Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Perlukaan


Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah hilangnya kontinuitas
jaringan yang disebabkan karena adanya kekuatan dari luar.
2.2 Jenis Perlukaan
Jenis luka dapat dibagi dalam 2 kelompok besar yaitu: luka akibat kekerasan tajam, dan
kekerasan tumpul.
a. Kekerasan tajam Ciri-ciri umum dari luka akibat benda tajam adalah sebagai berikut:
1. Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata, dan sudutnya runcing
2. Bila ditautkan akan menjadi rapat (karena benda tersebut hanya memisahkan, tidak
menghancurkan jaringan) dan membentuk garis lurusatau sedikit lengkung.
3. Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan. - Daerah di sekitar garis batas luka
tidak ada memar.
b. Kekerasan tumpul Jenis luka yang ditimbulkan akibat kekerasan tumpul adalah luka
memar, luka lecet, dan luka robek/terbuka:
Luka memar adalah perdarahan jaringan bawah kulit akibat pecahnya kapiler dan
vena yang disebabkan oleh kekerasan tumpul. Letak, bentuk dan luas memar dipengaruhi
oleh besarnya kekerasan, jenis benda, penyebab, kondisi dan jenisjaringan, usia, jenis
kelamin, corak dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah serta penyakit yang diderita.
Bila kekerasan tumpul mengenai jaringan longgar seperti didaerah mata, leher atau pada
bayi dan orang usia lanjut, maka memar cenderung lebih luas. Adanya jaringan ikat
longgar memungkinkan berpindahnya memar ke daerah yang lebih rendah akibat
gravitasi. Informasi mengenai bentuk benda tumpul dapat diketahui jika ditemukan
“perdarahan tepi”. Pada “perdarahan tepi”, perdarahan tidak dijumpai pada lokasi yang
tertekan, tetapi perdarahan akan menepi sehingga bentuk perdarahan sesuai dengan
bentuk celah antara kedua kembang yang berdekatan/cetakan negatif.
Memar biasanya merupakan cedera ringan, karena sangat jarang memar dapat
menyebabkan keadaan yang fatal. Bentuk dan ukuran memar dapat menunjukkan jenis
dan derajat kekerasan yang dialami. Usia dari memar tersebut juga bisa diperkirakan,
sehingga dengan demikian juga dapat memperkirakan saat terjadinya cedera.
Luka lecet merupakan luka kulit yang superfisial akibat cedera pada epidermis
yang bersentuhan dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing.Walaupun
kerusakannya minimal tetapi luka lecet dapat memberikan petunjuk kemungkinan adanya
kerusakan yang hebat pada alat-alat dalam tubuh. Pada luka robek yang merupakan luka
terbuka yang terjadi akibat kekerasan tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas
kulit atau otot. Ciri luka robek adalah tidak beraturan,tepi tidak rata, akar rambut tampak
hancur atau tercabut bila kekerasannya di daerahyang berambut, sering tampak luka lecet
memar di sekitar luka. Pada kecelakaan lalu lintas, terjadinya perlukaan dapat saja
disertai dengan patah tulang, baik patahtulang tertutup atau pun patah tulang terbuka.
2.3 Lokasi dan Mekanisme
Perlukaan Lokasi perlukaan adalah lokasi dimana terjadinya luka akibat
kecelakaan lalu lintas yang meliputi daerah kepala, ekstremitas atas, ekstremitas bawah,
tubuh bagiandepan, dan tubuh bagian belakang. Fakta fisika dasar dapat menjelaskan
pola perlukaan yang kompleks karena kecelakaan lalu lintas:
a. Trauma jaringan disebabkan karena adanya perbedaan dari pergerakan. Pada kecepatan
yang konstan, dengan kecepatan yang berbeda, tidak akan menimbulkaan efek apapun
seperti pada perjalanan luar angkasa atau rotasi bumi. Adanya perbedaan perpindahan
gerak, dapat menyebabkan peristiwatraumatis yaitu, akselerasi dan deselerasi.
b. Perbedaan ini diukur dengan gaya gravitasi atau umum disebut G force. Jumlah dimana
