Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

GANGGUAN TINGKAH LAKU PADA MASYARAKAT

Dosen Pembimbing :

Ati’ul Impartina, S.ST., M.Kes

Disusun Oleh :

1. Ahmad A. M. (1702012329) 7. Qurrotul Aini (1702012362)


2. Eka Devi Ana (1702012336) 8. Reza Bela S. (1702012364)
3. Ichda S. N. (1702012342) 9. Roro Ayu P.S. (1702012367)
4. Lenny H. (1702012345) 10. Sabilatul Abidah (1702012368)
5. Merysatul M. M. (1702012351) 11. Trifiana K. S. (1702012375)
6. Milania Nur A. (1702012352) 12. Wiwik Mirna W. (1702012379)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
PERILAKU MANUSIA mengenai “Gangguan Tingkah Laku Pada
Masyarakat”.

Dalam penyusunan makalah ini , kami mendapatkan banyak pengarahan dan


bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini kami tidak lupa
mengucapkan terimakasih pada dosen pembimbing kami, dan semua pihak yang
telah membantu dalam penulisan makalah ini

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna.Untuk itu kami sangat mengharapakan kritik dan saran untuk perbaikan
di masa mendatang.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan semua pihak yang membacanya.

Lamongan, 26 Maret 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ···································································· 4


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 4

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gangguan Tingkah Laku pada Masyarakat ............................ 5


2.2 Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Tingkah Laku pada Mayarakat ........ 6
2.3 Macam-Macam Gangguan Tingkah Laku pada Masyarakat .................... 7

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan ········································································ 17


3.2 Saran ················································································ 18

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, minimalnya lapangan
pekerjaan dan menurunnya tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap
munculnya masalah-masalah sosial dalam masyarakat.Masalah-masalah
sosial dalam masyarakat tersebut sering disebut sebagai “patologi sosial”.
Beberapa bentuk dari berbagai macam masalah-masalah sosial yang sering
muncul dalam masyarakat antara lain seperti kenakalan remaja (mabok-
mabokan, tawuran dan perkelahian), perjudian, pencurian serta banyaknya
pengangguran. Pada dasarnya masalah-masalah tersebut muncul karena
kurang adanya kesadaran dari pemerintah dan diri orang yang terlibat dalam
masalah-masalah sosial tersebut akan dampak negatif yang timbul dari
masalah-masalah itu. Pemerintah mempunyai peranan penting untuk
menentukan dan memastikan baik buruknya pola tingkah laku dalam
masyarakat.
Disamping itu peran serta orang tua dan lingkungan juga sangat
diperlukan.Dari uraian-uraian diatas, maka perlu untuk dibahas lebih lanjut
mengenai berbagai macam masalah-masalah sosial yang ada di dalam
masyarakat serta bagaimana upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah dan
menanggulangi hal-hal tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gangguan tingkah laku pada masyarakat ?
2. Apa faktor yang menyebabkan gangguan tingkah laku pada masyarakat ?
3. Apakah macam-macam gangguan tingkah laku pada masyarakat ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari gangguan tingkah laku pada masyarakat
2. Untuk mengetahui penyebab dari gangguan tingkah laku pada masyarakat
3. Untuk mengetahui macam-macam gangguan tingkah laku pada masyarakat

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gangguan Tingkah Laku pada Masyarakat

Nelson:1981 Tingkah laku seseorang dapat dikatakan menyimpang atau


mengalami gangguan jika : Menyimpang dari perilaku yang oleh orang
dewasa dianggap normal menurut usia dan jenis kelaminnya. Penyimpangan
terjadi dengan frekuensi dan intensitas yang tinggi penyimpangan
berlangsung dalam waktu yang relatif lama.
Bruno, Gangguan tingkah laku merupakan respon atau perbuatan yang
dilakukan seseorang suatu perubahan perilaku merupakan suatu kepribadian
karena setiap respon atau tindakan seseorang yang menunjukan perubahan
sebagi cerminan fenomena psikologis baik diamati maupun diukur.
Evan Et Al, Gangguan tingkah laku merupakan bentuk yang sederhana
merupakan perbuatan yang diamati dengan suatu titik awal dan akhir yang
dapat diukur.
APA (America Psikiatrie Acociation), Gangguan tingkah laku
merupakan gangguan yang berupa pola atau gejala psikologis atau tingkah
laku yang secara klinis sangat disignifikan gejala/ pola ciri yang terjadi pada
manusia.
.Jadi, gangguan perilaku (conduct disorder) adalah gangguan perilaku
masa kanak-kanak yang ditandai oleh aktivitas agresif dan destruktif yang
menyebabkan gangguan pada lingkungan alami anak seperti rumah, sekolah,
masjid, atau lingkungan. Fitur utama dari gangguan ini adalah pola perilaku
berulang dan terus-menerus yang melanggar norma-norma sosial dan hak-hak
orang lain. Ini adalah salah satu kategori masalah kesehatan mental anak yang
paling umum, yang mencapai 9% pada laki-laki dan 2% pada perempuan.

5
2.2 Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Tingkah Laku pada Masyarakat
Penyebab gangguan tingkah laku pada masyarakat cukup beragam, akan
tetapi Schroder & Gordon (2002) membaginya menjadi tiga faktor yaitu:
a. Faktor genetik atau biologis
Penyebab gangguan tingkah laku pada mayarakat dari faktor
genetik menjadi dasar karakteristik seseorang atau predisposisi.
Berdasarkan hasil penelitian terkini jika dilihat dari perbedaan jenis
kelamin, dinyatakan bahwa anak laki-laki lebih disruptive dibandingkan
anak perempuan. Aspek temperamen juga mengakibatkan perilaku
disruptive diantaranya: regulasi emosi, reaktifitas yang intens (khususnya
frustrasi), emosi negatif dan gampang marah, kemampuan dalam
mengontrol diri, serta pendekatan yang tinggi atau lemah untuk
menghindar (dapat memunculkan perilaku berisiko).
Plomin (dalam Schroder & Gordon, 2002) menyimpulkan bahwa,
komponen genetik cukup besar pengaruhnya pada orang dewasa yang
memiliki perilaku antisosial dan kriminalitas.
Namun Rutter et al. & Schmitz et al. (dalam Schroder & Gordon,
2002) membantah, dimana hubungan genetik lebih mungkin ditemukan
dalam kasus-kasus perilaku antisosial yang berlanjut sampai dewasa,
sedangkan kasus-kasus yang mengalami penurunan perilaku antisosial
pada usia tertentu lebih cenderung didasarkan oleh lingkungan.
b. Faktor keluarga
Penyebab gangguan tingkah laku pada mayarakat pada faktor
keluarga, yaitu terkait dengan disfungsi orang tua dalam mengasuh. Dalam
hal ini ada beberapa hal yang mempengaruhinya yaitu: perlakuan orangtua
(gaya pendisiplinan, kehangatan vs permusuhan, pengawasan terhadap
anak), psikopatologi orang tua (seperti ibu yang depresi, gangguan
kepribadian, penggunaan obat terlarang dan perilaku antisosial atau
kriminal), perkawinan/orangtua yang disfungsi (seperti perceraian atau
berpisah, konflik, kekerasan pada pasangan) dan konflik saudara kandung.

6
c. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan atau keadaan di sekitar seseorang yang terkait
dengan status sosial ekonomi rendah atau kemiskinan, juga dapat
menyebabkan gangguan tingkah laku pada mayarakat sehingga
memunculkan permasalahan perilaku antisosial. Status sosial ekonomi
rendah yang terkombinasi dengan stres kronik, orangtua tunggal, isolasi
sosial, kurangnya stimulasi dari lingkungan dan keterbatasan pengetahuan,
dapat mengakibatkan gejala depresi pada ibu, yang berpengaruh terhadap
perlakuan orangtua menjadi kurang baik. Selain itu lingkungan miskin
juga cukup membahayakan bagi anak, dimana mereka sering melihat role
model yang menampilkan kekerasan, penyalahgunaan obat terlarang dan
bersekolah dengan keadaan yang memprihatinkan.

