Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA PANGAN

ACARA III
LEMAK

Disusun oleh :

Muhammad Fadzil

H0916057

KELOMPOK 10

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET

SURAKARTA

2018
ACARA III
LEMAK

A. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum Acara III Lemak adalah :

1. Memahami cara analisa lemak kasar dengan metode ekstraksi soxhlet


2. Melakukan perhitungan kadar lemak kasar dan mampu menganalisis kadar
lemak berbagai jenis bahan atau produk pertanian dengan metode ekstraksi
soxhlet

B. Tinjauan Pustaka

Lemak adalah suatu campuran trigliserida dalam bentuk padat dan


terdiri dari suatu fase padat dan fase cair. Kristal dari fase padat terpisah dan
dengan tekanan menggunting/memisah yang cocok, dapat bergerak sendiri
lepas dari kristal lain. Jadi lemak mempunyai struktur seperti benda padat
plastik. Karena jumlah benda padat dalam lemak berubah-ubah menurut suhu,
demikian juga sifat-sifat plastiknya. Sifat-sifat plastik dari lemak menyebabkan
lemak digunakan dalam beberapa bahan pangan misalnya pengoles dan
pengempuk (Buckle et al, 2010). Lemak tersusun dari suatu ester asam lemak
dengan gliserol. Gliserol ialah suatu trihidroksi alcohol yang terdiri atas tiga
atom karbon. Pada lemak satu molekul gliserol mengikat tiga molekul asam
lemak, oleh karena itu lemak adalah suatu trigliserida. Ketiga molekul asam
lemak itu boleh sama boleh berbeda. Lemak yang mempunyai titik lebur tinggi
mengandung asam lemak jenuh, sedangkan lemak cair atau yang biasa disebut
minyak mengandung asam lemak tidak jenuh (McConville, 2012).
Metode analisa lipida dibedakan menjadi dua yaitu penetuan kadar
lemak kasar dan spesifik. Penentuan kadar lemak dimana terikut senyawa selain
lemak namun juga terikut fosfolipid, sterol, asam lemak bebas, karotenoid, dan
pigmen yang lain disebut penentuan kadar lemak kasar. Penentuan jenis ini
dibedakan menjadi dua yaitu dengan pelarut dan tanpa pelarut. Dengan pelarut
dibedakan menjadi ektraksi kering yang menggunakan soxhlet, sedangkan
dengan ektraksi basah menggunakan metode mojonnier. Sedangkan penentuan
kadar lemak tanpa pelarut adalah metode babcock. (Darmasih, 1997). Prinsip
uji Soxhlet yaitu dengan cara mengekstrak lemak dari bahan dengan pelarut
organik non polare seperti heksana, petrolium eter, atau dietel eter. Ekstraksi
lemak ilakukan dengan cara refluks pada suhu yang sesuai dengan titik didih
pelarut yang digunakan. Prinsip dari penetapan kadar lemak metode Mojonnier
ini adalah sampel yang dimasukkan ke dalam tabung Mojonnier dilarutkan
dengan etanol dan dihidrolisis dengan amonium hidroksida membentuk asam
lemak bebas yang selanjutnya diekstrak dengan menggunakan pelarut organik
dietil eter dan petroleum eter. Hasil ekstraksi kemudian diuapkan pelarutnya
dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105 C sampai diperoleh bobot tetap.
Berat residu dinyatakan sebagai berat lemak dalam bahan. Prinsip metode
Babcock yaitu sampel berlemak/minyak dicerna (digest) dengan asam sulfat
pekat panas, maka protein akan mengendap dan kemudian larut, sehingga lemak
akan terpisah dari fase berair dan berada di bagian atas, banyak minyak dapat
diukur pada botol yang mempunyai skala volume. Metode ini digunakan untuk
penentuan secara cepat untuk sampel-sampel berupa ikan, produk susu dan lain-
lainnya (untuk menentukan lemak kasar) (Taubes, 2001).
Metode soxhlet ini dipilih karena memiliki keuntungan yaitu pelarut
yang digunakan lebih sedikit (efesiensi bahan) dan larutan sari yang dialirkan
melalui sifon tetap tinggal dalam labu, sehingga pelarut yang digunakan untuk
mengekstrak sampel selalu baru dan meningkatkan laju ekstraksi. Waktu yang
digunakan lebih cepat. Kerugian metode ini ialah pelarut yang digunakan harus
mudah menguap dan hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan
panas (Adamczak, 2004).
Penetapan minyak atau lemak total dilakukan dengan mengekstraksi
bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Proses ekstraksi
dilakukan dengan menggunakan pelarut eter atau pelarut lemak lainnya,
kemudian dihancurkan dengan cara digiling. Lemak adalah senyawa organik
yang tidak larut dalam air tapi dapat diekstraksi dengan pelarut nonpolar seperti
eter, benzena, aseton, kloroform dan sedikit larut dalam alkohol. Oleh karena
itu, untuk mengekstrak lemak biasanya digunakan pelarut organik golongan
alkohol (methanol, etanol, isopropanol, n-butanol), aseton, eter (dietil eter,
isopropil eter, dioksan), halokarbon (kloroform, diklorometan), hidrokarbon
(heksana, benzena, sikloheksan, isooktan) atau campuran dari pelarut-pelarut
tersebut. Semakin banyak jumlah pelarut organik yang digunakan dalam proses
ekstraksi maka semakin tinggi jumlah komponen terlarutnya (Ketaren, 2008).
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar lemak pada
bahan pertanian, yaitu sumber dari lemak yang diperoleh misalnya nabati atau
hewani. Biasanya lemak yang didapat dari sumber hewani memiliki kadar yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan sumber nabati. Selain itu lemak dari
sumber hewani akan memiliki titik lebur dan berat jenis yang lebih tinggi.
Faktor lainnya yaitu proses pengolahan, jika pengolahan bahan yang
mengandung lemak tidak sesuaiproses pengolahannya dapat menyebabkan
kandungan lemak pada bahan tersebut kan rusak atau bahkan hilang. Faktor
yang terakhir yaitu pada saat ekstraksi, meliputi pemilihan tipe pelarut yang
tepat, suhu yang digunakan (Muchtadi, 2010).

