Anda di halaman 1dari 15

MEMBUAT NATA DE COCO

LAPORAN PRAKTIKUM

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum IPA Terapan


Yang dibina oleh Bapak Drs. Ridwan Joharmawan, M.Si
dan Ibu Erti Hamimi, S.Pd., M.Sc.

Disusun Oleh:
1. Farida Nurul Istiqomah (160351606409)
2. Galih Rohmansya Dirasta (160351606462)
3. Qurrotul A’yunina (160351606460)
4. Yuanita Kartika Sari (160351606463)

Kelompok 6
Offering A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
April 2019
A. JUDUL: MEMBUAT NATA DE COCO
B. NAMA KELAS : Pendidikan Ipa Offering A
C. NAMA KELOMPOK : Kelompok 6
D. NAMA ANGGOTA:
1. Farida Nurul Istiqomah (160351606409)
2. Galih Rohmansya Dirasta (160351606462)
3. Qurrotul A’yunina (160351606460)
4. Yuanita Kartika Sari (160351606463)

E. PENDAHULUAN
1. Deskripsi
Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya yang melimpah
salah satunya adalah pohon kelapa yang setiap bagiannya memiliki banyak manfaat.
Salah satu bagian yang dapat dimanfaatkan adalah air kelapa yang bisa digunakan
menjadi makanan yaitu nata. Nata adalah produk fermentasi yang dibuat dengan
memanfaatkan bakteri Acetobacter xylinum pada substrat yang mengandung gula.
Pada pembuatan nata digunakan bakteri tersebut karena bakteri ini menyukai kondisi
asam dan memerlukan nitrogen yang berguna untuk stimulasi aktivitasnya. Sedangkan
glukosa substrat sebagian akan digunakan bakteri untuk aktifitas metabolisme dan
sebagian lagi diuraikan menjadi suatu polisakarida yang dikenal dengan extracelluler
selulose yang berbentuk gel. Polisakarida inilah yang dinamakan nata (Suarsini,
2010).

Nata dapat dibuat dari berbagai bahan, yaitu air kelapa, santan kelapa, limbah
cair tebu, ubi kayu atau limbah tapioka, tetes tebu (molases), dan sari buah (nanas,
melon, jeruk, pisang, jambu biji dan stroberi) pada praktikum ini digunakan air kelapa
sebagai bahan pembuatan nata sehingga disebut Nata de coco.

2. Tujuan
a) Untuk mengetahui cara pembuatan nata de coco menggunakan air
kelapa muda.
b) Untuk mengetahui hasil pembuatan nata de coco
c) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pembuatan nata de coco

2
F. Alat dan Bahan
1. Alat
Panci
Pengaduk
Beaker glass
Baki plastic berukuran 1,5 L berukuran kurang lebih 25 cm x 30 cm x 2 cm
Indikator universal
2. Bahan
Air kelapa 1 L
Gula 200 g
Pupuk ZA
0,5 g Larutan cuka
50 mL

3. DASAR TEORI
Dalam pembuatan nata air kelapa yang digunakan harus berasal dari kelapa
yang masak optimal, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Bakteri yang digunakan
dalam pembuatan nata juga memerlukan bahan tambahan antara lain karbohidrat
sederhana,asam asetat, dan sumber nitrogen. Pada umumnya senyawa karbohidrat
sederhana dapat digunakan sebagai suplemen pembuatan nata de coco yaitu senyawa-
senyawa fruktosa, maltosa, sukrosa, laktosa, dan manosa
Asam asetat atau asam cuka digunakan sebagai penurun pH atau untu
meningkatkan keasaman air kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam asetat glacial
(99,8%). Asam asetat dengan konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk
mencapai tingkat keasaman yang diinginkan yaitu pH 4,5 – 5,5 dibutuhkan dalam
jumlah banyak. Selain asan asetat, asam-asam organic dan anorganik lain bisa
digunakan.
Produk bioselulosa hasil fermentasi air kelapa dengan bakteri asam asetet
yaitu Acetobacter xylinum lebih dikenal sebagai nama nata de coco. Bakteri tersebut
dapat mensintesis selulosa secara ekstrakulikuler dengan menggunakan komponen
gula yang terdapat dalam substrat. Selulosa tersebut berupa lapisan menyerupai gel
yang merupakan serat-serat bersama biomassa yang tumbuh pada permukaan media
kultur. Nata de coco telah banyak dikembangkan di dalam industri makanan skala
rumah tangga (Indriati dan Rahimi, 2008).

