Anda di halaman 1dari 19

DIIT TERKAIT ALERGI TEHADAP MAKANAN

DISUSUN OLEH :

NAZMUL AWWALIAH

NIM : 1.13.060

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEMARANG

2014

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Alergi makanan adalah penyakit alergi yang disebabkan allergen yang


terdapat dalam makanan. Alergi makanan merupakan penyakit yang sering
ditemukan pada semua golongan umur bahkan pada bayi yang berumur
beberapa bulan pun bisa menderitanya. Pada 80% kasus, alergi makan
menghilang ditahun-tahun awal kehidupan, Hanya 1-2 % orang dewasa
yang memiliki alergi (perempuan dua kali lebih banyak dari pada laki-laki).
Alergi terhadap makanan tertentu seperti susu sapi, dan putih telur
cenderung menghilang ketika anak tumbuh dewasa. Alergi udang, ikan,
kerang dan kacang-kacangan cenderung terus berlanjut seumur hidup.
Penyebabnya adalah tubuh kita dilindungi dari infeksi oleh sistem
kekebalan tubuh. Kita memproduksi sejenis protein yang disebut antibodi
untuk menandai kuman yang menyebabkan infeksi. Ada berbagai jenis
antibodi, dan yang menyebabkan alergi disebut imonoglobulin E (IgE).
Antibodi IgE biasanya dihasilkan sebagai respon terhadap parasit, seperti
pada malaria. Namun, beberapa orang memproduksi IgE sebagai respon
terhadap makanan tertentu. Saat pertama kali Anda memakan makanan
penyebab alergi sistem kekebalan tubuh Anda merespon dengan membuat
IgE dalam hal ini bertindak seperti penanda molekul makanan penyebab
alergi (alergen). Ketika Anda memakan makanan itu lagi, tubuh akan
mengeluarkan antibodi IgE dan bahan kimia lainnya, termasuk histamin
untuk mengusir “protein musuh” dari tubuh Anda. Histamin adalah bahan
kimia kuat yang dapat memengaruhi sistem pernafasan, saluran
pencernaan, kulit atau sistem kardiovaskuler. Sebagai akibat respon ini,
gejala alergi makanan terjadi. Gejala yang Anda rasakan tergatung pada
bagian tubuh mana histamin dilepaskan. Jika dilepaskan ditelinga, hidung
dan tenggorokan. Anda mungkin merasakan hidung dan mulut gatal, atau
kesulitan bernafas atau menelan. Jika histamin dilepaskan dikulit, Anda
dapat mengembangkan gatal-galal atau ruam. Jika histamin dilepaskan
disaluran pencernaan, Anda mungkin akan mengembangkan sakit perut,
kram, atau diare. Banyak orang yang mengalami kombinasi gejala-gejala
tersebut. Kita tidak tahu mengapa beberapa makanan dapat menyebabkan
alergi dan yang lainnya tidak, tapi kemungkinannya adalah karena
beberapa protein yang terdapat dalam virus dan bakteri. Oleh karena itu,
alergi biasanya adalah kecenderungan genetik dimana sistem kekebalan
tubuh seseorang tidak mampu membedakan protein makanan dengan
virus atau bakteri. Dalam dekade terakhir ini salah satu penyakit noninfeksi
dan nondegeneratif yang banyak memberi masalah terhadap kehidupan
manusia dan yang cukup bermakna jumlahnya adalah alergi makanan.
Oleh karena itu masalah alergi makanan ini tidak boleh dianggap remeh
karena penanganannya cukup membutuhkan kesabaran dan ketelitian baik
oleh penderita dan tenaga medis. Makalah ini membahas terjadinya alergi
makanan, jenis-jenis makanan yang berpotensi sebagai allergen, dan bisa
bermanfaat untuk menambah pengetahuan terhadap penderita alergi
makanan.

2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas penulis dapat merumuskan masalah sebagai


berikut:

1. Apa pengertian alergi ?


2. Bagaimana patogenesis alergi ?
3. Makanan apa yang menyebabkan alergi ?
4. Apa faktor-faktor risiko alergi makanan ?
5. Apa bahan makanan yang menyebabkan alergi ?
6. Bagaimana diet untuk menetapkan diagnosa ?
7. Bagaimana terapi yang diberikan pada penderita alergi ?

3. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian alergi


2. Mengetahui patogenesis alergi
3. Mengetahui makanan apa yang menyebabkan alergi
4. Mengetahui faktor-faktor risiko alergi makanan
5. Mengetahui bahan makanan yang menyebabkan alergi
6. Mengetahui diit untuk menetapkan diagnosa
7. Mengetahui terapi yang diberikan pada penderita alergi

4. Manfaat Penulisan

1. Memahami dan mengerti pengertian alergi


2. Memahami dan mengerti patogenesis alergi
3. Memahami dan mengerti makanan apa yang menyebabkan alergi
4. Memahami dan mengerti faktor-faktor risiko alergi makanan
5. Memahami dan mengerti bahan makanan yang menyebabkan alergi
6. Memahami dan mengerti diit untuk menetapkan diagnosa
7. Memahami dan mengerti terapi yang diberikan pada penderita alergi
Tinjauan Teori

1. Definisi ilmu gizi

Ilmu gizi adalah ilmu dan seni yang berkaitan dengan seluk beluk makanan
dalam hubungannya dengan kesehatan tubuh manusia. Menurut Kamus
Gizi Indonesia yang dikeluarkan oleh persatuaan Ahli Gizi Indonesia
(PERSAGI), 2009 ilmu gizi adalah ilmu pengetahuan yang membahas sifat-
sifat gizi yang terkandung dalam makanan, pengaturan metabolismenya
serta akibat yang timbul bila terdapat kekurangan atau kekurangan zat gizi.

2. Fungsi makanan

Pada dasarnya makanan yang kita makan berfungsi untuk melangsungkan


kehidupan manusia. Kelangsungan hidup manusia tidak terlepas dari 3 hal
yaitu bergerak, tumbuh dan mengatur aktititas kehidupan,. Beberapa pakar
gizi mengelompokkan fungsi makanan tersebut menjadi 3 yaitu sebagai zat
energi atau zat tenaga, zat pembangun dan mengatur, zat gizi yang
termasuk dalam ketuga kelompok yaitu:

1. Kelompok zat tenaga adalah karbohidrat, lemak dan protein.


2. Kelompok zat pembangun adalah protein, vitamin, dan mineral.
3. Kelompok zat pengatur adalah vitamin dan mineral
3. Pengelompokan Zat Gizi

Menurut Depkes, 1995 pengelompokan makanan dapat dibedakan


beberapa macam yaitu:

1. Berdasarkan cara internasional dikelompokan menjadi 10 macam yaitu:

1. Serelia dan umbi-umbian


2. Biji-bijian dan kacang-kacangan
3. Sayur-sayuran
4. Buah-buahan
5. Daging
6. Telur
7. Ikan, kerang dan udang
8. Susu
9. Lemak dan minyak
10. Serba-serbi
2. Berdasarkan Buku Komposisi Zat Gizi Makanan ASEAN (ASEAN FOOD
COMPOSITION TABLES).
Pengelompokan bahan makanan bertujuan keharmonisan (keselarasan)
penyajian di Wilayah Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN)
pengelompokan itu berdasar penggunanya misalnya buah kelor maka
termasuk kelompok sayuran, atau ada juga menurut kelompok besarnya
misalnya gulai ikan walaupun banyak bahan yang dicampurkan
dikelompokan ikan, karena bagian terbesar adalah ikan.

5. Definisi Alergi

Alergi adalah reaksi terhadap alergen dari substansi yang mengakibatkan


reaksi sensitivitas.

1. Ilmu diit/dietetika adalah cabang ilmu gizi yang mengatur pemberian


makanan seseorang/keluarga, sehat/sakit dengan memperhatikan syarat zat
gizi dan sosial ekonomi.
2. Gizi/nutrisi : makanan dan zat gizi dalam makanan yang berguna bagi
kesehatan.
3. Zat gizi/nutrien: zat zat makanan yang terkandung dalam suatu bahan
pangan yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh.
4. Untuk apa kita makan? Makan harus dapat memenuhi kebutuhan fisik
(memberi rasa kenyang) dan kimia (memenuhi kebutuhan nutrien) biologis
(memberikan rasa puas).
5. Makanan adalah bahan selain obat yang jika dimakan, dicerna, diserap oleh
tubuh akan berguna bagi tubuh.
6. Fungsi makanan
² Memperoleh energi untuk aktifitas

² Pertumbuhan dan perkembangan

² Perbaikan kerusakan jaringan

² Menjaga dan mempertahankan kesehatan

1. Yang dimaksud dengan diit adalah


² Makanan sehari-hari

² Makanan yang dimakan dengan aturan tertentu

² Makanan yang ditentukan macam dan jumlahnya untuk memenuhi


kebutuhan gizi dengan kepentingan penyakit tertentu.
1. Ilmu dan seni yang mengatur mulai dari perencanaan sampai dengan
penyajian sesuai prinsip gizi dan manajemen.
2. Untuk memperoleh status gizi yang optimal hendaknya makan dengan
pedoman diit seimbang dan bervariasi (beraneka ragam makanan).
3. Diit seimbang dapat diartikan sebagai jumlah semua nutrisi (karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral).
4. Sedangkan status gizi yang baik adalah Status kesehatan yang dihasilkan
dari keseimbangan intake kebutuhan. Parameter status gizi dapat dilakukan
dengan pengukuran antropometri, pemeriksaan biokimia dan anamnesa
riwayat gizi.
5. Tujuan diit sendiri adalah mencapai, memperbaiki, dan mempertahankan
kesehatan tubuh melalui konsumsi makanan.
6. Terapi diit adalah bagian dari dietetika yang bertujuan untuk proses
penyembuhan.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Alergi Makanan

