7-8 4
9-10 5
11-12 6
13-14 7
15-16 8
17-18 9
19-20 10
Keterangan:
Untuk menentukan score pada greetest member digunakan range. Range
didapatkan dari selisih antara target dan cakupan dari tiap masalah. Diberikan
score dari 1 sampai 20 dengan jarak tiap range sebesar 1.
59
Tabel.2.2 Penentuan Score Greetes Member
N0 MASALAH (X) (Y) X-Y SCOR
Target Cakupan(%) (%) E
(%)
1 Cakupan imunisasi HB0 (0-7 hari) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas 80 95 15 8
Kecamatan Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 95 %
2 Cakupan imunisasi BCG pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan 95 98,12 3,12 2
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 98,12 %
3 Cakupan imunisasi Polio 1 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan 95 98,4 3,4 2
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 98,4 %
4 Cakupan imunisasi DPT/HB(1) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas 95 98,4 3,4 2
Kecamatan Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 98,4 %
5 Cakupan imunisasi Polio 2 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan 90 98,62 8,62 5
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 98,62 %
6 Cakupan imunisasi DPT/HB(2) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas 90 97,3 7,3 4
Kecamatan Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 97,3 %
7 Cakupan imunisasi Polio 3 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan 90 99 9 5
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 99 %
8 Cakupan imunisasi DPT HB(3) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas 90 98,62 8,62 5
Kecamatan Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 98,62 %
9 Cakupan imunisasi Polio 4 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan 90 98,62 8,62 5
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 98,62 %
10 Cakupan imunisasi Campak pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan 90 97,62 7,62 4
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 97,62 %
60
2.1.3.3Expanding Scope
1. Expanding Scope menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu
permasalahan terhadap sektor lain diluar kesehatan. Berapa banyak
jumlah bayi di wilayah tersebut, serta ada tidaknya score di luar sektor
kesehatan yang berkepentingan dengan masalah tersebut.
2. Jumlah sasaran tertinggi terdapat di kelurahan Serdang adalah 409 jiwa,
dan jumlah bayi terendah terdapat di kelurahan Harapan Mulia adalah
204 jiwa, dan untuk jumlah sasaran Kecamatan Kemayoran 2554 jiwa,
dengan ini maka skoring penilaian didasarkan atas jumlah bayi pada
interval-interval tertentu. Jarak antar interval adalah 21.
3. Untuk keterpaduan lintas sektor didapatkan hasil yang sama pada seluruh
puskesmas kelurahan dan kecamatan, yaitu didapatkan adanya
keterpaduan lintas sektor pada seluruh puskesmas kelurahan dan
kecamatan.
61
Tabel 2.6 Penentuan Score Expanding Scope Program Imunisasi Periode Januari –Desember 2014
N0 MASALAH SCORE
1 Cakupan imunisasi HB0 (0-7 hari) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode 6
Januari – Desember 2014 sebesar 95 %
2 Cakupan imunisasi BCG pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari – 1
Desember 2014 sebesar 98,12 %
3 Cakupan imunisasi Polio 1 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari – 8
Desember 2014 sebesar 98,4 %
4 Cakupan imunisasi DPT/HB(1) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari 8
– Desember 2014 sebesar 98,4 %
5 Cakupan imunisasi Polio 2 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari – 7
Desember 2014 sebesar 98,62 %
6 Cakupan imunisasi DPT/HB(2) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari 6
– Desember 2014 sebesar 97,3 %
7 Cakupan imunisasi Polio 3 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari – 7
Desember 2014 sebesar 99 %
8 Cakupan imunisasi DPT HB(3) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari 7
– Desember 2014 sebesar 98,62 %
9 Cakupan imunisasi Polio 4 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari – 7
Desember 2014 sebesar 98,62 %
10 Cakupan imunisasi Campak pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari – 6
Desember 2014 sebesar 97,62 %
62
2.1.3.4. Feasibility
Menunjukkan sejauh mana kemungkinan program kerja yang
terdapat di puskesmas dapat atau tidak dilaksanakan.Untuk menilai hal
tersebut digunakan sistem scoring dilihat dari ketersediaan sumber daya
manusia, program kerja, material, serta transportasi yang efektif serta
efisien untuk mengatasi masalah tersebut.
