MODUL 2
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018
A. SKENARIO
Atas permintaan tertulis dari penyidik, dilakukan autopsi terhadap satu jenazah
tanpa identitas berjenis kelamin laki-laki, berusia dewasa muda.Berdasarkan keterangan
yang tercantum di Surat Permintaan Visum (SPV), jenazah tersebut ditemukan dalam
keadaan tergantung di sebuah rumah kosong.
• Lebam mayat: berwarna merah gelap, terdapat pada tungkai bawah, tidak hilang
pada penekanan.
a. Tanatologi : Berasal dari dua kata Thanatos dan Logos. Artinya adalah bagian dari
ilmu kedokteran forensik yang mempelajari kematian dan perubahan yang
terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan
tersebut.
Kaku mayat atau Rigor Mortis berasal dari bahasa latin rigor berarti “stiff”
atau kaku, dan mortis yang berarti tanda kematian (sign of death). Setelah kematian
otot-otot tubuh akan melalui 3 (tiga) fase, yaitu:
Timbul 1-3 jam postmortem (rata-rata 2 jam), dipertahankan 6-24 jam, dimulai dari
otot kecil, rahang bawah, anggota gerak atas, dada, perut dan anggota bawah
kemudian kaku lengkap, dan menurun setelah 24 jam.
• Lebam mayat: berwarna merah gelap, terdapat pada tungkai bawah, tidak
hilang pada penekanan.
Lebam mayat (Livor mortis, post mortum lividity, post mortum suggilation,
post mortum hypostasis, vibices) terjadi karena pengendapan butir-butir eritrosit
karena adanya gaya gravitasi sesuai tubuh, berwarna biru ungu tetapi masih dalam
pembuluh darah. Timbul 20-30 menit setelah 6-8 jam lebam mayat masih bisa
ditekan dan masih bisa berpindah tempat. Warna lebam mayat
C. Pemeriksaan Penunjang
Histopatologi: ditemukan tanda-tanda kongesti organ dalam.
Toksikologi: tidak dilakukan pemeriksaan
Toksikologi merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan sumber
karateristik dan kandungan racun, gejala dan tanda yang disebabkan racun, dosis
fatal, periode fatal, dan penatalaksanaan kasus keracunan. Periode fatal
merupakan selang waktu antara masukny racun dalam dosis fatal rata-rata sampai
menyebabkan kematian pada rata-rata orang sehat. Tidak dilakukan pemeriksaan
karena tidak di temukan tanda-tanda toksikologi.
Walaupun sebab kematian mati gantung adalah karena asfiksia, tetapi sering
disertai sebab yang lain yaitu tekanan pada pembuluh darah (arteri carotis maupun vena
dileher dan refleks inhibisi vagal. Yang paling sering adalah campuran asfiksia dengan
sumbatan pada pembuluh darah. Dengan demikian sebab kematian bisa terjadi karena:
a.Bila pengikatan tali di atas kartilago tiroid maka basis lidah akan ditolak ke atas
dan ke belekang terhadap posterior faring, hingga saluran nafas tertutup dan
akhirnya terjadi asfiksia.
b.Bila pengikatan di bawah kartilago tiroid maka secara langsung akan menekan
laring dan menimbulkan tanda- tanda asfiksia lebih jelas. Konstriksi umum dari
jaringan akan menimbulkan penutupan complete atau partial dari arteri carotis
comunis dileher dan ini akan menimbulkan anemia pada otak dan tekanan pada
nervus laringeus hingga akan menimbulkan shock.
2.Kongesti vena (pembendungan vena) Akibat lilitan tali pengikat pada leher terjadi
penekanan vena jugularis secara complete sehingga timbul pembendungan darah
vena di otak sampai menimbulkan perdarahan di otak.
Skemik cerebral, karena sumbatan pada arteri carotis dan arteri vertebralis.
Tertekannya arteri karotis di leher akan menyebabkan terhentinya aliran darah ke
otak.
4. Syok vagal, karena tekanan pada sinus carotis menyebab-kan jantung berhenti
berdenyut.Terjadi akibat penekanan pada nervus vagus dan sinus karotis yang
menyebabkan vaso vagal inhibisi sehingga terjadi cardiac arrest.
5. Fraktur atau dislokasi tulang vertebra servikalis II-III. Ini didapati pada hukuman
gantung (judicial hanging), hentakan yang tiba-tiba pada ketinggian 1-2 meter oleh
BB (berat badan) korban dapat menyebabkan fraktur dan dislokasi vertebra servikalis
bagian atas yang menekan atau merobek spinal cord hingga menyebabkan kematian
tiba- tiba
3. Jelaskan bagaimana penyebab kematian paling mungkin (Cause of death/COD)
menggunakan pendekatan Proximus Mortis (PMA) pada kejadian dimana
kematian merupakan konsekuensi langsung dari luka/trauma.?
SUFFOCATION
SMOTHERING
GANGGING & CHOKING
1. Amir A. Rangkaian ilmu kedokteran forensik. 2nd ed. Medan: Percetakan Ramadhan;
2007. p.129-33
2. Chada PV. Catatan kuliah ilmu forensik dan toksikologi. 5th ed. Jakarta: Penerbit
Widya Medika; 1995. p. 105-11
4. Lubis AK, dkk. 2012. Journal Gantung Diri (Hanging). Sumatera Utara. The
Journal Of Medical School Universitas Sumatera Utara