Pengertian alergi makanan mencakup tentang reaksi imunologik terhadap


makanan atau bahan pelengkap makanan, bukan disebabkan karena efek
fisiologik dari substansinya. Sedangkan intoleransi makanan bertalian
dengan semua jenis reaksi fisiologis yang abnormal terhadap makanan
atau bahan pelengkap makanan; jadi bersifat non-imunologik (Anderson,
1986). Reaksi idiosinkratik (misalnya intoleransi laktosa), keracunan
makanan dan dan reaksi farmakologik (misalnya terhadap kafein, tiramin).
Alergi makanan merupakan bagian dari reaksi hipersensitivitas
gastrointestinal umum, yakni hiperresponsivitas imunologik terhadap
antigen spesifik, yang dapat berasal dari makanan sehari-hari atau
mikroorganisma patogen maupun produknya, atau terhadap antigen.
Umumnya, paparan ulang oleh substansi antigenik atau analgenil akan
meninggikan respon imun sekunder yang bersifat spesifik. Pada kasus
hipersensitivitas atau alergi, terjadi reaksi imun yang berlebihan yang justru
menimbulkan kerusakan jaringan atau gangguan fungsional didalam tubuh.

Analfilaksis adalah reaksi akut yang ditandai oleh pemunculan biduren


yang cepat dan progresif serta gangguan pernafasan. Reaksi yang parah
dapat mendorong kelumpuhan vaskuler yang dapat menyebabkan syok
sistemik dan kadang-kadang kematian.

² Penyebab Analfilaksis
Reaksi analfilaksis disebabkan memakan makanan atau terkena secara
sistemik obat-obatan yang peka atau substansi lainya. Substansi-substansi
ini termasuk serum (biasanya serum kuda), vaksin, ekstrak allergen, enzim,
hormon, penicilin dan antibiotik lain, sulfonamides, anastesis lokal, salisilat,
polisakarida, kimia diagnostik (seperti penculup kontras radiografis),
makanan (legum, kacang-kacangan, beri, seafood, dan albumin telur), dan
aditif makanan mengandung sulfit, venom serangga,(lebah madu, ngengat,
hornet, yellow jackets, semut api, nyamuk, dan laba-laba) dan kadang-
kadang, kista hidatid. Reaksi analfilaksis memerlukan sensitasi
sebelumnya atau terkena substansi tertentu yang menyebabkan reaksi
alergi (antigen). Yang menghasilkan produksi antibodi imunoglobulin E
tertentu oleh sel plasma. Produksi antibodi ini terjadi dalam limfnodus dan
diperkuat dengan pertolongan sel-sel T. Antibodi ini kemudian bersatu
dengan reseptor membran dalam sel-sel mast (ditemukan diseluruh
jaringan terkait). Bila terjadi pengulangan, antigen bersatu dengan antibodi
imunoglobulin E dan reseptornya, menyebabkan serangkain reaksi selular
yang mencetuskan degranulasi. Pelepasan mediator kimiawi yang kuat dari
penyimpangan sel sel mast. Imunoglobulin G atau M memasuki reaksi
yang mengaktifkan pelepasan fraksi komplemen. Pada saat bersamaan,
dua kimia mediator lainnya (bradykinin dan leukotrienes) mendorong
lumpuhnya sel-sel darah dengan kontraksi yang dirangsang sekelompok
otot halus dan dengan permeabilitas sel-sel darah yang meningkat.
Sebaliknya, permeabilitas yang meningkat menurunkan resistensi periferal
dan kebocoran plasma dari sirkulasi menuju jaringan ekstravaskuler yang
menurunkan volume darah, menyebabkan rendah tekanan darah, syok dan
gagal jantung.

