Anda di halaman 1dari 18

Bagian 1

1. Macam-macam air

Untuk keperluan air minum, rumah tangga, dan industri, secara umum
dapat digunakan sumber air yang berasal dari air sungai, mata air, danau, sumur,
dan air hujan yang telah dihilangkan zat-zat kimianya, gas beracun, atau
kuman-kuman yang berbahaya bagi kesehatan. Sumber air yang dapat kita
manfaatkan pada dasarnya digolongkan sebagai berikut :

1. Air Hujan

Air hujan merupakan penyubliman awan/uap air menjadi air murni yang
ketika turun dan melalui udara akan melalui benda-benda yang terdapat di
udara, diantara benda-benda yang terlarut dari udara tersebut adalah: gas O2,
CO2, N2, juga zat-zat renik dan debu. Dalam keadaan murni, air hujan sangat
bersih, tetapi setelah mencapai permukaan bumi, air hujan tidak murni lagi
karena ada pengotoran udara yang disebabkan oleh pengotoran industri/debu
dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air
minum hendaklah menampung air hujan terlebih dahulu jangan pada saat hujan
mulai turun karena masih banyak mengandung kotoran (Sutrisno, 1996).

2. Air Permukaan

Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi.


Pada umumnya air permukaan ini akan mengalami pengotoran selama
pengaliran. Dibandingkan dengan sumber lain air permukaan merupakan
sumber air yang tercemar berat. Keadaan ini terutama berlaku bagi tempat-
tempat yang dekat dengan tempat tinggal penduduk. Hampir semua sisa
kegiatan manusia yang menggunakan air atau dicuci dengan air, pada waktunya
akan dibuang ke dalam air permukaan. Disamping manusia, flora dan fauna
juga turut mengambil bagian dalam mengotori air permukaan, misalnya batang-
batang kayu, daun-daun, tinja dan lain-lain.

3. Air Tanah

Jumlah air di bumi relatif konstan, tetapi air tidak diam, melainkan
bersirkulasi akibat pengaruh cuaca sehingga terjadi suatu siklus yaitu siklus
hidrologi. Pada proses tersebut air hujan jatuh ke permukaan bumi. Air hujan
tersebut ada yang mengalir masuk ke permukaan (mengalami run off) dan ada
juga yang meresap ke dalam tanah (mengalami perkolasi) sehingga menjadi air
tanah baik yang dangkal maupun yang dalam Air tanah mengalami proses
filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di
dalam perjalanannya ke bawah tanah membuat air tanah menjadi lebih baik dan
lebih murni dibandingkan dengan air permukaan. Secara praktis air tanah
adalah air bebas polutan karena berada di bawah permukaan tanah. Tetapi tidak
menutup kemungkinan bahwa air tanah dapat tercemar oleh zat-zat yang
mengganggu kesehatan (Slamet, 2009).

4. Air Minum

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Semua air yang bersifat alami maupun yang telah mengalami proses tertentu
misalnya desalinasi pada air laut yang memenuhi standar air minum yang telah
ditetapkan ada beberapa jenis air minum dan standar air minum yang dapat
dijadikan acuan dalam menetapkan mutu air minum. Jenis air minum antara
lain yaitu air minum alami dan air minum proses. Produk impor (produk luar
negri yang masuk ke Indonesia) menggunakan aturan Codex Alimentarius
Commision (CAC) tahun 1996, yaitu air mineral alami. Definisi air mineral
alami adalah air yang dapat jelas dibedakan dari air minum biasa karena
kandungan garam-garam mineralnya (trace elements) lebih tinggi, karena
diperoleh langsung dari alam. Dalam SNI 01-3553-1996 (Dewan Standar
Nasional-DSN), AMDK di definisikan sebagai air yang telah diperoses,
dikemas dan aman diminum.