C. Metodologi
1. Alat
a. Alat ekstraksi mikrosoxhlet
b. Aluminium foil
c. Blender
d. Corong gelas
e. Desikator
f. Kertas saring bebas lemak
g. Labu
h. Loyang
i. Neraca analitik
j. Oven
k. Penjepit
2. Bahan
a. Aquades
b. Mie bulat “Telur 3 Ayam”
c. Mie pipih “Telur 3 Ayam”
d. Mie telur “Gaga A1”
e. Mie telur asli “Atoom Bulan”
f. Mie telur urai original “Burung Dara”
g. Petroleum Benzene
3. Cara Kerja
a. Persiapan Bahan
Pengovenan kertas saring selama
1 jam

Peletakkan kertas saring dalam


desikator 15 menit

1 gram Penimbangan
sampel (a)

Pembungkusan sampel dengan


kertas saring

Pengovenan sampel selama 5


jam

Peletakkan sampel dalam


desikator 15 menit

Pengovenan labu selama 30


menit

Peletakkan labu dalam desikator


15 menit

Penimbangan labu (b)

Gambar 3.1 Diagram Alir Tahapan Proses Persiapan Uji


Lemak Mikro Soxhlet
b. Pengujian Kadar Lemak Bahan
Sampel

Peletakan pada pipa sirkulasi

Pemasangan alat ekstraksi mikro


soxhlet dan pemanasan aquadest

Petroleum Pengisian pelarut melalui pipa


Benzen sirkulasi sebanyak 2 sirkulasi

Penungguan hingga 13 sirkulasi

Pengovenan labu selama 6 jam

Peletakkan labu dalam desikator


15 menit

Penimbangan labu + lemak (c)

Penghitungan kadar lemak

Gambar 3.2 Diagram Alir Tahapan Pengujian Kadar


Lemak Metode Mikro Soxhlet
D. Hasil dan Pembahasan

Lemak adalah suatu campuran trigliserida dalam bentuk padat dan


terdiri dari suatu fase padat dan fase cair. Kristal dari fase padat terpisah dan
dengan tekanan menggunting/memisah yang cocok, dapat bergerak sendiri
lepas dari kristal lain. Jadi lemak mempunyai struktur seperti benda padat
plastik. Karena jumlah benda padat dalam lemak berubah-ubah menurut suhu,
demikian juga sifat-sifat plastiknya. Sifat-sifat plastik dari lemak menyebabkan
lemak digunakan dalam beberapa bahan pangan misalnya pengoles dan
pengempuk (Buckle et al, 2010).
Lemak dan minyak secara kimiawi merupakan bagian terbesar dari
kelompok lipida. Lemak merupakan komponen yang terdiri dari unsur C, H dan
O yang mempunyai sifat tidak larut dalam air, larut dalam bahan organik seperti
ether, petroleum spirit, heksan dan kloroform. Selain itu, lemak juga dapat
melarutkan vitamin A, D, E dan K. Karena sifat lemak yang larut dalam pelarut
organik maka dalam penentuan kadar lemak dalam suatu bahan, salah satu cara
yang digunakan yaitu dengan menggunakan pelarut organik. Namun dengan
menggunakan metode ini, komponen seperti fosfolipida, sterol, asam lemak
bebas, karotenoid dan pigmen yang lain juga ikut larut dalam pelarut. Oleh
karena itu hasil analisisnya disebut lemak kasar (Darmasih, 1997).
Ekstraksi merupakan salah satu metode yang digunakan dalam proses
pemisahan suatu komponen dari campurannya dengan mengguna-kan sejumlah
massa bahan solven sebagai tenaga pemisah. Salah satu metode ekstraksi adalah
ekstraksi dengan menggunakan pelarut (Hadi, 2012). Pelarut organik yang
digunakan termasuk golongan alkohol (methanol, etanol, isopropanol, n-
butanol), aseton, eter (dietil eter, isopropyl eter, dioksan), halokarbon
(kloroform, diklorometan), hidrokarbon (heksana, benzena, sikloheksan,
isooktan) atau campuran dari pelarut-pelarut tersebut. Semakin banyak jumlah
pelarut organik yang digunakan dalam proses ekstraksi maka semakin tinggi
jumlah komponen terlarutnya (Susanti dkk., 2014).
Prinsip metode soxhlet adalah penyaringan yang berulang-ulang
sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif
sedikit. Pelarut organik yang digunakan dapat menarik senyawa organik dalam
bahan alam secara berulang-ulang. Ekstraksi cara soxhlet menghasilkan
rendemen yang lebih besar jika dibandingkan dengan maserasi. Hal ini
disebabkan karena dengan adanya perlakuan panas yang dapat meningkatkan
kemampuan pelarut untuk mengekstraksi senyawa-senyawa yang tidak larut
didalam kondisi suhu kamar, serta terjadinya penarikan senyawa yang lebih
maksimal oleh pelarut yang selalu bersirkulasi dalam proses kontak dengan
simplisia sehingga memberikan peningkatan rendemen (Anam dkk., 2014).
Penentuan kadar minyak atau lemak suatu bahan dapat dilakukan
dengan alat ekstraktor Soxhlet. Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan cara
ekstraksi yang efisien, karena pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali.
Dalam penentuan kadar minyak atau lemak, bahan yang diuji harus cukup
kering, karena jika masih basah selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat
turun ke dalam labu dan akan mempengaruhi dalam perhitungan
(Budidarwanti, 2012). Alat ekstraksi soxhlet terdiri atas bagian kondensor, labu
ekstraksi, wadah pemanas, dan juga siphon. Selain itu juga terdiri dari timble
atau bidal dimana tempat diletakkan sampel yang diselubungi kertas saring.
Labu lemak yang ukurannya 200 ml dikeringkan dalam oven lalu didinginkan
dalam desikator kemudian timbang beratnya. Sampel 5 gr ditimbang dalam
saringan timbel yang sesuai ukurannya, kemudian sample dibungkus dengan
kertas saring yang bersih. Timbel dan kertas saring yang berisi sample tersebut
diletakkan dalam alat ekstraksi soxhlet, kemudian alat kondensor diatasnya dan
labu lemak dibawahnya. Setelah itu pelarut hexan atau petroleum eter
dituangkan ke dalam labu lemak secukupnya sesuai dengan ukuran soxhletnya.
Kemudian dilakukan ekstraksi selama 6 jam. Destilasi pelarut yang ada dalam
labu lemak, ditampung pelarutnya. Selanjutnya labu lemak yang berisi lemak
hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven denagn suhu 100 oC lalu dikeringkan
sampai beratnya konstan. Didinginkan dalam desikator lalu timbang labu
beserta lemak yang ada di dalamnya (Setyaji, 2012).
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), mie kering adalah mie yang
telah mengalami pengeringan sampai kadar air mencapai 8 – 10%, tahan untuk
disimpan dalam waktu yang lama, daya tahan simpannya ± 3 bulan, hal ini
disebabkan karena kandungan airnya rendah sehingga sulit untuk ditumbuhi
jamur dan kapang. Mie jenis ini banyak diperdagangkan mulai dari toko – toko,
dipasar sampai ke supermarket – supermarket.
Tabel 4.1 Syarat mutu mie kering menurut SNI 01-2974-1996

Sumber : SNI 01-2974-1996

(Aliya dkk.,. 2016)

Tabel 3.2 Hasil Penentuan Kadar Lemak


Sampel Berat Berat Berat botol + Kadar
botol (gr) sampel lemak setelah lemak
(A) basah (gr) dioven (gr) (%)
(B) (C)
A 17, 7502 1, 0891 17, 7584 0,7529
B 24, 8616 1, 0057 24, 8652 0, 3579
C 18, 1480 1, 0010 18, 1480 0
D 24, 3120 1, 0010 24, 3180 0, 5994
E 18, 1458 1, 0003 18, 1478 0, 1999
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan :
A = Mie bulat “Telur 3 Ayam”
B = Mie pipih “Telur 3 Ayam”
C = Mie telur asli “Atoom Bulan”
D = Mie telur urai original “Burung Dara”
E = Mie telur “Gaga A1”
Berdasarkan Tabel 3.2 didapatkan data kadar lemak sampel mie telur
yang berbeda-beda, pada sampel mie bulat “Telur 3 Ayam” (A) kadar lemak
(%wb) sebesar 0,7529% dan jika dibandingkan dengan informasi yang
tercantum dalam kemasan (Nutrition Fact) kadar lemak (%wb) dari sampel ini
sebesar 1,429%. Terdapat perbedaan diantara hasil pengamatan dan informasi
dalam kemasan sampel mie bulat “Telur 3 Ayam”. Sedangkan untuk sampel B
yaitu mie pipih “Telur 3 Ayam” kadar lemak (%wb) yang didapatkan dalam
praktikum dengan metode Soxhlet ini sebesar 0,3579% dan untuk sampel yang
sama informasi yang tercantum dalam kemasan diketahui besar (%wb) yaitu
0,250%. Pada sampel ini juga didapatkan hasil yang cukup berbeda dimana
besarnya kadar lemak (%wb) saat praktikum lebih rendah dengan (Nutrition
Fact) pada kemasan. Untuk sampel C yaitu mie telur asli “Atoom Bulan”,
didapatkan hasil besarnya kadar lemak (%wb) yaitu 0 % dan pada kemasan
sampel diketahuui besar kadar lemak (%wb) yaitu 0%. Pada sampel ini tidak
didapatkan perbedaan antara hasil besar kadar lemak praktikum dan yang
tercantukam pada kemasan.
Selanjutnya untuk sampel D yaitu mie telur urai original “Burung Dara”,
didapatkan hasil besarnya kadar lemak (%wb) yaitu 0,5994% dan pada
kemasan sampel diketahui besar kadar lemak (%wb) yaitu 1,429%. Pada sampel
ini juga didapatkan hasil yang cukup berbeda dimana besarnya kadar lemak
(%wb) saat praktikum lebih rendah dengan (Nutrition Fact) pada kemasan.
Selanjutnya untuk sampel terakhir yaitu mie telur “Gaga A1” (sampel E),
didapatkan hasil besarnya kadar lemak (%wb) yaitu 0,1999% dan pada
kemasan sampel diketahui besar kadar lemak (%wb) yaitu 0%. Pada sampel ini
juga didapatkan hasil yang cukup berbeda dimana besarnya kadar lemak (%wb)
saat praktikum lebih tinggi dengan (Nutrition Fact) pada kemasan. Maka dapat
disimpulkan bahwa dari keempat sampel, hanya sampel C yang sesuai dengan
Nutrition Fact. Perbedaan hasil praktikum dengan Nutrition Facts disebabkan
karena beberapa kesalahan. . Perbedaan ini dapat terjadi karena pelarut yang
digunakan (benzene) merupakan pelarut yang sudah lama sehingga
memungkinkan daya larutnya menurun. Selain itu, menurut Hadi (2012) pelarut
benzene tidak dapat mengekstrak dengan baik jika dibandingkan dengan pelarut
n-heksana. Hal ini mungkin juga terjadi disebabkan pada analisis yang
dilakukan hasil yang diperoleh dari ekstraksi soxhlet masih berupa lemak kasar
(crude fat), selain lemak juga terikut fosfolipida, sterol, asam lemak bebas,