tubuh manusia dapat mentoleransi sangat bergantung pada arah datangnya gaya tersebut.
Deselerasi dengan kekuatan 300G bisa tidak menimbulkan cedera dan dalam jangka
waktu yang pendek gaya 2000G pun masih bisa tidak menimbulkan cedera, bila
datangnya gaya tepat pada sudut yang tepat pada sumbu panjang tubuh. Tulang frontal
dapat menahan gaya 800G tanpa fraktur dan mandibula 400G, demikian juga dengan
rongga thoraks.
c. Selama akselerasi maupun deselerasi jumlah trauma jaringan yang dihasilkan tergantung
dari gaya yang bekerja per unit area, perumpamaan seperti pisau yang tajam akan
menembus lebih mudah daripada yang tumpul dengan gaya yang sama. Jika sebuah
pengendara mobil diberhentikan tiba-tiba dari kecepatan 80 km/jam dan 10 cm2 luas dari
kepala membentur kaca depan kerusakan akan lebih parah dibandingkan dengan gaya
yang sama dan tersebar 500 cm2 sepanjang sabuk pengaman.
d. Pada benturan dari arah frontal, tidak mungkin kendaraan langsung berhenti sempurna,
walaupun menabrak struktur yang sangat besar dan tidak bergerak. Kendaraan itu akan
berubah bentuk dan mengurangi gaya deselerasi dan mengurangi G force yang akan
diterima dari penumpang kendaraan. 5. Nilai dari G forces dapat dihitung dengan rumus
G = C ( V2 )/D, dimana V=kecepatan (km/jam), D jarak stop dimulai dari waktu benturan
(m), dan C adalah konstanta 0.0039.
2.4 Perlukaan dan Kematian dalam Kecelakaan Lalu Lintas
Kematian dalam kecelakaan lalu lintas dapat terjadi sebagai akibat dari tabrakan atau
benturan dari kendaraan. Secara imajinatif semua model dari sarana transportasi mempunyai
kemampuan untuk menyebabkan kematian atau kecacatan. Kematian karena kecelakaan lalu
lintas dapat dibagi menjadi empat kategori tergantung dari arah terjadinya benturan pada
kendaraan, antara lain :
1. Arah depan Ini adalah paling umum, yang kejadiannya kira-kira mencapai 80% dari
semua kecelakaan lalu lintas. Tabrakan dari arah depan terjadi bila dua kendaraan/orang
bertabrakan yang mana keduanya arah kepala, atau bagiandepan dari kendaraan
menabrak benda yang tidak bergerak, seperti tembok, ataupun tiang listrik. Sebagai
akibat dari energi gerak, penumpang darikendaraan bermotor akan terus melaju (bila
tidak memakai sabuk pengaman pada pengguna mobil). Pola dan lokasi luka akan
tergantung dari posisi saat kecelakaan.
2. Arah samping (lateral) Biasanya terjadi di persimpangan ketika kendaraan lain menabrak
dari arah samping, ataupun mobil yang terpelintir dan sisinya menghantam benda tidak
bergerak. Dapat terlihat perlukaan yang sama dengan tabrakan dari arah depan, bila
benturan terjadi pada sisi kiri dari kendaraan, pengemudi akan cenderung mengalami
perlukaan pada sisi kiri, dan penumpang depan akan mengalami perukaan yang lebih
sedikit karena pengemudi bersifat sebagai bantalan. Bila benturan terjadi pada sisi kanan,
maka yang terjadi adalah sebaliknya, demikian juga bila tidak ada penumpang.
3. Terguling Keadaan ini lebih mematikan (lethal) dibandingkan tabrakan dari samping,
terutama bila tidak dipakainya pelindung kepala (helm), terguling di jalan, sabuk
pengaman dan penumpang terlempar keluar mobil. Beberapa perlukaan dapat terbentuk
pada saat korban mendarat pada permukaan yang keras, pada beberapa kasus, korban
yang terlempar bisa ditemukan hancur atau terperangkap di bawah kendaraan. Pada kasus
seperti ini penyebab kematian mungkin adalah traumatic asphyxia
4. Arah belakang Pada benturan dari arah belakang, benturan dikurangi atau terserap oleh
bagian bagasi dan kompartemen penumpang belakang (pada pengguna mobil), yang
dengan demikian memproteksi penumpang bagian depan dari perlukaan yang parah dan
mengancam jiwa.