Adapun parameter yang digunakan untuk menilai apakah suatu
masalah dapat diselesaikan meliputi :
1. Rasio tenaga kesehatan Puskesmas terhadap jumlah penduduk.
Semakin banyak jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah
penduduk, maka kemungkinan suatu permasalahan terselesaikan
akan semakin besar. Oleh karena itu, dilakukan penghitungan rasio
tenaga kesehatan di setiap Puskesmas kelurahan terhadap jumlah
penduduk yang menjadi sasaran program kesehatan di masing –
masing wilayah Puskesmas.
Berikut adalah rasio tenaga kesehatan di tiap puskesmas terhadap jumlah
penduduk sasaran di wilayah Puskesmas tersebut :
63
Tabel 2.8 Scoring Rasio Tenaga Kesehatan dengan Jumlah Sasaran di
Wilayah Kecamatan Kemayoran Periode Januari – Desember 2014
Puskesmas Jumlah Tenaga Jumlah Perbandingan Score
Kesehatan Sasaran
1 280 1: 280 4
Gunung Sahari Selatan
Kemayoran 1 307 1: 307 5
Kebon Kosong 1 358 1: 358 8
Serdang 1 409 1: 409 10
Utan Panjang 1 306 1: 306 5
Harapan Mulia 1 204 1: 204 1
Cempaka Baru 1 358 1: 358 8
Sumur Batu 1 332 1: 332 6
2. Ketersediaan fasilitas (material), fasilitas juga merupakan hal yang
dibutuhkan untuk menjalankan suatu kegiatan dan menyelesaikan
suatu masalah dan cakupan kegiatan tersebut. Namun, fasillitas
yang dibutuhkan oleh setiap kegiatan berbeda-beda. Oleh karena
itu, dibuatkan kategori untuk fasilitas yang dibutuhkan oleh
kegiatan-kegiatan tersebut.
Kategori fasilitas digolongkan menjadi dua yaitu
ketersediaan obat dan ketersediaan alat. Penilaian berdasarkan ada
dalam jumlah mencukupi, ada namun kurang mencukupi dan tidak
ada sama sekali. Digolongkan cukup bila dari kegiatan pelaksanaan
program tidak ada masalah yaitu selalu tersedia dan diberi nilai
dua. Digolongkan kurang bila tersedia namun jumlah kurang, atau
terlambat datang, atau ada namun tidak layak pakai dan diberi nilai
satu.Dan tidak ada bila tidak tersedia dan diberi nilai nol.
64
Tabel 2.9Scoring Ketersediaan Fasilitas Terhadap Kegiatan di
Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari –
Desember 2014
Kategori Ketersediaan Score
Obat Tidak ada 0
Ada tetapi kurang 1
Ada dan cukup 2
Alat Tidak ada 0
Ada tetapi kurang 1
Ada dan cukup 2
65
Tabel 2.11 Penentuan Score Feasibility Terhadap Kegiatan Imunisasi di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari - Desember 2014
No MASALAH SDM FASILITAS DANA SCORE
OBAT ALAT
1 Cakupan imunisasi HB0 (0-7 hari) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan 26 2 2 2 32
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 95 %
2 Cakupan imunisasi BCG pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran 26 2 2 2 32
periode Januari – Desember 2014 sebesar 98,12 %
3 Cakupan imunisasi Polio 1 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan 26 2 2 2 32
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 98,4 %
4 Cakupan imunisasi DPT/HB(1) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan 26 2 2 2 32
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 98,4 %
5 Cakupan imunisasi Polio 2 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan 26 2 2 2 32
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 98,62 %
6 Cakupan imunisasi DPT/HB(2) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan 26 2 2 2 32
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 97,3 %
7 Cakupan imunisasi Polio 3 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan 26 2 2 2 32
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 99 %
8 Cakupan imunisasi DPT HB(3) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan 26 2 2 2 32
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 98,62 %
9 Cakupan imunisasi Polio 4 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan 26 2 2 2 32
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 98,62 %
10 Cakupan imunisasi Campak pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan 26 2 2 2 32
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 97,62 %
66
2.1.3.5. Policy
Untuk dapat menyelesaikan masalah ini, maka aspek lain yang
harus dipertimbangkan dari suatu masalah tersebut menjadi concern
masyarakat dan pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah terhadap masalah tersebut. Parameter yang
digunakan sebagai hasil justifikasi ditentukan bahwa untuk mengetahui hal
tersebut dilihat dari seberapa seringnya masalah tersebut dipublikasikan di
berbagai media.
