Bab I
Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
Biogas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik sangat populer digunakan untuk
mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan sambil menghancurkan
bakteri patogen dan sekaligus mengurangi volume limbah buangan. Metana dalam biogas,
bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih
besar dengan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas memegang
peranan penting dalam manajemen limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang
lebih berbahaya dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida. Karbon
dalam biogas merupakan karbon yang diambil dari atmosfer oleh fotosintesis tanaman,
sehingga bila dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan menambah jumlah karbon diatmosfer
bila dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil. Saat ini, banyak negara maju
meningkatkan penggunaan biogas yang dihasilkan baik dari limbah cair maupun limbah
padat atau yang dihasilkan dari sistem pengolahan biologi mekanis pada tempat pengolahan
limbah
Bangunan utama dari instalasi biogas adalah Digester yang berfungsi untuk
menampung gas metan hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Jenis digester
yang paling banyak digunakan adalah model continuous feeding dimana pengisian bahan
organiknya dilakukan secara kontinu setiap hari. Besar kecilnya digester tergantung pada
kotoran ternak yamg dihasilkan dan banyaknyaÿ biogas yang diinginkan. Lahanÿ yang
diperlukan sekitar 16 m2. Untuk membuat digester diperlukan bahan bangunan seperti pasir,
semen, batu kali, batu koral, bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa prolon.
Lokasi yang akan dibangun sebaiknya dekat dengan kandang sehingga kotoran ternak
dapat langsung disalurkan kedalam digester. Disamping digester harus dibangun juga
penampung sludge (lumpur) dimana slugde tersebut nantinya dapat dipisahkan dan dijadikan
pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Setelah pengerjaan digester selesai maka mulai
dilakukan proses pembuatan biogas dengan langkah langkah sebagai berikut:
a. Mencampur kotoran sapi dengan air sampai terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1 pada
bak penampung sementara. Bentuk lumpur akan mempermudah pemasukan kedalam digester
b. Mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian pertama
kran gas yang ada diatas digester dibuka agar pemasukan lebih mudah dan udara yang ada
didalam digester terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi
dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh.
c. Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter dan isi rumen
segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester 3,5 - 5,0
m2. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.
d. Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8 karena yang terbentuk
adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14 baru terbentuk gas metan
(CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas akan
menyala.
e. Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor gas
atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa menghasilkan energi biogas yang
selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus
diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal
Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas selain menghasilkan gas metan untuk
memasak juga mengurangi pencemaran lingkungan, menghasilkan pupuk organik padat dan
pupuk organik cair dan yang lebih penting lagi adalah mengurangi ketergantungan terhadap
pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui.
BAB III
METODOLOG
3.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Timbangan
2. Balon
3. Pengukur Ambient Condition (RH dan Temperatur Ruang)
4. Stopwatch
3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Kotoran sapi segar (1kg) yang tidak tercampur rumput dan bahan lain atau kotoran
kambing/domba/ayam (1kg) yang tidak tercampur dengan rumput atau bahan lain.
2. Air seni hewan.
3.3 Prosedur
1. Masukkan kotoran sapi masing-masing sejumlah 0,5 kg kedalam botol, campurakan dan
kocok dengan air seni hewan sejumlah air seni hewan sejumlah 0,5 kg hingga campura
tersebut homogen dan berat seluruh botol dengan isinya mencapai 1 kg.
2. Hubungkan balon dengan kepala botol. Ikat dengan menggunakan karet. Periksa
kemungkinan kebocoran.
3. Ukur temperatur lingkungan setiap hari, selama proses pembentukan gas berlangsung.
4. Catat seluruh perubahan yang terjadi selama proses pembentukan gas.
5. Bila balon penampung gas telah tertiup dengan sempurna (terisi oleh gas secara penuh, pada
hari keberapa?)
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
BAB V
PEMBAHASAN
(Rikky Triyadi 97001)
Pada praktiku ini dilakukan pembuatan biogas dari kotoran hewan dengan
menggunakan campuran bakteri EM4 dan tanpa campuran bakteri. Kotoran hewan yang
digunakan dalam pembuatan biogas ini adalah kotoran sapi yang masih segar dan bersih dari
rumput atau jerami. Kotoran sapi dicampur dengan air higga menjadi encer kemudia
diamsukan ke dalam botol 1 liter.
Setelah proses pembuatan reactor biogas tersebut, kemudian diberi balon sebgai
indikasi adanya gas yang dihasilkan oleh reactor tersebut. Selama praktikum sekitar tujuh
hari kerja sampel percobaan dilakukan pengukuran RH dan suhu pada kedua botol tersebut.
Pengamatan pertama mengenai kelembaban reactor biogas tanpa menggunakan bakteri. Pada
dasarnya Rh ini berpengaruh pada kadar air dalam reactor semakin tinggi kadar air maka
reactor berjalan lambat dalam menghasilkan biogasnya. Disini dapat kita bandingkan hasil
dari tanpa bakteri dan EM4. Pada reactor tanpa menggunakan bakteri, Rh pada hari pertama
mencapaiu 63,5 % dengan suhu mencapai 30,7 oC. Pada hari berikutnya suhu reactor
menurun dan Rh menjadi lebih besar dibandingkan hari pertama, hingga pada hari ke 5 Rh
terus meningkat dan mengaalmi penurunan pada hari ke 6 dan hari ke-7 mengalami kenaikan
kembali. Sedangkan dilaihat dari suhunya, dari hari pertama hingga hari ke 7 mengalami
penurunan hanya saj pada hari ke 5 mrngalami kenaikan. Terjadinya fluktuasi RH dan suhu
ini dipengaruhi juga oleh kondisi eksternal yang sering mengalami hujan sehingga RH reactor
akan meningkat sedangkan suhunya mengalami menurun. Dengan demikian keadaan rector
mendi lembab dan mempunyai RH tinggi.