2.5 Pemeriksaan
Lakukan primary survey dan pastikan jalan napas, tulang servikal, pernapasan dan sirkulasi
anak dalam keadaan aman. Segera periksa status mental anak dengan meggunakan skala AVPU.
Gunakan penekanan pada supraorbital yang cukup keras sebagai rangsang nyeri.
 A Alert (sadar)
 V Responds to voice (berespon terhadap suara)
 P
 Responds to pain (berespon terhadap nyeri)
 Purposefully
 Non-purposefully
 Withdrawal/flexor response
 Extensor response
 U Unresponsive (tidak berespon)
Nilai ukuran pupil, sama tidaknya dan reaktivitasnya, dan cari tanda-tanda neurologis fokal
lainnya.
Lakukan secondary survey untuk melihat secara spesifik pada:
 Leher dan tulang servikal – deformitas, nyeri, spasme otot
 Kepala – lecet di kulit kepala, laserasi, pembengkakan, nyeri, Battles
 Mata – ukuran pupil, ekualitas dan reaktivitas, funduskopi
 Telinga – darah di belakang gendang telinga, kebocoran LCS
 Hidung – deformitas, pembengkakan, perdarahan, kebocoran LCS
 Mulut – trauma gigi, trauma jaringan lunak Patah tulang wajah
 Fungsi motorik – periksa alat gerak untuk melihat adanya refleks dan kelemahan sesisi
 Lakukan pemeriksaan Glasgow Coma Score
 Pertimbangkan kemungkinan adanya trauma non-kecelakaan selama secondary survey
terutama pada bayi dengan trauma kepala
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Seorang wanita Ny.A berusia 25 tahun, datang ke UGD RSUD Dr. Drajat Prawiranegara pada
tanggal 8 Oktober 2018 di antar oleh warga dikarenakan kecelakaan lalu lintas. Saat pengkajian
pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan seperti di tusuk-tusuk, terpasang spalk, pasien tampak
lemah, mual-mual dan terdapat hematom pada pelvis. Dx Medis : Fraktur Cruris dextra. TD : 100/70
mmHg, Nadi 80x/mnt, RR 24x/mnt, dan Suhu 36℃.

Tgl. Masuk ICU : 8 Oktober 2018


Jam :
No. CM : 365789
Identitas
Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 25 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Status Pernikahan :Belum Kawin
Alamat : Ciomas

Penanggung Jawab
Nama : Tn. M
Umur : 45 Tahun
Hubungan : Kaka
Alamat : Calung
Pengkajian Primer

1. Airway : Tidak ada sumbatan jalan nafas


2. Breathing : I : Tidak terlihat retraksi dada RR : 24x/mnt
P : Gerakan dada dan kiri sama semitris
P : Tidak terkaji
A : Tidak terdengar suara tambahan
3. Sirkulasi : TD : 110/70 mmHg, N : 80x/mnt, teraba kuat dan tidak teratur ekteremitas
teraba dingin
4. Disablity : Kondisi klien dalam keadaan sadar (composmentis), komunikasi terbatas karena
klien lebih terfokus pada nyeri yang dirasakan, GCS : 15.

Pengkajian sekunder

Alasan utama datang ke RS :