3
Acetobacter xylinum merupakan spesies bakteri yang semula diketahui dapat
hidup dalam air kelapa, tetapi kemudian diperoleh informasi bahwa bakteri tersebut
dapat hidup dan melakukan aktifitas fermentasi pada substrat yang mengandung
glukosa. Tebal dan berat lapisan nata yang terbentuk dipengaruhi oleh kandungan
glukosa dalam air kelapa, sehingga dapat terjadi perbedaan tebal dan berat lapisan
nata.

Biosintesa nata berawal dari proses hidrolisis karbohidrat yang berasal dari
media, dimana sel-sel bakteri tersebut akan mengambil glukosa dari larutan gula,
kemudian glukosa tersebut digabungkan dengan asam lemak membentuk prekursor
atau penciri nata pada membran sel. Prekursor selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk
ekskresi dan bersama enzim mempolarisasi glukosa menjadi selulosa luar sel
(Palungkun, 1996).

Biosintesis selulosa meliputi beberapa tahap, yaitu aktivasi monomer, transfer


monomer teraktivasi dari dalam sel ke luar sel dan penyusunan polimer. Enzim yang
terlibat dalam sintesis selulosa tertambat dan terikat pada membran sel sehingga laju
sintesis tidak turun dengan adanya pencucian (Riyadi, 1987).

Sintesa polisakarida oleh bakteri sangat dipengaruhi oleh tersedianya nutrisi


dan ion-ion tertentu yang dapat mengkatalisasi aktivitas bakteri. Peningkatan
konsentrasi nitrogen dalam subtrat dapat meningkatkan jumlah polisakarida yang
terbentuk, sedangkan ion-ion bivalen seperti Mg2+ dan Ca2+ diperlukan untuk
mengontrol kerja enzim ektraselluler dan membentuk ikatan dengan polisakarida
tersebut.

Aktivitas pembuatan nata hanya terjadi pada kisaran pH antara 3,5-7,5.


Sedangkan pH optimum untuk pembentukan nata adalah 4. Suhu yang
memungkinkan untuk pembentukan nata adalah pada suhu kamar antara 28 − 320 C.

Terbentuknya pelikel (lapisan tipis nata) mulai dapat dilihat dipermukaan


media cair setelah 24 jam inkubasi, bersamaan dengan terjadinya proses penjernihan
cairan dibawahnya. Jaringan halus yang transparan yang terbentuk dipermukaan
membawa sebagian bakteri yang terperangkap didalamnya. Gas karbon dioksida yang
dihasilkan secara lambat oleh Acetobacter xylinum mungkin menyebabkan
pengapungan nata, sehingga nata didorong kepermukaan. Polisakarida bakteri yang
dibentuk oleh enzim – enzim Acetobacter xylinum berasal dari suatu prekursor yang

4
berkaitan β (1-4) yang tersusun dari komponen gula yaitu glukosa, manosa, ribose,
dan rhamnosa. Prekursor dalam pembentukan selulosa bakteri Acetobacter xylinum
ialah UDPG ( Urasil Difosfo Glukosa). Mekanisme pembentukan Nata selulosa oleh
Acetobacter xylinum terlihat pada gambar berikut:

Pertumbuhan Acetobacter xylinum dipengaruhi oleh faktor – faktor antara lain


pH, suhu, sumber nitrogen dan sumber karbon. Sebagai sumber karbon dapat
digunakan berbagai jenis gula seperti glukosa, sukrosa, fruktosa, ataupun maltose dan
sedangkan untuk mengatur pH digunakan asam asetat glasial. Tingkat konsentrasi
ammonium sulfat yang ditambahkan pada media akan berpengaruh pada produksi
nata adalah wadah fermentasi. Untuk efisiensi dan efektifitas hasil nata serta
mempertinggi rendemen lebih baik digunakan wadah yang berbentuk segi empat dan
luas permukaan yang relative besar. Hal ini disebabkan karena kondisi yang demikian
ini pertukaran oksigen dapat berlangsung dengan baik (Rosario, 1982 dikutip
Novianti, 2003). Untuk menghasilkan massa nata yang kokoh, tebal, kenyal putih, dan
tembus pandang perlu diperhatikan suhu inkubasi ( fermentasi), komposisi dan pH
atau keasaman medium, selain itu penggunaan biang (starter) juga penting. a. Suhu
inkubasi 28 - 30oC b. pH medium sekitar 4- 4,5 c. Komposisi dari ammonium sulfat
dan sukrosa d. Biang ( starter). Hal – hal yang diperhatikan dalam pembentukan nata
de corn: 1. Sterilisasi Peralatan. Untuk mencegah terjadinya pencemaran oleh mikroba
penggangu, peralatan yang akan digunakan seperti panci, baki plastik atau kaca,
mangkuk plastic, gelas penakar volume cairan. Dibilas terlebih dahulu dengan air
panas, kemudian dikeringkan dengan kertas tissue atu kain yang bersih 2.
Penambahan bahan media Untuk menghasilkan nata de corn, jagung sebagai media

5
pertumbuhan Acetobacter xylinum perlu ditambahkan gula pasir 30 gram dan juga
amonuim sulfat atau urea sebanyak 2 gram. 3. Panen dan penyiapan untuk konsumsi
Setelah fermentasi berlangsung selama 12 – 14 hari akan terbentuk lapisan nata
dengan ketebalan 15 cm. Nata dipanen dengan cara mengangkatnya dengan garpu
bersih agar media yang berfungsi sebagai cairan bibit tidak tercemar. Sebaiknya pada
saat panen disediakan media yang baru untuk pembuatan berikutnya. Nata kemudian
dipotong – potong dalam bentuk kubus atau sesuai selera, lalu direndam dalam air
yang kerap diganti unntuk menghilangkan sifat rasa asam. Untuk penyimpanan dan
konsumsi nata dimasak dalam larutan gula pasir 20 % atau 200 gr/liter air. Mikroba
yang aktif dalam pembuatan nata adalah bakteri pembentuk asam asetat yaitu
Acetobacter xylinum. Mikroba ini dapat merubah gula menjadi selulosa. Jalinan
selulosa inilah yang dapat membuat nata terlihat putih.

G. LANGKAH PERCOBAAN
Siapkan 1 L Air kelapa

Mendiidihkan 1 L air kelapa

Setelah mendidih ditambahkan 250 g (100-200 g)gula, aduk hingga gula larut

Tambahkan 9 g pupuk Z A

Menambahkan larutan cuka hingga pH larutan mencapai pH dengan range 4-5

Cek pH larutan dengan indikator universal. Jika pH belum mencapai 5,46,3


maka tambahkan larutan cuka hingga mencapai pH tersebut

mendinginkan campuran tersebut sampai mencapai suhu kamar, untuk


mempercepat proses pendinginan maka rendam panci dalam air es

Setelah dingin, menuang campuran tersebut ke dalam baki plastik 6


Mambahkan 50 mL bibit bakteri Acetobacter xylinum ke dalam baki dengan
rata

Menutup baki dengan kertas koran

Menyimpan baki di tempat yang sejuk dan teduh (tidak terkena sinar matahari
langsung

Setelah 7 hari nata de coco dapat dipanen

Pemanenan Nata de Coco


Pemanenan nata de coco dapat dilakukan pada hari ke 14 dengan langkah sebagai berikut:

Mengngkat lapisan putih yang terbentuk

Mencuci bersih dengan air mengalir

7
Memotong dadu lapisanputih tersebut

Menuci bersih dengan air mengalir hingga tidak tercium bau asam

Menyimpan potongan nata de coco di dalam larutan gula

Menyimpan di dalam lemari pendingin

H. DATA

DATA DAN HASIL PERCOBAAN

Data

1. Air Kelapa : 1 liter


2. Pupuk Za : 9 gram
3. Larutan cuka : 0.5 ml
4. Gula : 200 gram
5. Starter : 50 ml

WARNA AROMA TEKSTUR

Kuning Tidak sedap Air berwarna kuning dan


dipermukaan air terdapat
jamur

I. ANALISIS DATA

Nata de coco merupakan produk olahan berbahan dasar air kelapa yang dihasilkan
dari fermentasi oleh bakteri Acetobacter xylinum. Aktivitas metabolic bakteri tersebut

8
menghasilkan nata, berupa lembaran-lembaran selulosa yang berwujud padat, kenyal seperti
jeli, dan transparant, ataupun berwarna putih. Pada percobaan kali ini nata de coco dibuat
dengan cara air kelapa dicampurkan dengan bakteri starter (Acetobacter xylinum).

