Anda di halaman 1dari 23

PEMBUATAN BRIKET ARANG

LAPORAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum IPA Terapan

Yang dibina oleh Bapak Drs. Ridwan Joharmawan, M.Si

dan Ibu Erti Hamimi S.Pd., M.Sc

Farida Nurul Istiqomah (160351606409)

Galih Rohmansya Dirasta (160351606462)

Qurrotul A’yunina (160351606460)

Yuanita Kartika Sari (160351606463)

Offering A

Kelompok 6

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

MARET 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI

Saat ini kebutuhan energi masyarakat semakin meningkat sedangkan sumber


energi yang saat ini digunakan umumnya adalah sumber energi yang tidak dapat
diperbarui berasal dari fosil ribuan tahun lalu. Keadaan ini akan menyebabkan
berkurangnya sumber energy bahkan jika terus menerus digunakan sumber bahan
bakar tersebut akan habis. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu energi alternatif
yang dapat terbarukan,selain itu juga ramah lingkungan, dan ekonomis.

Briket adalah bahan bakar alternatif yang menyerupai arang tetapi terbuat atau
tersusun dari bahan non kayu. Briket biasanya digunakan untuk memasak dan untuk
melakukan proses pembakaran, dll.

Briket arang adalah arang yang diperoleh dengan membakar bio massa
keringdengan sedikit udara (karbonisasi). Bio massa adalah bahan organik yang
berasal danjasad hidup baik tumbub-tumbuhan maupun hewan. Contoh biomassa
adalah dedaunan, rerumputan, ranting, gulma, serta Iimbah pertanian dan peternakan
serta gambut. Dengan penggunaan briket arang sebagai bahan bakar maka kita dapat
menghemat penggunaan bahan bakar seperti minyak tanah dan gas elpiji yang ada di
bumi. Manfaat lainnya adalah dapat meningkatkan pendapatan masyarakat bila
pembuatan briket bioarang ini dikelola dengan baik untuk selanjutnya briket bioarang
dijual

B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mampu mengetahui proses pembuatan briket dari arang
2. Mampu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi nyala api pada
briket
C. ALAT DAN BAHAN
Alat : Bahan :
1. Pipa paralon 1. serbuk arang
2. Loyang 2. tepung kanji
3. Panci 3. air
4. Kompor 4. spiritus
5. Pengaduk 5.
6. Ayakan
7. Korek api
D. LANGKAH PERCOBAAN

Menumpuk arang menjadi kasar dan hangus

Membuat lem dengan cara memanaskan campuran tepung kanji


dengan air

Mencampur lem dan arang terus dicampur sampai rata dan partikel
arang salingmenempel satu sama lain

Mencetak arang dengan pipa paralon yang dikategorikan menjadi 3


jenis briket, yaitu briket kasar, briket halus dan briket campuran dari
arang kasar dan halus

Menekan aang hingga benar-benar padat agar ketika dikeluarkan tidak


hancur, lalu ditengah diberi bolpoint agar memudahkan mengeluarkan
arang dari pipa paralon

Menjemur briket diterik matahari atau diangin-anginkan hingga kering

Hasil
BAB II
ISI

A. KAJIAN PUSTAKA

Bahan bakar adalah istilah popular media untuk menyalakan api. Bahan bakar
dapat bersifat alami (ditemukan langsung dari alam), tetapi juga bersifat buatan
(diolah dengan teknologi maju). Bahan bakar alami misalnya kayu bakar, batubara
dan minyak bumi. Bahan bakar buatan misalnya gas alam cair dan listrik (Ismun,
1993).