2. Parameter Uji Fisik

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 tahun 2010 tentang


persyaratan kualitas air minum menyatakan bahwa air yang layak
dikonsumsi dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah air yang
mempunyai kualitas yang baik sebagai sumber air minum maupun air
baku (air bersih), antara lain harus memenuhi persyaratan secara fisik,
tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh, serta tidak berwarna. Adapun
parameter uji mutu fisik diantaranya :

1. Suhu

Suhu merupakan salah satu parameter air yang sering diukur karena
kegunaannya dalam mempelajari proses fisika, kimia dan biologi. Suhu
air berubah-ubah terhadap keadaan ruang dan waktu. Temperatur air
akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air tersebut dan dapat
pula mempengaruhi reaksi kimia dalam pengolahannya terutama
apabila temperatur sangat tingg (Romimohtarto, 1985).

2.. Bau dan Rasa

Bau dan rasa biasanya terjadi secara bersamaan dan biasanya


disebabkan oleh adanya bahan-bahan organik yang membusuk, tipetipe
tertentu organism mikroskopik, serta persenyawaan-persenyawaan
kimia seperti phenol. Bahan–bahan yang menyebabkan bau dan rasa ini
berasal dari berbagai sumber. Intensitas bau dan rasa dapat meningkat
bila terdapat klorinasi. Karena pengukuran bau dan rasa ini tergantung
pada reaksi individu maka hasil yang dilaporkan tidak mutlak. Untuk
standard air minum dan air bersih diharapkan air tidak berbau dan tidak
berasa.

3. Kekeruhan

Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak


partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang
berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini
meliputi tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik yang tersebar dari
partikel-partikel kecil yang tersuspensi. Kekeruhan pada air merupakan
satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penyediaan air bagi umum,
mengingat bahwa kekeruhan tersebut akan mengurangi segi estetika,
menyulitkan dalam usaha penyaringan, dan akan mengurangi
efektivitas usaha desinfeksi.

4. Warna

Warna di dalam air terbagi dua, yakni warna semu (apparent color)
adalah warna yang disebabkan oleh partikel-partikel penyebab
kekeruhan (tanah, pasir, dll), partikel halus besi, mangan,
partikelpartikel mikroorganisme, warna industri, dan lain-lain. Kedua
yaitu warna sejati (true color) adalah warna yang berasal dari
penguraian zat organik alami, yakni humus, lignin, tanin dan asam
organik lainnya.

5. Zat Padat Terlarut (TDS) dan Residu Tersuspensi (TSS)

Muatan padatan terlarut adalah seluruh kandungan partikel baik berupa


bahan organik maupun anorganik yang telarut dalam air. Bahan-bahan
tersuspensi dan terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik, akan
tetapi jika berlebihan dapat meningkatkan kekeruhan selanjutnya akan
menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya akan
berpengaruh terhadap proses fotosíntesis di perairan. Perbedaan pokok
antara kedua kelompok zat ini ditentukan melalui ukuran/diameter
partikel-partikelnya.

Berikut persyaratan mutu air minum dalam kemasan menurut


SNI 01-3553-2006 yang dijelaskan pada Tabel 1.2 dan standar mutu
limbah cair pada Tabel 1.3

Tabel 1.2 Persyaratan Mutu Air Minum Dalam Kemasan

Persyaratan
No. Kriteria uji Satuan
Air mineral Air demineral
1. Keadaan
1.1 Bau - Tidak berbau Tidak berbau
1.2 Rasa Normal Normal
1.3 Warna Unit Pt-Co maks. 5 maks. 5
2. pH - 6,0 – 8,5 5,0 – 7,5
3. Kekeruhan NTU maks. 1,5 maks. 1,5
4. Zat yang terlarut mg/l maks. 500 maks. 10
5. Zat organik (angka KMnO4) mg/l maks. 1,0 -
6. Total organik karbon mg/l - maks. 0,5
7. Nitrat (sebagai NO3) mg/l maks. 45 -
8. Nitrit (sebagai NO2) mg/l maks. 0,005 -
9. Amonium (NH4) mg/l maks. 0,15 -
10. Sulfat (SO4) mg/l maks. 200 -
11. Klorida (Cl) mg/l maks. 250 -
12. Fluorida (F) mg/l maks. 1 -
13. Sianida (CN) mg/l maks. 0,05 -
14. Besi (Fe) mg/l maks. 0,1 -
15. Mangan (Mn) mg/l maks. 0,05 -
16. Klor bebas (Cl2) mg/l maks. 0,1 -
17. Kromium (Cr) mg/l maks. 0,05 -
18. Barium (Ba) mg/l maks. 0,7 -
19. Boron (B) mg/l maks. 0,3 -
20 Selenium (Se) mg/l maks. 0,01 -

21 Cemaran logam
21.1 Timbal (Pb) mg/l maks. 0,005 maks. 0,005
21.2 Tembaga (Cu) mg/l maks. 0,5 maks. 0,5
21.3 Kadmium (Cd) mg/l maks. 0,003 maks. 0,003
21.4 Raksa (Hg) mg/l maks. 0,001 maks. 0,001
21.5 Perak (Ag) mg/l - maks. 0,025
21.6 Kobalt (Co) mg/l - maks. 0,01

22 Cemaran arsen mg/l maks. 0,01 maks. 0,01


23 Cemaran mikroba :
23.1 Angka lempeng total awal *) Koloni/ml maks. 1,0 x 102 maks. 1,0 x 102
23.2 Angka lempeng total akhir **) Koloni/ml maks. 1,0 x 105 maks. 1,0 x 105
23.3 Bakteri bentuk koli APM/100m <2 <2
l
23.4 Salmonella - Negatif/100ml Negatif/100ml
23.5 Pseudomonas aeruginosa Koloni/ml Nol Nol

Sumber : SNI 01-3553-2006


Keterangan *) Di Pabrik
**) Di Pasaran

Tabel 1.3 Standar Mutu Limbah Cair

Parameter Kadar Beban Pencemaran


Maksiumum Maksimum (gram/satuan
(mg/L) produk)
BOD5 75 22,5
COD 125 37,5
TSS 50 15
Fenol 0,25 0,08
Amonia total (sebagai N) 4 1,2
pH 6-9
Debit limbah maksimum 0,3 m3/ satuan produk

Sumber : Keputusan Menteri LHK Nomor 112 Tahun 2003

3. Mengapa diperlukan pengukuran suhu pada air ?

Temperatur air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air


tersebut dan dapat pula mempengaruhi reaksi kimia dalam pengolahannya
terutama apabila temperatur sangat tinggi. Temperatur yang diinginkan adalah
±3ºC suhu udara disekitarnya yang dapat memberikan rasa segar, tetapi iklim
setempat atau jenis dari sumbersumber air akan mempengaruhi temperatur air.
Disamping itu, temperatur pada air mempengaruhi secara langsung toksisitas.

Bagian 2

1.TSS dan TDS

Total padatan terlarut (Total Dissolved Solid) adalah bahan-bahan


terlarut (diameter < 10 -6 mm) dan koloid (diameter < 10 -6 mm - < 10 -3 mm)
yang berupa senyawa kimia dan bahan-bahan lain yang tidak tersaring pada
kertas saring berdiameter 0,45 µm (Vanho, 2010). Total suspended solid atau
padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu dari padatan total yang tertahan
oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari
ukuran partikel koloid. TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan
penyaringan.TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity) dengan
membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan.
Sehingga nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS (Anonim, 2012).

Jenis-jenis pengukuran solid dalam air diantaran menggunkana metode


gravimetri. Menurut SNI 06-6989.3:2004 cara uji padatan tersuspensi total
(total suspended solid) secara gravimetri. Prinsip dari uji ini yaitu larutan yang
telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah ditimbang. Residu yang
tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada suhu
1040C ± 10C. Kenaikan berat saringan mewakili padatan tersuspensi total
(TSS). Jika padatan tersuspensi menghambat saringan dan memperlama
penyaringan, diameter kertas saring perlu diperbesar atau mengurangi volume
contoh uji. Untuk memperoleh estimasi TSS, dihitung perbedaan antara padatan
terlarut total dan padatan total.