Klien mengalami kecelakaan lalu lintas dengan fraktur cruris dextra dan pelvis terdapat hematom, dan
klien mual-mual
Riwayat penyakit sebelumnya :
Klien sebelumnya tidak mempunyai riwayat penyakit yang berat seperti diabetes melitus,stroke,jantung
dan lain sebagainya.
Keluhan Utama :
Fraktur cruris dextra dan pelvis terdapat hematom
Riwayat kesehatan lalu :
Klien tidak mempunyai riwayat penyakit yang berat sebelumnya.
Riwayat kesehatan keluarga :
Dalam keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit yang berat.
Riwayat Penyakit Sekarang
Kesadaran klien composmentis, tetapi klien tampak lemah, kaki kanan terpasang spalk. TD : 100/70
mmHg, Nadi 80x/mnt, RR 24 x/mnt, S 36 C, GCS total 15,dan reflex pupil3/3.
Alasan masuk ICU
Klien post kecelakaan lalu lintas, kondisi klien lemah, kesadaran composmentis,GCS 15,reflek pupil 3/3,
pengkajian tingkat nyeri P : Kecelakaan lalu lintas dengan fraktur cruris, Q : seperti ditusuk-tusuk, R :
kaki kanan, S : 8, dan T : terus menerus, kaki kanan terpasang spalk,TD : 100/70 mmHg, Nadi 80x/mnt,
RR 24x/mnt, dan S 36 C.
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum :
Sakit/nyeri : Skala nyeri 8
Status gizi : Kurang
Sikap : Lemah, kadang-kadang meringis kesakitan.
Personal hygiene : Bersih
2. Data sistematik
a. Sistem persepsi sensor
Pendengaran : Normal
Penglihatan : Normal, konjungtiva : tidak anemis
Sklera : Tidak ikterik
Pengecap/pengidu : Normal
Peraba : Normal
b. Sitem pernafasan
Frekwensi : Normal 24x/menit
Suara nafas : Normal.
c. Sistem cardio vaskuler
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Denyut nadi : 80 x/menit, irama : teratur
Kekuatan : Kuat, akral : hangat
d. Sistem saraf pusat
Kesadaran : CM
Bicara : Normal
Pupil : 3/3
Orientasi waktu : Baik
Orientasi tempat : Baik
Orientasi orang : Baik
e. Sistem gastrointestinal
Nafsu makan : Normal
Mulut & tenggorok : Normal
Kemampuan mengunyah : Normal
Kemampuan menelan : Normal
Perut : Normal
Colon dan rektum : BAB 2x dalam sehari
f. Sistem musculosceletal
Rentang gerak : lemah
Kemampuan memenuhi aktifitas sehari-hari dibantu
Genggaman tangan : Kedua tangan bisa digerakkan, kaki kanan dipasang spalk.
Otot kaki : lemah ketika digerakan
g. Sistem integumen
Warna kulit : warna kulit sawo mateng
Turgor : Normal
Memar : ada memar
Lain-lain : Normal
h. Sistem perkemihan
Vesica urinaria : Klien menggunakan kateter sebagai alat bantu untuk BAK dan
menggunakan pamper untuk BAB,sehari BAK yang dikeluarkan
bisa sampai 800-1000 cc/per hari

3. Data penunjang

Terapi yang diberikan


 RL 30 TPM fungsi Inf RL adalah untuk menggantikan kehilangan cairan pada dehidrasi dan syok
hivopolemik termasuk perdarahan.
 O2 3 lpm
 Ceftriaxone 2x1 gr/st fungsinya untuk infeksi-infeksi berat yang disebabkan oleh kuman-kuman
gram positif mamupun gram negatif.
 Ketorolac 3x30 g berfungsi untuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut sedang
sampai berat setelah prosedur bedah. Durasi total Ketorolac tidak boleh lebih dari lima hari.
Ketorolac secara parenteral dianjurkan diberikan segera setelah operasi. Harus diganti ke
analgesik alternatif sesegera mungkin, asalkan terapi Ketorolac tidak melebihi 5 hari.
 Piracetam 3grx3 bergungsi untuk pengobatan infark serebral.
 Kalnex 3x500gr berfungsi untuk Pendarahan abnormal sesudah operasi secara umum.
 Ranitidin 2x1 Amp berfungsi untuk engobatan jangka pendek tukak usus 12 jari aktif, tukak
lambung aktif, mengurangi gejala refluks esofagitis.
POLA KEBUTUHAN GORDON
1. Pola eliminasi
Buang air besar : Pola 2 kali sehari, selama di rumah sakit satu – dua hari sekali baru BAB. Buang air
kecil : dibantu kateter , warna kuning jernih, jumlah antara 800 – 1000 cc/hari

2. Pola aktifitas dan latihan


Keterangan:
No Kemampuan 0 1 2 3 4
0 mandiri
perawatan diri
1 dibantu sebagian
1 Makan/minum √
2 perlu bantuan orla
2 Toileting √
3 perlu bantuan orla dan alat
3 Berpakaian √
4 tergantung/tidak mampu
4 Mobilitas di √
tempat tidur
5 Berpindah √

