TINJAUAN PUSTAKA
Sebuah permukaan tanah yang terbuka yang berdiri membentuk sudut tertentu
terhadap horisontal disebut sebuah lereng tanpa perkuatan. Lereng dapat terjadi secara
ilmiah atau buatan manusia. Jika tanah tidak horisontal, suatu komponen gravitasi akan
cenderung untuk menggerakkan tanah ke bawah. Jika kompoen gravitasi cukup besar,
kegagalan lereng akan terjadi, yakni massa tanah dapat meluncur jatuh. Gaya yang
meluncurkan mempengaruhi ketahanan dari kuat geser tanah sepanjang permukaan
keruntuhan. Insinyur teknik sipil sering diminta untuk membuat perhitungan untuk
memeriksa keamanan dari lereng alamiah, lereng galian, dan lereng timbunan.
Pemeriksaan ini termasuk menentukan kekuatan geser yang terbangun sepanjang
permukaan keruntuhan dan membedakannya dengan kekuatan geser tanah. Proses ini
disebut analisa stabilitas lereng. Permukaan keruntuhan itu biasanya adalah permukaan
kritis yang memiliki faktor keamanan minimum.
Analisa stabilitas lereng adalah hal yang sulit untuk dilakukan. Evaluasi variabel-
variabel seperti stratifikasi tanah dan parameter-parameter tanahnya bisa menjadi suatu
pekerjaan yang berat. Rembesan pada lereng dan pemilihan suatu permukaan gelincir
potensial menambah kompleksitas dari pemasalahan ini. Pengertian tanah longsor
sebagai respon dari pada yang merupakan faktor utama dalam proses geomorfologi akan
terjadi di mana saja di atas permukaan bumi, terutama permukaan relief pegunungan yang
berlereng terjal, maupun permukaan lereng bawah laut. Tanah longsor didefinisikan
sebagai tanah longsor batuan atau tanah di atas lereng permukan kearah bawah lereng
bumi disebabkan oleh gravitasi/gaya berat.
Didaerah yang beriklim tropis termasuk Indonesia, air hujan yang jatuh keatas
permukaan tanah memicu gerakan material yang ada diatas permukaan lereng. Material
berupa tanah atau campuran tanah dan rombakan batuan akan bergerak kearah bawah
lereng dengan cara air meresap kedalam celah pori batuan atau tanah, sehingga
menambah beban material permukaan lereng dan menekan material tanah dan bongkah-
bongkah perombakan batuan, selanjutnya memicu lepas dan bergeraknya material
bersama-sama dengan air.
1
2
Penanggulangan erosi permukaan dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
mengubah geometri lereng, mengendalikan air permukaan, membangun konstruksi ( rip
rap, retaining wall) dan cara lainnya, yang biasanya membutuhkan biaya yang cukup
mahal. Cara penanggulangan lain yang dapat dipertimbangkan adalah bioteknologi ( soil
bioengineering), yaitu teknologi yang menggunakan vegetasi untuk mencegah erosi.
Lereng tanah yang mengandung akar tanaman dapat meningkatkan kuat geser tanah,
sehingga akan lebih besar dari tegangan geser yang bekerja, dan secara otomatis akan
meningkatkan stabilitas tanahmya. Teknologi bioteknologi ( soil bioengineering) ini
mempunyai berbagai macam jenis metode pelaksanannya, ada yang mengunakan
kombinasi antara struktur dengan vegetasi, ada juga yang menggunakan kombinasi antara
vegetasi hidup dengan vegetasi mati, dan ada juga yang menggunakan vegetasi hidup
secara penuh.
Dengan meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap masalah lingkungan, serta
keterbatasan kemampuan finansial akibat krisis ekonomi yang belum berakhir, menjadikan
teknologi ini lebih dapat diterima dan sangat kompetitif serta memiliki potensi yang sangat
besar untuk diterapkan di Indonesia.
Engineering Techniques for Slope Protection yang sering digunakan sebagai buku acuan
bagi para pemerhati bidang soil bioengineering.
Saat ini sudah semakin banyak tersedia buku-buku soil bioengineering dalam
bahasa asing (inggris khususnya), demikian pula informasi penting lainnya data ditelusuri
dengan mudah di situs-situs internet. Namun sayangnya sampai saat ini sepengetahuan
penulis belum terdapat buku yang tertulis dalam bahasa Indonesia. Hal ini sebagai salah
satu penyebab terhambatnya perkembangan soil bioengineering di Indonesia. Teknologi ini
mempunyai potensi yang sangat besar untuk diterapkan di Indonesia. Dengan belum
berakhirnya krisis yang melanda Indonesia maka teknologi ini menjadi suatu ilmu yang
sangat tepat jika dibanding dengan teknologi yang lain jika dilihat dari segi finansial.
Metode soil bioengineering untuk stabilisasi lereng merupakan suatu usaha
menutupi permukaan lereng yang terbuka dengan tanaman agar dapat mengurangi
infiltrasi aliran air ke dalam tanah. Bagian akar merupakan bagian terpenting karena
berkemampuan mengikat tanah sangat berguna untuk system konstruksi penahan lereng
disamping akar dapat menyerap air dalam tanah yang dapat menurunkan tegangan air
pori. Faisal dan Normaniza (2008), menyatakan keberadaan akar pada tanah berpengaruh
terhadap meningkatnya kohesi tanah tetapi pengaruh terhadap sudut geser tanah tidak
terlalu besar. Pengaruh tersebut diimplementasikan dalam hukum Keruntuhan Mohr-
Coulomb (Wu, 1979).
Gambar 1.1. Kurva hipotesis dari rasio daerah berakar (RAR) dengan kedalaman (z)
5
Untuk rasio daerah akar (RAR) digunakan persamaan linear ditunjukkan pada
Gambar 1.1 dengan distribusi rasio daerah akar (RAR) = (1/400) * (2-z).
2.2.2 Akar
Peranan akar pohon sebagai pengcekeraman tanah dapat memberikan kestabilan
tanah, tetapi sangat bergantung pada faktor seperti sistem morfologi, penguatan, distribusi
akar, dan interaksi antara akar-tanah seperti yang dikemukakan oleh Reubens, et al,
(2007). Kekuatan tanah oleh akar terjadi dekat dengan batang pohon biasanya
diasumsikan berjarak 1 meter seperti yang dikemukakan oleh Danjon, et. al, (2008). Selain
itu, peranan ukuran diameter akar juga penting dan mempengaruhi mekanika pada
stabilitas lereng. De Baets, et al, (2008) menyatakan bahawa diameter akar lebih kecil
dengan penyebaran banyak menghasilkan kekuatan tegangan yang lebih tinggi. Untuk
tanah yang diperkuat oleh akar pohon adalah berkaitan dengan perlawanan geser antara
interaksi akartanah, dimana kegagalan terjadi oleh tarikan keluar akar (Wu, 2012).
Menurut Sotir (1984), posisi penetrasi akar di bagi menjadi 4 (empat) bagian
sebagai berikut:
1. Tipe A, akar vegetasi hanya mencapai lapisan top soil tanah, sehingga dapat
untuk menanggulangi erosi permukaan
2. Tipe B, akar vegetasi sudah mencapai tanah asli sehingga penjangkaran akar
cukup kuat untuk mencegah erosi permukaan dan longsor dangkal.
7
3. Tipe C, akar vegetasi menembus dua lapisan tanah, sehingga efek pengangkuran
akar lebih effektif.
4. Tipe D, hampir mirip dengan tipe A tapi beda ketebalan dari top soilnya. Top soil
pada Tipe D lebih tebal dari pada tipe A.
Tipe-tipe tersebut sangat bergantung dari jenis tanaman, jenis akar, jenis lapis-
lapisan tanah. Untuk lebih jelasnya lihat pada Gambar 2.2 berikut ini.
Penguatan akar, menurut Van Beek, et al, (2005), merupakan perpanjangan akar
di slip surface yang berpotensi menghasilkan kuat geser dengan memindahkan kekuatan
tarik ke tanah oleh kelekatan dan geseran antara akar dan tanah. Untuk meningkatkan
stabilitas lereng, panjang akar mesti mencukupi supaya akar-tanah dapat berinteraksi dan
mengcengkeram tanah. Cara akar berinteraksi dengan tanah cukup rumit, tetapi untuk
kekuatan di lapangan dapat diukur dengan pengujian tarikan cabut keluar akar
(Greenwood, et al, 2004).
Penguatan akar merupakan fungsi dari kekuatan yang menyebar dalam tanah
yang berinteraksi. Pengaruh mekanika terhadap kekuatan merupakan fungsi dari sifat akar
seperti; kepadatan, panjang, diameter, kekasaran, kekokohan, dan orientasi ke arah
tegangan utama. Pengaruh kepadatan akar dapat meningkat dengan signifikan terhadap
kekuatan geser tanah. Kekuatan geser maksimum tanah bertambah secara linear dengan
peningkatan akar pohon Mutohar (2010).
8