² Gejala Gejala Analfilaktik

Reaksi analfilaksis menghasilkan gangguan fisik dalam beberapa detik


atau menit setelah terkena alergen; reaksi tertunda atau persisten dapat
terjadi hingga 24 jam. Tingkat keparahan reaksi secara bertentangan
terkait dengan interval antara saat terkena alergen dan awal dari gejala.
Biasanya gejala pertama meliputi perasaan takut, lemah, berkeringat,
bersin, nafas tersengal, hidung gatal, biduren, dan angioderma yang diikuti
dengan gejala yang cepat pada satu atau lebih organ-organ target. Gejala
kardiovaskuler termasuk tekanan darah rendah, syok, dan kadang-kadang
detak jantung tidak teratur, yang bila tidak diobati dapat menyebabkan
kegagalan sirkulasi. Gejala pernafasan dapat terjadi dalam tingkatan mana
pun pada alat pernafasan dan umumnya termasuk pembengkakan mukosa
hidung, pengeluaran dari hidung berbentuk cairan, gatal, kongesti nasal,
dan serangan bersin mendadak. Tanda-tanda awal kegagalan pernafasan
akut, yang dapat menjadi fatal, termasuk pembengkakan pada alat
pernafasan sebelah atas yang merusak tenggorokan dan laring, dengan
suara serak, stridor (suara pernafasan yang kasar dan melengking) dan
nafas yang tersengal-sengal. Gejala gastrointestinal dan genitourinal
meliputi kejang perut yang parah, mual, diare, dan selalu ingin buang air
kecil serta tertahan-tahan.

2. Patogenesis Alergi

A. Inisiasi Sensitivitas

Pencernaan manusia memproses 100 ton makanan. Ini disebabkan karena


usus mempunyai sistem pertahanan yang unik untuk mengatasi reaksi
imunologik terhadap sejumlah besar makanan yang justu dapat
membahayakan tubuh (Crowe & Perdue, 1992). Selain dilapisi dengan
epitelium yang bertindak sebagai barier fisik, mukosa usus mempunyai
berbagai faktor protektif seprti asam lambung dan enzim proteolitik.
Disamping itu, motilitas usus serta produksi mucus dapat mengurangi
adanya kontak mucosal dengan substansi antigenic didalam lumen.
Sensitisasi gastrointestinal dapat terjadi karena kenaikan permeabilitas
mukosa usus yang disebabkan oleh berbagai faktor penyebab. Pada
neonatus, sensitisasi timbul bila alergen makanan epitelium usus bayi baru
lahir tersebut belum mengalami “penutupan” (closure) sempurna, sehingga
makromolekul intak atau yang hanya sebagian mengalami digesti akan
dengan mudah masuk kesirkulasi darah. Pada anak besar atau dewasa,
sensitasi akan muncul bila permeabilitas mucosa naik karena infeksi virus,
bakteri, jamur, parasit atau sebab-sebab non-infeksius, termasuk penyakit
peradangan yang tidak diketahui penyebabnya dengan pasti, seperti kolitis
ulserativa dan gastroenteritis oesinofilik. Toksin dan mikroorganisme
mampu mengubah permeabilitas mucosal dan meninggikan respon imun
terhadap protein atau antigen yang tidak terkait (unrelated antigens)
melalui efek mitogenik atau (adjuvant-like) (Stokea et al.,1983). Produksi
IgA lokal dapat berperan melindungi reaksi alergi makanan, dengan cara
memblok pengambilan antigen dari lumen. Selain itu, sel T suppresor atau
CD8+ yang terdapat pada epitelium (limfosit intraepithelial, IEL) berperan
dalam mekanisme imunotoleransi (toleransi oral). Terbukti bahwa defek
fungsi sel T suppresor akan menghambat induksi toleransi, dan sekaligus
menaikkan respon imun berlebihan terhadap antigen dari makanan atau
bakteri, sehingga timbul reaksi hipersensitivitas atau alergi. Umumnya
substansi protein dengan berat molekul antara 10.000 sampai 70.000 D
bersifat antigenic.
B. Mekanisme Hipersensitivitas: Peran IgE