Parameter tersebut diberikan nilai berdasarkan parameter yang
paling mungkin sampai ke masyarakat. Publikasi suatu informasi
kesehatan di media elektronik memiliki jangkauan yang lebih luas
diberikan nilai15. Sedangkan kebijakan pemerintah berupa undang-undang
yang mengatur jumlah anak diberikan nilai 10. Begitupun dengan
publikasi informasi dalam bentuk media cetak diberikan nilai 5.Maka pada
publikasi informasi yang diberikan secara penyuluhan diberikan nilai 1
dan tidak ada diberikan nilai 0. Penjumlahan dari nilai tersebut dijadikan
score.
67
Tabel 2.13 Penentuan Score Policy Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari - Desember 2014
NO MASALAH Balih Leaflet Koran, Radio TV Interne Jumlah
o majala t
h
1 Cakupan imunisasi HB0 (0-7 hari) pada bayi baru lahir di Wilayah 3 5 8
Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari – Desember 2014
sebesar 95 %
2 Cakupan imunisasi BCG pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas 3 5 8
Kecamatan Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar
98,12 %
3 Cakupan imunisasi Polio 1 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas 3 5 8
Kecamatan Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 98,4
%
4 Cakupan imunisasi DPT/HB(1) pada bayi baru lahir di Wilayah 3 5 8
Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari – Desember 2014
sebesar 98,4 %
5 Cakupan imunisasi Polio 2 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas 3 5 8
Kecamatan Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar
98,62 %
6 Cakupan imunisasi DPT/HB(2) pada bayi baru lahir di Wilayah 3 5 8
Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari – Desember 2014
sebesar 97,3 %
7 Cakupan imunisasi Polio 3 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas 3 5 8
Kecamatan Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 99 %
8 Cakupan imunisasi DPT HB(3) pada bayi baru lahir di Wilayah 3 5 8
Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari – Desember 2014
sebesar 98,62 %
9 Cakupan imunisasi Polio 4 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas 3 5 8
Kecamatan Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar
68
98,62 %
10 Cakupan imunisasi Campak pada bayi baru lahir di Wilayah 3 5 8
Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari – Desember 2014
sebesar 97,62 %
69
Tabel 2.14 Penentuan Masalah 1-4 Program Imunisasi menurut Metode
MCUA di Kecamatan Kemayoran Periode Januari-Desember2014
N Paramete MS–1 MS–2 MS-3 MS-4 MS-5
Bobot N BN
o r N BN N BN N BN N BN
1 Emergenc
5 3 15 4 20 1 5 9 45 2 10
y
2 Greatest
4 8 32 2 8 2 8 2 8 5 20
Member
3 Expandin
3 6 18 1 3 8 24 8 24 7 21
g Scope
4 Feasibility 2 32 64 32 64 32 64 32 64 32 64
5 Policy 1 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Jumlah 137 103 109 149 123
Keterangan :
MS-1 Cakupan imunisasi HB0 (0-7 hari) pada bayi baru lahir di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari – Desember
2014 sebesar 95 %
MS-2 Cakupan imunisasi BCG pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar
98,12 %
MS-3 Cakupan imunisasi Polio 1 pada bayi baru lahir di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari – Desember
2014 sebesar 98,4 %
MS-4 Cakupan imunisasi DPT/HB(1) pada bayi baru lahir di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari – Desember
2014 sebesar 98,4 %
MS-5 Cakupan imunisasi Polio 2 pada bayi baru lahir di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari – Desember
70
2014 sebesar 98,62 %
MS-6 Cakupan imunisasi DPT/HB(2) pada bayi baru lahir di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari – Desember
2014 sebesar 97,3 %
MS-7 Cakupan imunisasi Polio 3 pada bayi baru lahir di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari – Desember
2014 sebesar 99 %
MS-8 Cakupan imunisasi DPT HB(3) pada bayi baru lahir di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari – Desember
2014 sebesar 98,62 %
MS-9 Cakupan imunisasi Polio 4 pada bayi baru lahir di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari – Desember
2014 sebesar 98,62 %
MS-10 Cakupan imunisasi Campak pada bayi baru lahir di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari – Desember
2014 sebesar 97,62 %
71
tulang ikan (fishbone diagram/Ishikawa). Dengan memanfaatkan pengetahuan
dan dibantu dengan data Puskesmas yang tersedia dapat disusun berbagai
penyebab masalah secara teoritis.
Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input maupun proses.
Input yaitu sumber daya atau masukan yang diperlukan oleh suatu sistem.
Sumber daya sistem adalah: (Azwar Azrul, 1996).
Man : Sumber daya manusia
Money : Dana
Material : Sarana
Method : Cara
Proses adalah semua kegiatan sistem untuk mengubah input menjadi
output. Pada proses, menurut George R. Terry, terdiri dari :
Planning (perencanaan) :
Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan
tujuan organisasi, sampai dengan menetapkan alternatif
kegiatan untuk mencapainya.
Organizing (pengorganisasian) :
Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun
semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan
memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan
organisasi.
Actuating (panggerak pelaksanaan):
Proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu
bekerja secara optimal menjalankan tugas-tugas pokoknya
sesuai dengan keterampilan yang telah dimiliki, dan dukungan
sumber daya yang tersedia.
Controlling (monitoring):
Proses untuk mengamati secara terus-menerus
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah
disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi penyimpangan.
72
1. Cakupan imunisasi DPT/HB(2) pada Jumlah Bayi Baru Lahir di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari – Desember 2014
sebesar 97,3 % melebihi target yaitu 90% dengan Final Score sebesar 151
2. Cakupan imunisasi DPT/HB(3) pada Jumlah Bayi Baru Lahir (Bayi)di
Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari – Desember
2014 sebesar 98,62% melebihi target yaitu 90% dengan Final Score
sebesar 163
73
Kemayoran periode Januari – Desember 2014 sebesar 97,3 %
melebihi target yaitu 90% dengan Final Score sebesar 151
Dari lima akar penyebab masalah diatas, dipilih tiga akar penyebab
masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi
langsung juga pemahaman yang cukup. Ketiga akar penyebab masalah
yang paling dominan tersebut adalah :
1. Kurangnya pelatihan bagi petugas imunisasi tentang pencatatan data
(Method )
2. Tidak jelasnya pembagian tugas pada program imunisasi
(Organizing )
3. Penumpukan dalam pendataan di wilayah Puskesmas Kemayoran
(Enviroment)
74
1. Kurangnya tenaga kesehata ( Man ).
2. Ketersediaan vaksin HB yang kurang di puskesmas ( Material)
Dari lima akar penyebab masalah diatas, dipilih tiga akar penyebab
masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi
langsung juga pemahaman yang cukup. Ketiga akar penyebab masalah
yang paling dominan tersebut adalah :
1. Ketersediaan vaksin HB yang kurang di puskesmas ( Material)
2. Pembagian ruangan yang tidak sesuai ( Environment )
3. Petugas tidak mengisi laporan harian secara teratur ( Controlling )
75
Gambar 2.1 Fishbone Cakupan Imunisasi DPT/HB(2) di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari-Desember 2014
Method Material Money Man
Kurangnya
komunikasi
Penumpukan antar petugas Tidak jelasnya
dalam pendataan pelaksana pembagian tugas
di wilayah program pada program
puskesmas imunisasi
Kemayoran
76
Environment Controlling Actuating Organizing
Planning
Gambar 2.2 Fishbone Cakupan Imunisasi DPT/HB(3) di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari-Desember 2014
Method Material Money Man
Cakupan
Tidak dilakukan pemeriksaan vaksin Petugas kurang menjalankan tugas imunisasi
HB secara merata dengan baik DPT/HB(3)
pada Jumlah
Bayi Baru
Ketersediaan vaksin HB yang Lahir (Bayi) di
kurang di puskesmas Kurangnya tenaga Wilayah
kesehatan
Puskesmas
Kecamatan
Kemayoran
periode
Ketidak nyamanan Januari –
ruangan untuk imunisasi Mengalami kesulitan dalam Petugas hanya melanjutkan rencana
mengevaluasi program program yang telah dilaksanakan Desember 2014
sebelumnya sebesar 98,62%
melebihi target
yaitu 90%
Sempit dan ada
nyamuk diruangan Tidak adanya data yang
lengkap Petugas perencanaan
merasa perencanaan
program yang sudah cukup
baik
Pembagian
ruangan yang Petugas tidak Kurangnya
tidak sesuai mengisi laporan pengetahuan
harian secara petugas imunisasi
teratur untuk membuat
rencana yang baik 77
Controlling Actuating Organizing
Environment Planning
78
Gambar 2.2 Fishbone Cakupan imunisasi DPT/HB(3) pada Jumlah Bayi Baru Lahir (Bayi) di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari – Desember 2014
Man
Method Material Money
Petugas memerlukan bantuan dari
Kurangnya dana untuk merekrut petugas lain
petugas tambahan Cakupan
imunisasi
Keuangan puskesmas yang Sulitnya meminta bantuan
terbatas petugas dari program lain DPT/HB(3) pada
Wilayah
Pengalokasian dana belum Kurangnya Puskesmas
sesuai dengan kepentingan koordinasi lintas Kecamatan
setiap program program
Kemayoran
periode Januari –
Puskesmas tidak Staf tidak bekerja Desember 2014
pernah melakukan secara optimal
Pengawasan sebesar 98,62 %
rapat apabila akan
melaksanakan kegiatan tidak melebihi target
kegiatan dilaksanakan
Banyaknya staf yang yaitu 90 %
bekerja secara merangkap secara terus- dengan final
menerus
score sebesar 163
Terbatasnya
waktu yang Kurangnya petugas
dimiliki yang memiliki Pengawas
petugas kemampuan dalam merangkap sebagai
bidang imunisasi pelaksana kegiatan
140
4. Waktu penerapan sampai masalah terpecahkan tidak lama
Diberi nilai tertinggi pada masalah yang paling dapat
diselesaikan dengan cepat dan diberi nilai terendah pada
masalah yang memerlukan waktu paling lama dalam
penyelesaiannya.
Dari lima akar penyebab masalah, maka dipilih tiga akar penyebab
masalah yang paling dominan dan ditetapkan alternatif pemecahan
masalahnya, sebagai berikut :
1. Kurang inisiatif dari petugas untuk mengambil data ke bidan
mandiri / RBS.
Alternatif pemecahan masalah: Petugas memiliki inisiatif untuk
mengambil data ke bidan mandiri/ RBS
2. Kurang tenaga kerja untuk melakukan follow up terhadap
program imunisasi.
Alternatif pemecahan masalah: Tenaga kerja ditambah untuk
terlaksananya follow up program imunisasi
3. Kurang pengawasan dari kepala program terhadap pencatatan
data imunisasi.
Alternatif pemecahan masalah: Kepala program melakukan
pengawasan terhadap pencatatan imunisasi bayi.
141
N BN N BN N BN
1 Mudah dilaksanakan 4 2 8 1 4 2 8
2 Murah biayanya 3 3 9 1 3 3 9
3 Waktu penerapannya sampai 2 1 4 1 2 2 4
masalah terpecahkan tidak
terlalu lama
4 Dapat memecahkan masalah 1 2 2 3 3 2 2
dengan sempurna
Jumlah 22 12 23
Keterangan :
AL – 1 : Petugas memiliki inisiatif untuk mengambil data ke bidan
mandiri/ RBS.
AL – 2 :Tenaga kerja ditambah untuk terlaksananya follow up
program imunisasi
AL – 3 :Kepala program melakukan pengawasan terhadap
pencatatan imunisasi bayi.