Selain itu, pengujian padatan solid dalam air yaitu elektrikal


konduktiviti. Elektrikal konduktiviti ini adalah mengukur konduktivitas listrik
bahan-bahan yang terkandung dalam air. Semakin banyak bahan (mineral
logam maupun nonlogam) dalam air, maka hasil pengukuran akan semakin
besar pula. Sebaliknya, bila sangat sedikit bahan yang terkandung dalam air
maka hasilnya mendekati nol, atau yang kita sebut dengan air murni (pure
water) (Insan, 2008). Konduktiviti meter adalah alat yang digunakan untuk
menentukan daya hantar suatu larutan dan mengukur derajat ionisasi suatu
larutan elektrolit dalam air dengan cara menetapkan hambatan suatu kolom
cairan selain itu konduktivity meter memiliki kegunaan yang lain yaitu
mengukur daya hantar listrik yang diakibatkan oleh gerakan partikel di dalam
sebuah larutan. Menurut literatur faktor-faktor yang mempengaruhi daya hantar
adalah perubahan suhu dan konsentrasi. Dimana jika semakin besar suhunya
maka daya hantar pun juga akan semakin besar dan apabila semakin kecil suhu
yang digunakan maka sangat kecil pula daya hantar yang dihasilkan dan begitu
dengan sebaliknya antara konsentrasi dan daya hantar. Oleh sebab itu pengaruh
suhu dan konsentrasi dapat mempengaruhi daya hantar (Anonim, 2010). Prinsip
kerja elektrikal konduktiviti adalah dua buah probe dihubungkan ke larutan
yang akan diukur, kemudian dengan rangkaian pemprosesan sinyal akan
mengeluarkan output yang menunjukkan besar konduktifitas/daya hantar listrik
sampel air tersebut. (Endrah, 2010)

No 2. Komponen TDS dan TSS

Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air,


tidak terlarut, dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi terdiri
dari partikelpartikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil daripada
sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel
mikroorganisme, dan sebagainya. Sebagai contoh, air permukaan mengandung
tanah liat dalam bentuk suspensi yang dapat tahan sampai berbulan-bulan,
kecuali jika keseimbangannya terganggu oleh zat-zat lain sehingga
mengakibatkan terjadi penggumpalan, kemudian diikuti dengan pengendapan.
Selain mengandung padatan tersuspensi, air buangan juga sering mengandung
bahan-bahan yang bersifat koloid, misalnya protein (Fardiaz, 1992).

Padatan terlarut adalah padatan-padatan yang mempunyai ukuran lebih


kecil daripada padatan tersuspensi. Padatan ini terdiri senyawa-senyawa
anorganik dan organik yang larut air, mineral dan garam-garamnya. Sebagai
contoh, air buangan pabrik gula biasanya mengandung berbagai jenis gula yang
larut, sedangkan air buangan industri kimia sering mengandung mineral-
mineral seperti merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenic (As), cadmium (Cd),
Khromium (Cr), Nikel (Ni), Cl2, serta garam-garam kalsium dan magnesium
yang mempengaruhi kesadahan air. Selain itu air buangan juga sering
mengandung sabun, deterjen dan surfaktan yang larut air, misalnya pada air
buangan rumah tangga dan industri pencucian (Fardiaz, 1992).

No. 3 perlu pengukuruan TSS

TSS penting untuk menjadi parameter uji fisik air. Menurut Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004 mengatakan tingginya zat padat
yang masuk ke suatu perairan dapat menjadi indikator awal adanya
pencemaran. TSS merupakan salah satu faktor penting menurunnya kualitas
perairan sehingga menyebabkan perubahan secara fisika, kimia dan biologi.
Perubahan secara fisika meliputi penambahan zat padat baik bahan organik mau
pun anorganik ke dalam perairan sehingga meningkatkan kekeruhan yang
selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke badan air.
Berkurangnya penetrasi cahaya matahari akan berpengaruh terhadap proses
fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton dan tumbuhan air lainnya.
Banyaknya TSS yang berada dalam perairan dapat menurunkan kesediaan
oksigen terlarut. Jika menurunnya ketersediaan oksigen berlangsung lama akan
menyebabkan perairan menjadi anaerob, sehinggga organisme aerob akan mati.
Tingginya TSS juga dapat secara langsung menganggu biota perairan seperti
ikan karena tersaring oleh insang. Nilai TSS dapat menjadi salah satu
parameter biofisik perairan yang secara dinamis mencerminkan perubahan
yang terjadi di daratan maupun di perairan.TSS sangat berguna dalam analisis
perairan dan buangan domestik yang tercemar serta dapat digunakan untuk
mengevaluasi mutu air, maupun menentukan efisiensi unit pengolahan
(Bilotta and Brazier, 2008)

No 4. Hasil dan Pembahasan

Bagian 3

No 1 Parameter Uji Kimia

Air bersih yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan
oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Besi (Fe),
Flourida (F), Mangan ( Mn ), Derajat keasaman (pH), Nitrit (NO2), Nitrat
(NO3) dan zat-zat kimia lainnya. Kandungan zat kimia dalam air bersih yang
digunakan sehari-hari hendaknya tidak melebihi kadar maksimum yang
diperbolehkan untuk standar baku mutu air minum dan air bersi. Berikut
parameter uji kimia pada air yaitu

1. Besi (Fe) dan Mangan (Mn)

Air sungai pada umumnya mengandung besi (iron, Fe) dan mangan
(Mn). Kandungan besi dan mangan dalam air berasal dari tanah yang memang
mengandung banyak kandungan mineral dan logam yang larut dalam air tanah.
Besi larut dalam air dalam bentuk fero-oksida. Kedua jenis logam ini, pada
konsentrasi tinggi menyebabkan bercak noda kuning kecoklatan untuk besi atau
kehitaman untuk mangan, yang mengganggu secara estetika. Kandungan kedua
logam ini meninggalkan endapan coklat dan hitam pada bak mandi, atau alat-
alat rumah tangga.
2. Klorida (Cl)

Kadar klorida umumnya meningkat seiring dengan meningkatnya kadar


mineral. Kadar klorida yang tinggi, yang diikuti oleh kadar kalsium dan
magnesium yang juga tinggi, dapat meningkatkan sifat korosivitas air. Hal ini
mengakibatkan terjadinya perkaratan peralatan logam. Kadar klorida > 250
mg/l dapat memberikan rasa asin pada air karena nilai tersebut merupakan batas
klorida untuk suplai air, yaitu sebesar 250 mg/l (Effendi, 2003).

3. Kesadahan (CaCO3)

Kandungan ion Mg dan Ca dalam air akan menyebabkan air bersifat


sadah. Kesadahan air yang tinggi dapat merugikan karena dapat merusak
peralatan yang II-20 terbuat dari besi melalui proses pengkaratan (korosi), juga
dapat menimbulkan endapan atau kerak pada peralatan. Kesadahan yang tinggi
di sebabkan sebagian besar oleh Calcium, Magnesium, Strontium, dan Ferrum.
Masalah yang timbul adalah sulitnya sabun membusa, sehingga masyarakat
tidak suka memanfaatkan penyediaan air bersih tersebut.