Sel penyaji antigen (antigen presenting cell, APC), yaitu makrofag atau sel
dendritik yang mempunyai ekspresi molekul MHC klas II atau antigen Ia
pada membran selnya. Presentasi antigen kepada sel T, khususnya CD4.
Sensitasi oleh antigen atau allergen dari makanan akan menginduksi
produksi IgE. Aktivasi kompleks imun atau respon imun lambat diperantarai
sel T (Lee et al.,1988). Sensitasi antigen dengan dosis rendah akan
memacu produksi IgE, sedangkan dosis tinggi justru menyebabkan
toleransi. Sintesis IgE dikontrol oleh aktivitas sel Th, khususnya dari fenotip
Th2, dan dipengaruhi oleh adanya keseimbangan antara sinyal dari
interleukin -4 (IL-4) dan interferon (IFN-)(Romagnani, 1992; Holt, 1994). Sel
T ini mengontrol sintesis IgE in vitro oleh sel limfosit B sama seperti pada
sistem murin. Manusia murin (mencit) in vitro menunjukkan bahwa sitokin
tersebut dapat pula dihasilkan oleh sel fagosit monomuklear, IFN-γ oleh sel
natural killer (NK) dan oleh sel T CD8+ (MHC class I-restricted) akan
menghambat sintesis IgE (down regulation) melalui aktivitas sel Th1.
Sebaliknya, kadar IFN-γ rendah disertai adanya sinyal IL-4 memacu
produksi IgE (up regulation) via aktivitas sel Th2. Pada rodensia (tikus),
kondisi khusus yang menentukan sintesis Ab ke arah isotipe IgE adalah
faktor inang (host) yakni genetic dan umur binatang, faktor lain yang
berkaitan dengan antigen ialah dosis, rute pemberian dan penggunaan
ajuvan (adjuvants). Tikus galur Hooded-Lieter dalam status normal memiliki
kadar IgE yang tinggi misalnya Sprague-Dawley (low responder). Stimulasi
IgE pada rodensia ini umumnya terjadi bila sensitasi antigenic diberikan
lewat jalur parental, intravenous, intraperitoneal, intradermal atau subkutan.
Limfosit B menghasilkan IgE setelah mengalami stimulasi oleh antigen
luminal. Produksi IgE lokal dimukosa usus mungkin saja terjadi, tetapi
jumlahnya sedikit, karena sel B + IgE disitu jumlahnya 2 % dari sel-sel
penghasil Ig total, sekali diproduksi molekul IgE yang bersirkulasi akan
melekat pada reseptor membran pada mastosit atau basofil.

C. Peran Mastosit (Sel Mast, SM) dan Eosinofil

Reaksi makanan timbul karena antibody reaginik, yakni IgE dan atau IgG4
(manusia) yang menempel pada membran mastosit terpapar ulang dengan
antigen (Ag). Mastosit atau sel mast (SM) adalah granulosit yang sangat
heterogen. Heterogenitas SM dijumpai tidak saja inter-spesies, tetapi juga
intra-spesies (McKay & Bienenstock, 1994). Pada manusia SM terdapat
pada lamina propia dan lapisan sub-mukosa. SM paling banyak dijumpai
pada lamina propia halus (densitas:11.000mmᵌ). SM dapat diaktifkan via
IgE-ikatan bersifat tidak bergantung ab (ab-independent).

3. Makanan Penyebab Alergi

Jumlah jenis makanan yang sering menimbulkan reaksi alergi dengan


perantara IgE tidak banyak. Pada anak-anak, makanan yang bersifat
alergenik misalnya telur, susu, kacang, ikan dan udang. Pada orang
dewasa reaksi hipersensitivitas gastrointestinal selain oleh karena allergen
tersebut, juga bisa timbul karena makanan gandum (Metcalfe,1994).

Gejala klinis alergi makanan yang paling dikenal adalah gangguan pada
kulit, diikuti saluran pencernaan, dan hanya sebagian kecil yang
mengetahui bahwa alergi makanan dapat menimbulkan gejala pada
saluran pernafasan. Kejadian alergi makanan atau reaksi yang merugikan
terhadap makanan disebabkan karena perubahan lingkungan, perubahan
gaya hidup, perubahan pola makan, dan perubahan proses produksi dan
pengawetan makanan.

Ada beberapa definisi yang perlu disampaikan untuk membedakan


beberapa macam reaksi yang merugikan terhadap makanan

l Food intolerance/ food sensitivity yaitu reaksi terhadap makanan yang


dapat berulang, tidak mengenakkan, buka psikologis dengan latar
belakang bukan imunologis, misalnya defisiensi enzim (defisiensi laktase),
farmakologis (reaksi tehadap kafein), pelepasan histamin non iminologis
(biasa makanan sejenis kerang), serta iritasi langsung (oleh isi lambung
pada esophagus sehingga terjadi esofagitis).

l Food allergy/ food hypersensitivity yaitu reaksi terhadap makanan yang


dapat berulang, mempunyai latar belakang reaksi imunologis yang
abnormal.

l Food aversion (psychologically based food reaction) yaitu reaksi terhadap


makanan, tidak mengenakkan, karena faktor psikologis atau reaksi emosi
terhadap makanan, sehingga kalau yang bersangkutan tidak mengetahui
kalau makan makanan tersebut reaksi tidak timbul.
l Psychosocial and neurologic dysfunction yaitu interaksi makanan-otak
pada pasien dengan kelainan psikologis dan neurologis seperti epilepsi,
migrain, attension deficit with hyperactivity.

