MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Narkotika, Bahan Terlarang, dan
Psikotropika
Oleh :
Kelompok 3
Melisa 160351606433
Nurhadi Muhlisin 160351606471
Qurrotul A’yunina 160351606460
Rani Anggun Anggraini 1603516064?
Yuanita Kartika Sari 160351606463
Offering A
Penyusun
i
Daftar Isi
ii
Bab I
ISI
1.1 Pengertian penguat rasa dan hukum yang menyangkut penggunaan penguat
rasa
1
Pelanggaran pada pasal 55 UU no 7 Tahun 1996 tentang pangan yang meliputi :
Barangsiapa dengan sengaja :
a. Menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,
pengangkutan dan atau peredaran pangan dalam keadaan yang tidak
memenuhi persyaratan sanitasi, sebagaimana dimaksud dalam pasal 8.
b. Menggunakan bahan yagn dilarang digunakan sebagai bahan tambahan
pangan atau menggunakan bahan tambahan pangan secara melampaui
ambang batas maksimal yang ditetapkan, sebagaimana dimaksud dalam
pasal 10 ayat (1) ;
c. Menggunakan bahan yang dilarang digunakan sebagai kemasan pangan
dan atau bahan apa pun yang dapat melepaskan cemaran yang merugikan
atau membahayakan kesehatan manusia, sebagaimana dimaksud dalam
pasal 16 ayat (1) ;
d. Mengedarkan pangan yang dilarang untuk diedarkan, sebagaimana
dimaksud dalam pasal 21 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d atau huruf e ;
e. Memperdagangkan pangan yang tidak memenuhi standar mutu yang
diwajibkan, sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 huruf a ;
f. Memperdagangkan pangan yang mutunya berbeda atau tidak sama dengan
mutu pangan yang dijanjikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 huruf
g. Memperdagangkan pangan yang tidak memenuhi persyaratan sertifikasi
mutu pangan, sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 huruf c ;
h. Mengganti, melabel kembali atau menukar tanggal, bulan dan tahun
kadaluwarsa pangan yang diedarkan, sebagaimana dimaksud dalam pasal
32;
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling
banyak Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
2
b. Menggunakan bahan yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan
pangan atau menggunakan bahan tambahan pangan secara melampaui
ambang batas maksimal yang ditetapkan, sebagaimana dimaksud dalam
pasal 10 ayat (1) ;
c. Menggunakan bahan yang dilarang digunakan sebagai kemasan pangan
dan atau bahan apapun yang dapat melepaskan cemaran yang merugikan
atau membahayakan kesehatan manusia, sebagaimana dimaksud dalam
pasal 16 ayat (1) ;
d. Mengedarkan pangan yang dilarang untuk diedarkan, sebagaimana
dimaksud dalam pasal 21 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e ;
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling
banyak RP 120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah). Dan pada pasal 57 di
atur tentang penambahan sanksi apabila pelanggaran pada pasal 55 dan 56. Sanksi
ditambah seperempat apabila menimbulkan kerugian terhadap kesehatan manusia
atau ditambah sepertiga apabila menimbulkan kematian (BPOM, 1996)
1.2 Penguat rasa yang boleh digunakan di masyarakat dan penguat rasa yang
tidak boleh digunakan di masyarakat
3
No. Jenis BTP Penguat Rasa (Flavour Enhancer) INS
1. Asam L-glutamat dan garamnya (L-Glutamic acid and its
salts):
Asam L-glutamat (L-Glutamic acid) 620
Mononatrium L-glutamate (Monosodium L-glutamate) 621
Monokalium L-glutamate (Monopotassium L-glutamate) 622
Kalsium di-L-glutamat (Calsium di-L-glutamate) 623
2. Asam guanilat dan garamnya (Guanylic acid and its salts):
Asam 5’-guanilat (5’-Guanylic acid) 626
Dinatrium 5’-guanilat (Disodium 5’- guanylate) 627
Dikalium 5’-guanilat (Dipotassium 5’- guanylate) 628
Kalsium 5’-guanilat (Calcium 5’- guanylate) 629
3. Asam inosinat dan garamnya (Inosinic acid and its salts):
Asam 5’- inosinat (5’-Inosinic acid) 630
Dinatrium 5’- inosinat (Disodium 5’- inosinate) 631
Dikalium 5’-inosinat (Dipotassium 5’- inosinate) 632
Kalsium 5’- inosinat (Calcium 5’- inosinate) 633
4. Garam-garam dari 5’- ribonukleotida (Salts of 5’ –
ribonucleotides):
Kalsium 5’- ribonukleotida (Calcium 5’- ribonucleotides) 634
Dinatrium 5’- ribonukleotida (Disodium 5’- 635
ribonucleotides)
(Mboi, 2012)
Selain terdapat penguat rasa yang diperbolehkan, ada pula bahan yang
dilarang sebagai BTP untuk penguat rasa seperti, Dulkamara (Dulcamara),
Kokain (Cocaine), Nitrobenzen (Nitrobenzene), Sinamil antranilat (Cinnamyl
anthranilate), Dihidrosafrol (Dihydrosafrole), Biji tonka (Tonka bean),
Minyak kalamus (Calamus oil), Minyak tansi (Tansy oil), dan Minyak
sasafras (Sasafras oil). Hal ini sesuai dengan yang tercantum pada Lampiran
II Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 Tentang Bahan
Tambahan Pangan.
4
(Mboi, 2012)
Bahan-bahan yang dilarang untuk digunakan sebagai BTP
dikarenakan dapat memberikan efek atau bahaya tertentu pada tubuh ketika
kita mengkonsumsinya.
1. Dulkamara (Dulcamara), dapat menghasilkan efek samping berupa
tukak lambung. Pada kondisi keracunan dengan kadar dosis yang tinggi
dapat menyebabkan penurunan tekanan darah, demam, halusinasi dan
dapat mengakibatkan koma.
2. Kokain (Cocaine), penggunaan kokain ini dapat menyebabkan
ketergantungan psikologis yang kuat. keracunan pada dosis yang tinggi
dapat menyebabkan euphoria dan agitasi. Ketika dosis yang digunakan
lebih besar akan menyebabkan hipertermia, mual, muntah, sakit perut,
sakit dada, takikardi, aritmia ventricular, hipertensi, gelisah luar biasa,
halusinasi, midriasi, dapat disertai depresi SSP dengan kondisi
pernapasan yang tidak beraturan, konvulsi, koma, gangguan jantung,
pingsan dan mati.
3. Nitrobenzen (Nitrobenzene), dapat mengganggu kerja ginjal karena organ
yang menjadi sasaran dari nitrobenzen ini yaitu ginjal. Dapat
menyebabkan ginjal mengeras dan membesar. Timbulnya gejala necrotic
yang ditandai dengan sakit kepala, vertigo, mual dan pingsan. Dapat
menyebabkan kematian.
4. Sinamil antranilat (Cinnamyl anthranilate),dapat menyebabkan tumor
paru-paru, ginjal dan pankreas.
5. Dihidrosafrol (Dihydrosafrole), jika terkena kulit dapat mengiritasi kulit
serta dapat mengiritasi mata.
6. Biji tonka (Tonka bean), dapat menghambat atau menghentikan
pembekuan darah dan berfungsi sebagai antikoagulan. Dapat
menggannggu sintesis vitamin K.
7. Minyak kalamus (Calamus oil),dapat menyebabkan kanker hati.
8. Minyak tansi (Tansy oil),dapat menyebankan kejang, munyah, radang
lambung, kulit merah, kram, hilang kesadaran, dafas sesak, pendarahan
usus dan hepatitis.
5
9. Minyak sasafras (Sasafras oil), dapat menyebabkan kanker hati, dapat
mempercepat denyut jantung, halusinasi, paratisis dan bersifat
kersinogenik.
(smallCrab, 2019)
Terdapat penguat rasa yang sering digunakan sebagai bahan tambahan
pangan (BTP) seperti MSG atau monosodium glutamat. MSG merupakan
salah satu asam amino non esensial asam glutamat yang berfungsi sebagai
penguat dan penyedap rasa pada makanan. MSG yang ditambahakan pada
makanan akan menimbulkan efek rasa yang kuat dimana rasa ini disebabkan
oleh adanya glutamat yang memberikan rasa umami atau sering disebut
dengan rasa lezat/enak.
Dalam mengkonsumsi MSG, banyak glutamat yang masuk kedalam
tubuh. Glutamat didalam tubuh berperan sebagai neurotransmitter. Dalam hal
ini, glutamat sangat berperan dalam proses komunikasi antar neuron pada
otak. Oleh karena itu, ketika jumlah glutamat yang melimpah di dalam otak
terutama di celah sinaps (celah antar sel saraf) dapat menyebabkan
eksitotoksik bagi otak dan mampu merusak neuron. Konsumsi glutamat pada
dosis tinggu mampu menyebabkan perubahan pada seluruh bagian dari otak.
(Razali, n.d.)
6
1.3 Fakta/contoh penguat rasa yang tidak boleh digunakan di masyarakat
7
berupa alergi mungkin dapat diobati dengan obat anti alergi, tetapi jika penderita
mengalami gejala yang membahayakan dirinya seperti sesak napas, maka harus
segera dibawa ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Bijak dalam
konsumsi dan penggunaan MSG juga diperlukan untuk mencegah dampak buruk
MSG bagi tubuh. (NATA)
8
lambung, mual, muntah, reaksi alergi, hipertensi, diabetes, kanker, asma, dan
penurunan kecerdasan. (Junita, Hamid, & Indani, 2018)
Banyak dampak yang ditimbulkan jika mengonsumsi MSG secara berlebihan.
Untuk meminimalisir penggunaan MSG, dapat mengonsumsi jajanan yang sehat
dan tidak sering mengonsumsi snack yang diproduksi pabrik yang diduga banyak
mengandung vetsin (MSG). Jika ingin menggunakan atau menambahkan MSG
tetap boleh, tetapi harus sesuai takaran yang dianjurkan. Aturan mengonsumsi
MSG yang aman yaitu 120 mg/kg BB/hari (untuk orang dewasa). Contohnya jika
mempunyai berat badan 50 kg, konsumsi MSG yang dianjurkan tidak lebih dari 6
gram atau setara dengan 2 sendok teh (0,2-0,8% dari volume makanan). Untuk
anak-anak konsumsi MSG yang dianjurkan tidak lebih dari 2 gram sehari.
(Sujarwo, 2016)
9
BAB III
PENUTUP
10
memengaruhi sifat atau bentuknya. Misalnya, bahan pewarna, pengawet,
penyedap rasa, anti gumpal, pemanis, pemucat, dan pengental.
MSG (Monosodium glutamate) merupakan salah satu contoh zat aditif
penguat rasa. MSG ini pernah ditemukan dalam keadaan dicampur dengan
minuman keras alkohol, dan mengakibatkan kematian bagi orang yang
mengonsumsinya.
Untuk meminimalisir penggunaan MSG, dapat mengonsumsi jajanan yang
sehat dan tidak sering mengonsumsi snack yang diproduksi pabrik yang
diduga banyak mengandung vetsin (MSG). Jika ingin menggunakan atau
menambahkan MSG tetap boleh, tetapi harus sesuai takaran yang
dianjurkan. Aturan mengonsumsi MSG yang aman yaitu 120 mg/kg
BB/hari (untuk orang dewasa).
11
Daftar Pustaka
BPOM. (2005). Peraturan Badan pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia. Badan Pengawas Obat Dan Makanan, 53, 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Intan Junita, Yuli Heirina Hamid, I. (2018). Tingkat pengetahuan ibu rumah
tangga tentang penggunaan monosodium glutamate (msg) dalam mengolah
makanan (di gampong jeulingke kecamatan syiah kuala banda aceh), 3, 26–
35.
Nurul Hidayati. (2013). Pengaruh pemberian oplosan monosodium glutamate
(msg) dan etanol 10% dosis bertingkat terhadap gradasi kerusakan hepar
tikus wistar, 84, 487–492. Retrieved from
http://ir.obihiro.ac.jp/dspace/handle/10322/3933
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
033 TAHUN 2012.
Rezania Razali. (n.d.). Monosodium Glutamat (MSG) dan Efek
Neurotoksisitasnya Pada Sistem Saraf Pusat, 159–168.
12