Selanjutnya pengamtan kedua pada reactor biogas yang menggunakan EM4. Pada
reactor dengan mengguanakan bakteri ini Rh nya lebih kecil dibandingkan dengan RH pada
reactor yang tanpa diberi bakteri. Pada hari pertama, RH pada raktor mencapi 61,5 % dengan
suhu mencapai 29,4 oC. Seiring dengan bertambahnya waktu pengamatan ternyata RH
semakin meningkat, Pada hari ke-7 Rh mencapai 73,8 %, meningkat sekitar 12,3 %
dibandingkan hari pertama. Sedangkan ditinjau dari suhu pada reactor seiring naiknya RH,
suhu reactor menurun hingga pada hari terakhir pengamatan suhu mencapai 27,1 oC, sekitar
2,3 oC suhu reactor menurun hingga hari ketujuh. Kondisi tersebut hampir sama dengan pada
reactor tanpa penambahan bakteri. Bedaarkan literratur dikatakan bahwa
dekomposisioptimum kotoran sapi akan optimum apabila suhunya mencapai 30-50oC
sedangkan pada praktikum hanya mencapai 30 oC pada hari peretama dan selanjutnya di
bawah suhu optimum sehingga proses pembentukan biogas tidak berjala sempurna. Namun
apabila ditinjau dari segi hasil dan pembuatanya, reactor yang menggunakan EM4 proses
pembentukan biogasnya lebih cepat diabandingkan dengan reactor tanpa bakteri. Hal tersebut
ditandai dengan telah mengembungnya balon pada botol EM4 sedangkan pada reactor tanpa
pemberiaan bakteri. Hal tersebut demikian karena pada reactor dengan penggunaan bakteri
ini akan meningkatkan dan mempercepat proses pembusukan kotoran sapi sehingga proses
pembentukan gas metan juga semakin cepat dibandingkan dengan tanpa bakteri dimana
proses pembusukannya sangatlah lama. Oleh karena itu bakteri EM4 ini sangatlah membantu
proses penghancuran kotoran ternak dan juga pengomposan sehingga mempercepat
penguraian dan pembentukan gas metan dan campuran gas lainnya.
Adapun proses pembuatan biogas pada prinsipnya adalah proses pengolahan limbah
pertanian berupa kotoran ternak salah satunya dengan melakukan fermentasi secara anaerob,
yaitu menampung kotoran sa.pi dan difermentasikan pada suatu tempat yang sangat rapat
sehingga proses tersebut fapat berjalan secara anaerob. Sedangkan factor lain untuk
menciptakan reactor biogas yang baik perlu diperhatikan suhu fermentasi dimana suhu
optimum proses tersebut pada 30-50oC. Dilihat dari persyaratan lain adalah mengenai
pencampuran bahan untuk pembuatan biogas tersebut, untuk air dan kotoran cukup pada
dosis 1:1. Proses fermantasi tersebut dapat menghasilkan biogas siap pakai pada usia 14 hari
dari pertama melakukan permentasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat biogas
dari kotoran sapi ini adalah bahan utama biogas ini berupa kototran sapi yang masih segar
dan bersih dari rerumputan dan jerami, sehingga pada proses fermentasi harus berupa kotoran
yang terbebas dari benda-benda lain
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Adapun berdasarkan literature dan pembahasan pada praktikum ini dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Biogas merupakan proses fermentasi limbah ternak berupa kotoran pada tempat tertutup
sehingga proses dilakukan pada kondisi anaerob.
2. Suhu dan RH berpengaruh terhadap proses fermentasi. Suhu optimum proses fermentasi
biogas ini antara 30 oC sampai dengan 50 oC.
3. Suhu pada pelaksanaan praktikum tidak optimal dikarenakan cuaca buruk.
4. Dengan penambahan bakteri EM4 akan meningkatkan kecepatan fermentasi kotoran menjadi
biogas dengn mempercepat penguraian kotoran.
5. Gas yang dihasilkan pada reactor yang diberi EM4 lebih banyak dibandingkan tanpa diberi
perlakuan penambahan bakteri.
6.2 Saran
Adapun saran dari praktikan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Pada proses pembuatan reactor biogas perlu mempertimbangkan tempat untuk penampungan
sehingga tidak mengalami kelebihan kapasitas.
2. Kotoran yang digunakan pada biogas ini masih segar dan bersih dari rumput dan jerami.
3. Tempat fermentasi diupayakan serapat mungkin dan pada suhu optimum yang berkisar 30-
50 oC
DAFTAR PUSTAKA
http://www.alpensteel.com/article/67-107-energi-bio-gas/263--teknologi-pembuatan-biogas-secara-
sederhana.html (diakses pada tanggal 17 November 2011).
http://id.wikipedia.org/wiki/Biogas (diakses pada tanggal 17 November 2011).
http://dekfendy.blog.uns.ac.id/2009/12/15/membuat-biogas-dari-kotoran-ternak/ (diakses pada
tanggal 17 November 2011).
http://pb-jlarem.blogspot.com/2009/02/cara-membuat-biogas-dari-kotoran-sapi.html (diakses pada
tanggal 17 November 2011).
http://hanya-kutipan.blogspot.com/2009/05/membuat-biogas-dari-kotoran-sapi.html (diakses pada
tanggal 17 November 2011).
http://klasterhortidemak.wordpress.com/2008/05/11/biogas-kotoran-sapi-jadi-energi-alternatif-dua-
tahun-tak-beli-minyak-tanah/(diakses pada tanggal 17 November 2011).