Anda di halaman 1dari 8

A.

Stimulus Control

Thoresen dan Mahoney (Hidayati, 2013) menjelaskan Stimulus control adalah

cara-cara mengurangi stimulus yang berhubungan dengan perilaku yang tidak

dikehendaki dan secara simultan meningkatkan anteseden cues yang berhubungan

dengan perilaku yang diharapkan. Kanfer (Hidayati, 2013) mendefinisikan

stimulus control sebagai penetapan rencana dari kondisi lingkungan terhadap

sebuah tingkah laku yang tidak diharapkan untuk terjadi. Brian (Hidayati, 2013)

menjelaskan bahwa stimulus control merupakan teknik yang direalisasikan

berdasarkan prinsip psikologi behavior. Bagaimanapun tingkah laku yang dimiliki

terdahulu dengan cepat terjadi namun beberapa control dimasa depan dapat terjadi

pada tingkah laku. Hidayati (2013) mengemukakan bahwa stimulus control

didasarkan pada prinsip psikologi bahvior dengan pengondisian stimulus yang

diharapkan dapat menunculkan dan meningkatkan respon yang diharapkan bahkan

mengurangi respon yang tidak diharapkan.

B. Token Economy

Ayllon (Fahrudin, 2012) mengemukakan bahwa ekonomi token adalah satu

bentuk pengubahan perilaku yang dirancang untuk meningkatkan perilaku yang

disukai dan mengurangkan perilaku yang tidak disukai dengan menggunakan

token atau koin. Garry (Fahrudin, 2012) mengemukakan bahwa token ekonomi

merupakan sebuah sistem reinforcement untuk perilaku yang dikelola dan diubah,

seseorang mesti dihadiahi/diberikan penguatan untuk meningkatkan atau

mengurangi perilaku yang diinginkan.


Miltenberger (Fahrudin, 2012) mengemukakan bahwa tujuan utama dari

ekonomi token adalah meningkatkan perilaku yang disukai (baik) dan

mengurangkan perilaku tidak disukai. umumnya ekonomi token digunakan dalam

pengubahan perilaku di setting institusional (termasuk rumah sakit jiwa, lembaga

koreksional atau pusat rehabilitasi) untuk mengatur perilaku individu yang agresif

atau tidak dapat diprediksi. Bagaimanapun, tujuan ekonomi token yang lebih

besar adalah mengajarkan tingkah laku yang tepat dan keterampilan sosial yang

dapat dipergunakan dalam suatu lingkungan alamiah.

Susanti (2012) mengemukakan bahwa token ekonomi sebagai salah satu

bentuk pemberian imbalan sebagai penguat secara simbolik. Dalam hal ini subjek

diberikan motivasi dan reinforcement berupa imbalan. Subjek akan diberikan

imbalan apabila subjek bisa melakukan sesuai dengan target yang telah disepakati.

Kazdin (Nurmawati, 2013) mengemukakan bahwa token ekonomi merupakan

penerapan operant conditioning dengan mengganti hadiah langsung dengan

sesuatu yang dapat ditukarkan kemudian. Disebut operant karena memberikan

perlakuan terhadap lingkungan yaitu berupa hadiah kepada tingkah laku.

Nurmawati (2013) mengemukakan bahwa hadiah atau ganjaran ini dapat

digolongkan kepada yang primer (yaitu yang berupa makanan, uang, alat-alat

permainan, dan benda-benda nyata lainnya) dan yang bersifat sekunder (yaitu

yang bersifat pujian dari masyarakat, perhatian dan perasaan terkenal). Dengan

adanya hadiah, perilaku akan terus berulang atau muncul. Token ekonomi

merupakan salah satu contoh dari penguatan ekstrinsik yang menjadikan

seseorang melakukan sesuatu untuk diraih yakni dapat meningkatkan


perhatiannya baik dari tingkat intensitas maupun dari tingkat validitas. Tujuannya

adalah mengubah motivasi yang ekstrinsik menjadi motivasi yang instrinsik,

dengan cara ini diharapkan bahwa perolehan tingkah laku yang diinginkan dapat

menjadi ganjaran untuk memelihara tingkah laku yang baru.