4. Nitrat (NO3N) dan Nitrit (NO2N)

Nitrit merupakan turunan dari amonia. Dari amonia ini, oleh bantuan
bakteri Nitrosomonas sp, diubah menjadi nitrit. Nitrit biasanya tidak bertahan
lama dan biasanya merupakan keadaan sementara proses oksidasi antara
amonia dan nitrat. Keadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya proses
biologis perombakan bahan organik dengan kadar oksigen terlarut sangat
rendah. Kadar nitrit pada perairan relatif kecil karena segera dioksidasi menjadi
nitrat
5. Derajat Keasaman (pH)

pH menyatakan intensitas keasaman atau alkalinitas dari suatu cairan


encer, dan mewakili konsentrasi hidrogen ionnya. Air minum sebaiknya netral,
tidak asam/basa, untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi
jaringan distribusi air minum. pHstandar untuk air bersih sebesar 6,5 – 8,5. Air
adalah bahan pelarut yang baik sekali, jika dibantu dengan pH yang tidak netral,
dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya.

6. Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)

Pengukuran BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran


akibat air buangan penduduk atau Rata-rata industri, dan untuk mendesain
sistem-sistem pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut. Semakin
banyak Kandungan BOD maka, jumlah bakteri semakin besar. Tingginya kadar
BOD dalam air menunjukkan kandungan zat lain juga kadarnya besar secara
otomatis air tersebut di kategorikan tercemar.

7. Kebutuhan Oksigen Kimia (COD)

COD merupakan jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan


yang ada didalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimiawi.

8. Oksigen Terlarut (DO)/DO (Dissolved oxygen)

DO adalah kadar oksigen terlarut dalam air. Penurunan DO dapat


diakibatkan oleh pencemaran air yang mengandung bahan organik sehingga
menyebabkan organisme air terganggu. Semakin kecil nilai DO dalam air,
tingkat pencemarannya semakin tinggi. DO penting dan berkaitan dengan
sistem saluran pembuangan maupun pengolahan limbah.
9. Fluorida (F)

Sumber fluorida di alam adalah fluorspar (CaF2), cryolite (Na3AlF6),


dan fluorapatite. Keberadaan fluorida juga dapat berasal dari pembakaran batu
bara. Fluorida banyak digunakan dalam industri besi baja, gelas, pelapisan
logam, II-22 aluminium, dan pestisida. Sejumlah kecil fluorida menguntungkan
bagi pencegahan kerusakan gigi, akan tetapi konsentrasi yang melebihi kisaran
1,5 mg/liter dapat mengakibatkan pewarnaan pada enamel gigi, yang dikenal
dengan istilah mottling. Kadar yang berlebihan juga dapat berimplikasi
terhadap kerusakan pada tulang.

10. Seng (Zn)

Kelebihan seng ( Zn ) hingga dua sampai tiga kali AKG menurunkan


absorbs tembaga. Kelebihan sampai sepuluh kali AKG mempengaruhi
metabolism kolesterol, mengubah nilai lipoprotein, dan tampaknya dapat
mempercepat timbulnya aterosklerosis. Dosis konsumsi seng ( Zn ) sebanyak 2
gram atau lebih dapat menyebabkan muntah, diare, demam, kelelahan yang
sangat, anemia, dan gangguan reproduksi. Suplemen seng ( Zn ) bisa
menyebabkan keracunan, begitupun makanan yang asam dan disimpan dalam
kaleng yang dilapisi seng (Zn) ( Almatsier, 2001 ).

11. Sulfat (SO4)

Sulfat merupakan senyawa yang stabil secara kimia karena merupakan


bentuk oksida paling tinggi dari unsur belerang. Sulfat dapat dihasilkan dari
oksidasenyawa sulfida oleh bakteri. Sulfida tersebut adalah antara lain sulfida
metalik dan senyawa organosulfur. Sebalikya oleh bakteri golongan
heterotrofik anaerob, sulfat dapat direduksi menjadi asam sulfida.Secara kimia
sulfat merupakan bentuk anorganik daripada sulfida didalam lingkungan aerob.
Sulfat didalam lingkungan (air) dapat berada secara ilmiah dan atau dari
aktivitas manusia, misalnya dari limbah industri dan limbah laboratorium.
Selain itu dapat juga berasal dari oksidasi senyawa organik yang mengandung
sulfat adalah antara lain industri kertas,tekstil dan industri logam.