142
3. Tenaga kerja ditambah untuk terlaksananya follow up program
imunisasi
No Parameter Bobot AL – AL – AL –
1 2 3
N BN N BN N BN
1 Mudah dilaksanakan 4 2 8 1 4 1 4
2 Murah biayanya 3 2 6 1 3 2 6
3 Waktu penerapannya sampai 2 1 2 1 2 1 2
143
masalah terpecahkan tidak
terlalu lama
4 Dapat memecahkan masalah 1 3 3 2 2 3 3
dengan sempurna
Jumlah 19 11 15
Keterangan :
AL – 1 : Menyesuaikan pengalokasian dana sesuai dengan
kepentingan setiap program.
AL – 2 : Menambahkan petugas yang memiliki kemampuan dalam
bidang imunisasi
AL – 3 : Petugas memiliki waktu yang lebih.
144
BAB IV
RENCANA PELAKSANAAN PEMECAHAN MASALAH
4.1. Menyusun Rencana Kegiatan Pemecahan Masalah
Setelah ditemukannya alternatif pemecahan masalah maka sampailah
pada tahap penyusunan rencana pemecahan masalah. Dalam tahap ini,
diharapkan dapat mengambil keputusan-keputusan untuk memecahkan akar
masalah yang dianggap paling dominan. Perencanaan adalah upaya menyusun
berbagai keputusan yang bersifat pokok yang dipandang paling penting dan
akan dilakukan menurut urutannya guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan rencana memecahkan
masalah.
4.1.1. Cakupan imunisasi HB0 (0-7HR) pada Jumlah Bayi Baru Lahir
(Bayi) di Wilayah Puskesmas Kelurahan Sunter Jaya 2 periode
Januari – Desember 2014.
145
Tabel 4.1 Rencana Pemecahan Masalah Cakupan Imunisasi HB0 (0-7HR) di Wilayah Puskesmas Kelurahan Sunter Jaya 2
Periode Januari – Desember 2014
N VOLIME
KEPUTUSAN RENCANA KEGIATAN TARGET BIAYA
O KEGIATAN
a. Terlaksananya
a. Mengadakan pertemuan
pertemuan antar 1x/bulan Rp. 100.000
antar petugas imunisasi
petugas imunisasi
Memberikan himbauan dan
pemahaman kepada petugas b. Terlaksananya
imunisasi dan orang tua agar pertemuan antarpara
1
melakukan imunisasi di sarana ibu sekitar wilayah
pelayanan kesehatan yang disesuai b. Mengadakan temu wicara
kerja dan tercapainya
dengan wilayah tempat tinggalnya antar para ibu di sekitar 1x/bulan Rp. 200.000
pemahaman untuk
wilayah kerja
melakukan imunisasi
sesuai wilayah tepat
tinggal
a. Rapat koordinasi
pembuatan proposal a. Meningkatkan jumlah
Menambah jumlah petugas baru 2x/tahun Rp. 400.000,-
penambahan tenaga tenaga kerja
sebagai pelaksana program
kesehatan
2 imunisasi di Puskesmas Keluraan
b. Memperoleh tenaga
Tanjung Priok I.
kesehatan yang
a. Melaksanakan test seleksi. 2x/tahun Rp. 300.000,-
terampil dan
berpengalaman.
