Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN RESMI

PRAKTIKKUM PROSES INDUSTRI KIMIA

DISUSUN OLEH:
Nama : Augie Davin Siagian
NIM : 012100003
Kelompok :B
Rekan Kerja : 1. Desalsa Anggoro Diani
2. Nasywa Hasna Aisyi
Program Studi : D-IV Teknokimia Nuklir
Acara : Pembuatan Briket Arang dari Limbah Kulit Pisang
Dosen : Harum Azizah Darojati, M.T.
Tanggal Pelaksanaan Praktikkum : 23 Oktober 2023
Tanggal Pengumpulan Laporan : 8 November 2023

POLITEKNIK TEKNOLOGI NUKLIR INDONESIA


BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL
2023
I. ACARA
Pembuatan Briket Arang dari Limbah Kulit Pisang

II. TUJUAN
a. Mampu mengetahui dan melakukan pengolahan limbah biomassa dari kulit pisang
b. Mampu menghasilkan produk briket arang sebagai bahan bakar alternatif dari
proses pengolahan biomassa kulit pisang

III. DASAR TEORI


Konsumsi bahan bakar setiap tahun meningkat dan terfokus pada penggunaan
sumber bahan bakar dari energi fosil yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable) dimana
harganya semakin meningkat dan cadangannya semakin berkurang (Reny, 2017). Bahan
bakar fosil adalah sumber energi utama yang digunakan oleh manusia selama ini terutama
minyak bumi, batu bara dan gas bumi yang telah terbentuk sejak ribuan tahun lalu. Seiring
dengan meningkatnya populasi manusia dan juga perkembangan teknologi, maka kebutuhan
terhadap energi fosil semakin meningkat. Namun, tidak sejalan dengan keberadaan bahan
bakar fosil yang semakin berkurang mengingat energi fosil merupakan energi yang tidak
dapat diperbaharui. Masalah pengurangan energi ini (depletion of energy resources)
merangsang manusia untuk berusaha melakukan penghematan, dan mencari sumber energi
pengganti (Rahayu, 2015).
Salah satu sumber energi yang tersedia melimpah dan dapat dimanfaatkan melalui
teknologi konversi yang sederhana adalah biomassa. Biomassa merupakan bahan alami
yang biasanya dianggap sebagai sampah dan sering dimusnahkan dengan cara dibakar.
Limbah biomassa dibentuk menjadi biobriket yang bisa digunakan untuk kebutuhan rumah
tangga dan bentuk-bentuk energi alternatif yang lain, energi alternatif yang dihasilkan
diharapkan memiliki kualitas dan terbuat dari bahan baku yang diperbaharui dan murah
(Arganda, 2007 dalam Aziz, 2019). Biobriket merupakan bahan bakar padat yang terbuat
dari campuran biomassa. Kriteria yang harus dimiliki suatu tanaman menjadi bahan bakar
energi adalah kandungan selulosa dan lignin (Sukowati, 2019 dalam Parwati, 2021). Bahan
utama yang harus terdapat dalam bahan baku briket arang adalah lignoselulosa.
Lignoselulosa terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin.
Salah satu bahan yang memenuhi kriteria tersebut adalah limbah kulit pisang.
Kandungan lignoselulosa dalam kulit pisang yang tergolong dalam biomassa meliputi
hemiselulosa 38,1%, lignin 58,5% dan selulosa 41,8% (Rahmadani & Kaimudin, 2019
dalam Parwati, 2021). Limbah kulit pisang dalam sisi lain memiliki kandungan selulosa dan
senyawa organik yang berpotensi memberikan nilai kalor yang cukup baik (Septalendia,
2012 dalam Rahayu, 2015). Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata,
hanya dibuang sebagai limbah organik saja atau digunakan sebagai makanan ternak seperti
kambing, sapi, dan kerbau. Menurut Munadjim (1983), bagian yang dapat dimakan dari
buah pisang adalah dua per tiga bagian dan satu per tiga bagiannya merupakan limbah
pisang dan dibuang sebagai limbah organic. Jumlah kulit pisang yang cukup banyak akan
memiliki nilai yang menguntungkan apabila dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan briket sebagai bahan bakar alternatif yang dapat digunakan pada berbagai
macam kebutuhan pengganti minyak tanah dan elpiji.
Briket berkualitas baik berdasarkan SNI 01-6235-2000 memiliki nilai kalor di atas
5000 cal/gram, nilai kadar abu maksimum 8%, nilai kadar air maksimum 8%. Ciri-ciri briket
yang baik memiliki nilai suhu yang membakar briket yang bertahan pada suhu 350℃ dalam
waktu yang lama dan mudah terbakar (Lubis dkk., 2016 dalam Ardiansyah dkk., 2022).
Sedangkan, menurut Nursyiwan dan Nuryeti dalam Erikson (2011) adalah briket yang
permukaannya halus dan tidak meninggalkan bekas hitam ditangan. Selain itu, sebagai
bahan bakar, briket juga harus memenuhi kriteria sebagai berikut: mudah dinyalakan, tidak
mengeluarkan asap, emisi gas hasil pembakaran tidak mengandung racun, kedap air dan
hasil pembakaran tidak berjamur bila disimpan pada waktu lama, dan menunjukkan upaya
laju pembakaran (waktu, laju pembakaran, dan suhu pembakaran) yang baik.
Kecepatan bakar, waktu pembakaran, dan kecenderungan mengeluarkan asap
berkaitan erat dengan kadar zat mudah menguap, sedangkan nilai kalor dipegaruhi oleh
kadar abu dan kelembapan. Kualitas briket memiliki spesifikasi dasar yaitu nilai kalor
merupakan besarnya panas yang diperoleh dari pembakaran (Sinurat, 2011 dalam Parwati,
2021). Jenis bahan baku campuran briket, kuat tekan, besar partikel arang, variasi perekat,
kadar air, kadar abu adalah faktor yang mempengaruhi kualitas briket serta faktor lainnya
seperti lama pengeringan bahan baku, lama pengeringan briket sebelum digunakan dan
metode karbonisasi.