12. Zat Organik (KMnO4)

Kandungan bahan organik dalam air secara berlebihan dapat terurai


menjadi zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan.

No 2 dan 3 Kesadahan

Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air,


umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam
karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang
tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mneral yang rendah. Selain
ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion
logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Pembagian jenis
kesadahan air digolongkan menjadi 2 berdasarkan jenis anion yang diikat oleh
kation (Ca2+ atau Mg2+), yaitu air sadah sementara dan air sadah tetap.
Berdasarkan sifatnya, kesadahan dpat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Air Sadah Sementara

Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion bikarbonat
(HCO3-), atau boleh jadi air tersebut mengndung senyawa kalsium bikarbonat
(Ca(HCO3)2) dan atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2). Air yang
mengandung ion atau senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah sementara
karena kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air, sehingga air
tersebut terbebas dari ion Ca2+ dan Mg2+(Anonim.2013).

2. Air Sadah Tetap

Air sadah tetap adalah air sadah yang mengandung anion selain anion
bikarbonat, misalnya dapat berupa ion Cl= , NO3- dan SO42-. Berarti senyawa
yang terlarut boleh jadi berupa kalsium klorida (CaCl2). Kalsium nitrat
Ca(NO3)2), kalsiun sulfat (CaSO4), magnesium klorida (MgCl2), magnesium
nitrat magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat (MgSO4). Air yang
mengandung senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah tetap, karena
kesadahannya tidak bisa dihilangkan dengan pemanasan. Untuk membebaskan
air tersebut dari kesadahan, harus dilakukan dengan cara kimia, yaitu dengan
mereakskan air tersebut dengan zat-zat kimia tertentu. Pereaksi yang digunakan
adalah larutan karbonat yaitu Na2CO3 atau K2CO3. Penambahan larutan
karbonat diimaksudkan untuk mengendapkan ion Ca2+ dan Mg2+. Dengan
terbentuknya endapan CaCO3 atau MgCO3 berarti ar tersebut telah terbebas dari
ion Ca2+ dan Mg2+ (Widiyanto.2012)

No 4 Metode Pengujian

Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah


dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa yang banyak.
Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit
busa . Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v)
dari CaCO3. Kemudian untuk mengetahui jenis kesadahan air adalah dengan
pemanasan. Jika ternyata setelah dilakukan pemanasan, sabun tetap sukar
berbuih, berarti air yang digunakan adalah air sadah tetap. Metode lain yaitu
dengan metode titrasi. Metode Titrasi Kompleksometri Etilen Diamin Tetra
Asetat (EDTA). Titrasi Kompleksometri adalah titrasi berdasarkan
pembentukan persenyawaan kompleks yang terbentuk melalui reaksi ion
logam, sebuah kation, dan sebuah anion atau molekul netral.

No 5 Prinsip dn rx kompleks

Prinsip pengukuran didasarkan atas kemampuan senyawa EDTA


membentuk senyawa kompleks kalsium dan magnesium pada kondisi pH
tertentu. Indikator yang digunakan adalah Eriochrome Black T. (EBT).
Eriochrome Black T. (EBT) membentuk senyawa kompleks Ca-EDTA dan
MgEDTA. Titik akhir titrasi diamati dengan perubahan warna merah-ungu
menjadi biru muda. Untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan indikator
logam. Salah satu indikator yang digunakan pada titrasi kompleksometri adalah
eriokrom black T (EBT).

Kestabilan dari senyawa kompleks yang terbentuk bergantung pada


sifat kation dan pH larutan. Oleh karena itu, titrasi dilakukan pada pH tertentu
dengan cara menambahkan larutan buffer sesuai pH yang telah ditentukan,
yang berguna untuk menstabilkan pH larutan pada saat titrasi berlangsung.
Suatu kelemahan Eriochrome Black T adalah larutannya tidak stabil. Bila
disimpan akan terjadi penguraian secara lambat, sehingga setelah jangka waktu
tertentu indikator tidak berfungsi lagi. Indikator EBT berwarna biru langit
dalam larutan tetapi membentuk kompleks merah anggur (Ca – EBT)2+ (aq)
dan (Mg – EBT)2+ (aq), reaksinya sebagai berikut :

Ca2+ (aq) + EBT (aq) –> (Ca – EBT)2+ (aq)

Mg 2+ (aq) + EBT (aq) –> (Mg – EBT)2+ (aq)

Jika titran H2Y2- ditambahkan pada analit, maka akan terjadi reaksi
pembentukan kompleks dengan ion Ca2+ dan Mg2+ seperti berikut:

Ca2+ (aq) + H2Y2- (aq) –> (CaY)2- (aq) + 2H+ (aq)

Mg2+ (aq) + H2Y2- (aq) –> (MgY)2- (aq) + 2H+ (aq)

Dan titik akhir dicapai, semua ion sadah telah terkompleksikan dengan H2Y2-

(Ca – EBT)2+ (aq) + H2Y2- (aq) –> CaY(aq) + 2H+ (aq) + EBT(aq)

(Mg – EBT)2+ (aq) + H2Y2- (aq) –> MgY(aq) + 2H+ (aq) + EBT(aq)

(Bakhtra dkk., 2015).


No 6 beda sampel beda nilai

Setiap daerah memiliki kesadahan air yang berbeda-beda. Perbedaan ini


dikarenakan beberapa faktor, diantaranya, keadaan geologi suatu daerah susunan
lapisan tanah suatu daerah apakah termasuk tanah yang banyak mengandung
kalsium, selain itu polusi dan limbah industri juga dapat mengakibatkan kesadahan
air suatu wilayah (Nurullita dkk, 2010). Air tanah banyak mengandung mineral-
mineral terlarut seperti Ca2+ dan Mg2+ yang menyebabkan kesadahan pada air.
Selain itu terdapat juga kation bikarbonat dan gas terlarut CO2. Dengan naiknya
pH akibat lepasnya CO2 ke fase gas, maka akan terjadi suatu reaksi kesetimbangan
pembentukan kerak CaCO3. Pembentukan kerak CaCO3 oleh air sadah pada sistem
perpipaan di industri maupun rumah tangga menimbulkan banyak permasalahan
teknis dan ekonomis. Hal ini disebabkan scale (kerak) dapat menutupi
(menyumbat) air yang mengalir dalam pipa dan sekaligus menghambat proses
perpindahan panas pada peralatan penukaran panas (Saksono, 2006).

No 7 hasill dan referensi

Menurut sulistyani dkk (2012), konsentrasi normal kesadahan air yang


normal yaitu 200 ppm. Apabila lebih dari 200 ppm maka air tersebut tidak layak
untuk di konsumsi karena mengandung mineral yang berlebihan. Sedangkan
menurut Permenkes RI No.416/MENKES/PER/IX/1990 Dalam standar
kualitas air minum (Depkes), kesadahan maksimum yang diperbolehkan adalah
500 mg/l (sebagai CaCO3),dan kadar minimun yg diperbolehkan adalah 75
mg/l.
No 8 . pH tinggi

Pengujian dilakukan pada pH yang cukup tinggi karena indikator


Eriochrome Black T (EBT) memiliki range pH dari 7 sampai 11. Indikator EBT
berwarna biru langit dalam larutan, lalu berubah menjadi merah ketika membentuk
kompleks dengan kalsium, magnesium atau ion logam lain. Perubahan warna yang
ditimbulkan pada sebelum dan sesudah titrasi yaitu, dari merah anggur menjadi
biru. Dipilihnya indikator ETB pada praktikum titasi kompleksometri ini, karena
ETB dapat bereaksi (berikatan membentuk senyawa kompleks) dengan ion-ion
kalsium dan magnesium, sehingga mempermudah dalam pengamatan apabila
titrasi telah mencapai titik akhirnya (Khopkar, 2008).

Anda mungkin juga menyukai