Pembuatan nata de coco dimulai dari pendidihan 1 liter air kelapa dengan terus diaduk
hingga mendidih, lalu ditambahkan gula sebanyak 250 gram dan diaduk hingga merata,
fungsi dari penambahan gula adalah sebagai ketersediaan energi bagi bakteri Acetobacter
xylinum untuk membentuk senyawa metabolit berupa selulosa yang membentuk nata de
coco, lalu ditambahkan dengan ZA dan diaduk secara homogen hingga merapat. Lalu
didinginkan hingga suhu ruangan sebelum ditambahkan starter, karena jika pada keadaan
panas ditambhankan starter maka akan mematikan bakteri yang akan bekerja. Setelah dingin,
dituangkan kedalam baki dengan ditambahkan 50 ml starter kedalam baki dan diaduk
perlahan hingga rata. Setelah itu baki ditutup menggunkan korat dengan rapat agar tidak
terkontaminasi dengan udara. Peralatan yang digunakan selama proses pembuatan nata de
coco harus steril dikarenakan mencegah bakteri-bakteri lain yang akan menghambat kinerja
dari bakteri Acetobacter xylinum. Tempat penyimpanan juga harus teduh tidak terkena sinar
matahari secara langsung. Nata de coco dapat dipanen setelah hari ke-14.

Data yang diambil dari percobaan ini adalah warna, tekstur, dan aroma. Setelah
dilakukan pemanenan, nata de coco tidak terbentuk seperti yang diharapkan. Ketika dibuka
dari penutup koran ternyata strukturnya tidak mengeras, melainkan masih menjadi air yang
berwarna kuning dengan terdapat buih menyerupai jamur diatas permukaan airnya, aroma
yang dihasilkan adalah menyerupai bau busuk dan tidak terdapat lapisan-lapisan nata de
coco.

J. PEMBAHASAN

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan nata de coco menggunakan
air kelapa muda. Pembuatan nata de coco dimulai dari pendidihan 1 liter air kelapa dengan
terus diaduk hingga mendidih, Pemanasan ini berfungsi sebagai sterilisasi agar media tidak
terkontaminasi oleh mikroba lain yang tidak diinginkan. Air kelapa yang digunakan harus
berasal dari kelapa yang masak optimal, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Pada
umumnya senyawa karbohidrat sederhana dapat digunakan sebagai suplemen pembuatan nata
de coco yaitu senyawa-senyawa fruktosa, maltosa, sukrosa, laktosa, dan manosa (Indriati dan
Rahimi, 2008). Acetobacter xylinum merupakan spesies bakteri yang semula diketahui dapat
9
hidup dalam air kelapa, tetapi kemudian diperoleh informasi bahwa bakteri tersebut dapat
hidup dan melakukan aktifitas fermentasi pada substrat yang mengandung glukosa. Tebal dan
berat lapisan nata yang terbentuk dipengaruhi oleh kandungan glukosa dalam air kelapa,
sehingga dapat terjadi perbedaan tebal dan berat lapisan nata.

Biosintesa nata berawal dari proses hidrolisis karbohidrat yang berasal dari media,
dimana sel-sel bakteri tersebut akan mengambil glukosa dari larutan gula, kemudian glukosa
tersebut digabungkan dengan asam lemak membentuk prekursor atau penciri nata pada
membran sel. Prekursor selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk ekskresi dan bersama enzim
mempolarisasi glukosa menjadi selulosa luar sel (Palungkun, 1996).