IV. BAHAN DAN ALAT


1. Bahan
• Limbah kulit pisang
• Tepung kanji
• Tepung sagu
• Air
2. Alat
• Kaleng
• Neraca digital
• Lumpang dan alu
• Oven
• Deksikator
• Kaca arloji
• Ayakan 30 mesh
• Alat pencetak briket
• Gelas kimia
• Batang pengaduk
• Wadah (baskom)
• Sendok kayu
• Stopwatch
V. LANGKAH KERJA
1. Persiapan bahan baku

Limbah kulit pisang Limbah kulit pisang dijemur


Kaleng dilubangi
dibersihkan selama 4 hari

Limbah kulit pisang dibiarkan Kulit pisang dibakar terlebih


Kulit pisang dimasukkan sedikit
hingga seluruhnya menjadi dahulu lalu masukkan kulit
hingga dasar kaleng rata
arang pisang lainnya hingga penuh

Arang yang diperoleh


ditimbang dan dibuat menjadi
tepung dengan cara ditumbuk,
disaring, dan ditampung pada
wadah

2. Pembuatan briket arang

Arang dicampurkan Sagu ditimbang sebanyak Diambil air sebanyak 50


dengan larutan kanji 5% 18 gram mL dan dididihkan

Setelah air mendidih, sagu


Gel dimasukkan ke dalam
Campuran arang dan gel dimasukkan ke dalam air
tepung arang dan diaduk
dicetak dan diaduk-aduk hingga
dengan baik
menghasilkan gel

Dilakukan hal yang sama Briket arang dijemur


pada konsentrasi 7% hingga kering

3. Pengujian kadar air


Dimasukkan cawan dalam
Cawan yang telah konstan Ditimbang berat cawan
oven sampai berat konstan
didiamkan dalam yang sudah dipanaskan
dengan suhu 110 C selama
deksikator dengan neraca digital
30 menit

Cawan didinginkan dalam Dioven dengan suhu 110 C Dimasukan sampel briket
deksikator selama 30 menit sebanyak 2 gram

Diulangi langkah Dicatat berat yang


Cawan ditimbang sebelumnya hingga berat diperoleh serta dihitung
konstan persentase kadar air

VI. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Tabel 1. Uji kadar air dan pembakaran

Variasi Berat Berat Berat Berat Kadar Densitas Lama


Perekat cawan cawan + awal akhir air (%) (gr/cm3) waktu
kosong briket briket briket bakar
(gr) (gr) (gr) (gr) (menit)
Larutan 49,533 64,771 15,238 12,429 18,43 0,7186 65
kanji
5%

Larutan 50,010 62,844 12,834 10,416 18,84 0,606 28,38


kanji
7%

Perhitungan densitas
𝑚5% 15,238 𝑔𝑟𝑎𝑚 15,238 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑔𝑟
𝜌5% = = = = 0,7186
𝑉 0,25𝜋𝑑 2 𝑡 0,25𝜋(3 𝑐𝑚)2 (3 𝑐𝑚) 𝑐𝑚3
𝑚7% 12,844 𝑔𝑟𝑎𝑚 12,844 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑔𝑟
𝜌7% = = 2
= 2
= 0,606
𝑉 0,25𝜋𝑑 𝑡 0,25𝜋(3 𝑐𝑚) (3 𝑐𝑚) 𝑐𝑚3

Perhitungan kadar air


𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑏𝑟𝑖𝑘𝑒𝑡 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑏𝑟𝑖𝑘𝑒𝑡
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑏𝑟𝑖𝑘𝑒𝑡
15,238 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 12,429 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = × 100% = 18,43%
15,238 𝑔𝑟𝑎𝑚

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑏𝑟𝑖𝑘𝑒𝑡 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑏𝑟𝑖𝑘𝑒𝑡


𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑏𝑟𝑖𝑘𝑒𝑡

12,834 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 10,416 𝑔𝑟𝑎𝑚


𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = × 100% = 18,84%
12,834 𝑔𝑟𝑎𝑚

VII. PEMBAHASAN
Tujuan dari praktikkum kali ini adalah mengetahui dan melakukan pengolahan
limbah biomassa dari kulit pisang serta menghasilkan produk briket arang sebagai bahan
bakar alternatif dari proses pengolahan biomassa kulit pisang. Briket sendiri merupakan
bahan bakar alternatif yang digunakan untuk keperluan pemanasan. Pada praktikum kali ini,
briket yang diproduksi adalah biobriket dimana bahan bakunya berasal dari limbah kulit
pisang. Limbah kulit pisang dipilih karena mengandung cukup banyak kadar lignin dan
selulosa yang menjadi syarat utama dalam pembuatan biobriket.
Secara umum, proses pembuatan biobriket terdiri dari 4 tahap, yaitu pretreatment,
karbonisasi, pencetakan, dan pengeringan. Proses pretreatment terdiri atas pencucian
limbah dan pengeringan. Proses ini berfungsi untuk menghilangkan pengotor dari limbah
sehingga pada saat dilakukan karbonisasi tidak akan menghasilkan reaksi samping dimana
dapat menambah yield yang dihasilkan. Selain itu, fungsi lainnya adalah mencegah
terjadinya reaksi samping yang menghasilkan zat-zat berbahaya dan beresiko terhadap
kesehatan. Kemudian, proses selanjutnya adalah karbonisasi yang berfungsi untuk
mengubah material menjadi bentuk karbon atau arang.
Pada proses ini, teknik yang biasanya digunakan adalah pyrolysis, yaitu proses
pemanasan dengan suhu tinggi. Senyawa-senyawa organik yang dipanaskan akan
mengalami proses degradasi serta mengalami proses reduksi ataupun oksidasi sehingga
menghasilkan karbon. Reaksi-reaksi yang umumnya terjadi dalam proses karbonisasi, ialah
dehidrogenasi, kondensasi, transfer hydrogen, dan isomerisasi. Tidak hanya menghasilkan
karbon, proses karbonisasi juga menghasilkan produk samping berupa gas dan padatan. Gas
tersebut dapat berupa CO, CO2, uap air, H2, CH4, dan senyawa volatile lainnya. Padatan
yang dihasilkan dapat berupa char dari senyawa gula yang terdekomposisi dan
terpolimerisasi, coke dimana dihasilkan dari material berfasa liquid atau kristalin liquid saat
proses karbonisasi, ash yang terbentuk dari senyawa mineral dalam material, dan masih
banyak jenis lainnya, seperti green coke, binder coke, delayed coke, fluid coke, dan lain-
lain.
Lalu, tahap ketiga, yaitu pencetakan untuk membentuk briket arang sesuai dengan
bentuk yang diinginkan. Pada tahap ini juga dilakukan perekatan terhadap briket agar arang
menyatu dan tersusun secara rapi serta kerapatan briket bertambah. Perbedaan penggunaan
perekat dapat mempengaruhi kerapatan yang dihasilkan. Tahap ini menentukan kualitas
briket yang dihasilkan karena kerapatan dapat mempengaruhi kemampuan briket untuk
menyerap uap air yang nantinya akan berpengaruh pada nilai kalor briket. Terakhir, ialah
pengeringan untuk menghilangkan kandungan air akibat proses pencetakan. Kandungan air
tersebut dapat berasal dari larutan perekat serta penyerapan uap air di udara oleh briket.
Terdapat 2 uji yang dilakukan pada praktikum kali ini, yaitu uji kadar air dan
pembakaran. Uji kadar air memiliki acuan SNI 01-6235-2000 sedangkan uji pembakaran
menghitung lama waktu pembakaran. Larutan perekat yang digunakan adalah larutan sagu
dan larutan kanji. Larutan sagu baik digunakan untuk perekat dimana mengandung amilosa
27% yang bersifat keras dan 73% amilopektin yang bersifat lengket sehingga cocok untuk
dijadikan larutan perekat. Variasi yang dilakukan adalah variasi konsentrasi larutan perekat
kanji 5% dan 7%. Data yang dihasilkan adalah kadar air sebesar 18,43% pada variasi kanji
5% dan 18,84 pada variasi kanji 7%.
Dapat terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi perekat semakin tinggi kadar air
yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena tingginya konsentrasi perekat dalam briket
menyebabkan partikel-partikel yang ada di dalam briket akan saling merekat menyebabkan
porositas atau fraksi ruang kosong dalam briket menjadi kecil sehingga mengurangi
kemampuan penguapan uap air ketika dilakukan pemanasan. Selain itu, penambahan
konsentrasi perekat juga dapat mempengaruhi kadar air apabila perekat yang digunakan
bersifat menyerap air sehingga dengan bertambahnya konsentrasi perekat, air yang terserap
akan semakin banyak dan menambah kadar air. Kadar air yang diperoleh melebihi standar
SNI, yaitu ≤ 8%.
Pengaruh kadar air yang tinggi dapat menyebabkan penurunan nilai kalor briket.
Hal ini disebabkan karena kalor yang disalurkan menuju briket pada saat pemanasan
digunakan untuk penguapan air terlebih dahulu. Hal tersebut berdampak kepada lama waktu
penyalaan briket dimana menyebabkan waktu yang digunakan untuk memanaskan briket
menjadi semakin lama sehingga tidak efisien. Selain itu, briket yang memiliki kadar air
tinggi dapat bersifat rapuh atau mudah hancur dan mudah ditumbuhi jamur yang
menyebabkan briket menjadi tidak layak pakai.
Kerapuhan tersebut terbukti ketika briket dengan variasi larutan kanji 7% dibakar
dan terbelah menjadi 2 di tengah proses pembakaran. Sementara itu, briket dengan variasi
larutan kanji 5% masih utuh. Selain faktor perekat, lama waktu karbonisasi juga
mempengaruhi kadar air, dimana semakin lama waktu karbonisasi maka kadar air akan
semakin kecil karena semakin banyak air yang menguap. Hal tersebut dibuktikan saat proses
karbonisasi, briket dengan variasi larutan kanji 5% dibakar lebih lama dibandingan dengan
briket pada variasi larutan kanji 7%.
Lama waktu pembakaran yang dihasilkan pada briket dengan variasi perekat 5%
dan 7% adalah 65 menit dan 28,38 menit. Secara teoritis, kandungan perekat yang lebih
tinggi dapat merapatkan struktur briket sehingga saat dilakukan pembakaran interaksi
antarpartikel menjadi semakin tinggi dan lama waktu penyalaan menjadi semakin cepat.
Selain itu, lama waktu pembakaran juga dipengaruhi oleh jenis bahan baku. Bahan baku
yang mempunyai kandungan volatile matter lebih tinggi menyebabkan briket akan cepat
terbakar dan lama waktu penyalaan akan semakin singkat. Hal ini dapat dibuktikan dari
densitas pada briket dengan larutan kanji 5% (0,7186 gr/cm3) lebih tinggi dibanding pada
briket larutan kanji 7% (0,606 gr/cm3).
Kandungan volatile matter yang tinggi dapat menyebabkan asap yang dihasilkan
dari pembakaran semakin banyak akibat reaksi antara karbon monooksida dengan senyawa
turunan alkohol. Kemudian, berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, semakin tinggi konsentrasi perekat linier dengan tingginya kadar abu. Kadar
abu yang tinggi mengandung arti bahwa komponen yang tidak dapat terbakar tinggi atau
dalam kata lain komposisi karbon dalam briket rendah. Komposisi karbon yang rendah ini
juga dapat menyebabkan lama waktu pembakaran menjadi semakin singkat.

VIII. KESIMPULAN
a. Secara umum, proses pembuatan biobriket terdiri dari 4 tahap, yaitu pretreatment,
karbonisasi, pencetakan, dan pengeringan. Proses pretreatment terdiri atas
pencucian limbah dan pengeringan. Proses ini berfungsi untuk menghilangkan
pengotor dari limbah sehingga pada saat dilakukan karbonisasi tidak akan
menghasilkan reaksi samping dimana dapat menambah yield yang dihasilkan.
Kemudian, proses selanjutnya adalah karbonisasi yang berfungsi untuk mengubah
material menjadi bentuk karbon atau arang. Pada proses ini, teknik yang biasanya
digunakan adalah pyrolysis, yaitu proses pemanasan dengan suhu tinggi. Lalu,
tahap ketiga, yaitu pencetakan untuk membentuk briket arang sesuai dengan bentuk
yang diinginkan. Pada tahap ini juga dilakukan perekatan terhadap briket agar arang
menyatu dan tersusun secara rapi serta kerapatan briket bertambah. Terakhir, ialah
pengeringan untuk menghilangkan kandungan air akibat proses pencetakan.
b. Terdapat 2 produk briket yang dihasilkan, yaitu briket dengan variasi konsentrasi
perekat larutan kanji 5% yang memiliki kadar air 18,43%, densitas 0,7186 gr/cm3,
dan lama waktu pembakaran 65 menit serta briket dengan variasi konsentrasi
perekat larutan kanji 7% yang memiliki kadar air 18,84%, densitas 0,606 gr/cm3.
dan lama waktu pembakaran 28,38 menit.

IX. DAFTAR PUSTAKA


1. Arganda, M. 2007. Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Cangkang
Kelapa Sawit sebagai Briket Arang. Medan: Universitas Sumatera Utara.
2. Badan Standardisasi Nasional. 2000. Briket Arang Kayu: Standar Nasional
Indonesia 01-6235-2000. Jakarta: Dewan Standardisasi Nasional.
3. E. Y. Aristiyanto dan A. E. Palupi. 2014. Pembuatan Biobriket Dari Campuran
Limbah Kulit Pisang dan Serbuk Gergaji Menggunakan Perekat Tetes Tebu.
Jurnal Teknologi Mineral Vol. 3 (1) h. 89-95.
4. Lubis, A. S., Romli, M., & Pari, G. 2016. Mutu Biopelet dari Bagas, Kulit Tanah
dan Pod. Kakao. Jurnal Teknologi Industri Pertanian Vol. 26 (1).
5. Munajim. 1983. Teknologi Pengolahan Pisang. Jakarta: Gramedia.
6. Parwati, N. G. A. Made. 2021. Karakteristik Briket Arang dari Limbah Kulit Pisang
Kepok (Musa paradisiaca F.) sebagai Bahan Bakar Alternatif. Palu:
Universitas Tadulako.
7. Rahayu, Rona. 2015. Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang Dan Serbuk Kayu Menjadi
Ekobriket Sebagai Energi Alternatif. Malang: Institut Teknologi Nasional
Malang.
8. Rahmadani, P. A. & Kaimudin, R. I. (2019). Pemanfaatan Limbah Sagu Menjadi
Biogas Sebagai Sumber Energi Alternatif Dan Ramah Lingkungan. Jurnal
Ilmiah Penalaran dan Penelitian Mahasiswa Vol. 3 (1) h. 109-114.
9. S, Sjamsiwarni Reny. 2017. Karakteristik Briket Dari Campuran Limbah Kulit
Pisang Dan Limbah Serbuk Gergaji. Jurnal Penelitian Teknologi Industri
Vol. 9 (2) h. 97-106.
10. Septalendia, Yosephin. 2012. Pembuatan Ekobriket Dari Komposisi Sampah
Plastik HDPE dan Arang Sampah Lingnoselulosa. Malang: ITN.
11. Sinurat, E. 2011. Studi Pemanfaatan Briket Kulit Jambu Mete Dan Tongkol Jagung
Sebagai Bahan Bakar Alternatif. Makassar: Universitas Hassanudin.

12. Sukowati, D. Y. (2019). Analisis Perbandingan Kualitas Briket Arang Bonggol


Jagung Dengan Arang Daun Jati. Pendipa Journal of Science Education
Vol. 3 (3) h. 142-145.

Yogyakarta, 8 November 2023


Pembimbing Praktikkan,

Harum Azizah Darojati, M.T. Augie Davin Siagian


LAMPIRAN

Gambar 1. Tepung Kanji

Gambar 2. Tepung Sagu

Gambar 3. Briket

Gambar 4. Uji bakar briket


Gambar 5. Lama waktu uji bakar

Anda mungkin juga menyukai