146
a. Tersedianya waktu,
a. Menyusun rencana jadwal
tempat dan tenaga
perekrutan tenaga kerja 2x/tahun Rp. 400.000,-
kerja untuk perekrutan
program imunisasi
enaga kerja baru
Menambah jadwal perekrutan
3
tenaga kerja baru bagi petugas b. Melaksanakan perekrutan
program imunisasi di Puskesmas b. Memperoleh tenaga
tenaga kerja program 2x/tahun Rp. 300.000,-
Kelurahan Tanjung Priok I. kerja
imunisasi
d. Memastikan program
c. Evaluasi kegiatan dapat berjalan dengan 2x/tahun Rp. 100.000,-
baik dan optimal
147
4.1.2. Cakupan Imunisasi Polio 3 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Tanjung
Priok I Periode Januari – April 2014
Agar dapat melaksanakan alternatif pemecahan masalah, Cakupan
Imunisasi Polio 3 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Tanjung Priok 1
Periode Januari – April 2014, yang didapatkan dalam BAB III, maka
dibuat rencana usulan kegiatan sebagai berikut:
148
Tabel 4.2 Rencana Pemecahan Masalah Cakupan Imunisasi Polio 3 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Tanjung Priok 1 Periode
Januari – April 2014
VOLUME
NO KEPUTUSAN RENCANA KEGIATAN TARGET BIAYA
KEGIATAN
149
a. Terlaksananya pertemuan
Memberikan antar petugas imunisasi
himbauan dan
1x/bulan Rp. 200.000,-
pemahaman kepada
petugas imunisasi a. Mengadakan pertemuan antar
dan orang tua agar petugas imunisasi
3 b. Terlaksananya pertemuan
melakukan imunisasi b. Mengadakan temu wicara antar para
di sarana pelayanan ibu di sekitar wilayah kerja antarpara ibu sekitar wilayah
kesehatan yang sesuai kerja dan tercapainya
1x/bulan Rp. 100.000,-
dengan wilayah pemahaman untuk melakukan
tempat tinggalnya imunisasi sesuai wilayah
tepat tinggal
Menyediakan a. Pengadaan panduan
a. Meminta panduan pencatatan imunisasi
panduan pencatatan pencatatan imunisasi dari 1x/tahun Rp. 200.000,-
bagi pelaksanaan program imunisasi
imunisasi bagi dinas kesehatan profinsi
4 pelaksanaan program
imunisasi di tingkat b. Petugas mengetahui
b. Melakukan pembinaan pencatatan
Kelurahan Tanjung pembinaan pencatatan 1x/bulan Rp. 200.000,-
kepada petugas imunisasi
Priok I program imunisasi
150
4.2. Rencana Pelaksanaan Pemecahan Masalah
Setelah menyusun rencana pemecahan masalah, maka akan dilakukan
rencana pelaksanaan pemecahan masalah yang disusun berdasarkan rencana
usulan kegiatan. Perencanaan pelaksanaan pemecahan masalah disajikan dalam
bentuk tabel gan chart berikut ini :
Bulan
No Kegiatan Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4
Mengadakan
1 pertemuan antar x x
petugas imunisasi
Mengadakan temu
2 wicara antar para ibu di x x
sekitar wilayah kerja
Rapat koordinasi
pembuatan proposal
3 x
penambahan tenaga
kesehatan
Melaksanakan test
4 x
seleksi.
Menyusun rencana
jadwal perekrutan
5 x
tenaga kerja program
imunisasi
Melaksanakan
6 perekrutan tenaga kerja x
program imunisasi
7 Evaluasi kegiatan x
Meminta panduan
pencatatan imunisasi
8 x
bagi pelaksanaan
program imunisasi
Melakukan pembinaan
9 pencatatan kepada x x
petugas imunisasi
151
Bulan
No Kegiatan Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4
Mengadakan
1 pertemuan antar x x
petugas imunisasi
Mengadakan temu
2 wicara antar para ibu di x x
sekitar wilayah kerja
Rapat koordinasi
pembuatan proposal
3 x
penambahan tenaga
kesehatan
Melaksanakan test
4 x
seleksi.