Purwanto (2012) mengemukakan bahwa token ekonomi atau tabungan

kepingan sebagai salah satu metode modifikasi perilaku dengan cara pemberian

kepingan (tanda) sesegera mungkin setiap kali setelah perilaku-perilaku yang

diharapkan muncul. Kepingan-kepingan ini yang nantinya dapat ditukarkan

dengan benda atau fasilitas tertentu yang diinginkan subjek. Benda yang

ditukarkan itu yang sering disebut dengan pengukuh idaman dari target. Salah

satu contoh dari token ekonomi adalah ibu-ibu yang berbelanja di toserba dengan

kelipatan tertentu. Kelipatan tertentu itu dapat berupa beberapa kupon dan jumlah

kupon tertentu dapat ditukarkan dengan gelas cantik yang motif dan modelnya

dapat dipilih sendiri.

Fahrudin (Fahrudin, 2012) mengemukakan bahwa ekonomi token dapat juga

digunakan dalam pendidikan khusus (bagi anak dengan kecacatan perkembangan

atau kesulitan belajar, hiperaktif, kurang perhatian, atau gangguan perilaku),

pendidikan regular, akademi, berbagai tipe panti, divisi militer, panti werdha,

program rehabilitasi narkoba, setting pekerjaan, konseling keluarga dan rumah

sakit. Fahrudin (Fahrudin, 2012) mengemukakan bahwa terdapat enam elemen

yang perlu ada dalam pelaksanaan terapi psikososial menggunakan teknik

Ekonomi Token, yaitu:

1. Token (Koin)
Segala sesuatu yang bisa dilihat dan dapat dihitung dapat dijadikan token.

Token seharusnya sesuatu yang menarik, mudah dibawah dan sukar ditiru.

Umumnya beberapa item dapat dijadikan token seperti duit poker, stiker, tally

poin, atau uang mainan. Ketika individu menampilkan tingkah laku yang

disukai, maka klien segera diberikan sejumlah token. Token harus tidak

punya nilai bagi mereka. Mereka harus mengumpulkan token dan kemudian

menukarkannya dengan sesuatu yang berharga, diberikan keistimewaan atau

diberi kemudahan melakukan aktivitas lain. Individu juga dapat kehilangan

token (denda) jika menunjukkan perilaku yang tidak disukai.

2. Kejelasan Pendefinisian Tingkah Laku Target

Individu yang terlibat dalam ekonomi token harus mengetahui secara jelas

apakah yang harus mereka lakukan agar mendapatkan token. Tingkah laku

yang disukai dan yang tidak disukai harus dijelaskan diawal secara sederhana

dan termasuk yang spesifik. Jumlah token yang akan dihadiahkan atau

kehilangan token bagi setiap perilaku juga harus bersifat spesifik

3. Motif-motif Penguat

Motivasi penguat (Back-up Reinforcers) adalah objek yang penuh arti,

keistimewaan, atau aktivitas tambahan yang dapat diberikan kepada klien

sebagai pertukaran dengan token yang mereka peroleh. Token dapat berupa

mainan-mainan, waktu tambahan, atau tamasya/aktivitas di luar panti.

Kesuksesan dari suatu ekonomi token tergantung pada pesona (tawaran

menarik/kenikmatan) dari motif-motif penguat tersebut. Individu akan

termotivasi untuk mendapatkan token jika mereka mengetahui bentuk


penghargaan di masa depan yang diwakili oleh tanda-tanda yang mereka

terima. Suatu ekonomi token yang direncanakan akan menjadi baik jika

penggunaan motif-motif penguat tersebut dipilih sendiri oleh individu

tersebut berbanding yang dipilih oleh pekerja Sosial atau Petugas panti.

4. Sistem Penukaran Token

Klien perlu tahu adanya mekanisme tempat dan waktu yang sesuai untuk

mereka menukarkan token dengan motif-motif penguat tadi. Nilai dari suatu

token dari setiap motif penguat ditentukan oleh nilai uang, permintaan, atau

nilai terapi yang dijalankan. Sebagai contoh, jika motif penguat itu adalah

mahal atau sangat menarik maka nilai token harus yang lebih tinggi. Jika nilai

token ditetapkan terlalu rendah, maka individu kurang termotivasi untuk

mendapatkan token. Dan sebaliknya, jika nilai itu diatur terlalu tinggi, maka

individu akan merasa takut atau ragu dalam mendapatkan token. Adalah

penting agar masing-masing individu dapat memperoleh sedikitnya beberapa

token.

5. Suatu Sistem Perekam Data

Sebelum rawatan (treatment) dimulai, informasi (baseline data) perilaku

individu yang sekarang perlu dikumpulkan. Perubahan perilaku kemudian

direkam di lembar data harian (daily data sheet). Informasi ini digunakan

untuk mengukur kemajuan individu dan efektivitas dari token economy.

Informasi mengenai pertukaran dari token juga perlu untuk direkam/dicatat.

6. Implementasi Konsistensi Ekonomi Token oleh Pekerja Sosial


Keberhasilan implementasi Ekonomi Token sangat tergantung dari semua

Pekerja Sosial atau Petugas sebagai terapis/fasilitator yang harus

memperlihatkan perilaku-perilaku yang sama, menggunakan token dalam

jumlah yang sesuai, menghindari motif penguat dibagikan dengan bebas, dan

mencegah token dari pemalsuan, pencurian, atau diperoleh secara tidak adil.

Tanggung-jawab Pekerja Sosial dan ketentuan-ketentuan token economy

harus dijelaskan dalam suatu manual tertulis. Pekerja Sosial atau Petugas juga

perlu dievaluasi pada waktu tertentu dan diberi peluang untuk bertanya atau

berpendapat.

Walker (Purwanto, 2012) mengemukakan bahwa dalam token ekonomi

terdapat beberapa elemen pokok sebagai berikut:

1. Lingkungan dapat dikontrol yaitu pelaksanaan program pada lingkungan yang

menimbulkan perilaku dapat diprediksi dan dikendalikan.

2. Sasaran perilaku harus spesifik yaitu harus dideskripsikan dengan jelas.

3. Tujuan dapat terukur.

4. Bentuk benda yang dijadikan token harus jelas.

5. Kepingan sebagai hadiah dengan kualitas yang baik dan benar-benar

diinginkan agar makna hadiah dapat terpenuhi.

6. Sesuai dengan perilaku yang di inginkan

7. Kepingan memiliki makna sebagai pengukuh

Ada beberapa aturan yang harus di perhatikan dalam implementasi token

ekonomi. Soekadji (Purwanto, 2012) mengemukakan beberapa aturan, yaitu:


1. Hindari penundaan karena token harus segera diberikan setelah perilaku

muncul.

2. Pemberian token secara konsisten karena akan mempercepat peningkatan

perilaku sasaran.

3. Memperhitungkan pengukuh dengan harga token. Dalam perencanaan perlu

dipertimbangkan banyaknya kepingan yang akan diterima cukup untuk ditukar

dengan pengukuh idaman.

4. Persyaratan atau aturan harus jelas.

5. Pengukuh harus dicocokkan macam dan kualitasnya dengan situasi dan

kondisi subjek.

6. Kelancaran pengadaan pengukuh idaman harus diperhatikan

7. Memperhitungkan efek terhadap orang lain misalkan saudara subjek yang iri.

8. Pentingnya kerja sama subjek

9. Kombinasi dengan prosedur lain

10. Pentingnya memperhatikan penundaan serta pentingnya follow up.

Referensi:

Hidayati, R. (2013). Model Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Stimulus

Control Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa. Jurnal

Bimbingan Konseling. 2 (2). 92-98. ISSN: 2252-6889.

Fahrudin, A. (2012). Teknik ekonomi dalam mengubah perilaku klien. Jurnal

informasi. 17 (3). 139-143.


Nurmawati, E. (2013). Penerapan metode modifikasi perilaku Token Economy

untuk mengurangi Conduct Disorder. Procedia Studi Kasus dan Intervensi

Psikolog. 1(1), 31-35.

Purwanto, E. (2012). Modifikasi Perilaku. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Susanti, E. (2012). Meningkatkan keterampilan menganyam sarang ketupat

melalui teknik token ekonomi pada anak tunagrahita ringan di smplb

perwari Padang. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus. 1(3), 273-283.

Anda mungkin juga menyukai