4. Faktor Risiko Alergi Makanan

Alergi makanan mempunyai faktor-faktor risiko di antaranya ialah: umur,


jenis kelamin, pola makan, dan jenis makana awal yang diberikan.

5. Bahan Makanan Penyebab Alergi

Bahan makanan lain yang sering menimbulkan alergi adalah: telur, susu,
ikan, kerang, kacang-kacangan, gandum, cokelat, ragi, tomat dan jeruk.
Seseorang dapat menjadi alergi makanan, terdiri dari faktor-faktor yang
menyebabkan timbulnya alergi makanan, terdiri dari faktor generik (orang
tuanya atopi, anaknya dengan HLA,BB), imaturitas usus (perlindungan
mekanik, kimiawi, asam lambung enzim dan imunologik) dan pajanan
alergen yang merangsang timbulnya IgE spesifik. Gejala yang tampak
kelihatannya sangat tergantung pada organ sasaran yang kena; seperti
saluran cerna (gatal bibir, mulut, sembab oada tenggorok, muntah, nyeri
perut, kembung, mencret, perdarahan usus. Cow milk protein enterophaty,
infantile colitis, inflammatory bowel disease, gagal tumbuh, animea difisiensi
besi, saluran nafas (rinitis, asma, batuk kronik berulang). Kulit (urtikaria,
sembab quincke, dermatitis atopik, dan seboroik), kardiovaskuler
(anafilaktik yang diinduksi makanan, dan yang diinduksi latihan yang
bergantung pada makanan), Tension-Fatigue Syndrome, susunan saraf pusat
(hiperaktivitas dan migraine).
Pengolahan penderita lebih banyak ditekankan agar orangtua anak
mengetahui adanya makanan pengganti sehingga anak tidak mengalami
kekurangan gizi. Oleh karena alergi makanan tidak bisa disembuhkan,
maka tujuan memberikan diit pada penderita alergi makanan agar :

1) Anak dapat makanan secukupnya tanpa menimbulkan gejala alergi,


meringankan intensitas serangan, mengurangi frekuensi serangan,
membatasi penggunaan obat.

2) Anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.


Persyaratan diit bagi penderita alergi makanan menurut Persatuan Ahli Gizi
Indonesia adalah :

1) Cukup energi, protein, mineral dan vitamin.

2) Tidak menggunakan bahan makanan yang disangka menimbulkan


alergi atau sejenisnya.

Untuk mencegah timbulnya manifestasi alergi dikenal 2 cara yakni dengan


tidak makan makanan yang diketahui menyebabkan alergi, dan melakukan
desensitisasi terhadap bahan makanan tersebut. Bila diit tidak bisa
dilaksanakan dengan baik, maka harus kembali memberikan terapi
simtomatis.

6. Cara desensitasi hanya dilakukan untuk menetapkan diagnosis; yaitu


dengan diet eliminasi dan provokasi.

Teknik Pelaksanan:

1) Diit eliminasi:

Sebanyak mungkin menggunakan bahan makanan yang jarang


menimbulkan alergi (hipoalergenik), menghindari makanan yang sering
menimbulkan alergi, macam makanan sesedikit mungkin. Cara ini
dipertahankan sampai gejala alergi hilang cukup lama; kemudian secara
berangsur diberikan makanan yang diketahui menimbulkan alergi tersebut
dan memperhatikan gejala yang timbul.

Makanan yang ditambahkan dan gejala yang timbul dicatat, sehingga


dapat diketahui jenis makanan mana sebagai penyebab alergi.

Macam-macam diit eliminasi: Diit bebas Serelia, Diit bebas Serelia Bebas
Buah, Diit bebes zat Pewarna dan Pengawet.

1. Diit Bebas Serelia:


yang dihindari pada diit ini semu aseselia, susu, telur, daging sapi, daging
babi, ikan dan beberapa sayur serta buah. Bila tidak terdapat alergi maka
secara berangsur ditambah sayur dan buah. Bila tidak terdapat gejala
dalam waktu 2-5 hari ditambah jenis gandum; sedangkan telur dan susu
diberikan terakhir. Berikan vitamin dan mineral pada penderita selama tes.

Bahan Makanan Yang Boleh Diberikan:

v Sumber zat tenaga: kentang, tapioka, ubi, singkong, dan hasil


olahannya; gula pasir, minyak kelapa, kedelai dan wijen; margarin.

v Sumber zat pembangun: ayam, hati ayam, kambing, hati kambing,


kacang hijau, kacang merah, kedelai, susu kedelai, tahu, dan tempe.

v Sember yang pengatur: asparagus, bayam, labu, kacang panjang,


buncis, kacang polong, kecipir, tomat, wortel, jeruk peach, pir, dan nanas.

v Minumman sari buah: jeruk, nanas, tomat, susu kedelai.

v Bumbu: cuka, garam, soda kue dan vanili.

b. Diit Bebas Serelia dan Bebas Buah:

Yang dihindari pada diit ini sama dengan diit bebas serelia diatas, buah
dan aroma.

c. Diit Bebas Zat Pewarna dan Pengawet:

Hindari makanan dan minuman yang mengandung zatpewarna dan


pengawet; obat tablet, sirup, pasta gigi, pastiles, vitamin dengan pewarna
(merah, oranye, hijau dsb) dan aroma sintetis. Zat pengawet yang harus
dihindari adalah: sendawa, natrium bensoat, natrium sali silat yang
digunakan dalam minuman dan makanan.

2. Diit Provokasi:
Bila diit eliminasi tidak berhasil menemukan penyebab alergi. Maka diit
provokasi yang diberikan. Diit ini kemungkinan menyebabkan alergi yang
lebih tinggi seperti ikan, udang, telur, dan susu. Bahan makanan tersebut
diberikan 2-4 hari; bila timbul gejala alergi, maka makanan tersebutlah
penyebabnya.

Cara diit eliminasi pada alergi makanan yang lain menurut Pranata, seperti
pada bagan yang dijelaskan berikut ini:

1. Eliminasi bahan makanan yang dicurigai melalui anamnesis dan uji klinik.
2. Eliminasi bahan makanan yang sering menimbulkan alergi, yakni BSTIK
(buah,susu sapi, telur dan ayam, ikan dan udang/kepiting/kerang/cumi-cumi
serta kacang-kacangan.
3. Diit minimal satu terdiri dari bahan makanan yang hipoalergik: beras, sapi,
tahu/tempe, wortel/bayam/kentang dan bawang, kelapa/ minyak goreng,
bumbu gula/garam/kecap dan pala.
4. Diit minimal dua: diit yang berlainan dengan diit mininal satu.
5. Diit eliminasi berlangsung 3 minggu.
6. Provokasi: satu bahan makanan setiap hari selama 1 minggu.
Bila alergen telah ditemukan hindari sebaik mungkin, bila diit tidak dapat
dilaksanakan beri pengobatan simtomatis seperti pada penyakit alergi
lainnya; dan usahakan mencari makanan pengganti untuk makanan yang
telah disingkirkan.

Bahan Makanan Yang Dapat Menimbulkan Alergi

Golongan Bahan Makanan

Sumber zat tenaga

a. serelia Beras, cantel, gandum, havermut, jagung

b. kentang Kentang, cabe, paprika, terong, tomat

Sumber zat pembangun

a. Sapi Daging sapi, susu sapi


Ayam, burung dara, kalkun, itik dan telur
b. Unggas hewan tersebut.

c. Ikan Ikan tawar, ikan laut

d. Kerang-kerangan Abalon, cumi, kerang, keong

e. Udang Kepiting, rajungan, udang

Belut, kodok, kura-kura, penyu, telur penyu,


f. Reptilia ular

Kacang tanah, kacang polong, kedelai & hasil


g. Kacang-kacangan olahan, kacang merah, kacang buncis, kecipir.

Sumber zat pengatur

aster Adweni, biji bunga matahari, daun slada

bit Bayam,bit

bawang Asparagus, bawang merah, bawang putih

kapang Jamur, ragi

labu Ketimun, labu kuning, labu air, semangka

palem Kelapa, kurma

peterseli Peterseli, seledri, wortel

Brokoli, kembang kol, lobak, radis, sawi, selada


Sawi air.

avokad avokad

anggur Anggur, kismis

apel Apel, pir


jeruk Semua macam jeruk

strawberi Murbei, strawberi

Kayu manis Kayu manis, daun salam

Lain-lain:

cokelat Kakoa, cokelat, kola

jahe Kunyit, laos, jahe

Rencana Makanan Tambahan yang Dianjurkan pada Bayi dengan Risiko


Alergi

Umur Makanan

0-6 bulan Eksklusif ASI, beri ASI setiap diperlukan

Sayur umbi-umbian dan buah bukan jeruk


Sayur lain dan sereal (kecuali gandum)

ASI tetap diberikan


6-8 bulan

Gandum
Buah jeruk

Daging (sapi dan ayam pilih terakhir)