Pada percobaan ini ditambahkan gula sebanyak 250 gram dan diaduk hingga merata,
fungsi dari penambahan gula adalah sebagai ketersediaan energi bagi bakteri Acetobacter
xylinum untuk membentuk senyawa metabolit berupa selulosa yang membentuk nata de
coco. Setelah itu ditambahkan dengan pupuk ZA dan diaduk secara homogen hingga merapat.
Penggunaan ZA dalam produk makanan seperti nata de coco sebenarnya tidak berbahaya bagi
kesehatan apabila senyawa yang digunakan adalah ZA food grade yang bisa diperoleh dari
toko bahan kimia, serta penggunaannya sesuai dengan ambang batas maksimum yakni 0,5%
dari seluruh bahan. (Berita Yogya 29/3 2015) Menambahkan larutan cuka hingga pH larutan
mencapai pH dengan range 4-5, Asam asetat atau asam cuka digunakan sebagai penurun pH
atau untu meningkatkan keasaman air kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam asetat
glacial (99,8%). Asam asetat dengan konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk
mencapai tingkat keasaman yang diinginkan yaitu pH 4,5 – 5,5 dibutuhkan dalam jumlah
banyak. Selain asan asetat, asam-asam organic dan anorganik lain bisa digunakan. Lalu
didinginkan hingga suhu ruangan sebelum ditambahkan starter, karena jika pada keadaan
panas ditambhankan starter maka akan mematikan bakteri yang akan bekerja. Setelah dingin,
dituangkan kedalam baki dengan ditambahkan 50 ml starter kedalam baki dan diaduk
perlahan hingga rata. Untuk efisiensi dan efektifitas hasil nata serta mempertinggi rendemen
lebih baik digunakan wadah yang berbentuk segi empat dan luas permukaan yang relative
besar. Hal ini disebabkan karena kondisi yang demikian ini pertukaran oksigen dapat
berlangsung dengan baik (Rosario, 1982 dikutip Novianti, 2003). Setelah itu baki ditutup
menggunkan korat dengan rapat agar tidak terkontaminasi dengan udara. Peralatan yang
digunakan selama proses pembuatan nata de coco harus steril dikarenakan mencegah bakteri-
bakteri lain yang akan menghambat kinerja dari bakteri Acetobacter xylinum. Tempat

10
penyimpanan juga harus teduh tidak terkena sinar matahari secara langsung. Nata de coco
dapat dipanen setelah hari ke-14.

Data yang diambil dari percobaan ini adalah warna, tekstur, dan aroma. Setelah
dilakukan pemanenan, nata de coco tidak terbentuk seperti yang diharapkan. Berdasarkan
teori proses pencampuran dan proses inkubasi yang dilakukan harus benar-benar terjaga
sehingga pertumbuhan bakteri selama inkubasi berjalan dengan baik. Tidak adanya
goncangan selama masa inkubasi, pH media dan suhu ruangan yang sesuai juga mendukung
aktivitas bakteri dalam menghasilkan serat tidak terganggu. Bakteri Acetobacter xylinum
adalah bakteri aerob yang akan berkembang baik pada kondisi lingkungan yang sesuai. Jika
tersedia cukup oksigen, tersedia sumber nutrisi, berada pada media ber pH asam (± 4), serta
suhu ruang yang ideal (28oC-31oC) maka fase-fase pertumbuhan akan dilalui dengan baik,
sehingga nata terbentuk secara kontinyu. Namun berdasarkan hasil percobaan ketika dibuka
dari penutup koran ternyata strukturnya tidak mengeras, melainkan masih menjadi air yang
berwarna kuning dengan terdapat buih menyerupai jamur diatas permukaan airnya.
Nugraheni, (2007) mengatakan bahwa pertambahan berat dan tebal nata ditentukan oleh
aktivitas bakteri Acetobacter xylinum yang akan mensintesis selulosa ekstraseluler selama
proses fermentasi, lalu membentuk nata di permukaan medium fermentasi. Jika persediaan
nutrisi habis, pertumbuhan bakteri akan menurun dan fase kematian akan terjadi. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa ketersediaan nutrisi pada percobaan kali ini belum memenuhi
sehingga pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum menurun dan mati. Aroma yang
dihasilkan adalah menyerupai bau busuk dan tidak terdapat lapisan-lapisan nata de coco.
Selain nutrisi, faktor pH, keberadaan oksigen dan kebersihan alat fermentasi merupakan
faktor penting yang perlu diperhatikan karena mempengaruhi keberhasilan.Bakteri
Acetobacter xylinum bersifat aerob sehingga selama fermentasi diperlukan keberadaan
oksigen.Kebersihan alat fermentasi menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan. Wadah
yang tidak bersih akan menjadi sumber kontaminasi sehingga mengganggu proses fermentasi.
Kegagalan yang sering dihadapi dalam pembuatan nata adalah tidak terbentuknya lapisan,
terkontaminasi oleh mikroba lain, atau tidak sterilnya proses selama inkubasi sehingga
terkontaminasi mikroba lain dari lingkungan Elisabeth, D. . (2006).