Briket adalah sebuah blok bahan yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk
memulai dan mempertahankan nyala api. Briket yang paling umum digunakan adalah
briket batu bara, briket arang, briket gambut, dan briket biomassa. Penggunaan briket,
terutama briket yang dihasilkan dari biomassa, dapat menggantikan penggunaan
bahan bakar fosil (Joharmawan, Nida, & Pratiwi, 2017)

Briket dapat dibuat dengan memanfaatkan tempurung kelapa, sekam padi, dan
serbuk gergaji. Briket dengan kualitas yang baik diantaranya memiliki sifat seperti
tekstur yang halus, tidak mudah pecah, keras, aman bagi manusia dan lingkungan
serta memiliki sifat-sifat penyalaan yang baik. Sifat penyalaan ini diantaranya adalah
mudah menyala, waktu nyala cukup lama, tidak menimbulkan jelaga, asap sedikit dan
cepat hilang serta nilai kalor yang cukup tinggi. Lama tidaknya menyala akan
mempengaruhi kualitas dan efisiensi pembakaran, semakin lama menyala dengan
nyala api konstan akan semakin baik. Faktor-faktor yang menentukan karakteristik
pembakaran suatu briket adalah kecepatan pembakaran, nilai kalor, berat jenis dan
banyaknya polusi atau senyawa volatil yang dihasilkan.

Briket bioarang adalah gumpalan-gumpalan atau batangan-batanganarang yang


terbuat dari bioarang (bahan lunak). Bioarang diolah menjadi bahan yang sebenarnya
termasuk bahan lunak yang dengan proses tertentu, diolah menjadi bahan arang keras
dengan bentuk tertentu. Pembuatan briket arang dari limbah pertanian dapat
dilakukan dengan menambah bahan perekat, dimana bahan baku diarangkan terlebih
dahulu kemudian ditumbuk, dicampur perekat, dicetak dengan sistem hidrolik
maupun manual dan selanjutnya dikeringkan. Penggunaaan bahan perekat
dimaksudkan unuk menarik air dan mebentuk tekstur yang padat atau mengikat dua
substrat yang direkatkan. Dengan adanya bahan perekat masa susunan partikel
semakin baik, teratur dan lebih padat sehingga dalam proses pencetakan keteguhan
tekan dan arang briket akan semakin baik (Silalahi, 2000)

Pati tapioka mempunyai sifat yang menguntungkan dalam pengolahan pangan


kemurnian larutannya tinggi, kekuatan gel yang baik dan daya rekat yang tinggi
sehingga banyak digunakan sebagai bahan perekat. Komposisi kimia pati tapioka per
100 gram meliputi kadar air 9.10%, karbohidrat 88.2%, protein 1.1%, lemak 0.5%,
fosfor 125 mg, kalsium 84 mg, besi 1 mg.

Briket yang baik adalah briket yang memiliki permukaan yang halus dan tidak
meninggalkan bekas hitam pada tangan. Selain itu, briket bioarang juga harus mudah
dinyalakan, emisi gas dari hasil pembakaran tidak mengandung racun, kedap air, bila
disimpan dalam waktu yang lama briket tidak akan berjamur, menunjukkan upaya
laju pembakaran yang baik. Harus memenuhi standard yang telah ditentukan, hal ini
berguna sebagai data pembanding, sehingga dapat diketahui kualitas briket yang
dihasilkan (Faizal, Andynapratiwi, & Putri, 2014)
B. DATA HASIL PERCOBAAN