2.3 Macam-macam gangguan tingkah laku pada masyarakat


1. Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah setiap
perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis
dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum dalam lingkup rumah tangga.
Sebagian masyarakat kita masih memiliki pola pikir dan pemahaman
bahwa kasus kekerasan suami terhadap istri masih dipandang sebagai aib
bila diketahui dan dibawa ke sektor publik atau diperkarakan secara
hukum dan dianggap sebagai kewajaran, yaitu sebagai bentuk
pendisiplinan suami terhadap istri. Pembaruan pola pikir dan cara pandang
yang berpihak pada kelompok rentan atau tersubordinasi, khususnya
perempuan, menjadi sangat diperlukan sehubungan dengan banyaknya
kasus kekerasan, terutama kekerasan dalam rumah tangga.

7
Penyebab KDRT
Zastrow & Browker (dalam Wahab, 2010) mengatakan bahwa terdapat 3
teori yang mampu menjelaskan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga,
yaitu teori biologis, teori kontrol, dan teori frustasi-agresi.
1. Teori Biologis
Teori biologis mamandang manusia sebagai makhluk yang sejak lahir
memiliki insting agresif. Pendiri psikodinamika, Sigmund Freud,
menjelaskan bahwa manusia mempunyai insting kematian yang
dimanifestasikan dengan melukai dan membunuh diri sendiri atau orang
lain. Menurut Konrad Lorenz, kekerasan sangat bermanfaat untuk dapat
bertahan hidup. Tindakan ini membantu seseorang untuk memperoleh
dominasi dalam kelompok.Beberapa ahli biologi, berpendapat bahwa pria
memiliki lebih hormon yang menyebabkan berperilaku agresif daripada
wanita.Teori ini seperti memberikan penjelasan mengapa KDRT lebih
banyak dilakukan oleh pria.
2. Teori Kontrol
Teori kontrol menerangkan bahwa orang yang tidak terpuaskan dalam
berelasi dengan orang lain akan mudah untuk melakukan kekerasan.
Dengan kata lain, orang yang memiliki relasi yang baik dengan orang lain
cenderung lebih mampu mengontrol dan mengendalikan perilakunya yang
agresif. Travis Hirschi melalui temuannya mendukung teori ini.
Disebutkan bahwa remaja laki-laki yang berperilaku agresif cenderung
tidak mempunyai relasi yang baik dengan orang lain. Hal sama juga terjadi
pada mantan narapidana di Amerika yang ternyata juga terasingkan
dengan teman dan keluarganya.
3. Teori Frustasi-Agresi
Teori frustasi agresi memandang kekerasan merupakan cara seseorang
mengurangi ketegangan yang diakibatkan oleh situasi yang membuat
frustasi. Orang yang frustasi akan melakukan agresi (kekerasan) kepada
sumber frustasi atau kepada orang lain yang bisa menjadi pelampiasan.
Misalnya, seorang suami yang kekurangan penghasilan dan memiliki

8
harga diri rendah, memanifestasikan rasa frustasinya kepada istri dan
anak-anaknya. Teori ini sedikit-banyak juga dapat menjalaskan kasus yang
kami angkat pada paper “Menelaah Kasus Kekerasan dalam Rumah
Tangga” yang melibatkan Amir dan Susi sebagai pelaku dan korban
KDRT.
2. Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual adalah perilaku pendekatan yang terkait dengan
seks yang tidak diinginkan, termasuk permintaan untuk melakukan seks,
dan perilaku lainnya yang secara verbal maupun fisik merujuk pada
seks.Selengkapnya silakan lanjutkan penjelasannya berikut ini.
Pelecehan seksual dapat terjadi dimana saja, baik tempat umum
seperti bis, pasar, sekolah, kantor, maupun tempat pribadi seperti rumah.
Dalam peristiwa pelecehan seksual, biasanya terdiri dari kata-kata
pelecehan (10%), intonasi yang menunjukkan pelecehan (10%), dan non
verbal(80%).
Perilaku yang dapat digolongkan ke dalam pelecehan seksual:

 Lelucon seks, menggoda secara terus menerus mengenai hal-hal yang


berkaitan dengan seks, baik secara langsung maupun melalui media
seperti surat, SMS, maupun e-mail.
 Penyiksaan secara verbal akan hal-hal yang terkait dengan seks.
 Memegang ataupun menyentuh dengan tujuan seksual.
 Secara berulang berdiri dengan dekat sekali atau hingga bersentuhan
badan dan badan antar orang.
 Secara berulang meminta seseorang untuk bersosialisasi (tinggal, ikut
pergi) di luar jam kantor walaupun orang yang diminta telah
mengatakan tidak atau mengindikasikan ketidaktertarikannya.
 Memberikan hadiah atau meninggalkan barang-barang yang dapat
merujuk pada seks.
 Secara berulang menunjukkan perilaku yang mengarah pada hasrat
seksual.

9
 Membuat atau mengirimkan gambar-gambar, kartun, atau material
lainnya yang terkait dengan seks dan dirasa melanggar etika/ batas.
 Di luar jam kerja memaksakan diri mengajak pada suatu hal yang
terkait dengan seks yang berpengaruh pada lingkup kerja.
Pencegahan
Secara umum sebaiknya hindari berpergian sendirian pada malam hari dan
tidak bekerja lembur sendirian pada malam hari. Juga dianjurkan untuk
memastikan bahwa keberadaan diri diketahui oleh orang lain.
Walaupun tidak ada jaminan bahwa berpakaian tertutup akan aman dari
perilaku pelecehan seksual, namun berpakaianlah yang pantas dan sopan
untuk mengurangi risiko terjadinya pelecehan seksual.
3. Pengertian Kriminalitas
Kriminalitas merupakan segala macam bentuk tindakan dan perbuatan
yang merugikan secara ekonomis dan psikologis yang melanggar hukum
yang berlaku dalam negara Indonesia serta norma-norma sosial dan
agama.Dapat diartikan bahwa, tindak kriminalitas adalah segala sesuatu
perbuatan yang melanggar hukum dan melanggar norma-norma sosial,
sehingga masyarakat menentangnya. (Kartono, 1999: 122)
Secara kriminologi yang berbasis sosiologis, tindak kriminalitas
merupakan suatu pola tingkah laku yang merugikan masyarakat (dengan
kata lain terdapat korban) dan suatu pola tingkah laku yang mendapatkan
reaksi sosial dari masyarakat. Reaksi sosial tersebut dapat berupa reaksi
formal, reaksi informal, dan reaksi non-formal.
Pengertian kejahatan sebagai unsur dalam pengertian kriminalitas, secara
sosiologis mempunyai dua unsur-unsur yaitu: 1) Kejahatan itu ialah
perbuatan yang merugikan secara ekonomis dan merugikan secara
psikologis. 2) Melukai perasaan susila dari suatu segerombolan manusia,
di mana orang-orang itu berhak melahirkan celaan.

10
Bentuk-Bentuk Tindakan Kriminalitas
Tindakan kriminal umumnya dilihat bertentangan dengan norma hukum,
norma sosial dan norma agama yang berlaku di masyarakat. Bentuk-
bentuk tindak kriminal seperti:
a. Pencurian
Pencuri berasal dari kata dasar curi yang berarti sembunyi-sembunyi
atau diam-diam dan pencuri adalah orang yang melakukan kejahatan
pencurian. Dengan demikian pengertian pencurian adalah orang yang
mengambil milik orang lain secara sembunyi-sembunyi atau diam-
diam dengan jalan yang tidak sah. (Poerwardarminta, 1984:217).
Pencurian melanggar pasal 352 KUHP (Kitab Undang-undang Hukum
Pidana) dengan ancaman hukuman maksimal 15 (lima belas) tahun
penjara.
b. Tindak asusila
Asusila adalah perbuatan atau tingkah laku yang menyimpang dari
norma-norma atau kaidah kesopanan yang saat ini banyak mengintai
kaum wanita. Tindak kriminal tersebut hukumannya penjara paling
lama 2 th 8 bln tercantum dalam pasal 289 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP ) tentang perbuatan asusila dengan ancaman
hukuman 9 tahun penjara.
c. Pencopetan
Pencopetan memiliki pengertian yaitu kegiatan negatif mencuri
barang berupa uang dalam saku, dompet, tas, handpone dan lainnya
milik orang lain atau bukan haknya dengan cepat, tangkas dan tidak
diketahui oleh korban maupun orang di sekitarnya
(http://bahasa.cs.ui.ac.id). Tindak kriminal ini memenuhi pasal
365KUHP dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.
(Soenarto, 1994:220)

11
d. Penjambretan
Penjambretan merupakan perbuatan atau tindakan negatif dengan
merampas harta berharga milik orang lain secara paksa sehingga
menimbulkan kerugian materi bagi korban. penjambretan merupakan
tindak kriminal yang memenuhi pasal 365 ayat 3 KUHP dengan
ancaman hukuman 15 tahun penjara. (Soenarto, 1994:221)
e. Penodongan dengan senjata tajam/api
Bentuk kriminal merupakan perampasan harta benda milik korban
dilakukan dengan mengancam dengan melakukan penodongan senjata
api sehingga korban yang mengalami ketakutan menyerahkan harta
benda miliknya. Tindak kriminal ini memenuhi pasal 368 dengan
ancaman hukuman maksimal 10 tahun penjara. (Soenarto, 1994:206)
f. Penganiayaan.
Penganiayaan ialah dengan sengaja menyebabkan sakit atau luka pada
orang lain. Akan tetepi suatu perbuatan yang menyebabkan sakit atau
luka pada orang lain, tidak dapat dianggap sebagai penganiayaan
kalau perbuatan itu dilakukan untuk menambah keselamatan badan.
(M.H. Tirtaamidjaja, 1955: 180) penganiayaan memenuhi pasal 351
KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) dengan ancaman
hukuman pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan.
(Soenarto, 1994:226)
g. Pembunuhan
Pembunuhan adalah perbuatan yang menghilangkan atau mencabut
nyawa seseorang.Pengertian pembunuhan seperti ini dimaknai bahwa
perbuatan pidana pembunuhan tidak diklasifikasi apakah dilakukan
dengan sengaja, atau tidak sengaja dan atau semi sengaja.(Wahbah
Zuhali, 1989: 217).Tindak kiminal pembunuhan tercantum dalam
pasal 388 KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) dengan
sanksi hukuman pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun. (Soenarto,
1994:211)

12
h. Penipuan
Penipuan adalah tindakan seseorang dengan tipu muslihat, rangkaian
kebohongan, nama palsu dan keadaan palsu dengan maksud
menguntungkan diri sendiri dengan tiada hak. Rangkaian kebohongan
ialah susunan kalimat-kalimat bohong yang tersusun demikian rupa
yang merupakan cerita sesuatu yang seakan-akan benar. (R. Sugandhi,
1980 : 396). Di dalam KUHP tepatnya pada Pasal 378 KUHP
ditetapkan kejahatan penipuan dengan ancaman pidana penjara paling
lama 4 tahun. (Soenarto, 1994:140)
i. Korupsi
Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi tingkah laku individu
yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk
keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara.
korupsi dalam pengertian sosiologis sebagai: Penggunaan yang korup
dari kekuasaan yang dialihkan, atau sebagai penggunaan secara diam-
diam kekuasaan yang dialihkan berdasarkan wewenang yang melekat
pada kekuasaan itu atau berdasarkan kemampuan formal,
denganmerugikan tujuan-tujuan kekuasaan asli dan dengan
menguntungkan orang luar atas dalih menggunakan kekuasaan itu
dengan sah Hamzah(1991). Tindak pidana korupsi memenuhi pasal
209 KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) dengan hukuman
4 tahun penjara. (Soenarto, 1994:269)
Upaya-upaya penanggulangan kriminalitas
Kriminalitas yang kian marak membuat resah masyarakat, untuk itu
agar tidak menambah banyak korban kasus kriminal haruslah tercipta
upaya-upaya penanggulangan maupun pencegahan agar tidak banyak
lagi yang mengalami kerugian materil maupun moril. Upaya-upaya
penanggulangan tindak kriminalitas antara lain :

13
a. Upaya preventif
Penanggulangan kejahatan secara preventif adalah upaya yang
dilakukan untuk mencegah terjadinya atau timbulnya kejahatan
yang pertama kali .Mencegah kejahatan lebih baik daripada
mencoba untuk mendidik penjahat menjadi lebih baik kembali.
Seperti tidak menimbulkan ketegangan-ketegangan sosial yang
mendorong timbulnya perbuatan menyimpang juga disamping itu
bagaimana meningkatkan kesadaran dan patisipasi masyarakat
bahwa keamanan dan ketertiban merupakan tanggung jawab
bersama . (Ramli Atmasasmita 1983:66)
Langkah-langkah preventif menurut Baharuddin Lopa,( 2001:16-
17) itu meliputi :
1. Peningkatan kesejahteraan rakyat untuk mengurangi
pengangguran, yang dengan sendirinya akan mengurangi
kejahatan.
2. Memperbaiki sistem administrasi dan pengawasan untuk
mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan.
3. Peningkatan penyuluhan hukum untuk memeratakan kesadaran
hukum rakyat.
4. Menambah personil kepolisian dan personil penegak hukum
lainnya.
5. Meningkatan ketangguhan moral serta profesionalisme bagi
para pelaksana penegak hukum.
b. Upaya represif
Upaya represif adalah suatu upaya penanggulangan kejahatan
secara konsepsional yang ditempuh setelah terjadinya kejahatan.
Penanggulangan dengan upaya represif dimaksudkan untuk
menindak para pelaku kejahatan sesuai dengan perbuatannya serta
memperbaikinya kembali agar mereka sadar bahwa perbuatan yang
dilakukannya merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan
merugikan masyarakat, sehingga tidak akan mengulanginya dan

14
orang lain juga tidak akan melakukannya mengingat sanksi yang
akan ditanggungnya sangat berat. (Ramli Atmasasmita,1983:79)

Langkah-langkah konkrit dari upaya represif adalah:


1. Jika menyimpang dari norma hukum adat masyarakat: sanksi
diberikan oleh masyarakat setempat dengan cara dikucilkan
dan tidak dihargai didalam dan masyarakat .
2. Jika melanggar kaidah hukum positif apalagi hukum pidana
positif, dapat dipidana berdasarkan ketentuan hukum tertulis.
Hukuman bisa berbentuk pidana kurungan, denda, penjara,
ataupun pidana mati.
Jenis-Jenis kriminalitas
Kartono (1999: 130-136), jenis-jenis kriminalitas dibagi menjadi:
1. Jenis-jenis kejahatan secara umum:
a. Rampok dan gangsterisme
Rampok dan gangster sering melakukan operasi-operasinya
bersama-sama dengan organisasi-organisasi illegal.
b. Penipuan-penipuan
Permainan-permainan penipuan dalam bentuk judi dan
perantara-perantara “kepercayaan”, pemerasan (blackmailing),
ancaman untuk memplubisir skandal dan perbuatan
manipulative.
c. Pencurian dan pelanggaran
Pencurian dan pelanggaran tersebut antaralain: perbuatan
kekerasan, perkosaan, pembegalan, penjambreta/pencopetan,
perampokan, pelanggaran lelu lintas, ekonomi, pajak, bea cukai,
dan lain-lain.
2. Jenis kejahatan menurut cara kejahatan dilakukan:
a. Menggunakan alat bantu.

15
Pelaku kriminal tersebut dalam melancarkan aksinya
menggunakan senjata, senapan, bahan kimia dan racun,
instrument kedokteran, alat pemukul, alat jerat, dll.
b. Tanpa menggunakan alat bantu.
Pelaku dalam melakukan tindak kriminal hanya dengan
kekuatan fisik saja dengan bujuk rayu atau tipuan.
c. Residivis
Residivis adalah penjahat yang berulang ke luar masuk
penjara.Selalu mengulangi perbuatan jahat baik yang serupa
maupun yang berbeda bentuk kejahatannya.
d. Penjahat berdarah dingin.
Penjahat berdarah dingin adalah pelaku kriminal yang
melakukan kejahatan dengan pertimbangan dan persiapan yang
matang.
e. Penjahat kesempatan.
Yang dimaksud adalah penlaku kejahatan yang melakukan
kejahatan dengan menggunakan kesempatan-kesempatan yang
ada tanpa direncanakan.
f. Penjahat karena dorongan impuls-impuls yang timbul seketika.
3. Jenis kejahatan menurut obyek hukum yang diserangnya:
a. Kejahatan ekonomi: fraude, penggelapan, penyelundupan,
perdagangan barang-barang terlarang, penyogokan dan
penyuapan untuk mendapatkan monopoli-monopoli tertentu.
b. Kejahatan politik dan hankam: pelanggaran ketertiban umum,
pengkhianatan, penjualan rahasis-rahasia negara kepada agen-
agen asing untuk kepentingan subversi, pengacauan, kejahatan
terhadap keamanan negara dan kekuasaan negara, penghinaan
terhadap martabat pemimpin negara, kolaborasi dengan musuh,
dll.
c. Kejahatan kesusilaan: pelanggaran seks, perkosaan, fitnahan.
d. Kejahatan terhadap jiwa orang dan harta benda.

16
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gangguan tingkah laku adalah menyimpangnya seseorang dari perilaku


yang dianggap normal menurut usia dan jenis kelaminnya.Penyimpangan
terjadi dengan frekuensi dan intensitas yang tinggi penyimpangan
berlangsung dalam waktu yang relatif lama. Adapun faktor-faktor yang
menyebabkan dibagi menjadi 3 yakni, Faktor genetik atau biologis, keluarga
dan lingkungan. Adapun macam-macamnya ada banyak, yakni kekerasan
dalam rumah tangga, pelecehan seksual, dan tindakan kriminalitas yang
terdiri dari, pencurian, tindak asusila, pencopetan, penjabremtan, penganiyaan,
Penodongan dengan senjata tajam/api, korupsi, dan pembunuhan.

3.2 Saran

Diharapkan dengan tersusunnya makalah ini, mahasiswa mampu


mengenali berbagai macam gangguan tingkah laku yang ada di masyarakat
sekitar. Dan mampu mengenali dari masing-masing tingkah laku tersebut juga
seberusaha mungkin untuk dapat memberikan edukasi pada warga sekitar bila
mengalami gangguan tersebut.

17
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, D., Rosa, W.Y., Suyanto, Khodijah, Widyaningsih, C. (2012).


Karakteristik kasus kekerasan dalam rumah tangga. Journal Indonesia Medeical
Association, 62 (11), 435 – 438.

Nelson, P.V, 1981. Greenhouse Operatio and Management 2nd Edition.Reston


Publishing Company, Inc, Virgina.

Bruno Locatelli. (2012). Menghadapi Masa Depan yang Tak Pasti: Bagaimana
Hutan dan Manusia Beradaptasi terhadap Perubahan Iklim. Europe: Uni Eropa.

Evans, W.C., 2002, Trease and Evans Pharmacognosy, 15thEdition, 466, 479,
New York, W.B Saunders.

Gordon, B. N., & Schroeder, C. S. (2002). Assessment and Treatment of


Childhood Problems : A Clinician’s Guide.Second Edition. United States of
America : The Guilford Press.

Zastrow, Charles & Bowker, Lee (1984), Social Problems: Issues and Solutions,
Chicago: Nelson-Hall

Kartono, Kartini. 1999. Patologi Sosial. Jakarta: Raja grafindo Persada.

Poerwadarminta . 1984,Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta :Balai Pustaka.


Soerodibroto, Soenarto, 1994, KUHP dan KUHAP Dilengkapi Yurisprudensi
Mahkamah Agung dan Hoge Raad, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Atmasasmita, Romli, 1983, Bunga Rampai Kriminologi, Rajawali, Jakarta.

Atmasasmita, Romli, 1983, Bunga Rampai Hukum Acara Pidana, Bandung:


Bungacipta.

18

Anda mungkin juga menyukai