11
K. KESIMPULAN
a. Pembuatan nata de coco dimulai dari pendidihan 1 liter air kelapa dengan
terus diaduk hingga mendidih, lalu ditambahkan gula sebanyak 250 gram
dan diaduk hingga merata, fungsi dari penambahan gula adalah sebagai
ketersediaan energi bagi bakteri Acetobacter xylinum untuk membentuk
senyawa metabolit berupa selulosa yang membentuk nata de coco, lalu
ditambahkan dengan ZA dan diaduk secara homogen hingga merapat. Lalu
didinginkan hingga suhu ruangan sebelum ditambahkan starter, karena jika
pada keadaan panas ditambhankan starter maka akan mematikan bakteri
yang akan bekerja. Setelah dingin, dituangkan kedalam baki dengan
ditambahkan 50 ml starter kedalam baki dan diaduk perlahan hingga rata.
Setelah itu baki ditutup menggunkan korat dengan rapat agar tidak
terkontaminasi dengan udara. Peralatan yang digunakan selama proses
pembuatan nata de coco harus steril dikarenakan mencegah bakteri-bakteri
lain yang akan menghambat kinerja dari bakteri Acetobacter xylinum.
Tempat penyimpanan juga harus teduh tidak terkena sinar matahari secara
langsung. Nata de coco dapat dipanen setelah hari ke-14.
b. nata de coco tidak terbentuk seperti yang diharapkan. Ketika dibuka dari
penutup koran ternyata strukturnya tidak mengeras, melainkan masih
menjadi air yang berwarna kuning dengan terdapat buih menyerupai jamur
diatas permukaan airnya, aroma yang dihasilkan adalah menyerupai bau
busuk dan tidak terdapat lapisan-lapisan nata de coco.
c. ketersediaan nutrisi pada percobaan kali ini belum memenuhi sehingga
pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum menurun dan mati.

12
DAFTAR PUSTAKA

Elisabeth, D. . (2006). Membuat Nata De Kakao untuk Diet. Tabloid Sinar Tani.

Nugraheni, M. (2007). Nata dan Kesehatan. Yogyakarta: Fakultas Teknik UNY

Indriati, L., dan Rahimi, E., 2008. Pengaruh Penambahan Gula dan Amonium Sulfat Pada
Medium Kulit Pisang Terhadap Pertumbuhan dan Sifat Mekanik Bioselulosa.
Majalah Polimer Indonesia Vol.11 No.1.

Palungkun, R., 1996. Aneka Produk Olahan Kelapa. Penebar Swadaya. Jakarta.

Riyadi, S., 1987. Telaah Mengenai Mikroba yang Berperan dalam Pembuatan Nata De
Coco. Jurusan Biologi Fakultas MIPA IPB. Bogor.

Salim, E., dan Ryan, M., 2011. Menjadi Wirausahawan Sukses Berkat Bisnis Nata De Coco.
Citra Aji Parama. Yogyakarta

Suarsini, Endang. 2010. Bioremediasi Limbah Air Kelapa sebagai Bahan Baku Pembuatan
Nata de Coco. Malang: FMIPA UMM
Novianti ;Hendrizon; Pembuatan Nata de Soya dari Limbah Cair Pabrik Tahu, Teknik Kimia
Universitas Sriwijaya,2003, hal. 9-19.

13
Lampiran

14
15

Anda mungkin juga menyukai