Serbuk arang = 1 kg
Dihaluskan menjadi 3 jenis
 Halus
 Sedang
 Kasar
Tepung Kanji = kurang lebih 1/8 kg
Air secukupnya
Paralon pipa berjumlah 3 sebagai cetakan dan bolpoin
Kualitas Produk Briket yang dihasilkan Waktu Kalor pembakaran saat Kualitas Nyala Api
digunakan untuk memanaskan
50 ml air dalam gelas beaker
hingga terlihat gelembung rata
Kasar Sedang Halus Kasar Sedang Halus Kasar Sedang Halus
 Berwarna  Berwarna  Memiliki 3 menit 3 menit 2.15 Warna yang Warna Warna yang
hitam pekat hitam warna 35 detik 19 detik detik dihasilkan yang dihasilkan
seperti arang pekat hitam berwarnya dihasilka pada
biasanya seperti pekat biru n awalnya
seperti transparan berwarny sedikit
 Tingkat arang arang hampir a biru orange
kekeringanny biasanya biasa tidak transpara bercampur
a sudah  Tingkat  Tingkat muncul n hampir biru dan
cukup baik. kekeringa kekeringa tidak hampir
 Kepadatanny nnya nnya muncul transparan/
a cukup baik sudah cukup tidak
sehingga saat cukup baik tidak terlihat
dipegang baik tidak lembek warnanya
tidak mudah lembek dan tidak
hancur dan tidak mudah
 Produk saat mudah hancur
dihasilkan retak  Kepadata
dalam  Kepadata nnya baik
keadaan baik nnya akan
 Memiliki sangat tetapi
teksturnya baik saat bagian
keras ditak dipegang atasnya
mudah tidak sedikit
hancur mudah agak
hancur rapuh
 Saat  Saat  Produk
pembakaran produk yang
tidak dikeluarka dihasilkan
mengeluarkan n dari sempurna
asap yang cetakan  Memiliki
banyak tidak tekstur
 Setelah di retak dan yang
bakar nyala tidak keras
apinya tahan hancur  Saat di
lama dan  Memiliki bakar
menghasilkan tekstur tidak
panas yang yang mengeuar
lama keras kan asap
 Saat di  Setelah di
bakar bakar
tidak nyala
mengeuar apinya
kan asap tahan
 Setelah di lama dan
bakar menghasil
nyala kan panas
apinya yang lama
tahan
lama dan
menghasil
kan panas
yang lama
C. Analisis Data

Pada percobaan pembuatan briket dari arang ini mempunyai tujuan dapat
dihasilkan briket arang yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternative
pengganti bahan bakar minyak dan gas untuk keperluan rumah tangga. Energi
alternatif dapat dihasilkan dari teknologi tepat guna yang sederhana untuk daerah
dengan memanfaatkan limbah biomassa seperti tempurung kelapa, kayu, sekam padi,
serbuk gergaji. Briket merupakan gumpalan arang yang terbuat dari bahan lunak yang
dikeraskan. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat briket arang adalah berat jenis
bahan atau berat jenisserbuk arang, kehalusan serbuk, suhu karbonisasi, tekanan
pengempaan, dan pencampuranformula bahan baku briket. Proses pembriketan
adalah proses pengolahan yang mengalami perlakuan penumbukan, pencampuran
bahan baku, pencetakan dengan system hidrolik dan pengeringan pada kondisi
tertentu. Dalam proses pembuatan briket ini menggunakan bahan 1kg arang , 1/8
tepung kanji, serta air secukupnya. Dengan alat yang digunakan yaitu cetakan paralon
dengan diameter 5 cm dengan tinggi 7 cm sebanyak 3 cetakan, polpoint yang sudah
tidak digunakan, panic serta kompor yang akan digunakan saat pembbuatan lem yang
terbuat dari kanji yang dicampur dengan air.

Percobaan pertama dengan cara menghancurkan terlebih dahulu arang


sebanyak 1 kg dengan menumbukknya sampai terbentuk arang dengan karakteristik
yang berbeda diantaranya kasar, setengah kasar dan halus, dengan cara
memisahkannya menggunakan 2 ayakan yang berbeda. Untuk menghasilkan arang
yang halus membutuhkan ayakan yang memiliki lubang yang relative kecil, kemudian
untuk yang sedikit kasar membutuhkan ayakan yang sedikit besar untuk mengayak
sedangkan tekstur yang kasar mengambil sisa ayakan dari yang setengah kasar.
Proses selanjutnya melakukan pembuatan lem kanji dengan cara menyiapkan panic
dan kompor yanga akan digunakan. Kemudian masukkan tepung kanji sebanyak 1/8
kg dan air secukupnya kurang lebih 600ml kemudian aduk hingga rata lalu nyalakan
kompor dengan api yang kecil. Aduk secara terus menerus hingga tekstur kanji
berubah seperti lem dan mengental bewarna bening. Kemudian adonan lem siap
untuk di campurkan dengan arang. Ambillah lem kanji tersebut ke cup es krim kecil
kemudian ambil dikit demi sedikit lem kanji lalu aduk hingga rata pada arang yang
sudah disiapkan. Aduk menggunakan tanggan dengan sedikit meremas hingga lem
kanji tercampur dengan sempurna dan pastikan seluruh serbuk arang kasar terkena
adonan tepung kanji. Setelah semuanya tercampur kemudian cetak pada paralon
yang telah disiapkan sebelumnya dengan memberi bolpoin di tengahnya. Lalu
padatkan dengan cara menekan nekan hingga kuat padatannya agar saat briket kering
tidak mudah hancur. Ualangi langkah tersebut untuk membuat briket dengan tekstur
halus dan campuran halus dan sedikit kasar. Briket yang sudah dicetak diangin
anginkan selama 2 minggu dan briket siap untuk diuji nyalanya.