Menyusun rencana
jadwal perekrutan
5 x
tenaga kerja program
imunisasi
Melaksanakan
6 perekrutan tenaga kerja x
program imunisasi
7 Evaluasi kegiatan x
Meminta panduan
pencatatan imunisasi
8 x
bagi pelaksanaan
program imunisasi
Melakukan pembinaan
9 pencatatan kepada x x
petugas imunisasi
152
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Setelah melewati berbagai proses maka didapatkan satu program
kesehatan dasar Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok yang dievaluasi yaitu
program Imunisasi bayi dan didapatkan beberapa masalah yang teridentifikasi
melewati diskusi dan justifikasi sehingga didapatkan prioritas masalah selama
bulan Januari – April 2014, yaitu :
1. Cakupan imunisasi Polio 2 di wilayah Puskesmas Kelurahan Tanjung
Priok 1 Periode Januari-April 2014 adalah sebesar 136,2 %, berada di atas
target yakni 32,3 % dengan finale score
2. Cakupan imunisasi Polio 3 di wilayah Puskesmas Kelurahan Tanjung
Priok 1 Periode Januari-April 2014 adalah sebesar 134 %, berada di atas
target yakni 31, 6 % dengan finale score
Selanjutnya kedua prioritas masalah diatas dicari akar penyebab masalah
yang paling dominan dan setelah dilakukan diskusi, argumentasi dan justifikasi
maka dapat disimpulkan akar penyebab masalah yang dominan dari kedua
prioritas masalah sebagai berikut :
Cakupan Imunisasi Polio 2 di wilayah Puskesmas Kelurahan Tanjung
Priok I Periode Januari – April 2014 adalah sebesar 136,2 %, berada di atas target
yakni 32,3 % dengan finale score
Akar penyebab masalah dominan :
1. Kurangnya tenaga kesehatan
2. Kurangnya perekrutan tenaga kerja kesehatan di bidang imunisasi
3. Kurangnya informasi ibu dan petugas imunisasi untuk melakukan
imunisasi sesuai wilayah tinggal
4. Kurangnya pedoman tentang cara pencatatan imunisasi
153
5.2. Saran
Berdasarkan permasalahan program kesehatan dasar tersebut, disarankan atau
direkomendasikan beberapa hal kepada Kepala Puskesmas Kecamatan Tanjung
Priok sebagai berikut :
1. Cakupan Imunisasi Polio 2 di wilayah Puskesmas Kelurahan Tanjung
Priok I Periode Januari – April 2014 adalah sebesar 136.2 %, berada di
atas target yakni 32,3 % dengan finale score :
a. Memberikan informasi mengenai pelaksanaan imunisasi di
puskesmas
i. Mengadakan pertemuan antar petugas imunisasi
ii. Mengadakan temu wicara antar para ibu di wilayah kerja
iii. Membuat agenda pertemuan yang rutin
b. Menambah jumlah tenaga kesehatan di bidang imunisasi
i. Rapat koordinasi pembuatan proposal penambahan tenaga
kesehatan
ii. Pengajuan proposal
iii. Melakukan tes seleksi
c. Menambah jadwal perekrutan tenaga kerja kesehatan
i. Menyusun jadwal pertemuan, koordinasi secara teratur
ii. Melaksanakan pertemuan, koordinasi secara teratur pada
tiap akhir program
d. Menyediakan pedoman mengenai tatacara pencatatan imunisasi
i. Rapat koordinasi pembuatan proposal pengadaan panduan
pencatatan imunisasi
ii. Pengajuan proposal
2. Cakupan Imunisasi Polio 3 di wilayah Puskesmas Kelurahan Tanjung
Priok I Periode Januari – April 2014 adalah sebesar 134%, berada di atas
target yakni 31,6 % dengan finale score :
a. Menambah jumlah tenaga kesehatan di bidang imunisasi
i. Rapat koordinasi pembuatan proposal penambahan tenaga
kesehatan
ii. Pengajuan proposal
iii. Melakukan tes seleksi
b. Menambah jadwal perekrutan tenaga kerja kesehatan
154
i. Menyusun jadwal pertemuan, koordinasi secara teratur
ii. Melakukan pertemuan, koordinasi secara teratur pada tiap
akhir program
c. Memberikan informasi mengenai pelaksanaan imunisasi di
puskesmas
i. Mengadakan pertemuan antar petugas imunisasi
ii. Mengadakan temu wicara antar para ibu di wilayah kerja
iii. Membuat agenda pertemuan yang rutin
d. Menyediakan pedoman mengenai tatacara pencatatan imunisasi
i. Rapat koordinasi pembuatan proposal pengadaan panduan
pencatatan imunisasi
ii. Pengajuan proposal
155
DAFTAR PUSTAKA
1. Profil Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Tahun 2013
2. Laporan Bulanan Imunisasi Kecamatan Tanjung Priok bulan Januari – April
tahun 2014. Jakarta : Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok; 2014
3. Kurikulum & Modul Pelatihan Manajemen Puskesmas, Departemen
Kesehatan RI, 2000
4. Trihono. Arrimes: Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta:
Sagung Seto, 2005
5. Modul Kepaniteraan Kedokteran Komunitas dan Kedokteran Keluarga ; 2012
156