Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS PANGAN
ACARA III
LEMAK

Disusun Oleh :
Katarina Vania Ayu
H0920050
Kelompok 3

PROGRAM STUDI ILMU TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2022
ACARA III
LEMAK

A. Tujuan
Tujuan dari praktikum Analisis Pangan Acara III “Lemak” adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui prinsip dan prosedur pengujian kadar lemak dengan metode
ekstraksi Soxhlet
2. Mengetahui kadar lemak produk tepung dengan metode ekstraksi Soxhlet
B. Tinjauan Pustaka
Lemak didefinisikan sebagai salah satu sumber energi yang dibutuhkan
oleh manusia untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Manusia membutuhkan
kadar lemak yang seimbang supaya cadangan energi di dalam tubuh tercukupi
dan tetap terjaga (Santika, 2016). Lemak atau lipid dapat didefinisikan sebagai
senyawa heterogen yang memiliki keterikatan dengan asam lemak. Lipid
memiliki sifat yang tidak larut di dalam air, tetapi mudah larut di dalam pelarut
organik. Lemak merupakan salah satu unsur makanan yang vitaminnya larut
dalam bentuk lemak esensial yang terdapat dalam lemak makanan alam. Di
dalam tubuh, lemak berperan sebagai sumber energi
(Siregar dan Makmur, 2020). Selain itu, lemak berperan sebagai bantalan,
penjaga suhu tubuh, cadangan energi, pelindung organ-organ penting, dan
pembantu penyerapan vitamin A, D, E, K. Pada bahan pangan, lemak berperan
sebagai penghasil kalori, pengikat vitamin, dan penghasil aroma tertentu
(Hanum, 2016).
Bahan-bahan yang digunakan untuk menguji kadar lemak pada
praktikum adalah benzene, tepung beras, tepung terigu, tepung maizena, tepung
ubi ungu, tepung tapioka. Pada ekstraksi lemak menggunakan metode soxhlet,
pelarut yang digunakan adalah petroleum benzena. Pelarut ini digunakan sebagai
pengekstrak yang didasarkan pada derajat polaritas. Derajat polaritas bergantung
pada tetapan dielektriknya. Semakin besar tetapan dielektrik dari suatu pelarut,
maka kepolarannya akan semakin besar. Nilai tetapan dielektrik untuk petroleum
benzena cukup rendah, yaitu 2,28. Hal tersebut mampu menyebabkan ekstraksi
lemak pada petroleum benzena (Ayuni dan Nyoman, 2013). Benzena merupakan
pelarut yang berfungsi untuk mengekstraksi atau melarutkan lemak pada bahan.
Hal tersebut disebabkan karena lemak hanya mampu larut dalam pelarut organik
non-polar (Pargiyanti, 2019).
Tepung terigu merupakan jenis tepung yang terbuat dari gandum.
Gandum adalah serealia utama yang banyak digunakan untuk membuat roti.
Protein yang disebut gluten membuat adonan roti saling menempel dan menahan
gas. Tepung terigu adalah bahan utama dalam sebagian besar roti, roti gulung,
kerupuk, kue kering, biskuit, kue, donat, makaroni, spageti, puding, pizza, dan
lain sebagainya. Tepung terigu mampu menyajikan sumber nutrisi utama bagi
manusia (David et al., 2015). Tepung beras merupakan jenis tepung yang
dihasilkan dari beras dengan cara digiling atau ditumbuk
(Tuankotta et al., 2015). Tepung ubi ungu merupakan jenis tepung yang terbuat
dari ubi jalar ungu. Ubi jalar ungu dapat diolah menjadi tepung untuk
memudahkan proses pencampurannya dengan bahan-bahan lain selama
pengolahan (Anggarawati dkk., 2019). Tepung maizena merupakan salah satu
produk hasil pengolahan jagung pasca panen. Maizena turut berkontribusi dalam
perbaikan tekstur, daya ikat air, citarasa, dan elastisitas pada produk akhir
(Apriliani dkk., 2019). Tepung tapioka adalah salah satu jenis tepung yang
terbuat dari ubikayu. Tepung ini merupakan pati yang diekstrak menggunakan
air dari umbi singkong dan disaring. Kemudian, cairan hasil saringan
diendapkan. Bagian yang sudah mengendap dikeringkan dan digiling supaya
menghasilkan butiran-butiran halus berwarna putih yang disebut sebagai tepung
tapioka (Luthana, 2004).
C. Metodologi
1. Alat
a. Desikator
b. Hot plate
c. Kertas saring
d. Kondensator
e. Labu didih
f. Loyang
g. Oven
h. Penjepit
i. Pipa Soxhlet
j. Timbangan analitik
2. Bahan
a. Benzene
b. Tepung beras
c. Tepung maizena
d. Tepung tapioka
e. Tepung terigu
f. Tepung ubi ungu
3. Cara Kerja
a. Preparasi
Pengovenan kertas saring selama 1 jam