Setelah briket 2 minggu dapat dikeluarkan dari cetakannya dengan menekan


bagian atas briket hingga briket keluar. Briket yang terantuk memiliki tingkatan
kepadatan yang berbeda beda. Diantaranya pada briket dengan tekstur kasar memiliki
warna hitam pekat seperti arang pada biasanya, tingkat kekeringannya sudah cukup
baik.Kepadatannya cukup baik sehingga saat dipegang tidak mudah hancur, produk
saat dikeluarkan dari cetakan dalam kondisi baik tidak retak maupun pecah, memiliki
teksturnya keras ditak mudah hancur. Saat pembakaran tidak mengeluarkan asap yang
banyak dan setelah di bakar nyala apinya tahan lama dan menghasilkan panas yang
lama. Waktu Kalor pembakaran saat digunakan untuk memanaskan 50 ml air dalam
gelas beaker hingga terlihat gelembung rata selama 3.35 detik dengan menghasilkan
api yang berwarna biru transparan hampir tidak muncul. Sedangkan pada briket
dengan karakteristik tekstur campuran menghasilkan warna hitam pekat seperti arang
pada biasanya. Tingkat kekeringannya sudah cukup baik tidak lembek dan tidak
mudah retak, kepadatannya sangat baik saat dipegang tidak mudah hancur. Saat
produk dikeluarkan dari cetakan tidak retak dan tidak hancur, memiliki tekstur yang
keras. Saat di bakar tidak mengeuarkan asap dan setelah di bakar nyala apinya tahan
lama dan menghasilkan panas yang lama. Waktu Kalor pembakaran saat digunakan
untuk memanaskan 50 ml air dalam gelas beaker hingga terlihat gelembung rata
selama 3.19 detik dengan menghasilkan api yang berwarna biru transparan hampir
tidak muncul. Dan untuk tekstur halus memiliki warna hitam pekat seperti arang
biasanya. Tingkat kekeringannya cukup baik tidak lembek dan tidak mudah hancur.
Kepadatannya baik akan tetapi bagian atasnya sedikit agak rapuh. Produk yang
dihasilkan sempurna serta memiliki tekstur yang keras. Pada saat di bakar tidak
mengeuarkan asap dan setelah di bakar nyala apinya tahan lama dan menghasilkan
panas yang lama. Waktu Kalor pembakaran saat digunakan untuk memanaskan 50 ml
air dalam gelas beaker hingga terlihat gelembung rata selama 2.15 detik dengan
menghasilkan api yang yang dihasilkan pada awalnya sedikit orange bercampur biru
dan hampir transparan/ tidak terlihat warnanya. Pada praktikum ini menggunakan
inovasi berupa arang kayu.