karotenoid dan pigmen yang lain sehingga hasil analisanya menjadi lebih besar
dari kadar yang tertera pada label kemasan (Sudarmadji, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi lemak adalah tipe
persiapan sampelnya. Pengeringan sampel sebelum diekstraksi guna
mengurangi kadar air pada bahan dapat menggunakan panas matahari atau
pengovenan. Selanjutnya yaitu waktu ekstraksi. Lama tidaknya waktu ekstraksi
sangat mempengaruhi lanju ekstraksi maka lajunya semakin lambat.
Selanjutnya kuantitas pelarut. Semakin banyak jumlah pelarut yang digunakan,
maka ekstraksi akan berjalan lebih cepat. Selain itu terdapat pula suhu pelarut;
setiap pelarut memiliki titik didih masing-masing pada waktu ekstraksi,
sebaiknya suhu diatur agar kosntan pada titik didih pelarut yang digunakan
maka laju ekstraksi akan semakin tinggi. Faktor tipe pelarut, tipe atau jenis
pelarut akan berpengaruh pada laju ekstraksi karena setiap pelarut memiliki
karakterisasi masing-masing untuk mempengaruhi laju reaksi (Muaris, 2007).
Pelarut yang digunakan dalam praktikum ini adalah benzene atau
petroleum benzene. Petroleum benzene termasuk senyawa aromatik
hidrokarbon yang mempunyai rantai karbon tertutup dengan 6 atom hidrogen
dan memiliki rumus molekul C6H6. Benzene (C6H6) adalah cairan tak berwarna
pada suhu kamar (titik lebur 5,5oC) dengan kepadatan 0,87 g/cm3 pada 20oC.
Benzene memiliki titik didih yang relatif rendah (80,1oC) dan tekanan uap yang
tinggi (9,95 kPa pada 20oC) yang menyebabkan mudah menguap dengan cepat
pada suhu kamar. Benzene sedikit larut dalam air (1,8 g/liter pada 25oC) dan
larut dengan kebanyakan pelarut organik.Benzene adalah komponen alami
minyak mentah dan bensin mengandung benzene 1-5% dari volume bensin.
Benzene diproduksi dalam jumlah besar dari sumber minyak bumi pengganti
senyawa hidrokarbon aromatik lainnya. Penggunaan petroleum benzene dalam
ekstraksi dibandingkan dengan heksana akan menghasilkan jumlah mutlak yang
besar, akan tetapi mengandung fraksi lilin, serta albumin dan zat warna dalam
jumlah lebih besar. Oleh karena itu, petroleum benzene biasa digunakan untuk
mengekstraksi minyak yang mempunyai nilai yang lebih rendah (Hagen, 2000).
Aplikasi uji lemak dalam bidang pangan diperlukan untuk mengetahui
kadar lemak dalam makanan. Dimana kadar lemak dalam makanan diperlukan
karena faktor ekonomi untuk menetukan harga jual; aspek legal guna mematuhi
standar/aturan pelabelan nutrisi; aspek kesehatan terutama dalam hal
pengembangan makanan rendah lemak; aspek kualitas jika sifat makanan
berdasarkan kadar lemak total; serta faktor proses dimana proses penanganan
produk juga bergantung pada kadar lemak total (Hidayat, 2012). Selain itu
dengan mengetahui kadar lemak suatu makanan kita dapat menentukan akan
mengonsumsi makanan tersebut atau tidak. Hal ini sangat berguna bagi mereka
yang menderita penyakit obesitas. Dalam teknologi roti, lemak penting dalam
memberikan konsistensi empuk, halus dan berlapis-lapis. Bahan lemak dalam
teknologi es krim memberikan tekstur lembut dan lunak (Sudarmadji, 1996).
E. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum Analisa Pangan Acara III Lemak dapat


diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Penentuan kadar minyak atau lemak suatu bahan dapat dilakukan dengan
alat ekstraktor Soxhlet. Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan cara
ekstraksi yang efisien, karena pelarut yang digunakan dapat diperoleh
kembali. Prinsip metode soxhlet adalah penyaringan yang berulang-
ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan
relatif sedikit. Pelarut organik yang digunakan dapat menarik senyawa
organik dalam bahan alam secara berulang-ulang.
2. Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan kadar lemak (%wb) dari
berbagai sampel mie kering. Pada sampel mie bulat “Telur 3 Ayam” (A)
kadar lemak (%wb) sebesar 0,7529%; mie pipih “Telur 3 Ayam” (B)
sebesar 0,3579%; mie telur asli “Atoom Bulan” (C) sebesar 0%; mie telur
urai original “Burung Dara” (D) sebesar 0,5994%; serta mie telur “Gaga
A1” (E) sebesar 0,1999%.
DAFTAR PUSTAKA

Adamczak, Marek. 2004. The Application of Lipase in Modifying the Composition,


Structure and Properties of Lipid – a Review. Polish Journal of Food and
Nutrition Sciences Vol. 13 (54).
Aliya, Lisana Shidiq., Yosfi Rahmi., dan Setyawati Soeharto. 2016. Mi “Mocafle”
Peningkatan Kadar Gizi Mie Kering Berbasis Pangan Lokal Fungsional.
Indonesian Journal of Human Nutrition. Vol. 3 No. 1, hal. 32- 41
Anam, Choirul., Tri WInarni Agustini., dan Romadhon. 2014. Pengaruh Pelarut
yang Berbeda pada Ekstraksi Spirulina platensis Serbuk Sebagai
Antioksidan dengan Metode Soxhletasi. Jurnal Pengolahan dan
Bioteknologi Hasil Perikanan Vol. 3 No. 4, hal. 106-112.
Buckle, K.A et al. 2010. Ilmu Pangan. Univeritas Indonesia Press. Jakarta
Budimarwati, C. 2000. Analisis Lipida Sederhana dan Lipida Kompleks. Modul e-
learning
Darmasih. 1997. Penetapan Kadar Lemak Kasar dalam Makanan Ternak Non
Ruminansia dengan Metode Kering. Lokakarya Fungsional Non
Peneliti 5(3):138-142.
Hadi, Saiful. 2012. Pengambilan Minyak Atsiri Bunga Cengkeh (Clove Oil)
Menggunakan Pelarut n-Heksana dan Benzena. Jurnal Bahan Alam
Terbarukan Vol. 1 (2).
Hagen, Mark. 2000. Air Quality Guidelines - Second Edition. WHO Regional
Office for Europe’s Journal, Chapter 5.2.
Hidayat, Rahmat. 2012. Analisis Makanan. Universitas Gadjah Mada.
Ketaren, S. 2010. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas
Indonesia Press. Jakarta
McConville, Teresa. 2012. Fat Content Determination Methods Dietary Fat and
Sports Nutrition: A Primer. Journal of Sports Science and Medicine
(2004) 3, 106-117
Muaris, Hindah. 2007. Healthy Cooking Biskuit Sehat. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Muchtadi, Tien R., Sugiyono, dan Ayustaningwarno, Fitriyono. 2010. Ilmu
Pengetahuan Bahan Pangan. Alfabeta. Bandung.

Setyaji, Hajar dkk. 2012. Sifat Kimia Dan Fisika Kerupuk Opak dengan
Penambahan Daging Ikan Gabus (Ophiocephalus Striatus). Volume 14,
Nomor 1, Hal. 17-22 ISSN 0852-8349 Januari – Juni 2012
Sudarmadji, Slamet. 2010. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit
Liberty. Yogyakarta
Susanti, Carolina Maria., Ribut Sugiharto, Sri Setyani dan Subeki. 2014. Pengaruh
Jumlah Pelarut Etanol dan Suhu Fraksinasi terhadap Karakteristik Lemak
Kakao Hasil Ekstraksi Non-Alkalized Cocoa Powder. Jurnal Teknologi
Industri dan Hasil Pertanian Vol. 19 (2).
Taubes, Gary. 2001. The Soft Science of Dietary Fat. Science, New Series, Vol.
291, No. 5513
LAMPIRAN

I. Dokumentasi

Gambar 3.3 Sampel Mie Kering

Gambar 3.4 Penimbangan Sampel

Gambar 3.5 Pengekstraksian


dengan Soxhlet
II. Perhitungan
1. Perhitungan 1

Sampel B Mie pipih “Telur 3 Ayam”


Takaran saji 1 bungkus 200 gr
Lemak total 0,5 gr
𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
% Lemak = 𝑥 100%
𝑠𝑎𝑗𝑖𝑎𝑛
0,5
= 200 𝑥 100% = 0,2500 %

2. Perhitungan 2
Berat sampel basah (A) = 1,0057
Berat labu awal (B) = 24,8616
Berat labu + lemak (C) = 24,8652
𝐶−𝐵
% lemak (wb) = 𝑥 100%
𝐴
24,8652−24,8616
= 𝑥 100%
1,0057

= 0,3580%

Anda mungkin juga menyukai