Peletakkan kertas saring pada desikator selama


15 menit

Penimbangan kertas saring

2 gr tepung Penimbangan sampel


terigu

Pembungkusan sampel dengan kertas saring

Pengovenan selama 3 jam

Peletakkan sampel pada desikator selama 15


menit

Penimbangan kertas saring berisi sampel

Gambar 3.1 Diagram Alir Preparasi Sampel


b. Pengujian kadar lemak sampel

Sampel

Pemasukkan pada pipa soxhlet

Pemasangan labu dan perangkaian alat ekstraksi


soxhlet

Benzene Pengisian pelarut melalui pipa sirkulasi sebanyak


1,5x sirkulasi

Pemasangan pada rangkaian alat ekstraksi


soxhlet

Penyalaan hotplate

Penungguan hingga 13 kali sirkulasi (kurang


lebih 40 menit)

Pengeringan sampel agar benzene menguap

Pengovenan sampel selama kurang lebih 3 jam

Penimbangan berat panas kertas saring + sampel

Perhitungan kadar lemak

Gambar 3.2 Diagram Alir Pengujian Kadar Lemak


D. Hasil dan Pembahasan
Lemak dapat didefinisikan sebagai molekul yang terdiri atas oksigen,
hidrogen, karbon, dan terkadang terdapat nitrogen serta fosforus. Lemak tidak
mudah larut dalam air. Maka dari itu, dibutuhkan pelarut khusus lemak seperti
Choloroform yang dapat digunakan untuk melarutkan lemak (Rios dkk., 2014).
Dalam tubuh manusia, lemak berperan sebagai pencadangan energi, bantalan,
pelindung organ-organ penting, penjaga bentuk dan suhu tubuh, serta pembantu
dalam proses penyerapan vitamin A, D, E, K. Dalam makanan, lemak berfungsi
untuk menghasilkan kalori, mengikat vitamin, menyebabkan rasa enak,
menghasilkan aroma dan bau tertenru, serta mengandung asam lemak esensial
(Hanum, 2016). Kadar lemak dapat didefinisikan sebagai kandungan lemak yang
terdapat di dalam bahan pangan. Dalam bidang pangan, kadar lemak digunakan
untuk mengetahui ketersediaan lemak pada bahan pangan (Mamuaja, 2017).
Umumnya, lemak terdapat pada hampir seluruh jenis bahan pangan dan
memiliki jumlah kandungan yang berbeda-beda. Maka dari itu analisis kadar
lemak bahan pangan penting untuk dilakukan supaya kebutuhan kalori suatu
bahan makanan dapat diperhitungkan dengan baik. Penentuan kandungan kadar
lemak menggunakan pelarut, komponen lain selain lemak seperti karotenoid,
fosfolipida, sterol, dan asam lemak bebas akan ikut terlarut, maka kadar lemak
dapat disebut sebagai lemak kasar (crude fat) (Pargiyanti, 2019).
Lemak murni dapat didefisinikan sebaai lemak yang telah diekstraksi
dari bahan-bahan nabati ataupun ternak dan telah melalui proses pemurnian.
Lemak murni juga dapat disebut sebagai visible fat atau lemak kasat mata
(Hermanto dkk., 2010). Lemak kasar dapat didefinisikan sebagai campuran yang
terdiri dari senyawa-senyawa yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
pelarut organik (Darmasih, 1997). Lemak kasar mempunyai beberapa
kandungan dalam bahan, antara lain ester gliserol, asam-asam lemak, dan
vitamin-vitamin yang mampu larut dalam lemak. Kadar lemak kasar dapat
dianalisis menggunakan metode Soxhlet (Sari dkk., 2015). Salah satu perbedaan
antara lemak kasar dan lemak murni dapat dilihat saat dilakukan analisi kadar
lemak menggunakan pelarut organik. Pada lemak kasar, komponen lemak
seperti asam lemak bebas, fospolipid, karotenoid, sterol, dan pigmen lain akan
ikut larut dalam pelarut organik. Namun, pada lemak murni komponen-
komponen lemak tersebut tidak ikut larut dalam pelarut organik
(Darmasih, 1997).
Metode yang dapat digunakan untuk analisis kadar lemak adalah metode
Soxhlet dan metode oven (gravimetri). Metode Soxhlet adalah metode
kuantitatif yang digunakan untuk menentukan kadar lemak dalam bahan pangan.
Metode ini dilakukan dengan cara melarutkan sampel dalam pelarut organik
yang sudah dipanaskan, sehingga seluruh komponen yang diinginkan dalam
sampel terisolasi dengan sempurna dan menemui berat lemak (Pargiyanti, 2019).
Prinsip pengujian kadar lemak menggunakan metode soxhlet adalah ekstraksi
menggunakan pelarut yang selalu baru sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan
jumlah pelarut konstan melalui pendingin balik. Penetapan kadar lemak
menggunakan metode soxhlet dilakukan dengan mengeluarkan lemak dari bahan
menggunakan pelarut anhidrat. Pelarut anhidrat adalah jenis pelarut yang bebas
dari air. Hal tersebut ditujukan supaya bahan-bahan yang larut dalam air tidak
terekstrak dan terhitung sebagai lemak. Selain itu, hal tersebut bertujuan untuk
tidak mengurangi keaktifan pelarut (Darmasih, 1997). Untuk mengetahui kadar
lemak berbasis bahan kering, dilakukan analisis kadar air menggunakan metode
oven (gravimetri) (Sudarmadji dan Haryono, 2007). Prinsip kerja metode
gravimetri yaitu pengisolasian dan pengukuran berat dari unsur atau senyawa
tertentu. Berat unsur dapat dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat atom
unsur yang menyusunnya (Rahmelia dkk., 2015). Pemilihan metode gravimetri
pada proses penentuan kadar lemak didasarkan pada ketelitian yang dihasilkan
dan hematnya biaya yang dikeluarkan. Ketelitian metode gravimetri mampu
mencapai 0,1 % dengan kemampuan penentuan analit sampai konsentrasi ± 10-
2 molar (Gunamantha, 2020).
Berdasarkan praktikum, prosedur pengujian kadar lemak menggunakan
metode Soxhlet diawali dengan preparasi sampel. Pada proses preparasi,
dilakukan pengovenan pada kertas saring selama 1 jam, kemudian diletakkan
pada desikator. Setelah itu, dilakukan penimbangan berat dari kertas saring dan
penimbangan tepung sebanyak 2 gram. Selanjutnya, dilakukan penggulungan
sampel menggunakan kertas saring dan dilakukan pengovenan selama 3 jam
yang kemudian diletakkan pada desikator. Setelah itu, dilakukan penimbangan
sampel. Setelah proses preparasi samppel, dilakukan uji kadar lemak sampel
dengan cara memasukkan sampel ke dalam pipa soxhlet dan merangkai alat
ekstraksi soxhlet. Kemudian, dilakukan pemasukkan benzena ke dalam pipa
sirkulasi sebanyak 1,5 kali sirkulasi. Setelah itu, dilakukan pemasangan kepada
rangkaian alat soxhlet. Selanjutnya, dilakukan pemanasan hingga 13 kali
sirkulasi. Setelah itu, dilakukan pengeringan sampel menggunakan oven selama
3 jam dan dilakukan penimbangan berat panas kertas saring + sampel untuk
menghitung kadar lemak.
Berdasarkan literatur, prosedur pengujian kadar lemak menggunakan
metode ekstraksi Soxhlet diawali dengan pengekstrakan lemak menggunakan
pelarut hexan, Setelah pelarutnya diuapkan, dilakukan penimbangan lemak dan
perhitungan persentase. Lemak yang diperoleh adalah jenis lemak kasar.
Kemduian, pengeringan labu lemak dilakukan dalam oven dengan suhu 105°C
selama 30 menit, lalu dilakukan pendinginan dalam desikator selama 15 menit,
dan dilakukan penimbangan. Sampel yang telah ditimbang sebanyak 5 gram
dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam selongsong lemak.
Kemudian, dilakukan penutupan selongsong lemak menggunakan kapas bebas
lemak dan pemasukan ke dalam ruang ekstraktor tabung soxhlet yang kemudian
disiram dengan pelarut lemak (hexan). Selanjutnya, dilakukan pemasangan
tabung pada alat destilasi soxhlet. Pemasangan labu lemak yang telah disiapkan
dilakukan pada alat destilasi di atas pemanas listrik dengan suhu sekitar 80 T.
Proses refluks dilakukan selama minimum 5 jam sampai pelarut yang turun ke
labu lemak berwarna jernih. Selanjutnya, pelarut yang terdapat di dalam labu
lemak didestilasi. Kemduian, labu yang berisi basil ekstraksi dipanaskan dalam
oven dengan suhu 105°C selama 60 menit atau sampai memiliki berat tetap.
Setelah itu, dilakukan pendinginan labu lemak dalam desikator selama 20-30
menit dan ditimbang (Hafiludin, 2011).
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pelarut untuk
menganalisis kadar lemak adalah efisiensi ekstraksi; selektivitas pelarut dalam
melarutkan zat, sifat inert, dan titik didih. Dalam menganalisis kadar lemak,
dibutuhkan pemilihan pelarut yang tepat untuk mengekstraksi lemak. Pemilihan
dapat dilihat dari dari efisiensi ekstraksi untuk reaksi antara pelarut dengan
polaritas dari lemak. Sebagai contoh, pada lemak polar pelarut yang cocok yaitu
pelarut dengan jenis organik (Hewavitharana et al., 2020). Selain itu, pemilihan
pelarut juga dapat dilihat dari faktor-faktor tertentu, seperti selektivitas pelarut
dalam melarutkan zat, mempunyai titik didih rendah supaya mudah menguap,
dan bersifat inert supaya tidak dapat bereaksi dengan zat lainnya
(Parasetia et al., 2012). Faktor yang mendasari pemilihan pelarut saat ekstraksi
adalah jumlah rendemen dna kualitas ekstrak yang diperoleh. Pemilihan pelarut
dan penggunaan metode yang sesuai akan menghasilkan rendemen dan kualitas
ekstrak yang maksimal (Xiao et al., 2010).
Tabel 3.1 Hasil Analisis Lemak Kasar
Sampel Berat Berat Berat Berat Kadar
Kertas Sampel Kertas Panas Lemak
Saring (gr) Saring + Sampel +
(gr) Sampel Kertas
Oven (gr) Saring
(gr)
Tepung 0,5419 2,0015 2,2836 2,2556 1,39%
terigu
Tepung 0,5455 2,0049 2,2852 2,2658 0,97%
beras
Tepung 0,5316 2,0001 2,2349 2,1953 1,98%
maizena
Tepung 0,5302 2,0010 2,2642 2,2123 2,59%
tapioka
Tepung ubi 0,5340 2,0030 2,3466 2,2991 2,37%
ungu
Sumber : Hasil Praktikum
Berdasarkan Tabel 3.1, diketahui hasil analisis lemak kasar pada sampel
tepung terigu, tepung beras, tepung maizena, tepung tapioka, dan tepung ubi
ungu. Dilakukan perhitungan kadar lemak dengan cara mengurangi berat kertas
saring + sampel dengan berat panas kertas saring + sampel, kemudian dibagi
berat awal sampel dan dikalikan 100%. Berat sampel tepung terigu, tepung
beras, tepung maizena, tepung tapioka, dan tepung ubi ungu secara berturut-turut
adalah 2,0015 gram; 2,0049 gram; 2,0001 gram; 2,0010 gram; dan 2,0030 gram.
Berat kertas saring + sampel oven tepung terigu, tepung beras, tepung maizena,
tepung tapioka, dan tepung ubi ungu secara berturut-turut adalah 2,2836 gram;
2,2852 gram; 2,2349 gram; 2,2642 gram; dan 2,3466 gram. Berat panas sampel
+ kertas saring tepung terigu, tepung beras, tepung maizena, tepung tapioka, dan
tepung ubi ungu secara berturut-turut adalah 2,2556 gram; 2,2658 gram; 2,1953
gram; 2,2123 gram; dan 2,2991 gram. Berdasarkan hasil perhitungan,
didapatkan kadar lemak tepung terigu, tepung beras, tepung maizena, tepung
tapioka, dan tepung ubi ungu secara berturut-turut sebesar 1,39%; 0,97%;
1,98%; 2,59%; dan 2,37%. Menurut Fitasari (2009), tepung terigu memiliki
kadar lemak yang berkisar antara 1-3%. Oleh karena itu, kadar lemak tepung
terigu pada hasil praktikum telah sesuai dengan teori.
Pada bidang pangan, analisis lemak digunakan untuk mengetahui
kandungan kadar lemak atau minyak yang terdapat dalam bahan pangan.
Analisis lemak dalam bahan pangan penting untuk dilakukan supaya kebutuhan
kalori yang terdapat dalam bahan makanan bisa diperhitungkan dengan baik
(Pargiyanti, 2019). Selain itu, analisis lemak juga dapat digunakan untuk
mengetahui daya simpan bahan pangan serta mengetahui sifat goreng, bau, dan
rasa bahan pangan. Analisis lemak dibutuhkan untuk pelabelan nutrisi pada
bahan pangan, menentukan kualitas bahan pangan, dan mengetahui penanganan
yang tepat untuk bahan pangan (Sudarmadji dkk., 2010).
E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum Analisis Pangan Acara III “Lemak”,
didapatkan kesimpulan bahwa:
1. Prinsip pengujian kadar lemak dengan metode ekstrakso Soxhlet adalah
ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru sehingga terjadi ekstraksi
kontiyu dengan jumlah pelarut konstan melalui pendingin balik. Penetapan
kadar lemak menggunakan metode soxhlet dilakukan dengan mengeluarkan
lemak dari bahan menggunakan pelarut anhidrat. Prosedur pengujian kadar
lemak menggunakan metode Soxhlet diawali dengan preparasi sampel. Pada
proses preparasi, dilakukan pengovenan pada kertas saring selama 1 jam,
kemudian diletakkan pada desikator. Setelah itu, dilakukan penimbangan
berat dari kertas saring dan penimbangan tepung sebanyak 2 gram.
Selanjutnya, dilakukan penggulungan sampel menggunakan kertas saring
dan dilakukan pengovenan selama 3 jam yang kemudian diletakkan pada
desikator. Setelah itu, dilakukan penimbangan sampel. Setelah proses
preparasi samppel, dilakukan uji kadar lemak sampel dengan cara
memasukkan sampel ke dalam pipa soxhlet dan merangkai alat ekstraksi
soxhlet. Kemudian, dilakukan pemasukkan benzena ke dalam pipa sirkulasi
sebanyak 1,5 kali sirkulasi. Setelah itu, dilakukan pemasangan kepada
rangkaian alat soxhlet. Selanjutnya, dilakukan pemanasan hingga 13 kali
sirkulasi. Setelah itu, dilakukan pengeringan sampel menggunakan oven
selama 3 jam dan dilakukan penimbangan berat panas kertas saring + sampel
untuk menghitung kadar lemak.
2. Berdasarkan hasil perhitungan, kadar lemak tepung terigu adalah 1,39%.
Kadar lemak tepung beras adalah 0,97%. Kadar lemak tepung maizena
adalah 1,98%. Kadar lemak tepung tapioka adalah 2,59%. Kadar lemak
tepung ubi ungu adalah 2,37%.
DAFTAR PUSTAKA

Anggarawati, N. K. A., I. G. A. Ekawati, dan A. A. I. S. Wiadnyani. 2019. Pengaruh


Substitusi Tepung Ubi Jalar Ungu Termodifikasi (Ipomoea batatas var
Ayamurasaki) Terhadap Karakteristik Waffle. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Pangan. 8(2): 160-170.
Apriliani, P., Sri H., dan Sudjatinah. 2019. Berbagai Konsentrasi Tepung Maizena
Terhadap Sifat Fisikokimia dan Organoleptik Petis Udang. Jurnal
Teknologi Pertanian. 1-9.
Ayuni, N. P. S., dan I Nyoman S. 2013. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Alkaloid
pada Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq). Seminar Nasional FMIPA
UNDIKSHA III Tahun 2013.
Darmasih. 1997. Penetapan Kadar Lemak Kasar dalam Makanan Ternak Non
Ruminansia dengan Metode Kering. Jurnal Lokakarya Fungsional Non
Peneliti. 5(3): 138-142.
David, O., Eric A., Samuel O. K., Eric B., and Patrick S. Proximate Composition
and Some Functional Properties of Soft Wheat Flour. International Journal
of Innovative Research in Science, Engineering and Technology. 4(2): 753-
758.
Fitasari, E. 2009. Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Terigu Terhadap Kadar
Air, Kadar Lemak, Kadar Protein, Mikrostruktur, dan Mutu Organoleptik
Keju Gouda Olahan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. 4(2): 17-29.
Gunamantha, I. M. 2020. Penentuan Kadar Lemak Pada Feses Ikan Kerapu Macan
(Epinephelus fuscoguttatus) Dengan Metode Gravimetri Menggunakan
Pelarut Metanol – Kloroform. International Journal of Applied Chemistry
Research. 2(2): 33-37.
Hafiludin. 2011. Karakteristik Proksimat dan Kandungan Senyawa Kimia Daging
Putih dan Daging Merah Ikan Tongkol (Euthynnus affinis). Jurnal
Kelautan. 4(1): 1-10.
Hanum, Y. 2016. Dampak Bahaya Makanan Gorengan Bagi Jantung. Jurnal
Keluarga Sehat Sejahtera. 14(28): 103-114.
Hermanto, S., Muawanah A., dan Wardhani P. 2010. Analisis Tingkat Kerusakan
Lemak Nabati dan Lemak Hewani Akibat Proses Pemanasan. Jurnal Kimia
VALENSI. 1(6): 262-268.
Hewavitharana, G. G., Perera, D. N., Navaratne, S. B., and Wickramasinghe, I.
2020. Extraction Methods Of Fat From Food Samples and Preparation Of
Fatty Acid Methyl Esters For Gas Chromatography: A Review. Arabian
Journal of Chemistry. 13(8): 6865-6875.
Luthana, D. 2004. Rekomendasi dalam Penetapan Standar Mutu Tepung Tapioka.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Semarang.
Mamuaja, C. F. 2017. Lipida. Unsrat Press. Manado.
Parasetia, D. E., Ritaningsih, dan Purwanto. 2012. Pengambilan Zat Warna Alami
dari Kayu Nangka. Jurnal Teknologi Kimia Dan Industri. 1(1): 502–507.
Pargiyanti. 2019. Optimasi Waktu Ekstraksi Lemak dengan Metode Soxhlet
Menggunakan Perangkat Alat Mikro Soxhlet. Indonesian Journal of
Laboratory. 1(2): 29-35.
Pargiyanti. 2019. Optimasi Waktu Ekstraksi Lemak Dengan Metode Soxhlet
Menggunakan Perangkat Alat Mikro Soxhlet. Indonesia Journal of
Laboratory. 1(2): 29-35.
Rahmelia, D., Anang W. M. D., dan Irwan S. 2015. Analisis Kadar Kalium (K) dan
Kalsium (Ca) Dalam Kulit dan Daging Buah Terung Kopek Ungu (Solanum
melongena) Asal Desa Nupa Bomba Kecamatan Tanantovea Kabupaten
Donggala. Jurnal Akademika Kimia. 4(3): 143-148.
Rios, R. V., Meibel D. F. P., Poliana F. A., Clara L. V., Suzana C. S. L. 2014.
Application of Fats in Some Food Products. Food Science and Technology.
34(1): 3-15.
Santika, I. G. P. N. A. 2016. Pengukuran Tingkat Kadar Lemak Tubuh Melalui
Jogging Selama 30 Menit Mahasiswa Putra Semester IV FPOK IKIP PGRI
Bali. Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi. 1(1): 89-98.
Sari, M. L., Ali, A. I. M., Sandi, S., dan Yolanda, A. 2015. Kualitas Serat Kasar,
Lemak Kasar, dan BETN Terhadap Lama Penyimpanan Wafer Rumput
Kumpai Minyak Dengan Perekat Karaginan. Jurnal Peternakan Sriwijaya.
4(2): 35- 40.
Siregar, F. A., dan Makmur T. 2020. Metabolisme Lipid dalam Tubuh. Jurnal
Inovasi Kesehatan Masyarakat. 1(2): 60-66.
Sudarmadji, S., Bambang H., dan Suhardi. 2010. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Tuankotta, A., Nety K., dan Anggi A. 2015. Perbandingan Kadar Protein pada
Tepung Beras Putih (Oryza Sativa L.) Tepung Beras Ketan Hitam (Oryza
Sativa L. Glutinosa), dan Tepung Sagu (Metroxylon Sagu Rottb.) dengan
Menggunakan Metode Kjeldahl. Prosiding Farmasi. 1(1): 109-114.
Xiao, Q., C., Qin, L., and Fan, Z. 2005. Microwave Assited Extraction of
Polysaccharides From Solanum Nigrum. Journal of Central and South
University. 12(5): 557-560.
LAMPIRAN PERHITUNGAN

Tepung Terigu
Diketahui:
Berat kertas saring + sampel = 2,2836 gram
Berat panas sampel + kertas saring = 2,2556 gram
Berat awal sampel = 2,0015 gram
Tanya:
Kadar lemak (%)?
Jawab:
(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)−(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)
Kadar lemak = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
× 100%
2,2836−2,2556
= × 100%
2,0015

= 1,39%

Tepung Beras
Diketahui:
Berat kertas saring + sampel = 2,2852 gram
Berat panas sampel + kertas saring = 2,2658 gram
Berat awal sampel = 2,0049 gram
Tanya:
Kadar lemak (%)?
Jawab:
(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)−(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)
Kadar lemak = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
× 100%
2,2852−2,2658
= × 100%
2,0049

= 0,97%

Tepung Maizena
Diketahui:
Berat kertas saring + sampel = 2,2349 gram
Berat panas sampel + kertas saring = 2,1953 gram
Berat awal sampel = 2,0001 gram
Tanya:
Kadar lemak (%)?
Jawab:
(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)−(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)
Kadar lemak = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
× 100%
2,2349−2,1953
= × 100%
2,0001

= 1,98%

Tepung Tapioka
Diketahui:
Berat kertas saring + sampel = 2,2642 gram
Berat panas sampel + kertas saring = 2,2123 gram
Berat awal sampel = 2,0010 gram
Tanya:
Kadar lemak (%)?
Jawab:
(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)−(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)
Kadar lemak = ×
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

100%
2,2642−2,2123
= × 100%
2,0010

= 2,59%

Tepung Ubi Ungu


Diketahui:
Berat kertas saring + sampel = 2,3466 gram
Berat panas sampel + kertas saring = 2,2991 gram
Berat awal sampel = 2,0030 gram
Tanya:
Kadar lemak (%)?
Jawab:
(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)−(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)
Kadar lemak = ×
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

100%
2,3466−2,2991
= × 100%
2,0030

= 2,37%
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Gambar 3.3 Penimbangan Sampel Tepung

Gambar 3.4 Hasil Pembungkusan Sampel


Gambar 3.5 Pemasukan bungkusan sampel ke dalam Soxhlet

Gambar 3.6 Proses ekstraksi sampel dengan Soxhlet

Anda mungkin juga menyukai