D. Pembahasan

Percobaan ini berjudul Pembuatan Briket yang bertujuan untuk mengetahui


proses pembuatan briket arang. Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah
nampan, bolpoin bekas, kompor, panci, pipa sebagai alat pencetak, palu, kaki tiga,
beaker glass, korek api sedangkan bahan yang digunakan adalah tepung kanji, air,
arang serbuk, dan spiritus sebagai penguji. Pembuatan briket kali ini menggunakan
arang dari kayu yang dihancurkan menggunakan palu sehingga menghasilkan tekstur
yang lebih halus. Pada peercobaan ini briket yang akan dibuat terdapat 3 jenis variasi
yaitu briket dari arang yang mempunyai tekstur halus, briket yang mempunyai tekstur
sedang, dan briket yang mempunyai tekstur kasar. Briket bioarang merupakan salah
satu sumberenergi alternatif yang dapat digunakan untukmenggantikan sebagian dari
kegunaan minyak tanah. Briket bioarang merupakan bahan bakar yang berwujud
padat dan berasal dari sisa-sisa bahan organik (Budiman et al., 2011).

Briket bioarang yang baik tersebut tentunya harus mengetahui terlebih dahulu
formulasi bahan baku yang optimum dan konsentrasi penambahan perekat kanji yang
digunakan. Perekat tapioka umum digunakan sebagai bahan perekat pada briket
bioarang, karena banyak terdapat di pasaran dan harganya relatif murah. Perekat ini
dalam penggunaannya menimbulkan asap yang relatif sedikit dibandingkan bahan
lainnya. Agar diperoleh komposisi bahan baku dan perekat yang optimum pada
pembuatan briket bioarang, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

Pembuatan arang aktif dimulai dari pengeringan kayu dan pembakaran kayu
dengan minim oksigen. Tahap pengeringan dilakukan dengan menjemur kayu di
bawah sinar matahari selama kira-kira 3 hari. Pengeringan dilakukan untuk
mengurangi kadar air yang ada dalam bahan. Selain itu, dengan dikeringkan, berat
kayu akan menjadi lebih ringan sehingga briket akan lebih ringan. Tahap pembakaran
bonggol jagung kering dilakukan dalam tungku pembakar minim oksigen agar limbah
bonggol jagung menjadi arang. Metode ini disebut dengan metode pyrolisis yaitu
proses dekomposisi kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit
oksigen atau reagen lainnya. Tahap selanjutnya adalah pencetakan arang kayu
menjadi briket. Awal tahap ini dilakukan dengan menghancurkan arang menjadi
bagian-bagian kecil. Hal ini dilakukan agar saat dilakukan pengepresan akan saling
terikat secara kuat karena luasnya permukaan sentuhan.

Penghancuran arang dilakukan dengan menggunakan palu untuk membuat


serbuk arang. Untuk memilah tekstur arang maka digunakan saringan hingga
terbentuk tiga jenis serbuk arang. Setelah serbuk arang sudah jadi maka disiapkan
perekat, Perekat dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu:

1. Perekat anorganik Contoh dari perekat organik di antaranya clay (lempung),


getah karet, getah pinus.
2. Perekat organik Contoh dari perekat organik di antaranya tepung kanji,
molase dan paraffin (Maharsa, 2012)

Namun pada praktikum kali ini perekat yang digunakan adalah lem kanji,
yang dapat dibuat dengan cara merebus tepung kanji dengan air dalam panci di atas
kompor hal tersebut bertujuan untuk membantu agar proses intrusi ke dalam pori-pori
kayu lebih merata. (Masturi, Aryani. 2017). Kemudian, Serbuk arang dicampur
dengan lem kanjidi atas nampan dan selanjutnya dilakukan pencetakan briket dengan
menggunakan pipa yang telah dipotong-potong sesuai ukuran yang diinginkan dan
agar bagian tengah terbentuk lubang maka dipasang bolpoin bekas di tengahnya.
Mula-mula campuran dimasukkan dalam cetakan dengan ditekan. Briket yang dicetak
terdapat 3 jenis yaitu briket dengan menggunakan arang kasar, arang sedang, dan
arang kering dengan ukuran sama dengan cetakan yang digunakan. Tahap terakhir
dari kegiatan ini pengeringan briket yaitu dengan mendiamkannya kemudia
mengeringkan di bawah sinar matahari.

Setelah dikeringkan selama beberapa hari dikeluarkan briket dari cetakan


begitu juga dengan bolpoin bekas yang masih menempel, hasilnya briket patah dan
terdapar sedikit bagian yang hancur sehingga perlu dilakukan penambahan lem kanji
dan pencetakan kembali. Hal tersebut terjadi karena briket yang dihasilkan masih
kurang rapat. Supriyono (2003) menyatakan bahwa luas permukaan bahan yang
besar memungkinkan terjadinya penguapan kadar air lebih cepat dibandingkan
dengan bahan dengan luas permukaan yang lebih kecil. Komarayati dan Gusmailina
(1995) menyatakan bahwa kadar air sangat dipengaruhi oleh kerapatan. Apabila
kerapatan tinggi maka nilai kadar air semakin tinggi dan kerapatan rendah maka nilai
kadar air rendah juga. Sedangkan pada hasil percobaan ini briket yang dihasilkan
masih mudah retak bahkan hancur karena kurangnya kadar air dalam lem kanji yang
digunakan sehingga perlu dilakukan penambahan perekat yaitu lem kanji pada briket
kemudian briket dicetak kembali pada cetakan yaitu pipa dan selanjutnya briket yang
telah dicetak dikeringkan.

Briket yang dihasilkan pada tahap kedua lebih baik daripada hasil percobaan
yang pertama karena briket sudah tidak mudah hancur atau retak saat dilepas dari
cetakan, hal ini dikarenakan jumlah lem kanji yang ditambahkan sudah tepat sehingga
menyebabkan ikatan antar molekul menjadi lebih rekat dan tidak gampang pecah.
Briket kasar lebih mudah pecah dibandingkan dengan briket halus dan sedang
dikarenakan serbuk arang ukurannya terlalu besar, sehingga menyebabkan ikatannya
menjadi tidak kuat serta cetakannya masih banyak rongga yang menyebabkan
gampang pecah.
Tahap selanjutnya adalah uji nyala briket, dengan cara menyiapkan air 50 ml
yang dimasukkan ke dalam beaker glass, air ini digunakan untuk penentu kalor
pembakaran. kemudian beaker glass diletakkan di atas kasa dan kaki tiga.
Selanjutnya diletakkan salah satu briket di bawah kaki tiga, briket yang sudah siap
dinyalakan sebelumnya disiram dengan spiritus kemudia dinyalakan dengan korek api
dan di hitung waktu nyalanya. Langkah tersebut diulangi dengan cara mengganti air
yang telah mendidih dengan air biasa dan mengganti briket dengan variasi briket lain.
Kalor pembakaran 50 ml air adalah sebagai berikut: Briket kasar dengan waktu 3
menit 35 detik, briket sedang dengan waktu 3 menit 19 detik, briket halus dengan
waktu 2 menit 30 detik. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa briket arang
halus lebih cepat untuk mendidihkan air, sedangkan briket kasar membutuhkan waktu
lebih lama untuk mendidihkan air tersebut. Ismayana (2011) menyatakan untuk
menghasilkan briket yang mudah dalam penyalaan atau pembakaran awal, maka
kadar air yang terkandung haruslah rendah agar dapat menghasilkan nilai kalor yang
tinggi, hal ini didukung juga dari penelitian Hartanto (2010) yang menyatakan bahwa
semakin besar kadar air yang terkandung maka akan semakin rendah nilai kalornya.
Apabila kandungan airnya tinggi, waktu yang dibutuhkan untuk menghilangkan
kandungan air akan semakin lama, sehingga penyalaan briket akan semakin lama pula
(Faizal et al., 2014)

Lamanya waktu pembakaran briket tersebut merupakan parameter untuk


menentukan salah satu kualitas briket. Semakin lama briket terbakar, semakin baik
kualitas briket tersebut. Semakin tinggi kadar kanji, semakin kuat perlekatan antara
partikel-partikel arang yang membentuk briket. Semakin keras suatu bahan bakar,
semakin lama bahan tersebut dapat terbakar, dan dengan demikian jumlah energi
pembakaran yang dihasilkan akan semakin besar pula (Sudding,2015).

Selain kalor pembakaran juga diamati kualitas nyala api, pada pembakaran
briket kasar dan briket sedang, nyala api yang tampak adalah berwarna biru
transparan, sedangkan briket halus warna yang tampak adalah berwarna biru dengan
semburan sedikit orange. Api berwarna merah atau kuning biasanya bersuhu dibawah
1000 oC. Api ini termasuk api yang "kurang panas" dikarenakan jarang atau kurang
sering digunakan. Api biru merupakan api yang sering terdapat didapur. Biasanya api
tersebut di kompor gas. Rata-rata suhu api yang berwarna biru kurang dari 2000 oC.
Api ini berbahan bakar gas dan mengalami pembakaran sempurna. Jadi tingkatan api
biru diatas merah (http://eprints.polsri.ac.id/3321/3/FILE%20III..pdf).
E. Kesimpulan
- Briket bioarang adalah gumpalan-gumpalan atau batangan-batanganarang
yang terbuat dari bioarang (bahan lunak) yang dapat dibuat dengan
memanfaatkan tempurung kelapa, sekam padi, dan serbuk gergaji.
- Pembuatan briket arang dilakukan dengan menambah bahan perekat,
dimana bahan baku diarangkan terlebih dahulu kemudian ditumbuk,
dicampur perekat, dicetak dengan pipa paralon lalu selanjutnya
dikeringkan
F. Saran

Pada saat pembuatan briket, komposisi perekat yang ditambahkan pada sat
pencetakan briket harus benar-benar diperhatikan, karena jika penambahan
perekat hanya sedikit maka briket tidak akan menyatu. Selain perekat
pemadatan arang juga diperhatikan, gagal tidaknya pembentukan akhir briket
juga bergantung pada padatnya komposisi briket.
LAMPIRAN
1. Menyiapkan arang 2. Menghancurkan 3. Merebus tepung
arang dengan kanji dan air
palu

4. Sambil direbus 5. Terbentuk lem 6. Mencampurkan


adonan diaduk-aduk lem dengan arang

7. Memasukkan adonan 8. Menekan adonan 9. Keringkan briket


pada cetakan agar
kerapatannya pas

10. Melepaskan briket


dari cetakan
DAFTAR PUSTAKA

Aryani Masturi. 2017. Pengembangan Briket Bonggol Jagung sebagai Sumber


Energi Terbarukan

Budiman, S., Sukrido dan A. Harliana. 2011. Pembuatan Biobriket Dari Campuran
Bungkil Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Dengan Sekam Sebagai Bahan
Bakar Alternatif. Jurnal

Faizal, M., Andynapratiwi, I., & Putri, P. D. A. (2014). Pengaruh Komposisi Arang
Dan Perekat Terhadap Kualitas Biobriket Dari Kayu Karet. Jurnal Teknik Kimia,
20(2), 36–44. Retrieved from
http://jtk.unsri.ac.id/index.php/jtk/article/view/170/169

http://eprints.polsri.ac.id/3321/3/FILE%20III..pdf. Diakses tanggal 27 Maret 2019

Ismun, U. A., 1993. Menjadikan Dapur Bioarang 3B Susunan


BataSiap.Kansius.Yogyakarta

Joharmawan, R., Nida, S., & Pratiwi, N. (2017). Petunjuk praktikum ipa terapan, (5).

Komarayati,S dan Gusmailina. 1995. Penyediaan Energi Alternatif Dengan


Teknologi Tepat Guna.ITB. Bogor.

Maharsa. Luthfi dan Muhammad, Pengaruh Variasi Komposisi Campuran Pada


Biobriket Kulit Mete Dan Sekam Padi Terhadap Laju Pembakaran, Rotasi Jurnal
Teknik Mesin, (2012), Vol 14, No 4, p. 1522.

Sudding, & Jamaluddin. (2015). Pengaruh Jumlah Perekat Kanji terhadap Lama
Briket Terbakar menjadi Abu. Jurnal Kimia, 16(1), 27–36.

Supriyono. 2003.Mengukur Faktor-faktor dalam Proses Pengeringan. Departemen


Pendidikan Nasional. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai