Anda di halaman 1dari 17

BAB II

MINERAL

2.1. Tujuan Percobaan

1. Untuk mengidentifikasi mineral sesuai dengan sifat fisiknya


2. Mengetahui srtuktur mineral secara langsung
3. Untuk mengetahui nilai ekonomis dan proses pembentukan (genesa)
dari mineral-mineral yang akan diamati.

2.2. Teori Dasar

2.2.1. Pengertian Mineral

Mineral adalah suatu benda padat yang homogen dan terjadi


dialam, terjadi secara alamiah dengan suatu komposisi kimia tertentu
dan memiliki susunan atom yang teratur, biasanya terbentuk secara
proses Anorganik.

2.2.2. Sifat Fisik Mineral


Dari ratusan mineral yang terdapat di alam bebas ini sebagian
besar merupakan mineral-mineral yang sering kita jumpai di lapangan
dan sebagian besar pula adalah mineral biji yaitu mineral yang
mengandung logam. Dalam ketentuan umum mineral, dinyatakan
bahwa mineral mempunyai sifat-sifat fisik dalam batas-batas tertentu,
jadi mineral tertentu mempunyai sifat tertentu. Sifat-sifat fisik yang
diperlukan dalam determinasi adalah warna, kilap, kekerasan, belahan,
pecahan, warna goresan, berat jenis, sifat kemagnetan, dan sifat
kelistrikannya.

6
7

1. Warna (Color)

Warna adalah kesan mineral jika terkena cahaya. Warna


mineral dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Idiokromatik, apabila warna mineral selalu tetap,


umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang tidak
tembus cahaya (opaque) seperti galena, magnetit, dan
pirit
b. Alokromatik, bila warna mineral tidak tetap, tergantung
dari material pengotornya. Umumnya terdapat pada
mineral-mineral yang tembus cahaya seperti kuarsa dan
kalsit.

2. Kilap (Luster)
Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang
dikenakan padanya. Kilap di bedakan menjadi tiga yaitu kilap
logam, kilap setengah logam, dan kilap non logam.

Gambar 2.2 Kilap pada Pirit


8

a. Kilap logam (Metallic Luster)


Kilap ini memberikan kesan seperti logam bila
terkena cahaya. Kilap ini biasanya dijumpai pada
mineral-mineral yang mengandung logam atau mineral
biji seperti: emas, galena, pirit dan kalkopirit.

b. Kilap non logam (Non Metallic Luster)


Kilap ini tidak memberikan kesan seperti logam jika
terkena cahaya. Kilap non logam biasanya berwarna
terang atau transparan, (kecuali bila tebal).

Kilap jenis ini dapat dibedakan menjadi:

 Kilap kaca (Vitreous Luster), memberikan kesan


seperti kaca bila terkena cahaya. Contoh: kalsit,
kuarsa, halit.
 Kilap intan (Adamantine Luster), memberikan
kesan cemerlang seperti intan. Contoh: intan.
 Kilap sutera (Silky Luster), member kesan seperti
sutera. Umunya terdapat pada mineral yang
mempunyai struktur serat. Contoh: asbes,
aktinolit, gypsum.
 Kilap dammar (Resinous Luster), memberi kesan
seperti dammar. Contoh: sfalerit dan resin.
 Kilap mutiara (Pearly Luster), memberi kesan
seperti mutiara atau seperti bagian dalam dari
kulit kerang. Contoh: talk, dolomite, muskovit,
dan tremolit.
 Kilap lemak (Greasy Luster), menyerupai lemak
atau sabun. Contoh: talk dan serpentin.
9

 Kilap tanah (Earthy Luster), kenampakannya


buram seperti tanah. Contoh: kaolin, limonit dan
bentonit.

3. Kekerasan (Hardness)
Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu
goresan. Kekerasan mineral didapatkan dengan
membandingkan kekerasan mineral tersebut dengan mineral
yang telah diketahui kekerasannya, dengan cara saling
digoreskan. Suatu urutan kekerasan diciptakan oleh ahli
mineralogy Austin F Mosh, tahun 1824 yang dikenal dengan
skala kekerasan Mosh. Berikut urutan kekerasan berdasarkan
skala mosh:

Tabel 2.1 Tingkat Kekerasan Skala Mohs

Skala Nama Skala Nama Mineral


Kekerasan Mineral Kekerasan

1 Talk 6 Ortoklas

2 Gipsum 7 Kuarsa

3 Kalsit 8 Topaz

4 Fluorit 9 Korundum

5 Apatit 10 Intan

Sedangkan alat yang digunakan sebagai sebagai alat


penentu kekerasan adalah:

a. Kuku jari memiliki nilai H sekitar 2,5.


b. Uang logam memiliki nilai H = 3,0
c. Baja pada pisau lipat memiliki nilai H =>3,0
d. Kaca jendela memiliki nilai H = 5,5
10

e. Amplas dan kikir baja memiliki nilai H = 6,5

4. Cerat (Streak)
Cerat atau warna goresan adalah warna yang kita dapatkan
ketika mineral digoreskan pada keping porselen yang kasar
permukaannya atau warna pada mineral yang berbentuk bubuk
halus. Gores didapat dengan menggoreskan mineral pada suatu
permukaan porselen( H=7). Sebagai contoh belerang adalah
mineral yang berwarna kuning cerah namun memberikan cerat
yang berwarna putih kekuningan. Berbagai macam botol yang
berwarna putih, kuning, hijau, tak berwarna, namun
kesemuanya mempunyai cerat yang sama yaitu putih. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa warna cerat adalah khas bagi
senyawa tertentu atau mineral tertentu.

Gambar 2.3 Cerat Pirit

5. Belahan (Cleavage)
Suatu mineral dikatakan memiliki belahan apabila mineral
tersebut memiliki kecendrungan untuk pecah melalui bidang
tertentu. Belahan sangat membantu dalam mendeskripsikan
11

mineral dan kualitasnya. Belahan sendiri dinyatakan dengan


istilah:

a. 1 arah: muskovit, biotit


b. 2 arah: piroksen, feldspar, hornblenda
c. 3 arah: halit, pyrit, kalsit

Gambar 2.4 Tipe belahan

6. Pecahan (Fracture)
.Pecahan adalah keretakan mineral. Suatu mineral akan
pecah bila tidak mengikuti bidang belahnya. Pecahan sendiri
dibagi menjadi enam yaitu:

a. Konkoidal (Choncoidal): gelombang melengkung pada


permukaan pecahan, seperti pada pecahan botol. Contoh:
kuarsa, kalkosit, malakit.
b. Splintery (Fibrous): berserat seperti abon. Contoh: augit,
hipersten, asbes.
c. Uneven: permukaan kasar, tidak teratur. Contoh: pirit,
kalkopirit, hematit, garnet.
d. Hackly: permukaan kasar, tidak teratur, dan runcing-
runcing. Contoh: perak, tembaga.
12

Gambar 2.5 Pecahan Konkoidal

7. Bentuk Kristal (Form)


Bentuk Kristal dapat dikatakan kristalin, bila mineral
tersebut mempunyai bidang kristalin yang jelas. Bidang Kristal
dikatakan amorf, bila tidak memiliki batas-batas Kristal yang
jelas. Mineral dialam jarang di jumpai dalam bentuk amorf
yang ideal, karena kondisi pertumbuhan yang biasanya
terganggu oleh proses-proses yang lain.

Gambar 2.6 Bentuk kristal

8. Sifat Dalam (Tenacity)


13

Sifat dalam atau yang disebut juga ketahanan mineral, yaitu


ketahanan mineral terhadap pematahan, penggerusan,
pembongkaran atau pengirisan. Istilah berikut dipergunakan
untuk menyatakan katahanan:

a. Brittle, bila mineral mudah pecah menjadi bubuk.


b. Melleable, bila mineral dapat ditempa atau dipukul.
c. Sectile, bila mineral dapat diiris tipis-tipis.
d. Ductile, bila mineral dapat dibentuk seperti kawat.
e. Fleksible, bila mineral dapat di bengkokkan tapi tidak
dapat kembali semula.
f. Elastic, bila mineral dapat dibengkokkan dan kembali
seperti semula.

9. Berat Jenis
Berat jenis adalah perbandingan antara berat mineral di
udara dan berat volume mineral yang telah dibandingkan
dengan volume air. Berat jenis mineral adalah tetap, bilamana
susunannya tetap.

10. Diaphaneity
Diaphaneity adalah cara mineral untuk meneruskan cahaya.
Diaphaneity terbagi menjadi:

a. Transparent
b. Translucent
c. Opaque

11. Lain-Lain
a. Rasa (Taste)
14

 Asin : halit
 Pahit : epsomit
b. Feel
 Soapy / seperti sabun : talk, bentonit.
 Greasy / berminyak : grafit.
c. Bau
 Berbau bawang putih : mineral As
 Berbau lobak : mineral-mineral Se
 Berbau belerang :S
 Berbau arang : batubara, lignit
 Berbau Tanah : kaolin basah
d. Kelistrikan
 Bermuatan listrik jika digosok dengan kain, contoh:
intan dan topaz.
 Bermuatan listrik bila dipanasi, contoh: kuarsa dan
turmalin.
 Bermuatan listrik bila ditekan, contoh: kuarsa.
 Berdaya hantar listrik, contoh: Cu dan Fe.
e. Kemagnetan merupakan sifat mineral terhadap gaya tarik
magnet. Sifat kemagnetan dibagi menjadi 3 yaitu:
 Feromagnetik (bila mineral dapat ditarik dengan mudah
oleh magnet, contoh : mineral magnetik, phyrohit).
 Diamagnetik (bila mineral tidak mempunyai sifat
kemagnetan).
 Paramagnetik (yaitu jika mineral tertarik dengan kuat
oleh gaya magnet).
f. Daya hantar panas
 Konduktor : Cu dan Fe
 Isolator : asbes dan mika
g. Keradioaktifan
15

Mineral bersifat radioaktif, contoh: uraninite, pitchblende


h. Fosforisensi
Dapat bercahaya atau bersinar, setelah tidak terkena cahaya
matahari, contohnya: barium sulfida dan kalsium sulfida.
i. Fluorisensi
Dapat bercahaya apabila mineral terkena cahaya, contoh:
fluorit, barium, platina sianida, dan willemite.

2.2.3 Mineral Pembentuk Batuan


Mineral pembentuk batuan dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :

1. Mineral Utama (essential minerals)


2. Mineral Tambahan (accessory minerals)
3. Mineral Sekunder (secondary minerals)

a. Mineral Utama

Pada dasarnya sebagian besar (99%) batuan beku hanya terdiri dari
unsur utama yaitu oksigen, silikon, alumunium, besi, kalsium,
sodium, potasium, dan magnesium, unsur ini membentuk mineral
yang tergolong mineral utama yaitu:
 Kuarsa
 Plagioklas
 Ortoklas
 Olivin
 Piroksin
 Amfibol
 Mikafelpatora

b. Mineral Tambahan

Mineral tambahan merupakan mineral hasil kristalisasi magma,


namun jumlahnya relatif kecil (kurang dari 5 %) sehingga tidak
16

menentukan nama atau sifat batuan. Mineral ikutan atau tambahan


antara lain zirkon, apatit, magnetit, hematit, trutil.

c. Mineral Sekunder

Mineral sekunder adalah mineral yang merupakan hasi ubahan dari


mineral primer, terjadi sebagai akibat dari proses pelapukan, sirkulasi
larutan sisa magma (hidrotermal), koolinisasi serpentinisasi atau
karena metamorfisma.

2.3. Alat dan Bahan

2.3.1. Alat:
1. Lembar format data klasifikasi mineral
2. Tabel klasifikasi mineral
3. Loop (Kaca Pembesar)
4. Alat tulis
5. Kuku jari (Skala Mohs)

Gambar 2.8 Loop

2.3.2. Bahan:

1. Biotite
2. Kuarsa
3. Hornblende
17

2.4. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum dilaksanakan dalam 1 sesi, yaitu:

1. Sesi I
Minggu, 1 November 2015 (Kampus STT MIGAS)

Pukul 16.30 WITA – 18.00 WITA

2.5. Prosedur Praktikum


1.Mengambil Sampel (mineral) dari tempat yang telah disediakan.
2.Mengamati mineral menggunakan lup (secara megaskopis).
3.Mengidentifikasi mineral sesuai sifat fisiknya.
4.Mengisi lembar kerja yang telah disediakan (format mineral)
5.Mengambil mineral berikutnya dan mengulang langkah 1-4 sebanyak 3
kali
18

2.6 Hasil Pengamatan


LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA MINERAL
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN STT MIGAS BALIKPAPAN

IDENTIFIKASI MEGASKOPIK MINERAL

Nama : Gusmar Pakiding


NIM : 1501219
Kelompok : 10 (REGULER C )

No. Urut : 1
No. Peraga : 1
Identifikasi Mineral
1. Warna : Hitam
2. Cerat (Streak) : Tidak berwarna
3. Kilap : Kilap kaca dan kilap mutiara (non logam)
4. Kekerasan : 2,5-3 Mons
5. Bentuk Kristal : Monoklin
6. Belahan : 1 arah / sempurna
7. Pecahan : Uneven
8. Berat Jenis : 2,9-3,4 gr/cm³
9. Tenacity : Brittle
10. Diaphoneity : Opaque
11. Lain-lain : Isolator
12. Nilai Ekonomis : Digunakan sebagai isolator kalor untuk tujuan industri
13. Genesa : Terbentuk dari proses kristalisasi magma
14. Nama Mineral : Biotit

Sketsa Mineral

GAMBAR KETERANGAN GAMBAR NILAI


Warna : Hitam

Kilap : Non logam


PARAF
Bentuk kristal : Monoklin ASPRAK

Belahan : 1 arah
19

d19 LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA MINERAL


PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN STT MIGAS BALIKPAPAN

IDENTIFIKASI MEGASKOPIK MINERAL

Nama : Gusmar Pakiding


NIM : 1501219
Kelompok : 10 (REGULER C )

No. Urut :2
No. Peraga :
Identifikasi Mineral
1. Warna : Putih bening
2. Cerat (Streak) :Putih
3. Kilap (Luster) : Kilap non logam(kilap kaca)
4. Kekerasan (Hardness) : 7 (skala Mons)
5. Bentuk Kristal : Heksagonal
6. Belahan : 3 arah
7. Pecahan : Konkoidal
8. Berat Jenis : 2,6 – 2,7 gr/cm3
9. Tenacity : Brittle
10. Diaphoneity : Trasparent
11. Lain-lain : Bermuatan listrik bila di panasi dan ditekan
12. Nilai Ekonomis : Bahan dasar pembuatan kaca dan semen
13. Genesa : Terbentuk dari kristalisasi magma
14. Nama Mineral : Kuarsa

Sketsa Mineral

GAMBAR KETERANGAN GAMBAR NILAI


Warna :Putih

Kilap : Non logam


PARAF
Bentuk kristal : Heksagonal ASPRAK
Belahan : 2 arah
20

20 LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA MINERAL


PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN STT MIGAS BALIKPAPAN

IDENTIFIKASI MEGASKOPIK MINERAL

Nama : Gusmar Pakiding


NIM : 1501219
Kelompok : 10 (REGULER C )

No. Urut :3
No. Peraga : 40
Identifikasi Mineral
1. Warna : Hitam
2. Cerat (Streak) : Putih
3. Kilap (Luster) : Kilap kaca
4. Kekerasan (Hardness) : 5-6 Mohs
5. Bentuk Kristal : Monoklin
6. Belahan : 2 arah / tidak sempurna
7. Pecahan : Uneven / Irregular
8. Berat Jenis : 2,9 – 3,4 gr/cm³
9. Tenacity : Brittle
10. Diaphoneity : Opaque dan Translucent
11. Lain-lain : Sebagai Isolator
12. Nilai Ekonomis : Dijual sebagai koleksi
13. Genesa : Terbentuk dari proses pembekuan magma
14. Nama Mineral : Hornblende

Sketsa Mineral
GAMBAR KETERANGAN GAMBAR NILAI
Warna : Hitam

Kilap : Non logam


PARAF
Bentuk kristal : Monoklin ASPRAK
Belahan : 2 arah
21

2.7. Pembahasan
Pengamatan pertama yang kami dilakukan adalah mengidentifikasi
mineral biotit. Dari pengamatan ini dapat diketahui bahwa biotit
merupakan mineral yang terbentuk dari proses magmatisme dan
hidrotermal. Mineral biotit ini berwarna hitam, dimana mineral ini
memiliki cerat yang tidak berwarna. Mineral ini menunjukkan kilap kaca
dan kilap mutiara (kilap non logam) dengan kekerasan 2,5-3 skala mohs.
Mineral ini memiliki berbentuk monoklin dengan belahan 1 arah yang
sempurna. Biotit ini memiliki pecahan Konkoidal dan berat jenis sekitar
2,9-3,4 gr/cm³. Tenacity dari mineral ini berupa brittle dengan diaphaneity
berupa opaque. Mineral ini dapat di jadikan sebagai isolator kalor untuk
tujuan industri.
Pengamatan kedua yang dilakukan adalah mengidentifikasi mineral
Kuarsa, dapat diketahui bahwa mineral ini memiliki warna Putih Bening.
Mineral ini memiliki cerat berwarna Putih. Kemudian mineral dihadapkan
pada cahaya, ternyata menunjukkan Kilap Non Logam (Kilap Kaca) dan
kekerasannya 7 skala mohs. Bentuk kristal dari mineral ini adalah
heksagonal dengan belahan 3 arah. Mineral ini memiliki pecahan
konkoidal dan berat jenis sekitar 2,6-2,7 gr/cm³. Mineral kuarsa ini
memiliki tenacity atau daya tahan berupa brittle dan diaphaneity berupa
transparent. Mineral ini dapat bermuatan listrik bila dipanasi dan ditekan.
Mineral ini dapat digunakan untuk pembuatan kaca dan semen. Mineral ini
terbentuk dari proses (ganesa) kristalisasi magma.
Pengamatan ketiga yang dilakukan adalah mengidentifikasi mineral
Hornblende, dapat diketahui bahwa mineral berwarna Hitam. Mineral ini
memiliki cerat berwarna coklat atau abu-abu dengan kilap kaca (non
logam). Kekerasan mineral ini adalah 5-6 skala mohs dan bentuk
monoklin. Mineral ini memiliki belahan 2 arah atau tidak sempurna
dengan pecahan uneven atau irregular. Mineral ini memiliki berat jenis
2,9-3,4 gr/cm³. Mineral ini memiliki tenacity (ketahanan) berupa brittle
dan diaphaneity berupa opaque dan tranlucent. Mineral ini berguna sebagai
22

isolator dan dapat dijual sebagai koleksi. Mineral ini terbentuk dari proses
pembekuan magma.

2.8. Kesimpulan
Berdasarkan dari data klasifikasi dan identifikasi serta analisa tentang
mineral dapat disimpulkan bahwa:
1. Setiap mineral memiliki sifat fisik masing-masing.
2. Setiap mineral memiliki nilai ekonomis dan kegunaannya masing-
masing .
3. Setiap Mineral terbentuk dari proses yang berbeda-beda, ada yang
terbentuk dari proses kristalisasi magma yaitu biotit dan kursa dan ada
juga yang terbentuk dari proses pembekuan magma yaitu mineral
hornblenda.

Anda mungkin juga menyukai