3. Pola istirahat tidur


Selama di rawat di ICU klien gelisah, susah untuk tertidur, tetapi kalau tertidur klien sering terbangun
karena merasa kesakitan.
4. Pola persepsi diri
Tidak bisa dikaji
5. Pola nutrisi
Klien makan dibantu dan diberi makanan tinggiserat tinggi protein dan terpasang infus 30 tpm
6. Pola perceptual
Tidak terkaji
7. Penglihatan dan pendengaran masih baik ( normal ).
8. Pola peran dan hubungan
9. Tidak terkaji
10. Pola menejemen koping stress
Tidak terkaji
11. Sistem nilai dan kepercayaan
Tidak terkaji
Pengkajian tanggal 9 Oktober 2018:
Klien post kecelakaan lalu lintas, kondisi klien lemah, kesadaran composmentis,GCS 15,reflek pupil 3/3,
pengkajian tingkat nyeri P : Kecelakaan lalu lintas dengan fraktur cruris, Q : seperti ditusuk-tusuk, R :
kaki kanan, S : 8, dan T : terus menerus,kaki kanan terpasang spalk,TD : 100/70 mmHg, Nadi 80x/mnt,
RR 24x/mnt, dan S 36 C.

LEMBAR ANALISIS DATA

No Data Masalah Kemungkinan Penyebab


1 DS : Nyeri akut Agen Cidera biologi
 Klien mengatakan masaih merasa nyeri pada kaki Post KLL
kanannya
 P : Post KLL dengan fraktur cruris
 Q : seperti ditusuk-tusuk
 R : Kaki kanan
S:8
 T : terus menerus
DO :
 Tanpa menahan sakit
 Tanpa meringiris kesakitan

2 DS : Gannguan mobilitas Post KLL dengan fraktur


 Klien mengatakan sakit pada lukanya fisik cruris dan terpasang spalk
 Klien mengatakan kalau kaki kanannya digerakkan pada kaki kanan
sedikit saja maka akan terasa sakit.
 Klien mengatakan kalau bergerak sedikit saja terasa
sangat sakit
DO :
 Menahan sakit
 meringis kesakitan
 susah menggerakkan kakinya
No Data Masalah Kemungkinan Penyebab
3 DS : Defisit perawatan diri Kelemahan fisik

DO :
 Mandi dibantu
 Makan dibantu
 Kakinya kalau digerakkan terasa sakit

DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut Berhubungan Dengan Agen cidera fisik post KLL
2. Gangguan mobilitas fisik Berhubungan dengan Post KLL dengan fraktur cruris dan terpasang spalk pada kaki
kanan
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : Sdr.A No. Register :


Umur : 25 Thn Diagnosa Medis : Post KLL
Ruang dirawat : ICU Alamat : Ciomas

Nama &
Tgl. RENCANA
Diagnosa TTD
Jam
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pain Management
Nyeri akut Berhubungan 2x7 jam klien diharapkan dapat 1. Melakukan pengkajian nyeri
Dengan Agen cidera fisik mengontrol rasa nyerinya dengan secara komprehensif termasuk
post KLL kriteria hasil : lokasi,karakteristik,durasi,freku
 Klien mampu mengontrol ensi,dan faktor presipitasi
DS : nyeri(tahu penyebab nyeri, 2. mengobservasi reaksi non
 Klien mengatakan mampu menggunakan tekhnik verbal dari ketidaknyamanan
masaih merasa nonfarmakologi untuk 3. menggunakan tekhnik
nyeri pada kaki mengurangi nyeri,mencari komunikasi teraupetik untuk
kanannya bantuan) mengetahui pengalaman nyeri
P : Post KLL  Klien mampu melaporkan pasien
dengan fraktur bahwa nyeri berkurang dengan 4. mengkaji kultur yang
cruris menggunakan manajemen nyeri mempengaruhi respon nyeri
 Q : seperti ditusuk-  Klien mampu mengenali skala 5. mengevaluasi pengalaman nyeri
tusuk nyeri masa lampau
 R : Kaki kanan (skala,intensitas,frekuensi,dan
S:8 tanda nyeri)
 T : terus menerus  Klien mampu menyatakan rasa
DO : nyaman setelah nyeri berkurang
 Tanpa menahan
sakit
 Tanpa meringiris
kesakitan
Nama &
Tgl. RENCANA
Diagnosa TTD
Jam
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan Exercise therapy: Ambulation
Berhubungan dengan Post 2x7 jam klien dapat melakukan 1. Memonitoring vital sign
KLL dengan fraktur cruris mobilsasi di tempat tidur dengan kriteria sebelum/sesudah latihan dan
dan terpasang spalk pada hasil : lihat respon pasien saat latihan
kaki kanan  Klien mampu meningkatkan 2. Mengkaji kemampuan klien
aktifitas fisiknya untuk mobilisasi
DS :  Klien mengerti tujuan 3. Melatih klien dalam pemenuhan
 Klien mengatakan peningkatan mobilitas kebutuhan ADLs secara
sakit pada  Memverbalisasikan perasaan mandiri sesuai kemampuan
lukanya dalam meningkatkan kekuatan 4. Memberikan bantuan jika
 Klien mengatakan dan kemampuan berpindah diperlukan
kalau kaki 5. Mengajarkan klien bagaimana
kanannya merubah posisi dan berikan
digerakkan bantuan jika diperlukan
sedikit saja maka
akan terasa sakit.
 Klien mengatakan
kalau bergerak
sedikit saja terasa
sangat sakit
DO :
 Menahan sakit
 meringis kesakitan
 susah
menggerakkan
kakinya
Nama &
Tgl. RENCANA
Diagnosa TTD
Jam
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan keperawatan Self care asisstance : ADLs
berhubungan dengan selama 1x7 jam klien diharapkan dapat 1. Monitor kemampuan klien
kelemahan fisik meningkatkan kebersihan dirinya untuk perawatan diri yang
dengan dibantu keluarga atau perawat mandiri atau dibantu
DS : dengan kriteria hasil: 2. Monitor kebutuhan klien
 Klien terbebas dari bau badan untuk alat-alat bantu untuk
DO :  menyatakan kenyamanan kebersihan diri,
 Mandi dibantu terhadap kemampuan ADLs berpakaian,berhias,toileting
 Makan dibantu dapat melakukan ADLs dengan bantuan dan makan
 Kakinya kalau 3. Sediakan bantuan sampai
digerakkan terasa klien mampu secara utuh
sakit untuk melakukan self care
4. Dorong klien melakukan
secara mandiri,tapi beri
bantuan ketika klien mampu
melakukannya
5. Ajarkan klien/keluarga untuk
mendorong
kemandirian,untuk
memberikan bantuan hanya
jika pasien tidak mampu
untuk melakukannya.
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Sdr.A No. Register :


Umur : 25 Tahun Ruang dirawat : ICU
Alamat : Ciomas

Tgl. Diagnosa dan Implementasi


Evaluasi Nama & TTD
Jam Keperawatan
S : Klien mengatakan masih merasa nyeri
Dx I
Implementasi : P : Post kecelakaan lalu lintas
1. Memonitor TD,Nadi,Suhu,dan RR Q : seperti ditusuk-tusuk
2. Memonitor keadaan umum Klien R : Kaki kanan
3. Memberi obat sesuai advince S:7
4. Memonitor urine output T : terus menerus

O : keadaan umum masih lemah, TD132/75 mmHg,


Nadi 56x/mnt, RR 18x/mnt, suhu 36,2 C.

A : masalah keperawatan belum teratasi


P : lanjutkan intervensi
Dx II S : klien mengatakan masih nyeri, dan merasa
Implementasi pegel-pegel pada bagian kaki kanan.
1. Memonitor TD, Nadi,Suhu,dan RR
2. Memonitor keadaan umum klien O : keadaan umum masih lemah, TD 120/72
3. Memberikan posisi yang nyaman bagi mmHg,Nadi 63x/mnt, RR 25x/mnt, dan Suhu 36,2
klien C.

A : masalah keperawatan belum teratasi


P : lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai