PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan modal kerja.
2. Untuk mengetahui apa konsep, jenis, dan komponen dari modal kerja.
3. Untuk mengetahui penentuan kebutuhan modal kerja
4. Untuk mengetahui keuntungan dan kelemahan pada pembiayaan jangka
pendek.
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan anjak piutang.
6. Untuk mengetahui pihak-pihak yang terlibat dalam anjak piutang.
7. Untuk mengetahui jasa, manfaat, dan jenis anjak piutang.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN MODAL KERJA
Gitman (2001) menjelaskan bahwa modal kerja adalah jumlah harta
lancar yang merupakan bagian dari investasi yang bersirkulasi dari
satu bentuk ke bentuk yang lain dalam suatu kegiatan bisnis.
Weston dan Brigham (1986) menjelaskan bahwa manjemen modal
kerja adalah investasi perusahaan dalam jangka pendek: kas, surat-
surat berharga, piutang, dan persediaan.
Pengertian modal kerja adalah jumlah kekayaan atau aktiva lancar, seperti kas
atau uang tunai di peti kas dan di bank, piutang usaha dan persediaan bahan
baku, bahan pembantu, dan barang jadi, ditambah kewajiban atau pasiva
lancar, seperti hutang usaha dan pinjaman jangka pendek. Dengan demikian
manajemen modal kerja merupakan semua kegiatan dalam rangka
pengelolaan aktiva lancar dan pasiva lancar.
2. Modal Kerja Kualitatif. Pada konsep ini, modal kerja bukan semua
aktiva lancar, tetapi telah mempertimbangkan kewajiban-kewajiban yang
segera harus dibayar. Dengan demikian dana yang digunakan benar-benar
khusus digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari tanpa
3
khawatir terganggu oleh pembayaran-pembayaran hutang yang segera
jatuh tempo.
3. Modal Kerja Fungsional. Konsep ini lebih menitik beratkan pada fungsi
dana dalam menghasilkan penghasilan langsung atau current income. Dan
pengertian modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan
oleh perusahaan untuk menghasilkan current income sesuai dengan tujuan
didirikannya perusahaan pada satu periode tertentu.
Modal kerja permanen adalah modal kerja yang selalu harus ada dalam
perusahaan agar dapat menjalankan kegiatannya untuk memenuhi
kebutuhan konsumen. Modal kerja permanen dibagi menjadi dua macam
yakni:
b. Modal Kerja Normal. Merupakan modal kerja yang harus ada agar
perusahaan bisa beroperasi dengan tingkat produksi normal.
4
misalnya perusahaan biskuit harus menyediakan modal kerja lebih
besar pada saat musim hari raya karena permintaan konsumen
meningkat.
Komponen modal kerja mencakup aktiva lancar dan utang lancar, yang
dijelaskan sebagai berikut:
1. Aktiva Lancar.
a) Kas (Cash) ialah uang tunai dan alat pembayaran lainnya yang
digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Uang tunai dan alat
pembayaran itu terdiri dari uang logam, uang kertas, cek, dan lain-
lain. Kas merupakan bentuk aktiva yang paling likuid yang bisa
dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban financial
5
perusahaan, karena sifat likuidnya tersebut kas memberikan
keuntungan yang paling rendah.
6
f) Persediaan Barang (Inventories). Barang dagangan yang dibeli
untuk dijual kembali, yang masih ada di tangan pada saat penyusunan
neraca. Untuk perusahaan industri yang mengolah bahan dasar
menjadi barang jadi, mempunyai tiga persediaan yakni persediaan
bahan dasar atau bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan
persediaan barang jadi.
2. Hutang Lancar
7
waktu satu tahun atau kurang (jangka waktu operasi perusahaan yang
normal).
Menentukan besarnya modal kerja dengan metode ini perlu mengetahui dua faktor
yang mempengaruhinya yaitu :
a) Periode terikatnya modal kerja yaitu jangka waktu yang diperlukan mulai
kas ditanamkan ke dalam elemen-elemen modal kerja sampai menjadi kas
lagi. Semakin lama periode terikatnya modal kerja akan semakin
memperbesar jumlah kebutuhan modal kerja, demikian sebaliknya. Pada
perusahaan dagang periode terikatnya dana dimulai dari kas dibelikan
8
barang dagang kemudian dijual (misalkan dijual secara kredit) akan menjadi
piutang dan setelah piutang terbayar, maka akan menjadi kas lagi. Periode
terikatnya modal kerja pada perusahaan perdagangan biasa digambarkan
sebagai berikut:
9
memiliki keuntungan,yaitu : kecepatan, fleksibilitas, biaya utang yang lebih
rendah,risiko.
Dalam kondisi normal, bunga utang jangka pendek akan lebih rendah dari
pada bunga utang jangka panjang. Ini erat kaitannya dengan tingkat risiko yang
dihadapi oleh kreditur. Dengan demikian cukup rasional jika kreditur
menghendaki keuntungan yang lebih tinggi untuk mengompensasi risiko yang
mereka hadapi. Tetapi perlu diingat bahwa penggunaan utang jangka pendek yang
tidak hati-hati akan memberatkan perusahaan karena besar kemungkinan pada saat
utang jatuh tempo, perusahaan tidak mampu membayar kembali. Dengan
demikian untuk utang jangka pendek dalam jumlah besar akan memperburuk
posisi keuangan perusahaan. Dalam praktek terdapat beragam sumber dana jangka
pendek. Sumber dana tersebut mencakup: accruals account, utang dagang, utang
bank, dan commercial paper.
10
contoh, perusahaan melakukan pembelian setiap hari Rp100.000,- dengan syarat
pembayaran net 30. Ini berarti perusahaan akan memiliki utang dagang sebesar
tiga puluh kali pembelian harian atau sebesar Rp3.000.000,-.
11
paper ini biasa nya jatuh tempo dalam waktu satu hingga satu bulan. Commercial
paper ini di beberapa negara maju mendapat penilaian atau rangking dari rating
agencies. Setiap lembaga penilai mendasarkan pada standar penjualan yang
berbeda. Namun demikian karena pada umumnya perusahaan yang menjual
commercial paper adalah perusahaan solid, maka penilaian biasanya dititik
beratkan pada aspek likuiditas.
Dalam dunia perbankan, pemberian kredit hanya melibatkan dua pihak yaitu
pihak bank dan pihak debitur. Beberapa perbedaan lain antara kredit bank dengan
anjak piutang antara lain :
1. Kredit bank dimulai dari timbulnya utang yang berasal dari mobilisasi
dana yang di transformasikan menjadi aktiva produktif. Sebaliknya dengan
anjak piutang, dimana aktiva produktif ( yaitu tagihan ) ditransformasikan
kas pada saat jatuh tempo.
12
2. Kredit bank memberikan tambahan aktiva dalam bentuk kas kepada
debitur. Sedangkan anjak piutang tidak memberikan tambahan kas hanya
memperlancar arus kas dengan menggunakan piutang yang telah jatuh
tempo.
3. Kredit bank hampir selalu dikaitkan dengan agunan, Sedangkan pada
anajk piutang agunan bukan merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan.
Dengan demikian apabila piutang tersebut jatuh tempo, perusahaan anjak piutang
memiliki hak untuk menagih pada nasabah.
13
mengembalikan pengelolaan piutang kepada klien apabila nasabah tidak dapat
atau tidak mau melunasi utangnya.
Jasa Pembiayaan
Jasa Nonpembiayaan
Jasa pembiayaan yang ditawarkan oleh perusahaan anjak piutang biasanya berupa
jasa pengelolaan kredit klien (supplier). Produk jasa semacam ini antara lain
berbentuk :
1. Investasi kredit.
14
2. Sales ledger administation atau sales accounting. Perusahaan anjak
piutang menyediakan jasa untuk mengadministrasukan penjualan dalam
valuta asing dalam export factoring yang ditunjukan agar kelin dapat
mengikuti perkembangan kegiatan ekspor-nya dalam valuta asing.
3. Pengawasan kredit. Perusahaan anjak piutang dapat melakukan
pengawasan atau monitoring terhadap kegiatan penjualan yang dilakukan
klien, Penagihan kredit juga dapat dilakukan oleh perusahaan anjak
piutang dengan menetapkan prosedur penagihan.
4. Perlindungan resiko kredit. Perusahaan anjak piutang dapat memberikan
jasa perlindungan terhadap resiko piutang. Dalam export factoring,
perusahaan-perusahaan anjak piutang juga menyediakan jasa perlindungan
terhadap resiko terjadinya fluktuasi kurs valuta asing.
15
4. Membantu kegiatan penagihan. Perusahaan anjak piutang akan membantu
klien dalam hal pemantauan pembayaran piutang dan juga membantu
administrasi penagihan dengan cara memberitahukan kepada klien
mengenai tagihan-tagihan yang telah jatuh tempo.
5. Membantu memperlancar modal kerja. Dengan anjak piutang, setiap
penjualan kredit menjadi penjualan tunai bagi perusahaan klien dan ini
berarti terlepasnya masalah kredit dari pundak klien.
Beberapa jenis anjak piutang yang biasanya oleh perusahaan anjak piutang antara
lain:
1. Fungsi service factoring, yaitu suatu bentuk jasa yang meliputi seluruh
jenis jasa anjak piutang baik yang berupa jasa pembiayaan maupun jasa
nonpembiayaan.
2. Recourse factoring, yaitu suatu bentuk pelayanan yang meliputi seluruh
bentuk jasa anjak piutang kecuali jasa perlindungan risiko kredit.
3. Bulk factoring, yaitu jasa anjak piutang hanya meliputi jasa pembiayaan
dan pemberian jatuh tempo tagihan kepada nasabah.
4. Manurity factoring, yaitu suatu bentuk jasa anjak piutang dimana klien
tidak menerima pembayaran di muka dari perusahaan anjak piutang.
Penekanan jasa manurity facturing adalah pada layanan penjaminan
perlindungan kredit dan bukan pada jasa pembiayaan.
5. Agency factoring, yaitu bentuk anjak piutang yang merupakan perluasan
dari bulk factoring, dimana terjadi penyerahan seluruh penjualan (piutang
klien) kepada perusahaan anjak piutang atas dasar notifikasi. Namun
demikian, transaksi semacam ini bersifat with recourse dimana perusahaan
anjak piutang tidak bertanggung jawab atas pengurusan penagihan dan
pengalihan pitang tersebut.
16
BIAYA PAJAK PIUTANG
1. Service fee, yaitu suatu biaya yang dikenakan untuk layanan uang
berkaitan dengan pengadministrasian penjualan dan proteksi kredit. Biaya
ini dinyatakan dalam persentase terhadap nilai kotor faktur yang dianjak
piutangkan, yang besarnya berkisar antara 0,75%-2,5%. Service fee yang
dikenakan untuk international factoring biayanya lebih tinggi daripada
yang dikenakan dalam domestic factoring. Besarnya biaya disesuaikan
dengan beratnya tugas-tugas administratif yang dikerjakan dan besarnya
resiko.
2. Interest charge (discount charge), merupakan biaya yang dikenakan
kepada klien terhadap uang muka (advanced payment) dari perusahaan
factor. Biaya bunga ini dihitung secara harian dari total sisa penarikan
uang muka.
PENILAIAN RISIKO ANJAK PIUTANG
17
a. Diversifikasi piutang. Semakin tersebar piutang yang dimiliki klien
semakin kecil risiko yang ditanggung pihak faktor. Hal ini disebabkan
karena piutang yang tidak terdiversifikasi dengan baik akan
mengakibatkan ketergantungan klien pada nasabah tertentu. Apabila
nasabah tersebut menghentikan atau mengurangi pembelian,
kemampua keuangan klien akan sangat berpengaruh.
b. Jumlah kredit notes. Credit notes adalah klaim terhadap sejumlah
faktur yang terjadi akibat kesalahan pengiriman, kerusakan produk,
kesalahan harga, pengiriman yang tidak sesuai dengan pesanan dan
alasan-alasan lainnya. Perusahaan anjak piutang sangat perlu
memperhatikam apaka credit notes yang dikeluarkan mengalami
kecenderungan naik atau tidak. Semakin besar credit notes yang
dikeluarkan menunjukkan semakin rendahnya kualitas piutang.
c. Pelunasan piutang oleh nasabah. Pembayaran piutang yang lebih cepat
dibandingkan dengan rata-rata industri memberikan indikasi bahwa
supplier disukai oleh nasabahnya. Dengan demikian, kualitas piutang
dianggap lebih baik jika piutang tersebut dibayar cepat.
d. Piutang yang dikecualikan. Pihak faktor perlu melihat apakah piutang
yang akan dibeli merupakan piutang yang tidak dapat ditagih taua
merupakan piutang yang bukan hak klien. Beberapa piutang yang
termasuk dalam jenis ini sehingga dikecualikan untuk menjadi objek
anjak piutang antara lain piutang yang timbul dari penjualan kepada
perusahaan afiliasi (associated companies), piutang yang timbul dari
kontrak jangka panjang dimana terdapat ketentuan bahwa faktur baru
akan dikeluarkan pada suatu tingkat pada proses pekerjaan tertentu
serta piutang yang timbul dari penjualan prosuk di mana di dalamnya
terdapat kewajiban atau perjanjiann layanan purna jual di pihak klien.
e. Sistem akuntansi penjualan yang dilakukan klien. Perusahaan anjak
piutang perlu meneliti sistem akuntansi penjualan yang digunakan
untuk mengetahui waktu penerbitan dan pengiriman faktur. Risiko
yang ditanggung perusahaan anjak piutang akan lebih besar jika faktur
18
diterbitkan dan dikirimkan kepada nasabah sebelum diterimanya
produk oleh nasabah.
2. Risiko Nasabah
Penilaian risiko nasabah merupakan hal yang penting terutama jika
transaksi anjak piutang dilakukan dengan menggunakan mekanisme dari
sistem non recourse, dimana pihak faktor harus menanggung risiko tidak
terbayarnya piutang nasabah. Penilaian risiko nasabah menjadi penting
karena sebelumnya nasabahlah yang merupakan sumber dana bagi
pembiayaan yang diberikan oleh perusahaan anjak piutang.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada para pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya dapat mengetahui, memahami dan
menambah wawasan tentang Manajemen Modal Kerja dan dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
20
DAFTAR PUSTAKA
http://ekonomiunanda.blogspot.com/2015/10/makalah-manajemen-modal-kerja-
working.html
http://karyacombirayang.blogspot.com/2016/04/makalah-modal-kerja.html
21