ASI tetap diberikan


8-10 bulan

Susu sapi dan hasil olahannya


Ikan
10-12 bulan
Telur

7. Terapi

Obat antihistamin dapat diberikan, meskipun oba-obatan ini biasanya


menyebabkan sedasi, mulut kering, pusing, pandangan kabur, dan
kegelisahan. Antihistamin terbaru, seperti seldane, memiliki efek samping
yang lebih sedikit dan kurang menyebabkan sedasi. Meskipun demikian,
kelebihan dosis dari obat-obatan ini menyebabkan detak jantung yang tidak
teratur. Beberapa penderita merasa berkurang penyakitnya dengan
menggunakan steroid intranasal yang dihirup, yang mengurangi radang
tanpa menyebabkan efek samping sistematik seperti antihistamin.
Kortikosteroid intranasal yang paling umum digunakan adalah Nasalide,
Beconase, dan Vancenase. Namun, selama serangan alergi akut, obat-
obatan ini tidak membantu. Untuk serangan ini dapat digunakan
dekongestan nasala dan antihistamin oral. Imunoterapi merupakan
pengobatan yang bertujuan mengendalikan gejala alergi dengan
menghilangkan alergen. Imunoterapi untuk mengendalikan alergi jangka
panjang, dokter akan menyarankan imunoterapi. Dalam pengobatan ini,
penderita menerima alergen penyebab dalam dosis besar dan bertambah
banyak secara perlahan untuk secara bertahap mengembangkan imunitas.
Penatalaksanana alergi makanan yang terutama adalah menghindari
makanan penyebab. Prosedur menghindari makanan tersebut tampaknya
merupakan suatu hal yang mudah, tetapi pada prakteknya merupakan
masalah yang cukup penting, baik dari segi nutrisi maupun psikologis.
Berdasarkan adanya kemungkinan resolusi spontan alergi makanan, cara
yang cukup baik adalah melakukan tantangan makanan oral dengan
interval teratur untuk konfirmasi apakah reaksi makanan yang merugikan
tersebut persisten. Terapi seperti antihistamin H1 dan H2, ketotifen,
kortikosteroid dan inhibitor lekotrien digunakan untuk mencoba
memodifikasi gejala alergi makanan. Antihistamin dapat menutupi gejala
sindrom alergi oral dan dejala kulit yang dihantarkan IgE, tetapi secara
keseluruhan mempunyai kemanjuran minimal. Kortikosteroid oral efektif
pada pengobatan kelainan kronis yang dihantarkan IgE atau kelainan
gastrointestinal yang tidak dihantarkan IgE tetapi efek samping steroid
pada umumnya tidak dapat diterima.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :
Alergi makanan banyajk terjadi pada anak-anak terutama tahun-tahun
pertama kehidupan hanya sebagian kecil pada orang dewasa. Proses
imunologis dan non-imunologis bekerja sendiri maupun bersama-sama
untuk menangani antigen makanan yang masuk kedalam usus halus.
Manifestasi pada kulit dapat terjadi melalui mekanisme yang dihantarkan
maupun yang tidak dihantarkan oleh IgE, terutama urtikaria dan dermatitis
atopik. Diagnosa alergi makanan dapat ditegakkan berdasarkan evaluasi
riwayat medis, pemeriksaan klinis, tes kulit, studi laboratorium, diet
eliminasi dan tantangan makanan oral. Penatalaksanaan utama alergi
makanan adalah dengan menghindari makanan penyebab.

Saran :
1. Diharapkan bagi petugas kesehatan untuk dapat terus meningkatkan
pendidikan kesehatan berupa penyuluhan kepada masyarakat dengan
tujuan meningkatkan pengetahuan khususnya mengenai alergi.
2. Bagi masyarakat khususnya penderita alergi dapat dengan rutin dan
rajin mengikuti terapi pengobatan yang dilaksanakan oleh petugas
kesehatan dengan harapan dapat segera menanggulangi alergi yang
terjadi

DAFTAR PUSTAKA

1. Purwitasari, Desi dan Dwi Maryanti.2009.Buku Ajar Gizi Dalam Kesehatan


Reproduksi.Yogyakarta;Nuha Medika.
2. Pujiastuti, Nurul,et al.2013.Ilmu Gizi Untuk Praktisi
Kesehatan.Yogyakarta;Graha Ilmu.
3. Cooper,Robert.B et,al.1996.Yang Perlu Anda Ketahui DISEASES
Penyakit.Jakarta;Gramedia.
4. Djuffrie,Moh.2001.Alergi Makanan.Yogyakarta;Gadjah Mada University
Press.
5. http://health.detik.com/read/2013/05/15/095431/2246205/775/9/8-makanan-
yang-paling-sering-picu-alergi diakses 28 Maret 2014.
6. Suandi,IKG.1999.Diit Pada Anak Sakit.Jakarta;Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Anda mungkin juga menyukai