DISUSUN OLEH:
Nama : Augie Davin Siagian
NIM : 012100003
Kelompok :B
Rekan Kerja : 1. Desalsa Anggoro Diani
2. Nasywa Hasna Aisyi
Program Studi : D-IV Teknokimia Nuklir
Acara : Pembuatan Briket Arang dari Limbah Kulit Pisang
Dosen : Harum Azizah Darojati, M.T.
Tanggal Pelaksanaan Praktikkum : 23 Oktober 2023
Tanggal Pengumpulan Laporan : 8 November 2023
II. TUJUAN
a. Mampu mengetahui dan melakukan pengolahan limbah biomassa dari kulit pisang
b. Mampu menghasilkan produk briket arang sebagai bahan bakar alternatif dari
proses pengolahan biomassa kulit pisang
Cawan didinginkan dalam Dioven dengan suhu 110 C Dimasukan sampel briket
deksikator selama 30 menit sebanyak 2 gram
Perhitungan densitas
𝑚5% 15,238 𝑔𝑟𝑎𝑚 15,238 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑔𝑟
𝜌5% = = = = 0,7186
𝑉 0,25𝜋𝑑 2 𝑡 0,25𝜋(3 𝑐𝑚)2 (3 𝑐𝑚) 𝑐𝑚3
𝑚7% 12,844 𝑔𝑟𝑎𝑚 12,844 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑔𝑟
𝜌7% = = 2
= 2
= 0,606
𝑉 0,25𝜋𝑑 𝑡 0,25𝜋(3 𝑐𝑚) (3 𝑐𝑚) 𝑐𝑚3
VII. PEMBAHASAN
Tujuan dari praktikkum kali ini adalah mengetahui dan melakukan pengolahan
limbah biomassa dari kulit pisang serta menghasilkan produk briket arang sebagai bahan
bakar alternatif dari proses pengolahan biomassa kulit pisang. Briket sendiri merupakan
bahan bakar alternatif yang digunakan untuk keperluan pemanasan. Pada praktikum kali ini,
briket yang diproduksi adalah biobriket dimana bahan bakunya berasal dari limbah kulit
pisang. Limbah kulit pisang dipilih karena mengandung cukup banyak kadar lignin dan
selulosa yang menjadi syarat utama dalam pembuatan biobriket.
Secara umum, proses pembuatan biobriket terdiri dari 4 tahap, yaitu pretreatment,
karbonisasi, pencetakan, dan pengeringan. Proses pretreatment terdiri atas pencucian
limbah dan pengeringan. Proses ini berfungsi untuk menghilangkan pengotor dari limbah
sehingga pada saat dilakukan karbonisasi tidak akan menghasilkan reaksi samping dimana
dapat menambah yield yang dihasilkan. Selain itu, fungsi lainnya adalah mencegah
terjadinya reaksi samping yang menghasilkan zat-zat berbahaya dan beresiko terhadap
kesehatan. Kemudian, proses selanjutnya adalah karbonisasi yang berfungsi untuk
mengubah material menjadi bentuk karbon atau arang.
Pada proses ini, teknik yang biasanya digunakan adalah pyrolysis, yaitu proses
pemanasan dengan suhu tinggi. Senyawa-senyawa organik yang dipanaskan akan
mengalami proses degradasi serta mengalami proses reduksi ataupun oksidasi sehingga
menghasilkan karbon. Reaksi-reaksi yang umumnya terjadi dalam proses karbonisasi, ialah
dehidrogenasi, kondensasi, transfer hydrogen, dan isomerisasi. Tidak hanya menghasilkan
karbon, proses karbonisasi juga menghasilkan produk samping berupa gas dan padatan. Gas
tersebut dapat berupa CO, CO2, uap air, H2, CH4, dan senyawa volatile lainnya. Padatan
yang dihasilkan dapat berupa char dari senyawa gula yang terdekomposisi dan
terpolimerisasi, coke dimana dihasilkan dari material berfasa liquid atau kristalin liquid saat
proses karbonisasi, ash yang terbentuk dari senyawa mineral dalam material, dan masih
banyak jenis lainnya, seperti green coke, binder coke, delayed coke, fluid coke, dan lain-
lain.
Lalu, tahap ketiga, yaitu pencetakan untuk membentuk briket arang sesuai dengan
bentuk yang diinginkan. Pada tahap ini juga dilakukan perekatan terhadap briket agar arang
menyatu dan tersusun secara rapi serta kerapatan briket bertambah. Perbedaan penggunaan
perekat dapat mempengaruhi kerapatan yang dihasilkan. Tahap ini menentukan kualitas
briket yang dihasilkan karena kerapatan dapat mempengaruhi kemampuan briket untuk
menyerap uap air yang nantinya akan berpengaruh pada nilai kalor briket. Terakhir, ialah
pengeringan untuk menghilangkan kandungan air akibat proses pencetakan. Kandungan air
tersebut dapat berasal dari larutan perekat serta penyerapan uap air di udara oleh briket.
Terdapat 2 uji yang dilakukan pada praktikum kali ini, yaitu uji kadar air dan
pembakaran. Uji kadar air memiliki acuan SNI 01-6235-2000 sedangkan uji pembakaran
menghitung lama waktu pembakaran. Larutan perekat yang digunakan adalah larutan sagu
dan larutan kanji. Larutan sagu baik digunakan untuk perekat dimana mengandung amilosa
27% yang bersifat keras dan 73% amilopektin yang bersifat lengket sehingga cocok untuk
dijadikan larutan perekat. Variasi yang dilakukan adalah variasi konsentrasi larutan perekat
kanji 5% dan 7%. Data yang dihasilkan adalah kadar air sebesar 18,43% pada variasi kanji
5% dan 18,84 pada variasi kanji 7%.
Dapat terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi perekat semakin tinggi kadar air
yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena tingginya konsentrasi perekat dalam briket
menyebabkan partikel-partikel yang ada di dalam briket akan saling merekat menyebabkan
porositas atau fraksi ruang kosong dalam briket menjadi kecil sehingga mengurangi
kemampuan penguapan uap air ketika dilakukan pemanasan. Selain itu, penambahan
konsentrasi perekat juga dapat mempengaruhi kadar air apabila perekat yang digunakan
bersifat menyerap air sehingga dengan bertambahnya konsentrasi perekat, air yang terserap
akan semakin banyak dan menambah kadar air. Kadar air yang diperoleh melebihi standar
SNI, yaitu ≤ 8%.
Pengaruh kadar air yang tinggi dapat menyebabkan penurunan nilai kalor briket.
Hal ini disebabkan karena kalor yang disalurkan menuju briket pada saat pemanasan
digunakan untuk penguapan air terlebih dahulu. Hal tersebut berdampak kepada lama waktu
penyalaan briket dimana menyebabkan waktu yang digunakan untuk memanaskan briket
menjadi semakin lama sehingga tidak efisien. Selain itu, briket yang memiliki kadar air
tinggi dapat bersifat rapuh atau mudah hancur dan mudah ditumbuhi jamur yang
menyebabkan briket menjadi tidak layak pakai.
Kerapuhan tersebut terbukti ketika briket dengan variasi larutan kanji 7% dibakar
dan terbelah menjadi 2 di tengah proses pembakaran. Sementara itu, briket dengan variasi
larutan kanji 5% masih utuh. Selain faktor perekat, lama waktu karbonisasi juga
mempengaruhi kadar air, dimana semakin lama waktu karbonisasi maka kadar air akan
semakin kecil karena semakin banyak air yang menguap. Hal tersebut dibuktikan saat proses
karbonisasi, briket dengan variasi larutan kanji 5% dibakar lebih lama dibandingan dengan
briket pada variasi larutan kanji 7%.
Lama waktu pembakaran yang dihasilkan pada briket dengan variasi perekat 5%
dan 7% adalah 65 menit dan 28,38 menit. Secara teoritis, kandungan perekat yang lebih
tinggi dapat merapatkan struktur briket sehingga saat dilakukan pembakaran interaksi
antarpartikel menjadi semakin tinggi dan lama waktu penyalaan menjadi semakin cepat.
Selain itu, lama waktu pembakaran juga dipengaruhi oleh jenis bahan baku. Bahan baku
yang mempunyai kandungan volatile matter lebih tinggi menyebabkan briket akan cepat
terbakar dan lama waktu penyalaan akan semakin singkat. Hal ini dapat dibuktikan dari
densitas pada briket dengan larutan kanji 5% (0,7186 gr/cm3) lebih tinggi dibanding pada
briket larutan kanji 7% (0,606 gr/cm3).
Kandungan volatile matter yang tinggi dapat menyebabkan asap yang dihasilkan
dari pembakaran semakin banyak akibat reaksi antara karbon monooksida dengan senyawa
turunan alkohol. Kemudian, berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, semakin tinggi konsentrasi perekat linier dengan tingginya kadar abu. Kadar
abu yang tinggi mengandung arti bahwa komponen yang tidak dapat terbakar tinggi atau
dalam kata lain komposisi karbon dalam briket rendah. Komposisi karbon yang rendah ini
juga dapat menyebabkan lama waktu pembakaran menjadi semakin singkat.
VIII. KESIMPULAN
a. Secara umum, proses pembuatan biobriket terdiri dari 4 tahap, yaitu pretreatment,
karbonisasi, pencetakan, dan pengeringan. Proses pretreatment terdiri atas
pencucian limbah dan pengeringan. Proses ini berfungsi untuk menghilangkan
pengotor dari limbah sehingga pada saat dilakukan karbonisasi tidak akan
menghasilkan reaksi samping dimana dapat menambah yield yang dihasilkan.
Kemudian, proses selanjutnya adalah karbonisasi yang berfungsi untuk mengubah
material menjadi bentuk karbon atau arang. Pada proses ini, teknik yang biasanya
digunakan adalah pyrolysis, yaitu proses pemanasan dengan suhu tinggi. Lalu,
tahap ketiga, yaitu pencetakan untuk membentuk briket arang sesuai dengan bentuk
yang diinginkan. Pada tahap ini juga dilakukan perekatan terhadap briket agar arang
menyatu dan tersusun secara rapi serta kerapatan briket bertambah. Terakhir, ialah
pengeringan untuk menghilangkan kandungan air akibat proses pencetakan.
b. Terdapat 2 produk briket yang dihasilkan, yaitu briket dengan variasi konsentrasi
perekat larutan kanji 5% yang memiliki kadar air 18,43%, densitas 0,7186 gr/cm3,
dan lama waktu pembakaran 65 menit serta briket dengan variasi konsentrasi
perekat larutan kanji 7% yang memiliki kadar air 18,84%, densitas 0,606 gr/cm3.
dan lama waktu pembakaran 28,38 menit.
Gambar 3. Briket